Furunkel
Perceptor:
dr. Yulisna, Sp.KK
Oleh:
Dhea Novita
Nikom Sonia Purohita
Vanessa Faradise Inonu
2 bulan lalu
Pasien mengeluhkan bintil
merah seukuran jarum 1 bulan lalu
pentul di paha kanan Pinggir bintil berwarna 2 minggu lalu HMRS
depan, berjumlah satu merah disertai gatal. Bintil Bintil membesar
Saat ini pasien mengeluhkan
bintil semakin membesar membesar hingga berukuran kembali, berwarna
bintil merah sebesar biji jagung
hingga 2 cm 5 cm pecah, merah. Keluhan semakin
dengan pinggir berwarna merah
mengeluarkan nanah gatal, tidak nyaman, dan
disertai rasa gatal.
mengempis, berwarna mengganggu.
merah mengering
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal, riwayat penyakit kulit disangkal, riwayat alergi
disangkal, riwayat penyakit lain disangkal
Riwayat Pribadi
Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak menggunakan
bersamaan dengan orang lain. Tidak memiliki riwayat berenang sebelum keluhan muncul.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis Tanda Vital
• Ku : Tampak sakit ringan
• TD : 120/80 mmHg
• Kes : Compos Mentis
• BB : 80 kg
• T : 36.7 C
• TB : 172 cm • HR : 86x/menit
• RR : 20x/menit
• Status Gizi: IMT 27,04 (obesitas derajat I)
• Thoraks: dalam batas normal
• Abdomen: dalam batas normal
• KGB: tidak ditemukan pembesaran KGB
Status Dermatologis
Pada regio femoralis anterior
dextra,
• Tampak nodus eritem berbatas
tegas, soliter, berukuran
lentikuler, berbentuk bulat,
tersebar diskret, dengan skuama
putih selapis dan krusta tipis
kekuningan di atasnya
• Tampak pula makula eritem
berbatas tegas, bentuk irreguler
pada pinggir nodus
Resume
• Sejak 2 bulan lalu, pasien mengeluhkan awalnya terdapat bintil merah seukuran jarum pentul di paha kanan depan yang semakin
membesar hingga berukuran sekitar 2 sentimeter. Riwayat digigit serangga pada daerah tersebut sebeelumnya disangkal.
• Sejak 1 bulan lalu, pasien mengatakan tampak pinggir bintil menjadi berwarna kemerahan dan di tengahnya seperti jerawat berisi
nanah, tidak ada lekukan ke dalam pada bagian tengahnya. Pasien juga mulai merasakan gatal pada pinggir bintil tersebut. Keluhan
gatal dirasakan pasien saat menggunakan celana pendek dan setiap pasien mau tidur. Keluhan gatal dirasa berkurang setiap pasien
sehabis mandi. Bintil tersebut juga dirasa semakin membesar seperti bisul menjadi berdiameter sekitar 5 sentimeter. Kemudian bintil
tersebut pecah dan mengeluarkan isi cairan berwarna putih kekuningan seperti nanah. Bintil yang sudah pecah tersebut tampak
mengempis, berwarna merah, dan menjadi kering.
• Sejak 2 minggu lalu, bintil yang semula sudah pecah, kemudian tampak membesar kembali berwarna merah. Keluhan gatal dirasakan
semakin hebat dan pasien mulai merasa tidak nyaman dan terasa mengganggu. Pasien mulai menggaruk-garuk bintil tersebut. Pasien
mengatakan keluhan bintil tidak bertambah banyak dan tidak menyebar ke tempat lain.
• Saat ini pasien mengeluhkan bintil merah sebesar biji jagung dengan pinggir berwarna merah disertai rasa gatal. Keluhan demam dan
nyeri sebelum dan setelah munculnya keluhan disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah mengobati keluhan tersebut.
• Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga disangkal.
Pemeriksaan fisik
• Tampak sakit ringan, kesadaran CM, status gizi obesitas derajat I, tanda-tanda vital dalam batas normal.
• Status generalis dalam batas normal
• Status lokalis: Pada regio femoralis anterior dextra, tampak nodus eritem berbatas tegas, soliter, berukuran lentikuler, berbentuk
bulat, tersebar diskret, dengan skuama putih selapis dan krusta tipis kekuningan di atasnya. Tampak pula makula eritem berbatas
tegas, bentuk irreguler pada pinggir nodus.
Diagnosis
Diagnosis Banding Diagnosis Kerja
• Furunkel • Furunkel
• Moluskum Kontagiosum
• Prurigo Nodularis
Tatalaksana
Umum
• Memberi informasi mengenai penyakit kulit pasien, penyebab, faktor risiko, pencegahan, dan pengobatan yang akan
diberikan
• Menjaga higienitas personal (mandi 2 kali sehari dengan sabun, tidak menggunakan pakaian dan alat mandi bersamaan)
• Menghindari menggaruk-garuk luka, menggunakan pakaian longgar dan ringan
• Memberikan anjuran untuk mengurangi berat badan yang dapat menjadi faktor predisposisi penyakit
Khusus
Topikal
• Kompres hangat dengan NaCl 0.9% 2-3 kali sehari selama 10-15 menit
• Asam fusidat 2% cream 2 kali sehari pada lesi
Sistemik
• Cetirizine 1 x 10 mg
dr. Sonia
1801012045
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Sumantri
Bandar Lampung, 12 Januari 2021
Pro : Tn. RM
Usia : 29 tahun
Prognosis
Quo ad Vitam
Bonam
Quo ad Functionam
Bonam
Quo ad Sanationam
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Furunkel
Furunkel adalah peradangan folikel rambut
dan jaringan subkutan disekitarnya.
Jika lebih dari satu disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan
furunkel.
Kemudian pada tempat tambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata bisul.
Setelah beberapa hari terdapat fluktuasi, nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang
akan memecah melalui lokus minoris resisrensie yaitu muara folikel, rambur menjadi
rontok/terlepas
Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk
fistel.
Tatalaksana Khusus
Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan permanganas kalikus 1/5000, asam
salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon iodine 1%; dilakukan 3 kali sehari masing-masing ½-1
jam selama keadaan akut.
Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim asam fusidat 2%, mupirosin 2%
Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari.
Tatalaksana
Lini pertama
Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari per oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4
dosis
Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
Lini kedua
Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5) (D,5)
Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak 20-50 mg/kgBB/har
Tindakan
Apabila lesi abses besar, nyeri, disertai fluktuasi, dilakukan insisi dan drainase.
Prognosis
Terdapat 4 subtipe MCV dengan masa inkubasi 2-8 Klinis berupa papul berbentuk kubah,
minggu. Paling banyak MCV I (98%) sedangkan MCV II berkilat, dan pada permukaannya
banyak pada orang dewasa dan imunokompromais. terdapat lekukan (delle/umbilikasi),
berisi masa yang mengandung badan
moluskum.
Predileksi: wajah, leher, ketiak, badan dan
ekstremitas (jarang ditelapak tangan atau telapak
kaki), sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis
dan genitalia eksterna.
Epidemiologi
• Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan
sebesar 2% - 8%, dengan prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.
• Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat
penduduk, higiene buruk dan daerah miskin.
• Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia dewasa dengan aktivitas
seksual aktif dan status imunodefisiensi.
• Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau
autoinokulasi, penularan secara tidak langsung melalui benda yang
terkontaminasi serta penularan melalui kontak seksual.
Gejala klinis
• Kelainan kulit berupa papul berbentuk bulat mirip kubah, berukuran miliar
sampai lentikular dan berwarna putih berkilat seperti lilin. papul akan
membesar dan ditengahnya terbentuk dele Kelainan kulit berupa papul khas
berbentuk kubah, di tengahnya terdapat lekukan (delle) Jika dipijat akan
tampak keluar massa berwarna putih seperti nasi yang merupakan badan
moluskum.
• Kadang dapat disertai infeksi sekunder sehingga timbul suppurasi..
• Sebagian papul berukuran 1-5 mm dan bertangkai, juga dapat berukuran hingga
10-15 mm disebut giant molluscum.
• Pada pasien imunokompromais lesi dapat cepat tumbuh, berjumlah sampai
ratusan, besar-besar dan tersebar.
Discrete, solid, skin-colored papules, 1 to 2 mm in diameter
with central umbilication.
Tatalaksana Khusus
Prinsip: mengeluarkan badan moluskum.
Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Tindakan:
Bedah kuretase/enukleasi, Setelah tindakan diberikan antibiotik topikal.
Tindakan bedah beku/nitrogen cair.
Tatalaksana
2. Terapi topikal:
Kantaridin** (0,7% atau 0,9%) dioleskan pada lesi dan dibiarkan selama 3-4 jam, setelah itu dicuci. Setelah itu
diberikan salep antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat dilakukan sebulan sekali hinggga tidak ada lesi lagi.
Podofilin (10%-25% dalam bentuk resin) atau (0,3% atau 0,5% dalam bentuk krim). Dioleskan pada tiap lesi 2 kali
sehari selama 3 hari berturut-turut, jika lesi masih persisten hingga hari ke-7, terapi yang sama dilanjutkan selama 3
minggu
Pasta perak nitrat** 40%
Kalium hidroksida 10% 2 kali/hari selama 30 hari atau sampai terjadi inflamasi dan ulserasi di permukaan papul
Gel asam salisilat 12%
Krim adapalen 1% selama 1 bulan
Pulsed dye laser: untuk MK rekalsitran, tiap lesi menggunakan sinar laser 585 nm single shot (3 mm, 300 ms, 8,0 J/cm
Benzoil peroksida 10% dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu
Solusio povidon iodine 10% dan plester asam salisilat 50%
3. Terapi sistemik:
Terapi sistemik hanya diberikan untuk pasien imunokompromais yaitu interferon-a sub kutan.
Pencegahan
• Pasien diminta menjaga kebersihan diri, tidak saling meminjam barang,
mencegah kontak fisik dan selama sakit dilarang berenang.
Prognosis
Pasien akan sembuh
spontan, tapi biasanya
setelah waktu yang lama,
Quo ad Quo ad Quo ad
berbulan – bulan sampai vitam functionam sanationam
tahunan. Dengan
menghilangkan semua lesi, Bonam Bonam Bonam
penyakit ini jarang atau
tidak residif.
Prurigo Nodularis
Kelainan kronik ditandai nodus hiperkeratotik dan gatal akibat
garukan berulang yang dapat terjadi pada semua usia,
terutama usia 20-60 tahun.
Tatalaksana Khusus
Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
• Kortikosteroid dengan oklusi (dengan pengawasan dokter) atau kortikosteroid superpoten
• Kalsipotriol
• Antipruritus non steroid, misalnya capsaicin mentol, dan fenol
• Emolien
• Takrolimus
Tatalaksana
2. Sistemik
• Antihistamin sedatif atau antidepresan trisiklik
• Sedating serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
• Siklosporin
3. Tindakan
• Triamsinolon asetonid intralesi
• Bedah beku
• Fototerapi: broad band atau narrow band ultraviolet B psoralen dengan ultraviolet A (PUVA)
dan fototerapi A-1
Prognosis
Penyakit cenderung
berjalan kronik dan Quo ad Quo ad Quo ad
persisten. Eksaserbasi vitam functionam sanationam
dapat dipicu oleh Bonam Dubia ad Dubia ad
stress emosional. bonam bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS KASUS
Anamnesis
Pada kasus
• Identitas: Tn R/29 tahun/laki-laki/anggota Polri
• Keluhan utama: bintil di paha kanan depan sejak 2 bulan
• 2 bulan muncul bintil berwarna merah kira-kira sebesar ujung jarum
pentul 1 bulan mulai membesar dan berwarna merah terasa agak gatal
benjolan pecah mengeluarkan isi berwarna putih kekuningan kempes
lalu mulai mengering 2 minggu muncul kembali berwarna merah
semakin membesar dan terasa semakin gatal hingga saat ini
Status dermatologis
Menyingkirkan
• Kelainan kulit berupa papul khas berbentuk
kubah, di tengahnya terdapat lekukan (delle).
Lesi pada pasien tidak berbentuk kubah
• Asimtomatis pasien memiliki keluhan subjektif
berupa gatal dan rasa tidak nyaman pada lesi
Analisis Kasus
Menyingkirkan
• Biasanya dikelilingi lesi hiperpigmentasi dan lama
kelamaan berbentuk verukosa, hiperkeratotik
• Bersifat kronik
• Biasanya berhubungan dengan dermatitis atopik
• Lesi sering menimbulkan stress psikologis
Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan secara klinis jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (status
dermatologis) . Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksan penunjang. Berikut penegakan
diagnosis kerja:
Diagnosis
Banding
• Prognosis baik, sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan dan prognosis menjadi kurang
baik jika terjadi rekurensi (Siregar, 2015).
• Masalah utama pada furunkel dan karbunkel adalah penyebaran infeksi bakterimia dan
rekurensi. Lesi pada mulut dan hidung dapat menyebar ke sinus cavernosus. Manipulasi
terhadap lesi dapat menyebabkan penyebaran ke sirkulasi. Namun komplikasi-komplikasi ini
tidak umum (Fitzpatrick, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
• Afif Nurul Hidayati, dkk. 2019. Buku Seri Dermatologi dan Venereologi 1: Infeksi
Bakteri di Kulit. Surabaya: Airlangga University Press.
• Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2016.
• Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, eds. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine, 7th ed. New York: Mc Graw Hill, 2008.
• Ibler K, Kromann C. 2014. Recurrent furunculosis - Challenges and management: A
review. Clinical, cosmetic and investigational dermatology. 4(7): 59-64.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta:
PERDOSKI, 2017.
• Siregar S. 2015. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC.