Anda di halaman 1dari 27

PREENTASI KASUS

HORDEOLUM

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD Kota Salatiga

Disusun Oleh:

Nanda Yusuf Wijayanto

20174011059

Pembimbing:

dr. ImanKrisnugroho, Sp.M

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD KOTA SALATIGA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan presentasi kasus dengan judul

HORDEOLUM

Disusun oleh:

Nama: Nanda Yusuf Wijayanto

No. Mahasiswa: 20174011059

Telah dipresentasikan

Hari, Tanggal:

Disahkan oleh:

Dosen Pembimbing,

dr. ImanKrisnugroho, Sp.M


BAB 1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :Nn. T

Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kemiri, Salatiga

II. ANAMNESA (Autoanamnesis)

Keluhan utama : Benjolan di kelopak mata kiri bawah bagian dalam sejak 3

bulanyang lalu.

Keluhan tambahan : Mata seperti ada yang mengganjal

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Salatiga dengan keluhan ada benjolan di

kelopak mata kiribawahbagiandalam kurang lebih sejak tiga bulan yang lalu sebelum

masuk rumah sakit. Awalnya berupa benjolan kecilsepertijerawat yang terasa

nyeribiladitekan dan gatal, kemudian semakin lama semakin membesar sehingga kelopak

mata kiribawahmerah dan bengkak.Benjolanterasalunak. Sekarang nyeri pada benjolan

sudah berkurang, namun pasien merasa mengganjal di bagian kelopak mata kiri bawah.

Pasien juga mengaku jarang membersihkan muka sehabis melakukan aktifitas. Pasien

mengaku jarang menggunaan alat kosmetik seperti maskara. Riwayat trauma sebelumnya

disangkal.Keluar kotoran, mata merah, mata berair dan penglihatan kabur disangkal oleh

pasien. Pasien tidak mengalami demam.


Riwayat Penyakit Dahulu :

• Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit dengan keluhan serupa pada

kedua mata pasien

• Riwayat menggunakan kacamata disangkal, Riwayat alergi makanan, obat

disangkal

• Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain pada mata disangkal

• Riwayat alergi makanan, obat disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

• Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama disangkal

• Riwayat hipertensi dan diabetes melitus dalam keluarga disangkal

III. PEMERIKSAAN FISiK

Status generalis:

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran : Compos Mentis

• Tanda Vital

 TD : tidak diperiksa

 Nadi : 80x/menit

 RR : 20x/menit

Status Oftalmologikus

OD OS
Pemeriksaan palpasi

Palpasi Oculi Dextra Oculi Sinistra


Nyeri tekan - +
Nyeri pergerakan - -
Massa /tumor (+)
Sebuah massa sebesar biji
-
kacang hijau, Konsistensi
keras,batas tegas, mobile (-),
Glandula Tidak ada pembesaran Tidakadapembesaran
preaurikuler

Pemeriksaan Segmen Anterior

Keterangan Oculi Dextra Oculi Sinistra

Visus 6/6 6/6

Kedudukan Bola Mata Orthoforia

Gerakan Bola Mata

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)


Hiperemis (-) edema (-) nyeri Hiperemis (-) edema (-) nyeri
Palpebra superior
tekan (-) tekan (-)
Hiperemis (-) edema (-) Hiperemis (+) edema (+)
Palpebra inferior
nyeri tekan (+)
Konjungtiva tarsussuperior Hiperemis (-) benjolan (-) Hiperemis (+) benjolan (-)
Konjungtiva tarsus inferior Papil (-) folikel (-) Papil (-) folikel (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi (-) Injeksi (-)
Kornea Jernih jernih
Bilik Mata Depan Sedang, jernih Sedang, jernih
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Bulat , Refleks direk(+), Bulat , Refleks direk(+),
Pupil
Refleks indirek (+) Refleks indirek (+)
Lensa Jernih jernih

OS

Pemeriksaan slitlamp :

Tidak dilakukan

Pemeriksaan Tonometri :

Tidak dilakukan

4. DIAGNOSIS BANDING :

 Hordeolum Interna OS

 Hordeolum Externa OS

 Kalazion OS

 Blefaritis OS

5. DIAGNOSA KERJA :

Hordeolom Interna Palpebra Inferior Sinistra


6. PENATALAKSANAAN :

- Insisi hordeolum

- Amoxicilin tab 3x500 mg

- Asam mefenamat tab 3x500 mg

- SalepmataCendoXitrol3 x ue OS

7. PROGNOSIS

- Quo Ad Vitam : Ad Bonam

- Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam

- Quo Ad Sanactionam : Ad bonam

- Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI

Anatomi Palpebra

Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit

yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu

nenyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari

dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan

pipi.1

1. Struktur Palpebra

a. Lapisan Kulit

Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian lain tubuh

karena tipis, longgar dan elastic, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak

subkutan

b. Muskulus Orbikularis Okuli

Fungsi musculus orbikularis okuli adalah menutup palpebra, serat-serat

ototnya mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam

jarak pendek mengelilingi tepi orbita. Sebgaian serat berjalan ke pipi dan dahi.

bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;

bagian diatas septum orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra

disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.

c. Jaringan Areolar

Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis

oculi berhubungan dnegan lapisan subaponeurotik kulit kepala.


d. Tarsus

Struktur penyokokng palpebra yang utama adalah lapidsan jaringan fibrosa

padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut lempeng tarsus

e. Konjungtiva Palpebrae

Bagian posterior palpebra dilapisi oleh selapis membrane mukosa,

konjungtiva palpebrae, yang melekat erat pada tarsus.1

2. Tepian Palpebra

Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian

ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior

dan posterior.

a. Tepian Anterior

- Bulu mata : Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.

Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta

melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah

- Glandula Zeis : Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang

bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata

- Glandula Moll : Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringan yang

bermuara membentuk suatu barisan dekat bulu mata

b. Tepian Posterior

Tepian palpebra superior berkontak dengan bulu mata dan sepanjang tepian

ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (kelenjar

Meibom atau tarsal).


c. Punctum Lacrimale

Pada ujung median tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil di pusat

yang terlihat pada palpebra superios dan inferior. Punctum ini berfungsi

menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.1

3. Fissura Palpebrae

Fissura palpebrae adalah ruang berbentuk elips diantara kedua palpebra yang

terbuka. Fissure ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-

kira 0.5 cm di tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kantus medialis lebih

tipis dari kantus lateralis dan mengelilingin lacus lacrimalis. 1

4. Septum Orbitale

Septum orbitale adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang terletak

di antara tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar antara palpebra dan

orbita. 1

5. Retraktor Palpebrae

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk oleh

kompleks muskulofasial dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikneal

sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia kapsulopalpebra di palpebra

inferior. 1

6. Musculus Levator Palpebrae Superioris

Musculus levator palpebrae muncul sebagai tendo pendek dari permukaan

bawah ala minar ossis sphenoidalis, di atas dan di depan foramen opticum. 1

7. Persarafan Sensoris

Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus

trigeminus (V). nervus lacrimalis, supraorbitalis, supratrochlearis, dan nasalis

eksterna adalah cabang-cabang divisi oftalmika nervus cranial kelima. Nervus


infraorbitalis, zygomaticofacialis dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-

cabang divisi maksilarts (kedua) nervus trigeminus.1

8. Pembuluh Darah dan Limfe

Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dam ophtalmica melalui

cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya, anastomosis di antara arteria

palpebralis lateralis dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di

dalam jaringan areolar submuskular. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam

vena optalmica dan vena-vena yang membawa darah dari dai dan temporal. Vena-

vena ini tersusun dalam pleksus pra- dan pascatarsal. Pembulug limfe segmen lateral

palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening preaurikular dan parotis, pembuluh

limfe dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening

submandibular. 1
2. DEFINISI

Hordeolum ( stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak

mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh

kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar

kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom,

kelenjar Zeis dan Moll.2

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang

terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan

hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss

atau Moll.2

3. EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis

penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran.

Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi

lebih sering pada orang dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor
seperti tingginya level androgen dan peningkatan insidensi meibomitis dan rosacea pada

dewasa.2

4. ETIOLOGI

Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi stafilokok, biasanya Staphylococcus

aureus.Pasien dengan blefaritis kronik, difungsi kelenjar meibomdan rosasea selular

adalah kelompok beresiko tinggi untuk hordeolum. Pada beberapa studi kasus ditemukan

multipel hordeolum yang rekuren sering dihubungkan dengan defisiensi immunoglobulin

M (IgM). Peningkatan kadar lipid serum dilaporkan juga dapat meningkatkan resiko

penyumbatan pada kelenjar minyak di kelopak mata sehingga menjadi predisposisi

terjadinya hordeolum.3

5. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor risiko terjadinya hoedeolum adalah3:

- Penyakit kronik

- Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk

- Peradangan kelopak mata yang kronik, seperti blefaritis

- Riwayat hordeolum sebelumnya

- Higiene dan lingkungan yang tidak bersih

6. PATOFISIOLOGI

Hordeolum eksterna timbul dari blockade dan infeksi dari kelenjar Zeisdan Moll

sedangkan hordeolum interna timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di

dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan

jaringan di sekitarnya. Patogenesis hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan pus

dalam lumen kelenjar oleh infeksi stafilokokus aureus (90 – 95 % kasus), Infeksi tersebut
dapat mengenai kelenjar Meibom (hordeoluminterna), maupun kelenjar Zeis dan Moll

(hordeolumeksterna).8

Proses tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar.

Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus sehingga

terjadi pembentukan pus dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran

abses, dengan ditemukannya sel polimorfonuklear (PMN) dan debris nekrotik. Nyeri,

hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada hordeolum. Intensitas nyeri

mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila pasien menunduk, rasa sakit

bertambah.5

Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan setempat, warna kemerahan, mengkilat

dan nyeri tekan, dapat disertai bintik kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus

pada folikel silia.5

7. KLASIFIKASI

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Peradangan

pada kelenjar Zeis dan Moll disebut sebagai hordeolum eksternum dan peradangan

pada kelenjar Meibom disebut sebagai hordeolum internum.2

a. Hordeolum eksternum

Hordeolum eksternum adalah infeksi kelnjar sebaceous dari Zeis di dasar bulu

mata, atau infeksi pada kelenjar keringat apokrin dari Moll. Hoerdeolum eksternum

terbentuk pada pada bagian luar palpebra dan dapat dilihat sebagai benjolan merah

kecil.2
b. Hordeolum internum

Hordeolum internum adaah infeksi kelenjar sebaceous Meibom yang melapisi

bagian dalam kelopak mata. Penyakit ini juga menyebabkan benjolan merah di bawah

palpebra (pada konjungtiva tarsalis) dan tampak dari luar sebagai bengkak dan

kemerahan. Hordeolum internum ditandai dengan onset akut dan biasanya durasinya

yaitu, antara 7-10 hari pada fase infiltrate. Fase supuratif adalah fase dimana sudah

timbul abses pada hordeolum dan pengobatan dengan kompres hangat serta

medikamentosa tidak cukup untuk mengobati hordeolum. Fase supuratif memerlukan

tindakan pembedahan.2
8. GAMBARAN KLINIS

Gejala subyektif dirasakan mengganjal pada kelopak mata, bertambah kalau

menunduk dan nyeri bila ditekan. Gejala obyektif tampak suatu benjolan pada kelopak

mata atas/bawah yang berwarna merah dan sakit bila ditekan di dekat pangkal bulu

mata.3

Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah

kelopak. Pada hordeolum eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut.

Hordeolum internum memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal,

dan biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Dapat disertai

pseudoptosis atau ptosis akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat.

Kadang disertai dengan pembesaran kelenjar preaurikel dan secara umum gambaran ini

sesuai dengan suatu abses kecil. Berdasarkan gejala:

- Pembengkakan

- Rasa nyeri pada kelopak mata

- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

- Riwayat penyakit yang sama

Berdasarkan tanda:

- Eritema

- Edema

- Nyeri bila di dekatt pangkal bulu mata

- Seperti gambaran abses kecil 3

Keluhan utama dapat berupa bengkak dan kemerahan pada kelopak mata yang

terasa nyeri untuk hoedeolum internum, dan bisul atau benjolan kmerahan, dapat

disertai nanah atau tidak pada hordeolum eksternum. Selain keluhan utama diatas

hordeolum juga dapat disertai dengan beberapa gejala tambahan, yaitu : benjolan di
kelopak mata atas atau bawah, pembengkakan lokal kelopak mata, nyeri lokal kelopak

mata, kemerahan pada kelopak mata, nyeri sentuh, pengerasan kulit dari margo kelopak

mata, sensasi terbakar di mata, terasa berat pada kelopak mata, gatal pada bola mata,

penglihatan kabur, secret purulen di mata, iritasi pada mata, sensitivitas cahaya, tearing,

ketidaknyamanan selama berkedip, sensasi benda asing di mata.8

Pada stadium selulitis (infiltratif) ditandai dengan adanya benjolan keras,

kemerahan, lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.Pada stadium abses

(supuratif) ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa bintik kuning atau

putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi. Umumnya pembentukan hordeolum

tunggal, namun bisa lebih dari satu/multiple.8

Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata

sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel kadang

ditemukan iku tmembesar. Keluhan lain yang umumnya dirasakan oleh penderita

hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan dan intensitas

nyeri bertambah bila pasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak

mata dan pecah dengan mengeluarkan pus.2

9. DIAGNOSIS BANDING

1. Kalazion

Kalazionmerupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang

tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan

yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion akan memberikan

gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan

adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang

mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanan sehingga terjadi kelainan

refraksi pada mata tersebut.4


Hordeolum Chalazion
Visus Tidak dipengaruhi Tidak dipengaruhi
Discharge Tidak ada Tidak ada
Lokasi Folikel atau Kelenjar pada Kelenjar ada daerah tarsal
daerah tarsal
Etiologi Steril atau inflamasi purulen Obstruksi
Nyeri Nyeri Tidak nyeri
Rencana Kompres hangat, antibiotic Kompres hangat, insisi atau
Terapi drainase

2. Selulitis praseptal

Selulitis praseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan jaringan

lunak periorbital yang dikarakteristikkan dengan adanya eritema pada kelopak mata

yang akut dan edema. Infeksi yang umumnya terjadi berasal dari persebaran dari

infeksi lokal sekitar seperti sinusitis ataupun trauma terhadap kelopak mata.7
3. Blefaritis Anterior

Blefaritis anterior adalah radang bilateral kronik yang umumnya terjadi di tepi

palpebra. Ada dua jenis; stafilokok dan seboroik. Blefaritis stafilokok dapat

disebabkan oleh infeksi stafilokokus aureus yang sering ulcerative atau stafilokokus

epidermidis. Gejala utamanya adalah iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada tepi

palpebra. Mata yang terkena “bertepi merah”, banyak sisik atau granulasi terlihat

menggantung pada bulu mata palpebra superior maupun inferior. Blefaritis stafilokok

dapat disertai komplikasi hordeolum atau kalazion. Kedua bentuk blefaritis

merupakan predisposisi terjadinya konjungtiviti sberulang.7

10. KOMPLIKASI

Suatu hordeolum yang besar dapat menimbulkan abses palpebra dan selulitis

palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita :

 Jikatidakditanganidenganbaik, hordeolumdapatmenjadiinfeksi

yangmenyebarpadajaringanperiorbita, sepertiselulitis.

 Gangguan visual jikaterdapatdefekpenekananpadakornea.

 Dapatterjadihordeolumrekurenapabilakurangmenjagahigienitas.
 Deformitaspalpebraatauadanya fistula

padapalpebramerupakankomplikasipadatindakandrainaseatau kuretase.8

11. PENATALAKSANAAN

Umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 7-10 hari. Hordeolum

internum memberi respon terhadap antibiotik topical namun kadang diperlukan insisi,

sedangkan hordeolum eksternum terapi dengan kompres air hangat namun kebanyakan

kasus membaik dengan sendirinya, kadang diperlukan antibiotik sistemik.5

a) Nonfarmakologi6

- Kompres air hangat 3-4 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu
drainase. Lakukan dengan mata tertutup
- Jangan menekan atau menusuk hordeolum karena dapat menimbulkan infeksi
yang lebih serius
- Hindari pemakaian make up pada mata, karena mungkin saja hal itu menjadi
penyebab infeksi
- Jangan memakai lensa kontak karena dapt menyebarkan infeksi ke kornea

b) Farmakologi

- Antibiotik:

o Topikal: Neomycin, Polimyxin B, Gentamycin, Chloramphenicol,

Ciprofloxacin, Dibekacin, Tobramycin, Fucidic acid, Bacitracin, diberikan

selama 7-10 hari, pada fase inflamasi

o Sistemik: Ampicillin 250 mg per-oral/sehari4 kali, Erythromycin, Tetracyclin

dosis rendah (diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat

pembesaran kelenjar limfe preaurikular)

- Obat-obat simptomatis dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, seperti

asetaminofen, asam mefenamat, ibu profen dan sejenisnya.5


c) Operatif

Bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif, atau sudah fase

abses, dianjurkan insisi dan drainage. Cara insisi:

 Berikan anastesi lokal dengan tetes mata pantocain

 Kalau perlu diberikan anastesi umum, misal pada anak-anak atau orang-orang

yang sangat takut sebelum diberi anastesi umum

 Dilakukan anastesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum

 Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, ke arah muka dan

tegak lurus pada margo palpebra (vertikal) untuk menghindari banyaknya

kelenjar-kelenjar yang terkena

 Pada hordeolum eksternum arah insisi horizontal sesuai dengan lipatan kulit atau

sejajar dengan margo palpebra

 Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan

meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibotik.6


12. PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa

mengalami penyembuhan dengan sendirinya, selama kebersihan daerah mata dijaga dan

dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai. Perlu

diperhatikan walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat jarang

namun hordeolum sangat mudah kambuh.7

Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih

cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih. Hordeolum termasuk

gangguan kelopak mata yang jinak, namun umumnya sering rekuren. Apabila ditangani

dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi, maka prognosisnya akan baik.7

Penekanan terhadap aksis penglihatan mungkin terjadi jika lesi semakin tidak

tertangani dan membesar. Terapi insisi dilakukan jika terapi lini pertama dengan

kompres hangat dan terapi lini kedua dengan medikamentosa tidak menunjukan

perbaikan. Scar bekas insisi kuretase menjadi focus perhatian akhir-akhir ini sehingga

pertimbangan kosmetik diperlukan. Terapi pembedahan tidak menurunkan angka

rekurensi sehingga masih didapatkan peluang munculnya rekurensi. Follow up pasien

diperlukan untuk evaluasi terhadap keluhan maupun penyembuhan lesi.7

13. PENCEGAHAN

Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum

menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang serta menjaga kebersihan

peralatan make up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman. Usap kelopak mata

dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar

lemak. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.7


BAB III

PEMBAHASAN

Hordeolum merupakan penyakit yang self limited namun rekuren. Hordeolum lebih

sering terjadi pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak ada batasan umur. Insiden

tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Pasien mempunyai kebiasaan mengucek mata

atau menyentuh kelopak mata dan hidung.

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu terdapat

benjolan di kelopak mata kiri bawah. Keluhan ini dirasakan tiga bulan sebelum pasien datang

ke rumah sakit. Awalnya berupa benjolan kecilsepertijerawat yang terasa nyeri

biladitekandan gatal kemudian semakin lama semakin membesar sehingga kelopak

matakiribawahmerahdan bengkak. Benjolan terasa lunak. Sekarang benjolan tidak terasa

nyeri namun pasien merasa mengganjal di bagian kelopak mata kiri bawah.Visus pasien

normal dan tidak terganggu, Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis pada hordeolum.

Dari hasil pemeriksaan fisik khusus dengan membalikan kelopak mata inferior kiri

terlihat benjolan dan terdapat daerah yang berwarna kemerahan. Hal ini sesuai dengan

keadaan klinis hordeoluminternum terjadi apabila yang terkena kelenjar Meibom yang

terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal. Hal

ini membedakan hordeolum interna dengan externa. Pada hordeolum eksternum terjadi

apabila yang terkena kelenjar yang berada di anterior palpebra yaitu pada kelenjar Moll atau

Zeissdengan kemerahandanbengkak yang mengarah ke kulit.

Edema pada kelopak mata kiri inferior disebabkan adanya peningkatan permeabilitas

pembuluh darah. Gejala ini disebabkan infeksi atau peradangan pada kelenjar Meibom di

kelopak mata bagian bawah. Penyebab dari hordeolum adalah infeksi bakteri, biasanya

bakteri Staphylococcus(Staphylococcus aureus).


Pasien saat datang ke rumah sakit nyeri sudah berkurang dan tanda peradangan hanya

tersisa sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sedang dalam tahap supurasi. Berdasarkan

gejala dan tanda yang didapat pada pasien ini disimpulkan bahwa pasien ini mengalami

hordeolum internum fase supurasi pada mata kirinya. Ada beberapa penyakit yang

menyerupai penyaki thordeolum, seperti kalazion. Kalazion dan hordeolum secara klinis

dibedakan oleh ada atau tidaknya rasa nyeri pada pasien.

Pada pasien disarankan untuk dilakukan insisi lalu menggunakan teknik curetase,

yaitu mengeluarkan pus yang berada di kelenjar meibom nama lain dari teknik ini adalah

Exchocleasi karena pasien sudah termasuk fase supuratif.

Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah Cendo xytrol salep, asam

mefenamat, dan amoxicilin oral. Cendo xytrol yang mengandung Dexamethasone Sodium

phosphate, obat yang termasuk golongan kortikosteroid, dikombinasikan dengan neomycin

sulphate dan polymixin B sulphate, obat yang termasuk antibiotik. Asammefenamat

merupakan salah satu jenis dari obat anti inflamasi non steroid yang dapat mengurangi

keluhan merah atau tanda peradangan lainnya pada hordeolum. Amoxicilin per oral diberikan

sebagai antibiotik untuk menghambat penyebarani nfeksi bakteri, dan mencegah timbulnya

infeksi pasca insisi.

Dexametason adalah obat steroid jenis glukokortikoid sintetis yang digunakan sebagai

agen anti alergi, imunosupresan, anti inflamasi dan anti shock yang sangat kuat. Obat ini 20-

30 kali lebih kuat daripada hidrokortison dan 5-7 kali lebih kuat daripada prednison.

Dexamethasone bekerja dengan cara menembus membran sel sehingga akan terbentuk suatu

kompleks steroid-protein reseptor. Sebagai anti inflamasi, obat ini menekan migrasi neutrofil,

mengurangi produksi prostaglandin (senyawa yang berfungsi sebagai mediator inflamasi),

dan menyebabkan dilatasi kapiler. Hal ini akan mengurangi repon tubuh terhadap kondisi

peradangan (inflamasi).
Neomisin adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan untuk

mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri gram negatif. Neomycin

bekerja dengan cara mengikat secara reversibel terhadap sub unit 30s dari ribosom bakteri

sehingga menghambat sintesa protein yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri

itu.

Polymixin B adalah antibiotik yang aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram

positif. Antibiotik ini bekerja dengan cara mengikat membran sel dan mengubah strukturnya

sehingga menyebabkan membran sel menjadi lebih permeabel.

Prognosis pada penderita ini adalah baik, karena hordeolum biasanya sembuh

spontan. Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih.

Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak, namun umumnya sering

rekuren.Apabila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi. Hordeolum

yang kecilmasihbisamengalamipenyembuhandengansendirinya. Sedangkan hordeolum yang

cukup besar disarankan untuk dilakukan insisi untuk mengeluakan pus di dalam kelenjar

meibom.

Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalubanyakmenyentuhdaerah

yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk mempercepat penyembuhan penyakit

dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita dianjurkan untuk kontrol kepoliklinik

mata untuk memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan penyakit dan keberhasilan

terapi.
BAB IV

KESIMPULAN

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila

kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss

atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum,

benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta

jarang mengalami supurasi dan tidak dapat memecah sendiri. Hordeolum eksternum tonjolan

kearah kulit, ikut dengan pergerakan kulit, dan mengalami supurasi, memecah sendiri kearah

kulit. Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.

Gejala dan tanda hordeolum antara lain bengkak, nyeri pada kelopak mata, perasaan

tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata, memiliki riwayat penyakit yang sama,

eritema, edem, nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata. Seperti gambaran absces

kecil.Penatalaksanaan terdiri dari perawatan umum seperti kompres hangat, antibiotik topikal

atau pun sistemik dan pembedahan.


BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. 2000. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta.

2. Bessette, M.J. 2012. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine Follow-up. Medscape

journal. at:http://emedicine.medscape.com/article/798940-followup

3. Ehrenhaus MP. Hordeolum. [online]. 2017. [cited 2018 April 13]. Available from:

https://emedicine.medscape.com/article/1213080-

overview?pa=xXgIqFzJEgfSOpKVCdLJGYNNqixjGEGaE7yBUghsN3jpuMGASuJGP

DyBgUmntoMQs7CF3wx2Tu1U792SxywYLg%3D%3D#a5

4. Ilyas, S., danYulianti, S.R. 2011. IlmuPenyakit Mata EdisiKeempat. Jakarta:

BadanPenerbit FKUI.

5. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Interventions for acute internal

hordeolum. Cochrane Database Syst Rev. 2013 Apr 30. 4:CD007742. [Medline].

6. Panicharoen C, Hirunwiwatkul P. Current pattern treatment of hordeolum by

ophthalmologists in Thailand. J Med Assoc Thai. 2011 Jun. 94(6):721-4. [Medline].

7. Gupta, A., Stacey, S., & Amissah-Arthur, K. 2014. Eyelid lumps and lesions.BMJ :

British Medical Journal (Online), 348doi:http://dx.doi.org/10.1136/bmj.g3029

8. Michael ED. Hordeolum. 2009. Available from : http://translate.google.

co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://emedicine.medscape. com /

article/1213080-overview

Anda mungkin juga menyukai