Anda di halaman 1dari 15

1

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya

penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “NEVUS”. Laporan Kasus

ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik

dibagian Ilmu oftalmologi yang dilaksanakan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dokter

pembimbing dr. Hasnawati Sp.M yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sehingga Laporan Kasus ini

dapat terselesaikan.

Besar harapan penulis agar Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca serta dapat memberikan suatu pengetahuam baru bagi mahasiswa untuk

meningkatkan keilmuannya.

Meulaboh, 11-desember- 2018

Penulis
2

BAB I
PENDAHULUAN

Nevus (tahi lalat) adalah tumor jinak dari sel pembentuk yang berpigmen, atau
disebut sel nevus. Hal itu digambarkan dengan adanya bercak berpigmen pada kulit.
Nevi adalah bawaan atau diperoleh . Nevus junctional adalah makula, dengan
sel nevus terbatas pada epidermis. Nevi tipe compound dan intradermal adalah
yang populer, dengan sel-sel nevus pada epidermis dan dermis.
Sumber lain mengatakan bahwa "Nevus" adalah bahasa Latin untuk
"kesan ibu" atau "tanda lahir." Ini terlihat berbatas tegas, kulit non-
neoplastik atau lesi pada mukosa. Istilah ini memenuhi syarat yang sesuai dengan sel
atau jaringan asal. Nevi dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau faktor
embriologis dan dapat muncul setiap saat dalam hidup (Unna, 1894). Mereka
berkembang sangat lambat.
Ada dua jenis sel yang terbentuk dan memilki pigmen di dalam kulit, yaitu
melanosit dan sel nevus. Melanosit merupakan sel dendrit yang ditemukan di lapisan
basal epidermis. Sedangkan sel-sel nevus ditemukan di lapisan basal epidermis dan
juga di lapisan dermis. Sel-sel nevus berbeda dari melanosit, mereka tersusun dalam
sarang dan tidak memiliki proses dendritik.
3

BAB II
LAPORAN KASUS

I . Identifikasi
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 30
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat : Padang sirabu
Tanggal masuk : 21 .11.2018
No. RM : 86.19.03

Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan mengalami benjolan pada kelopak mata

Riwayat penyakit sekarang :


 Tumbuh tahi lalat dikelopak mata kanan bagian atas yang bewarna hitam sejak 6
bulan terakhir.
 Pasien merasakan makin lama tahi lalat ini semakin membesar
 Tahi lalat seperti ini pernah muncul di kelopak mata sebelah kiri kurang lebih 2
tahun yang lalu dan di operasi.
 Pasien merasa berat untuk menutup dan membuka karena ada tahi lalat yang
mengganjal.
4

 Pasien mengeluhkan pandangannya kabur di kedua mata , pandangan seperti


berasap dan berkabut (+), penglihatan silau pada siang hari (+), penglihatan
lebih terang pada malam hari daripada siang hari, penglihatan kembar (-),
penderita mengaku lebih terang membaca tanpa kacamata, mata merah (-), mata
berair (+), nyeri (-), mata seperti melihat pelangi bila melihat lampu (-), sakit
kepala (-), mual muntah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Pasien pernah menderita penyakit yang sama yaitu tahi lalat yang membesar
dikelopak mata sebelumnya.
 Pasien tidak menggunakan kaca mata baca sebelumnya.
 Riwayat minum obat anti hipertensi tidak ada
 Riwayat kencing manis tidak ada
 Riwayat memakai kacamata tidak ada.
 Riwayat penglihatan kabur sebelumnya ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada riwayat keluarga yang menderita seperti ini sebelumnya

Pemeriksaan Fisik

Status Ophtalmikus OD OS
Visus 20/30 20/30
Refleks fundus + +
5

Silia/supersilia Trikiasis (-),madarosis (-) Trikiasis (-),madarosis (-)


Palpebra superior hiperemis (-) hiperemis (-)
terdapat massa di
palpebra superior
berukuran 2 mm x 2
mmx 1 mm bewarna
kehitaman, berbatas
tegas, permukaan tidak
rata.
Aparat lakrimalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Konjungtiva tarsalis Tak ada kelainan Tak ada kelainan
Konjungtiva fornik
Konjungtiva bulbi
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening

Kamera okuli anterior Dalam, hipopion (-), Dalam, hipopion (-),


hifema(-) hifema(-)
Iris Tak ada kelainan Tak ada kelainan
Pupil Bulat, diameter 3mm, Bulat, diameter 3mm,
reflek (+/+) reflek (+/+)
Lensa Keruh Keruh
shadow test (+) shadow test (+)
Fundus:
- papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- pembuluh darah pemeriksaan pemeriksaan
- retina
6

- macula

DIAGNOSIS BANDING
 Nevus pigmentosus
 Nevus Melanositik
 Xantelasma
 Kelainan refraksi

DIAGNOSIS SEMENTARA
Nevus Pigmentosus + Katarak Senilis Immatur ODS

PENATALAKSANAAN
Biopsi Eksisi

PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
7

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip dapat melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata
sedangkan palpebra inferior menyatu dengan pipi.13
Palpebra terdiri atas 5 bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapiskulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebra).13
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis dengan sedikit folikel rambut tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus orbikularis okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
di dalam palpebra dikenal sebagai pratarsal, bagian di atas septum orbita adalah
praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus fasialis.
3. Jaringan areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan dengan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.

4. Tarsus
8

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebuttarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar meibom.
5. Konjungtiva palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa yaitu konjungtiva
palpebra yang melekat erat pada tarsus.
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30mm dan lebar 2 mm. Ia
dipisahkan oleh gariskelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior. Tepian anterior terdiri dari bulumata, glandula zeiss, dan moll.13
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah. Selain itu,
melengkung ke atas sedangkan bulu mata bawah melengkung ke bawah. Glandula
zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.13
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata dan sepanjang tepian
ini terdapatmuara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula meibom atau tarsal).13
Pungtum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada
palpebra superior dan inferior. Pungtum ini berfungsi menghantarkan air mata ke
bawah melalui kanalikuli terkait ke sakus lakrimalis.13
Fisura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira 0,5 cm
dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.10
Septum orbita adalah fasia di belakang bagian muskularis orbikularis yang
terletak di antara tepian orbita dan tarsus. Berfungsi sebagai sawar antara palpebra
orbita. Septum orbita superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior sedangkan septum orbita inferius menyatu dengan tarsus
inferior.13
9

Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,


bagian otot rangka adalah levator palpebra superior yang berasal dari apeks orbita
kemudian berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis. Bagian
yang lebih dalam mengandung serat-serat otot polos dari muskulus muller (tarsalis
superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior
yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus oblikus inferior
dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot
polos dari retraktor palpebra dipersarafi oleh nervus simpatis. Levator dan
muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotorius.13 Pembuluh darah
yang memperdarahi palpebra adalah a. palpebralis. Persarafan sensorik kelopak
mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V sedangkan kelopak mata bawah
oleh cabang kedua nervus V.

1. NEVUS
a. Definisi
10

Sel nevus berpigmen adalah pigmentasi tahi lalat yang umum


terjadi pada kebanyakan orang. Nevus berasal dari melanosit yang
memproduksi pigmen. Permukaan dari nevus bisa halus ataupun
berbenjol-benjol tergantung pada jumlah keratin yang dikandungnya.
Bisa terdapat beberapa rambut dengan ukuran panjang yang bervariasi.
Warna nevus mulai dari sewarna kulit hingga coklat dan hitam
tergantung pada jumlah dan lokasi dari melanin dan pigmen di dalam
tumor. Nevus dengan warna yang lebih gelap memiliki pigmen yang
lebih dekat ke permukaan.11

b. Klasifikasi
1) Junctional nevus
Junctional nevus biasanya datar dan berbatas tegas dengan warna
cokelat seragam. Dinamakan junctional nevus karena sel-sel nevus ini
terletak pada perbatasan antara epidermis dan dermis. Memiliki
potensi rendah berubah menjadi keganasan.
2) Intradermal nevus
Intradermal nevus umumnya meninggi di atas kulit dan merupakan
jenis nevus paling umum. Biasanya berwarna cokelat hingga hitam.
Nevus intradermal sering terdapat pada pinggir kelopak mata dan bulu
mata pada kelopak mata yang ditumbuhi nevus tersebut dapat tumbuh
normal di atas nevus. Bisa tumbuh pada alis mata dan bulu-bulu alis
mata juga dapat tumbuh baik pada nevus. Sebagian besar ahli
berpendapat bahwa nevus ini tidak memiliki potensi keganasan.
3) Compound nevus
Compound nevus adalah nevus yang berasal dari gabungan komponen
jaringan pembatas antara epidermis dan dermis dengan komponen
jaringan dermis kulit. Nevus ini memiliki potensi keganasan yang
rendah.
11

Gambar Nevus
4) Nevus biru
Nevus biru biasanya datar tetapi dapat pula berupa nodul yang
berbatas tegas. Nevus ini dapat berwarna biru, abu-abu, hingga hitam.
Warna biru hitam dikarenakan letaknya yang jauh lebih dalam dari
kulit yang di atasnya.

Gambar Nevus Biru


5) Congenital oculodermal melanocytosis (nevus of ota)
Jenis dari nevus biru dari kulit di sekitar bola mata yang berhubungan
konjungtiva dan uvea. Nevus ini biasa mengenai ras kulit hitam dan
oriental, jarang mengenai ras Kaukasia. Berpotensi menjadi ganas jika
mengenai ras Kaukasia.11

Gambar Nevus of Ota


c. Tatalaksana
12

Walaupun dari tampilan klinis dan riwayat penyakit membantu


dalam membuat diagnosis klinis, biopsi biasanya diperlukan untuk
mengkonfirmasi diagnosis nevus. Biopsi insisi bisa dilakukan jika lesi
berukuran besar dan untuk memastikan diagnosis. Biopsi eksisi juga dapat
dilakukan jika nevus ingin dihilangkan karena alasan kosmetik selain juga
untuk konfirmasi diagnosis. Nevus tidak sensitif terhadap radioterapi
sehingga bedah eksisi adalah cara terbaik untuk menghilangkan tumor
ini.11

BAB IV
13

ANALISIS KASUS

Pada kasus ini perempuan berusia 48 tahun datang dengan keluhan timbul tahi
lalat yang semakin lama semakin membesar di kelopak mata kanan sejak ± 6 bulan
yang lalu. Pasien mengaku pernah mengalami keluhan serupa pada 1 tahun yang lalu di
kelopak mata kiri dan dibuang dengan operasi Pasien merasa berat untuk menutup dan
membuka karena ada tahi lalat yang mengganjal.Pasien mengeluhkan pandangannya
kabur di kedua mata , pandangan seperti berasap dan berkabut (+), penglihatan silau
pada siang hari (+), penglihatan lebih terang pada malam hari daripada siang hari,
penglihatan kembar (-), penderita mengaku lebih terang membaca tanpa kacamata, mata
merah (-), mata berair (+), nyeri (-), mata seperti melihat pelangi bila melihat lampu (-),
sakit kepala (-), mual muntah (-).
Dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi didapatkan penglihatan kabur dan
visus mata kanan 20/30 pin hole 20/25, visus mata kiri 20/30 pin hole 20/25. Hal ini
menunjukkan bahwa tajam penglihatan pasien berkurang. Untuk mengetahui apakah
berkurangnya tajam penglihatan disebabkan oleh kelainan refraksi atau media refraksi,
maka harus dilakukan pemeriksaan pinhole. Setelah pemeriksaan pinhole tajam
penglihatan tetap atau menurun, maka letak kelainan terjadi pada media refraksi. Jadi,
kelainan refraksi dapat disingkirkan.
Diagnosis nebus pigmentosus dan katarak ditegakkan dari keluhan adanya tahi
lalat yang semakin membesar di kelopak mata nyeri (-) yang disertai penglihatan turun
perlahan, Penderita merasa pandangan seperti berasap atau berkabut, penglihatan silau
pada siang hari, dan penglihatan lebih terang pada malam hari daripada siang hari. Pada
pasien ini, katarak terjadi pada usia lanjut sehingga jenis katarak pada pasien ini adalah
katarak senil. Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 40 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara
pasti. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur,
hipermatur. Pada pemeriksaan oftalmologi pada pasien ini ditemukan tanda-tanda
katarak imatur yaitu katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak
14

imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif, kedalaman bilik mata depan dangkal, terdapat bayangan iris
pada lensa, sehingga uji bayangan iris positif.

DAFTAR PUSTAKA
15

1. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San


Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika, 2000.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2003
4. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta: 2005.
5. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:Balai Penerbit FK UI;
2002.
6. J.P Shock. Lensa dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 1996: 175-183
7. Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2005. Hal 242-4
8. Marchuk DA. Pathogenesis of Hemangioma. Journal Clinical Investigations
Vol.107; 2001.
9. Mulliken J.B. Vascular Anomalies. In: Aston S, Beasley R, Thorne C, Editors.
Grabb and Smith's Plastic Surgery. 5th ed. Philadelphia : Lippincot-Raven Publ;
1997. p. 191-200
10. Oski F, Deangelis C, Feigen R. Hemangioma. In: Julia A. McMillan, Catherine
D. Deangelis, Ralph D, editors. Principle and Practice of Pediatrics. 2nd edition.
Philadelphia : WB Saunders Co; 1999. p.802-12
11. Hasan Q, Tan T.S, Gush J, Peters S, Davis P. Steroid Therapy of a Proliferating
Hemangioma: Histochemical and Molecular Changes. J Pediatr 2000; 105: 117-
20.
12. Eyelid, Conjungtival, and Orbital Tumors : An Atlas and Text . Second Edition.
Jerry A. Shields and Carol L. Shields. Penerbit : Wolters Kluwer Health. Hal:
206.
13. Ocular Molluscum contagiosum- A case report. Nigwekar Shubhangi. Pravara
Med Rev 2009: 4
14. Eyelid Tumors clinical diagnosis & surgical treatment. Second edition. Jay
justin older. 2003 hal : 38 – 40.

Anda mungkin juga menyukai