Anda di halaman 1dari 13

CASE REPORT

HORDEOLUM

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Mata

PEMBIMBING :
dr. Ida Nugrahani, Sp. M

Disusun Oleh :
Yusuf Rizal, S. Ked
J510185105

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN MATA


RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

CASE REPORT
HORDEOLUM

Diajukan Oleh :
Yusuf Rizal, S. Ked
J510185105

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ..............., ................... 2019

Pembimbing :
dr. Ida Nugrahani, Sp. M (..............................)

Dipresentasikan dihadapan :
dr. Ida Nugrahani, Sp. M (..............................)
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
1. Nama : An. A
2. Usia : 10 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Jawa
6. Pekerjaan : Pelajar
7. Alamat : Bolong, Karanganyar
8. Tanggal pemeriksaan : 3 Agustus 2019

A. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Benjolan di kelopak mata kanan bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Karanganyar dengan keluhan kelopak
mata kiri bawah timbul benjolan. Benjolan ini dirasakan sudah sekitar dua bulan. Awal
mulanya berupa benjolan kecil kemerahan yang kemudian semakin lama semakin besar
sehingga kelopak mata kiri bawah menjadi merah dan bengkak. Benjolan disertai rasa
sakit, terutama bila benjolan tersentuh dan kadang terasa gatal. Pasien juga merasa seperti
ada yang mengganjal pada mata kiri. Tidak ada keluhan penglihatan kabur atau
berkurang. Tidak ada riwayat demam dan tidak ada riwayat mengucek mata maupun
mata kemasukan debu atau binatang.
Pasien mengaku bahwa sudah berobat tiga kali ke dokter, diberi salep RECO
namun tidak kunjung sembuh. Semakin lama terasa lebih keras, lebih sakit jika dipegang,
dan terasa mengganjal. Pasien mengaku kalau pada benjolan tersebut belum keluar bintik
nanahnya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Penyakit Mata : Disangkal
b. Alergi : Disangkal
c. Trauma : Disangkal
d. Hipertensi : Disangkal
e. Diabetes Melitus : Disangkal
f. Penyakit Lain : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Penyakit Mata : Disangkal
b. Alergi : Disangkal
c. Hipertensi : Disangkal
d. Diabetes Melitus : Disangkal

B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalisata:
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status Gizi : Baik (BB : 33kg / TB : 137cm)

2. Status Oftalmologi
PEMERIKSAAN OD OS

Visus 6/6 6/6


Edema (+)
Edema (-)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (+)
Nyeri tekan (-)
Palpebra

Konjungtiva Bulbi Tenang Tenang


Konjungtiva
Tenang Tenang
Palpebra
Jernih Jernih
Kornea
Permukaan licin Permukaan licin
COA
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Warna Coklat tua Warna Coklat tua
Iris Rubeosis Iridis (-) Rubeosis Iridis (-)
Iridoplegi (-) Iridoplegi (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Letak Ditengah Ditengah

Refleks D + / ID + D + / ID +

Lensa Jernih Jernih

TIO Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi


C. Resume
1. Pasien datang dengan benjolan di kelopak mata kiri bawah sejak sekitar dua bulan,
kemerahan (+), nyeri tekan (+). penglihatan tidak terganggu. Riwayat trauma (-), riwayat
sakit mata sebelumnya (-), riwayat berobat tiga kali dengan salep RECO namun tidak
sembuh.
2. Status Oftalmologi:
Terdapat nodul pada palpebra sinistra inferior, nyeri tekan (+), edema (+), hiperemis (+)

D. Diagnosis Banding
OS Hordeolum Interna
OS Hordeolum Eksterna
OS Kalazion

E. Diagnosis Kerja
OS Hordeolum Interna

F. Tatalaksana
1. Farmakologi:
Chloramphenicol salep mata 3x1
Pro insisi dan drainase hordeolum

2. Non Farmakologi:
a. Pada mata yang sakit, kompres hangat 4-6 kali sehari selama (15 menit tiap kompres)
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Jangan mencoba
memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri.
b. Menjaga kebersihan mata dan sekitarnya.
c. Jangan mengucek-ngucek mata, memakai pelindung mata jika bepergian.
d. Kontrol ke poliklinik jika satu minggu kemudian masih ada keluhan.
e. Motivasi pasien untuk dilakukan insisi dan drainase hordeolum

G. Prognosis
OS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad visam : Bonam
Quo ad cosmeticam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup
dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva
dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan
pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus),
dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal
sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak
mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak
bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra,
yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola
mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke
sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm
dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang
terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra
orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak
mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
6.
7.
otot
ke depan
inferior,
fibrosa
bawah
oleh Retraktor
rangka
mengandung danadalah
retraktor
untuk
tarsus
nervus
okulomotoris. palpebrae
levator
bercabang
serat-serat
utama
membungkus
inferior
simpatis. dan berfungsi
palpebra
menjadi
otot
adalah membuka
superioris,
sebuah
polos dari
muskulus
meuskulus
orbikularis
Levator dan rektus
obliqus
okuli.
muskulus Otot palpebra.
yang
aponeurosis
muskulus berasal
dan
Muller
inferior,
inferior
polos
rektus dan
dari
inferior Di
yangpalpebra
dari
bagian
(tarsalisapeks
yang superior,
orbita
lebih
superior).
menjulurkan
berinsersio
retraktor
dipasok Di
palpebrae
oleh dan
dalambagian
berjalan
yang
palpebra
jaringan
kenervus
dalam batas
disarafi
B. DEFINISI
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss
atau Moll.
Hordeolum Eksterna Hordeolum Interna

C. ETIOLOGI
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.

D. FAKTOR RISIKO

1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes.
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya.
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

E. PATOFISIOLOGI
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau
Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan
sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.
F. GEJALA DAN TANDA
Gejala Tanda
- Pembengkakan. - Eritema
- Rasa nyeri pada kelopak mata, disertai - Edema
dengan nyeri tekan.
- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal
- Perasaan tidak nyaman dan sensasi bulu mata
mengganjal pada kelopak mata.
- Seperti gambaran abses kecil
- Riwayat penyakit yang sama.

G. PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Non Farmakologi

1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu
drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo
yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat
proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi
yang lebih serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan,
dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.

1. Antibiotik topikal.
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari.
Dapat juga diberikan eritromicin salep mata atau chloramphenicol untuk kasus
hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran
kelenjar limfe di preauricular.
3. Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat
diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.
Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4
kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan
pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskokleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotic.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
2. http://www.emedicine.com/oph/LID.html
3. http://www.emedicine.com/emerg/OPHTHALMOLOGY.htm
4. http://www.3-rx.com/stye/default.php
5. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2000: Hal 17-20
6. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
2004: Hal 92-94
7. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2003: Hal15 -16
8. http://www.emedicinehealth.com/script.main/art.asp?articlekey=58821&page=1
9. http://www.prod.hopkins-
abxguide.org/diagnosis/heent/hordeolum_stye_chalazion.html
10. http://dermatlas.med.jhml.edu/derm
1.

Anda mungkin juga menyukai