ANGIOEDEMA
Oleh :
dr. Reviolita Ariani
Pembimbing :
Dr. Yuni Arcan Sianturi Sp.A
Pendamping Wahana:
dr. Aisah Bee
BAB I
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. F
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Tanjung Harapan
No. RM
: 067008
Tanggal periksa : 11/10/2016
II.
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 11 Oktober 2016
kepada ibu kandung.
A. Keluhan utama : wajah bengkak kemerahan
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa oleh orangtua ke RSUD dengan keluhan wajah bengkak
kemerahan sejak 12 jam SMRS. Bengkak kemerahan tidak hanya di wajah,
tetapi juga di seluruh tubuh, tangan dan kaki. Bengkak terasa gatal dan
digaruk-garuk oleh pasien. Bibir pasien tampak menebal. Tidak ada
keluhan sesak nafas, mual dan muntah.
12 jam SMRS pasien periksa ke klinik dokter dengan keluhan demam
sejak 4 hari terus menerus dan ada luka koreng bernanah di kaki kanan
sejak 1 minggu yang tak kunjung sembuh. Oleh dokter diberikan obat
puyer dan amoksisilin sirup. Beberapa jam setelah minum obat tersebut,
muncul gejala bengkak kemerahan di wajah, seluruh tubuh, tangan dan
kaki.
Pasien tidak ada riwayat makan makanan yang tidak biasa sebelumnya,
batuk (-), pilek (-) BAK dalam batas normal, BAB 1 hari yang lalu.
C. Riwayat penyakit dahulu
1. Riwayat sakit sama seperti ini
: disangkal
2. Riwayat alergi cuaca dan debu
: disangkal
3. Riwayat alergi obat
: tidak tahu
4. Riwayat alergi makanan
: disangkal
5. Riwayat asma
: disangkal
D. Riwayat penyakit keluarga
1. Riwayat keluarga sakit serupa
: disangkal
2. Riwayat alergi cuaca dan debu
: disangkal
3. Riwayat asma
: disangkal
4. Riwayat alergi obat
: tidak tahu
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
3. Vital sign :
a. Tekanan darah
: 100/70 mmHg
b. Nadi
: 88 x/menit
c. RR
: 24 x/menit
d. Suhu
: 37.80C
4. Status gizi : kesan cukup
5. Status generalis
a. Kepala : Bentuk mesochepal, rambut warna hitam, mudah dicabut (-),
luka (-)
b. Muka : tampak udem, hiperemis, eritema (+)
c. Mata : udem periorbital (+/+) konjungtiva anemis Hidung : napas
cuping (-),
d. Telinga : serumen (-/-)
e. Mulut : bibir udem (+), eritema (+) sianosis (-), hematom (-)
f. Thorak
Cor
I
: ictus kordis tidak terlihat
P
: ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah
medial midclavikula sinistra
P
sinistra
dextra
Pulmo
Superior
-/-
Inferior
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Edema
+/+
+/+
Nyeri gerak
-/-
-/-
IV.
STATUS DERMATOLOGI
A. Lokasi : wajah, periorbital, bibir, tangan dan kaki
B. UKK : udem, hiperemis, eritema
V.
DIAGNOSA BANDING
Angioedema
Urtikaria
Eritema multiforme
VI.
DIAGNOSA KERJA
Angioedema
VII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Basofil
Eosinofil
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Albumin
Hasil
11.8
14.190
33.1
217.000
0.5
2.2
60
35.5
1.7
3.2
Nilai rujukan
12 16 gr%
4 11 rb/mm
36 47 %
150 400 rb/mm
01%
03%
Hasil
Kuning Muda
1.025
6.0
0-1
0-1
-
Nilai Rujukan
Kuning Jernih
1.001-1.035
4.4-8.0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0 -2 Lbp
0 5 Lbp
Pos/Neg
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
50 70 %
35.5 %
28%
3.8 5.1 g/dl
Pemeriksaan Urinalisa
Pemeriksaan
Warna
BJ
pH
Protein
Bilirubin
Urobilinogen
Keton
Reduksi
Nitrit
Sedimen
-Eritrosit
-Leukosit
-Epitel
-Bakteri
-Cristal
-Cyilinder
-Sel Ginjal
-Sel Ragi
VIII.
PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
- Menghindari agen pencetus yang dapat menimbulkan keluhan
2. Medikamentosa
- Methyl prednisolon 2 x 4 mg/hari
IX.
Cetirizin 2 x 5 cc
Cefixim syr 2 x 2.75 cc
Gentamicin zalf
Anjuran rawat inap keluarga menolak
PROGNOSIS
A. Quo ad vitam
B. Quo ad sanam
C. Quo ad fungsionam
D. Quo ad cosmetikam
: ad bonam
: dubia ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
X. FOLLOW UP
Pasien kontrol ke poli anak
Tanggal
14/10/201
Perjalanan penyakit
S bengkak kemerahan pada wajah,
Terapi
-Cetirizin syr (stop)
-Methyl
(stop)
Prednisolon
(lanjut)
-Gentamicin zalf (lanjut)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Angioedema yang juga disebut dengan giant urticaria, Quincke edema dan
angioneurotic edema telah digunakan sejak dulu untuk menggambarkan
kondisi seperti ini. Angioedema seringkali dihubungkan dengan urtikaria.
Faktanya sebanyak 50% pasien dengan urtikaria juga mangalami angioedema.
Banyak kasus angioedema sangat mirip dengan urtikaria berdasarkan etiologi
dan penatalaksanaannya.1,2
Angioedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh meningkatnya
permeabilitas vaskular pada jaringan subkutan kulit, lapisan mukosa, dan
lapisan submukosa yang terjadi pada saluran napas dan saluran cerna.
Etiologi
Peradangan di kulit dapat mengakibatkan gatal-gatal dan angioedema.
Gatal-gatal dan angioedema kadang-kadang dapat dipicu ketika sel-sel tertentu
yang disebut sel mast melepaskan bahan kimia histamin dan bahan lainnya ke
dalam aliran darah dan kulit. Penyebab urtikaria dan angioedema mencakup
yang berikut :
- Kausa imunologik yang diperantarai oleh IgE termasuk obat, makanan dan
C.
parasit
Kausa yang diperantarai oleh komplemen termasuk serum sickness dan
Patogenesis
Urtikaria dan angioedema ialah suatu reaksi pada kulit yang mudah dilihat
dan biasanya terlokalisasi, baik pada kulit (urtikaria), maupun di bawah kulit
(angioedema) yang disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Pada
urtikaria peningkatan permeabilitas kapiler ini merupakan faktor yang penting.
Keadaan ini dimungkinkan karena pelepasan histamin dari sel mast. Terjadi
edema subkutan, umumnya pada jaringan yang longgar dan berisi sedikit ujung
saraf, sehingga keluhan gatal pada angioedema lebih jarang ditemukan
dibanding pada urtikaria.2,3
Bradikinin memainkan peran penting dalam segala bentuk angioedema
herediter. Ini peptida adalah kuat vasodilator dan meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah, menyebabkan akumulasi cepat cairan dalam interstitium. Hal
ini paling jelas di wajah, di mana kulit relatif sedikit telah mendukung jaringan
ikat, dan edema mengembangkan mudah. Bradikinin dirilis oleh berbagai jenis
sel dalam menanggapi rangsangan yang berbeda-beda, melainkan juga rasa
sakit mediator. Peredam atau menghambat bradikinin telah ditunjukkan untuk
Gejala klinis
Angioedema sering menimbulkan tanda-tanda pembengkakan pada wajah
yang sebagian besar terjadi di dekat mata / daerah periorbital, mulut,
tenggorokan, leher, tangan dan kaki. Bahkan di dalam saluran pencernaan yang
terjadi secara tiba-tiba. Pembengkakan pada saluran pencernaan ini bisa
menyebabkan pasian mengalami mual, muntah dan kram pada perut. Selain itu
juga muncul semacam bercak berwarna merah yang sering terasa gatal. Pada
kasus yang parah, angioedema bisa memicu pembengkakan di lidah atau
tenggorokan. Kondisi ini dapat menimbulkan kesulitan bernafas yang
menyebabkan pusing dan pingsan. Angioedema membutuhkan waktu hitungan
menit atau bahkan berjam-jam untuk berkembang sempurna. Satu hal menarik
tentang angioedema adalah bahwa ia dapat menulari atau mempengaruhi satu
sisi atau bagian dari tubuh, sementara sisi lainnya atau bagian lainnya tidak
terpengaruh. Setiap bagian tubuh tersebut merasakan sakit dan sensasi terbakar.
Sering kali, bagian yang terinfeksi juga bengkak.2,3
E.
Klasifikasi
1. Angioedema turunan atau HAE (hereditary angioedema)
Angioedema herediter (Hae) ada dalam tiga bentuk, yang semuanya
disebabkan oleh mutasi genetik yang diwariskan dalam dominan autosomal
bentuk. Mereka dibedakan oleh kelainan genetik yang mendasari. Tipe I
Diagnosa banding
a. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam
sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Gejala urtikaria adalah
sebagai berikut: Gatal, rasa terbakar, atau tertusuk, biduran berwarna
merah muda sampai merah, lesi dapat menghilang dalam 24 jam atau
lebih, tapi lesi baru dapat mucul seterusnya, serangan berat sering disertai
gangguan sistemik seperti nyeri perut diare, muntah dan nyeri kepala.
Tanda urtikatria adalah sebagai berikut: Klinis tampak eritema dan edema
setempat berbatas tegas dan kadang-kadang bagian tengah tampak lebih
pucat. Bentuknya dapat papular, lentikular, numular, dan plakat. Jika ada
reaksi anafilaksis, perlu diperhatikan adanya gejala hipotensi, respiratory
distress, stridor, dan gastrointestinal distress. Jika ada lesi yang gatal,
dapat dipalpasi, namun tidak memutih jika ditekan, maka merupakan lesi
dari urticarial vasculitis yang dapat meninggalkan perubahan pigmentasi.
Pemeriksaan untuk dermographism dengan cara kulit digores dengan
objek tumpul dan diamati pembentukan wheal dengan eritema dalam 5-15
menit. Edema jaringan kulit yang lebih dalam atau submukosa pada
angioedema. 1,3,4,5
b. Eritema multiforme
Eritema multiforme merupakan penyakit kulit akut dan dapat sembuh
dengan sendirinya yang dicirikan dengan papul merah simetri yang timbul
secara tiba-tiba, dan beberapa menjadi lesi target yang tipikal kadangkadang atipikal. Eritema multiforme adalah reaksi imunologik dalam kulit
yang dipicu oleh infeksi atau obat. Seperti yang ditunjukkan namanya
keadaan ini mencakup sejumlah lesi : papula, bula, plak dan lesi sasaran.
Lesi mula-mula berupa makula, papul dan urtika yang kemudian timbul
lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini dapat juga mengenai selaput
lendir.6,7
G.
Diagnosa
Dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang teliti, diagnosa urtikaria
dan angioedema mudah ditegakkan, namun beberapa pemeriksaan diperlukan
untuk membuktikan penyebabnya, misalnya :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya
infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. 2 Pemeriksaan
darah rutin bisa bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit
penyerta.
Pemeriksaan-pemeriksaan
seperti
komplemen,
autoantibodi, elektrofloresis serum, faal ginjal, faal hati, faal hati, dan
urinalisis akan membantu konfirmasi urtikaria vaskulitis. Pemeriksaan C 1
inhibitor dan C4 komplemen sangat penting pada kasus angioedema
berulang tanpa urtikaria. Cryoglubulin dan cold hemolysin perlu diperiksa
pada urtikaria dingin.3
b. Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina
Pemeriksaan ini untuk menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.
c. Tes Alergi
Adanya kecurigaan terhadap alergi dapat dilakukan konfirmasi dengan
melakukan tes kulit invivo (skin prick test) dan pemeriksaan IgE spesifik
Penatalaksanaan
1. First Line therapy
Langkah non medis secara umum
Menghindari faktor-faktor yang memperberat seperti terlalu
inhibitor.
Menghindari agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan
angioedema.
Menggunakan cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol
1% atau 2%
Antagonis reseptor histamin
Antagonis reseptor histamin H1 dapat diberikan jika gejalanya
menetap. Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat
bermanfaat. Cara kerja antihistamin telah diketahui dengan jelas yaitu
menghambat histamin pada reseptor-reseptornya. Secara klinis dasar
pengobatan pada urtikaria dan angioedema dipercayakan pada efek
antagonis terhadap histamin pada reseptor H1 namun efektifitas
tersebut acapkali berkaitan dengan efek samping farmakologik yaitu
sedasi. Dalam perkembangannya terdapat antihistamin yang baru yang
berkhasiat yang berkhasiat terhadap reseptor H1 tetapi nonsedasi
golongan ini disebut sebagai antihistamin nonklasik.
Antihistamin golongan AH1 yang nonklasik contohnya adalah
terfenadin, aztemizol, cetirizine, loratadin, dan mequitazin. Golongan
ini diabsorbsi lebih cepat dan mencapai kadar puncak dalam waktu 14 jam. Masa awitan lebih lambat dan mencapai efek maksimal dalam
waktu 4 jam (misalnya terfenadin) sedangkan aztemizol dalam waktu
96 jam setelah pemberian oral. Efektifitasnya berlangsung lebih lama
dibandingkan dengan AH1 yang klasik bahkan aztemizol masih efektif
21 hari setelah pemberian dosis tunggal secara oral. Golongan ini juga
dikenal sehari-hari sebagai antihistamin yang long acting. Keunggulan
lain AH1 non klasik adalah tidak mempunyai efek sedasi karena tidak
dapat menembus sawar darah otak.3,4
2. Second Line Therapy
Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, antihistamin
mungkin gagal, bahkan pada dosis tinggi, atau mungkin efek samping
bermasalah. Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria seharusnya
respon dengan menggunakan kortikosteroid. Sebuah kursus singkat
dari kortikosteroid oral (diberikan setiap hari selama 5-7 hari, dengan
atau tanpa tappering) atau dosis tunggal injeksi steroid dapat
membantu ketika digunakan untuk episode urtikaria akut yang tidak
respon terhadap antihistamin. Kortikosteroid harus dihindari pada
penggunaan jangka panjang pengobatan urtikaria kronis karena efek
samping kortikosteroid seperti hiperglikemia, osteoporosis, ulkus
peptikum, dan hipertensi.2,3
Contoh obat kortikosteroid adalah prednison, prednisolone,
methylprednisolone, dan triamcinolone. Prednisone harus diubah
menjadi prednisolone untuk menghasilkan efek, dapat diberikan
dengan dosis dewasa 40-60 mg/hari PO dibagi dalam 1-2 dosis/hari
dan dosis anak-anak 0.5-2 mg/kgBB/hari PO dibagi menjadi 1-4
dosis/hari. Prednisolone dapat mengurangi permeabilitas kapiler,
diberikan dengan dosis dewasa 40-60 mg/hari PO (4 kali sehari atau
dibagi menjadi 2 kali sehari) dan dosis anak-anak 0.5-2 mg/kgBB/hari
PO (dibagi dalam 4 dosis atau 2 dosis). Methylprednisolone dapat
membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler, diberikan dengan
dosis dewasa 4-48 mg/hari PO dan dosis anak-anak 0.16-0.8
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis dan 4 dosis.1,2,3,4
membantu
dan
diinstruksikan
bagaimana
cara
menggunakan
periorbital, mulut, tenggorokan, leher, tangan dan kaki. Bahkan di dalam saluran
pencernaan yang terjadi secara tiba-tiba. Pembengkakan pada saluran pencernaan
ini bisa menyebabkan pasian mengalami mual, muntah dan kram pada perut.
Selain itu juga muncul semacam bercak berwarna merah yang sering terasa gatal.
Pada kasus yang parah, angioedema bisa memicu pembengkakan di lidah atau
tenggorokan. Kondisi ini
dapat
menimbulkan kesulitan
bernafas
yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, A. (2008). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
2. Goodheart H. 2013. Diognosis Fotografik & Penatalaksanaan Penyakit Kulit
Edisi 3. Jakarta : EGC
3. Veleyne A, Roujeau J-C. 2008. Urtikaria and Angioedema In :Wolff K,
Goldsmith LA, editor Fitzpatricks Dermatology In General Medicine 7th ed.
4. Sheikh, J., Najib, U. (2009). Urticaria. Emedicine, Artikel. Diakses 3
Januari 2014, dari http://emedicine.medscape.com/article/137362-print