Anda di halaman 1dari 55

Refleksi Kasus

Furunkel
Perceptor:
dr. Yulisna, Sp.KK

Oleh:
Dhea Novita
Nikom Sonia Purohita
Vanessa Faradise Inonu

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
TINJAUAN PUSTAKA
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Tn. RM
• Umur : 29 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Natar
• Agama : Islam
• Status : Menikah
• Pekerjaan : Anggota Polri
• Tanggal Pemeriksaan : 12 Januari 2021
Bintil merah disertai rasa gatal di paha
Keluhan utama kanan depan sejak 2 bulan lalu

• Rasa tidak nyaman dan mengganggu


Keluhan tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
• Sejak 2 bulan lalu, pasien mengeluhkan awalnya terdapat bintil merah seukuran jarum pentul di paha kanan depan.
Pasien mengatakan saat itu keluhan dirasa tampak seperti jerawat berjumlah satu dan belum dirasa mengganggu.
Keluhan ini kemudian dirasakan semakin membesar hingga berukuran sekitar 2 sentimeter. Riwayat digigit serangga
pada daerah tersebut sebeelumnya disangkal.
• Sejak 1 bulan lalu, pasien mengatakan tampak pinggir bintil menjadi berwarna kemerahan dan di tengahnya seperti
jerawat berisi nanah, tidak ada lekukan ke dalam pada bagian tengahnya. Pasien juga mulai merasakan gatal pada
pinggir bintil tersebut. Keluhan gatal dirasa belum terlalu gatal sehingga pasien tidak menggaruknya. Keluhan gatal
dirasakan pasien saat menggunakan celana pendek dan setiap pasien mau tidur. Keluhan gatal dirasa berkurang setiap
pasien sehabis mandi. Saat berkeringat, keluhan tidak dirasa semakin gatal. Bintil tersebut juga dirasa semakin
membesar seperti bisul menjadi berdiameter sekitar 5 sentimeter. Kemudian bintil tersebut pecah dan mengeluarkan
isi cairan berwarna putih kekuningan seperti nanah. Bintil yang sudah pecah tersebut tampak mengempis, berwarna
merah, dan menjadi kering.
• Sejak 2 minggu lalu, bintil yang semula sudah pecah, kemudian tampak membesar kembali berwarna merah. Keluhan
gatal dirasakan semakin hebat dan pasien mulai merasa tidak nyaman dan terasa mengganggu. Pasien mulai
menggaruk-garuk bintil tersebut. Pasien mengatakan keluhan bintil tidak bertambah banyak dan tidak menyebar ke
tempat lain.
• Saat ini pasien mengeluhkan bintil merah sebesar biji jagung dengan pinggir berwarna merah disertai rasa gatal.
Keluhan demam dan nyeri sebelum dan setelah munculnya keluhan disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah
mengobati keluhan tersebut sejak awal keluhan.
Time Table

2 bulan lalu
Pasien mengeluhkan bintil
merah seukuran jarum 1 bulan lalu
pentul di paha kanan Pinggir bintil berwarna 2 minggu lalu HMRS
depan, berjumlah satu  merah disertai gatal. Bintil Bintil membesar
Saat ini pasien mengeluhkan
bintil semakin membesar membesar hingga berukuran kembali, berwarna
bintil merah sebesar biji jagung
hingga 2 cm 5 cm  pecah, merah. Keluhan semakin
dengan pinggir berwarna merah
mengeluarkan nanah  gatal, tidak nyaman, dan
disertai rasa gatal.
mengempis, berwarna mengganggu.
merah  mengering
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal, riwayat penyakit kulit disangkal, riwayat alergi
disangkal, riwayat penyakit lain disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluhan serupa di keluarga, tidak ada riwayat alergi di keluarga.

Riwayat Pribadi
Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak menggunakan
bersamaan dengan orang lain. Tidak memiliki riwayat berenang sebelum keluhan muncul.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis Tanda Vital
• Ku : Tampak sakit ringan
• TD : 120/80 mmHg
• Kes : Compos Mentis
• BB : 80 kg
• T : 36.7 C
• TB : 172 cm • HR : 86x/menit
• RR : 20x/menit
• Status Gizi: IMT 27,04 (obesitas derajat I)
• Thoraks: dalam batas normal
• Abdomen: dalam batas normal
• KGB: tidak ditemukan pembesaran KGB
Status Dermatologis
Pada regio femoralis anterior
dextra,
• Tampak nodus eritem berbatas
tegas, soliter, berukuran
lentikuler, berbentuk bulat,
tersebar diskret, dengan skuama
putih selapis dan krusta tipis
kekuningan di atasnya
• Tampak pula makula eritem
berbatas tegas, bentuk irreguler
pada pinggir nodus
Resume
• Sejak 2 bulan lalu, pasien mengeluhkan awalnya terdapat bintil merah seukuran jarum pentul di paha kanan depan yang semakin
membesar hingga berukuran sekitar 2 sentimeter. Riwayat digigit serangga pada daerah tersebut sebeelumnya disangkal.
• Sejak 1 bulan lalu, pasien mengatakan tampak pinggir bintil menjadi berwarna kemerahan dan di tengahnya seperti jerawat berisi
nanah, tidak ada lekukan ke dalam pada bagian tengahnya. Pasien juga mulai merasakan gatal pada pinggir bintil tersebut. Keluhan
gatal dirasakan pasien saat menggunakan celana pendek dan setiap pasien mau tidur. Keluhan gatal dirasa berkurang setiap pasien
sehabis mandi. Bintil tersebut juga dirasa semakin membesar seperti bisul menjadi berdiameter sekitar 5 sentimeter. Kemudian bintil
tersebut pecah dan mengeluarkan isi cairan berwarna putih kekuningan seperti nanah. Bintil yang sudah pecah tersebut tampak
mengempis, berwarna merah, dan menjadi kering.
• Sejak 2 minggu lalu, bintil yang semula sudah pecah, kemudian tampak membesar kembali berwarna merah. Keluhan gatal dirasakan
semakin hebat dan pasien mulai merasa tidak nyaman dan terasa mengganggu. Pasien mulai menggaruk-garuk bintil tersebut. Pasien
mengatakan keluhan bintil tidak bertambah banyak dan tidak menyebar ke tempat lain.
• Saat ini pasien mengeluhkan bintil merah sebesar biji jagung dengan pinggir berwarna merah disertai rasa gatal. Keluhan demam dan
nyeri sebelum dan setelah munculnya keluhan disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah mengobati keluhan tersebut.
• Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga disangkal.
Pemeriksaan fisik
• Tampak sakit ringan, kesadaran CM, status gizi obesitas derajat I, tanda-tanda vital dalam batas normal.
• Status generalis dalam batas normal
• Status lokalis: Pada regio femoralis anterior dextra, tampak nodus eritem berbatas tegas, soliter, berukuran lentikuler, berbentuk
bulat, tersebar diskret, dengan skuama putih selapis dan krusta tipis kekuningan di atasnya. Tampak pula makula eritem berbatas
tegas, bentuk irreguler pada pinggir nodus.
Diagnosis
Diagnosis Banding Diagnosis Kerja
• Furunkel • Furunkel
• Moluskum Kontagiosum
• Prurigo Nodularis
Tatalaksana
Umum
• Memberi informasi mengenai penyakit kulit pasien, penyebab, faktor risiko, pencegahan, dan pengobatan yang akan
diberikan
• Menjaga higienitas personal (mandi 2 kali sehari dengan sabun, tidak menggunakan pakaian dan alat mandi bersamaan)
• Menghindari menggaruk-garuk luka, menggunakan pakaian longgar dan ringan
• Memberikan anjuran untuk mengurangi berat badan yang dapat menjadi faktor predisposisi penyakit

Khusus
Topikal
• Kompres hangat dengan NaCl 0.9% 2-3 kali sehari selama 10-15 menit
• Asam fusidat 2% cream 2 kali sehari pada lesi
Sistemik
• Cetirizine 1 x 10 mg
dr. Sonia
1801012045
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Sumantri
Bandar Lampung, 12 Januari 2021

R/ NaCl 0,9% 500 ml Fl. No. I


S 2 dd 1 u.e. applic part dol

R/ Asam fusidat 2% cream 5 g tube No. I


S 2 dd 1 u.e. applic part dol

R/ Cetirizine 10 mg Tab No. V


S 1 dd tab 1

Pro : Tn. RM
Usia : 29 tahun
Prognosis
Quo ad Vitam
Bonam

Quo ad Functionam
Bonam

Quo ad Sanationam
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Furunkel
Furunkel adalah peradangan folikel rambut
dan jaringan subkutan disekitarnya.
Jika lebih dari satu disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan
furunkel.

Etiologi: Staphylococcus aureus Epidemiologi: dapat terjadi pada anak-anak juga


orang muda. Sama pada pria dan wanita.
Predileksi: daerah berambut yang • Lebih sering pada musim panas karena banyak
sering mengalami gesekan, oklusif, berkeringat.
berkeringat, misalnya leher, wajah, • kebersihan dan hiegine yang kurang.
aksila, dan bokong. • Diabetes, obesitas, hiperhidrosis, anemia, dan
stress emosional memengaruhi tingkat insidens.
Gejala Klinis
Mula-mula berupa infiltrat kecil dalam waktu singkat membesar 1-3 cm membentuk nodula
eritematosa berbentuk kerucut.

Kemudian pada tempat tambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata bisul.

Setelah beberapa hari terdapat fluktuasi, nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang
akan memecah melalui lokus minoris resisrensie yaitu muara folikel, rambur menjadi
rontok/terlepas

Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk
fistel.

Keluhan disertai dengan nyeri


Furuncle of the upper lip. The lesion is nodular, and the central
necrotic plug is covered by purulent crust. Several small
pustules are seen lateral to the center of the lesion

Multiple furuncles. Multiple abscesses on the buttocks of long standing


in a young man with inflammatory bowel disease. The lesions healed with
scarring after a prolonged course of systemic antibiotics.
Pemeriksaan Laboratorium

01 Leukositosis biasanya didapatkan pada furunkulosis berat atau karbunkel

Pemeriksaan histopatologis furunkel menunjukkan infiltrat polimorfonuklear di dermis dan lemak


02 subkutis, sedangkan pada karbunkel didaptakan abses multipel, dipisahkan oleh trabeluka jaringan
ikat, didapatkan infiltrat di dermis dan sepanjang tepi folikel rambut

03 Pemeriksaan gram dari pus menunjukkan kumpulan kokus gram positif;

04 Kultur didapatakan pertumbuhan S. Aureus


Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Hiegine kulit harus ditingkatkan
Usaha menghilangkan faktor penyebab

Tatalaksana Khusus
Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan permanganas kalikus 1/5000, asam
salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon iodine 1%; dilakukan 3 kali sehari masing-masing ½-1
jam selama keadaan akut.

Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim asam fusidat 2%, mupirosin 2%
Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari.
Tatalaksana
Lini pertama
Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari per oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4
dosis
Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.

Lini kedua
Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5) (D,5)
Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak 20-50 mg/kgBB/har

Tindakan
Apabila lesi abses besar, nyeri, disertai fluktuasi, dilakukan insisi dan drainase.
Prognosis

Rekurensi abses dan


Quo ad Quo ad Quo ad
furunkel pada anak vitam functionam sanationam
sebesar 18-28%.
Bonam Bonam Bonam
Moluskum Kontagiosum
Moluskum kontagiosum merupakan penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh Molluscum Contagiosum Virus (MCV),
kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox virus.

Terdapat 4 subtipe MCV dengan masa inkubasi 2-8 Klinis berupa papul berbentuk kubah,
minggu. Paling banyak MCV I (98%) sedangkan MCV II berkilat, dan pada permukaannya
banyak pada orang dewasa dan imunokompromais. terdapat lekukan (delle/umbilikasi),
berisi masa yang mengandung badan
moluskum.
Predileksi: wajah, leher, ketiak, badan dan
ekstremitas (jarang ditelapak tangan atau telapak
kaki), sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis
dan genitalia eksterna.
Epidemiologi
• Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan
sebesar 2% - 8%, dengan prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.
• Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat
penduduk, higiene buruk dan daerah miskin.
• Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia dewasa dengan aktivitas
seksual aktif dan status imunodefisiensi.
• Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau
autoinokulasi, penularan secara tidak langsung melalui benda yang
terkontaminasi serta penularan melalui kontak seksual.
Gejala klinis
• Kelainan kulit berupa papul berbentuk bulat mirip kubah, berukuran miliar
sampai lentikular dan berwarna putih berkilat seperti lilin.  papul akan
membesar dan ditengahnya terbentuk dele  Kelainan kulit berupa papul khas
berbentuk kubah, di tengahnya terdapat lekukan (delle)  Jika dipijat akan
tampak keluar massa berwarna putih seperti nasi yang merupakan badan
moluskum.
• Kadang dapat disertai infeksi sekunder sehingga timbul suppurasi..
• Sebagian papul berukuran 1-5 mm dan bertangkai, juga dapat berukuran hingga
10-15 mm disebut giant molluscum.
• Pada pasien imunokompromais lesi dapat cepat tumbuh, berjumlah sampai
ratusan, besar-besar dan tersebar.
Discrete, solid, skin-colored papules, 1 to 2 mm in diameter
with central umbilication.

Multiple, scattered, and discrete lesions, some of which are


inflamed.
Diagnosis
• Diagnosis moluskum kontagiosum lebih banyak ditegakkan
melalui pemeriksaan fisik.
• Lesi yang ditimbulkan oleh MCV biasanya berwarna putih,
pink, atau warna daging, umbilikasi, papul yang meninggi
(diameter 1 – 5 mm) atau nodul (diameter 6 – 10 mm).
Moluskum kontagiosum dapat timbul sebagai lesi multipel
atau single (biasanya < 30 papul).
Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi dapat membantu menegakkan diagnosis pada
beberapa kasus dengan gejala klinis tidak khas.

Histopathology (skin biopsy, hematoxylin and eosin [H&E]) shows


Microscopic examination (Giemsa stain) of cellular material from the area of downgrowth of infected epidermal cells bearing large eosinophilic
central umbilication shows intracytoplasmic molluscum inclusion bodies. cytoplasmic inclusion bodies (Henderson-Paterson bodies).
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Jaga higiene kulit dengan mandi 2 kali sehari menggunakan sabun.
Menghindari kontak langsung.
Pengobatan memakan waktu lama, diperlukan ketekunan dan kesabaran.

Tatalaksana Khusus
Prinsip: mengeluarkan badan moluskum.
Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Tindakan:
Bedah kuretase/enukleasi, Setelah tindakan diberikan antibiotik topikal.
Tindakan bedah beku/nitrogen cair.
Tatalaksana
2. Terapi topikal:
 Kantaridin** (0,7% atau 0,9%) dioleskan pada lesi dan dibiarkan selama 3-4 jam, setelah itu dicuci. Setelah itu
diberikan salep antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat dilakukan sebulan sekali hinggga tidak ada lesi lagi.
 Podofilin (10%-25% dalam bentuk resin) atau (0,3% atau 0,5% dalam bentuk krim). Dioleskan pada tiap lesi 2 kali
sehari selama 3 hari berturut-turut, jika lesi masih persisten hingga hari ke-7, terapi yang sama dilanjutkan selama 3
minggu
 Pasta perak nitrat** 40%
 Kalium hidroksida 10% 2 kali/hari selama 30 hari atau sampai terjadi inflamasi dan ulserasi di permukaan papul
 Gel asam salisilat 12%
 Krim adapalen 1% selama 1 bulan
 Pulsed dye laser: untuk MK rekalsitran, tiap lesi menggunakan sinar laser 585 nm single shot (3 mm, 300 ms, 8,0 J/cm
 Benzoil peroksida 10% dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu
 Solusio povidon iodine 10% dan plester asam salisilat 50%

3. Terapi sistemik:
Terapi sistemik hanya diberikan untuk pasien imunokompromais yaitu interferon-a sub kutan.
Pencegahan
• Pasien diminta menjaga kebersihan diri, tidak saling meminjam barang,
mencegah kontak fisik dan selama sakit dilarang berenang.
Prognosis
Pasien akan sembuh
spontan, tapi biasanya
setelah waktu yang lama,
Quo ad Quo ad Quo ad
berbulan – bulan sampai vitam functionam sanationam
tahunan. Dengan
menghilangkan semua lesi, Bonam Bonam Bonam
penyakit ini jarang atau
tidak residif.
Prurigo Nodularis
Kelainan kronik ditandai nodus hiperkeratotik dan gatal akibat
garukan berulang yang dapat terjadi pada semua usia,
terutama usia 20-60 tahun.

Lesi berupa nodul diameter 0,5-3 cm, Sangat gatal


permukaan hiperkeratotik

Predileksi: ekstensor tungkai, abdomen, Berhubungan dengan dermatitis atopik


sakrum

Lebih sering pada wanita


Gambaran Klinis
Efloresensi: Nodula lentikular berwarna hitam
tersebar sepanjang tungkai bagian ekstensor.
• Nodul berukuran 0,5 – 3,0 cm
berjumlah beberapa sampai ratusan.
• Permukaannya dapat hiperkeratotik
atau crateriform yang sering terdapat
eksoriasi diatasnya.
• Pruritus berat.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, hati
dan tiroid untuk mengetahui kelainan
penyebab gatal
2. Rontgen thoraks
3. Tes HIV
4. Histopatologi
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Prinsip: menghambat siklus gatal-garuk dan mengatasi kemungkinan penyakit sistemik yang
mendasari pruritus.

Hindari menggaruk lesi, kuku tangan dijaga tetap pendek.

Tatalaksana Khusus
Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
• Kortikosteroid dengan oklusi (dengan pengawasan dokter) atau kortikosteroid superpoten
• Kalsipotriol
• Antipruritus non steroid, misalnya capsaicin mentol, dan fenol
• Emolien
• Takrolimus
Tatalaksana
2. Sistemik
• Antihistamin sedatif atau antidepresan trisiklik
• Sedating serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
• Siklosporin

3. Tindakan
• Triamsinolon asetonid intralesi
• Bedah beku
• Fototerapi: broad band atau narrow band ultraviolet B psoralen dengan ultraviolet A (PUVA)
dan fototerapi A-1
Prognosis

Penyakit cenderung
berjalan kronik dan Quo ad Quo ad Quo ad
persisten. Eksaserbasi vitam functionam sanationam
dapat dipicu oleh Bonam Dubia ad Dubia ad
stress emosional. bonam bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS KASUS
Anamnesis

Pada kasus
• Identitas: Tn R/29 tahun/laki-laki/anggota Polri
• Keluhan utama: bintil di paha kanan depan sejak 2 bulan
• 2 bulan muncul bintil berwarna merah kira-kira sebesar ujung jarum
pentul 1 bulan mulai membesar dan berwarna merah terasa agak gatal 
benjolan pecah mengeluarkan isi berwarna putih kekuningan  kempes
lalu mulai mengering  2 minggu muncul kembali berwarna merah
semakin membesar dan terasa semakin gatal hingga saat ini

Dari keluhan, dapat dipikirkan:


1. Furunkel
2. Moluskum kontagiosum
3. Prurigo Nodularis
Pemeriksaan Fisik

Status dermatologis

Pada regio femoralis anterior


dextra,

Tampak nodus eritem


berbatas tegas, soliter,
berukuran lentikuler,
berbentuk bulat, tersebar
diskret, dengan skuama putih
selapis dan krusta tipis
kekuningan di atasnya
Analisis Kasus

Dari keluhan, dapat dipikirkan:


1. Furunkel FURUNKEL
2. Moluskum kontagipsum
3. Prurigo Nodularis
Mendukung
• Lesi berupa nodus eritematosa, awalnya
keras, membesar dan menjadi merah, bentuk
seperti jerawat dengan nanah di tengahnya,
setelah beberapa lama pecah dan
mengeluarkan massa berwarna putih
kekuningan (kemungkinan pus). Lalu kembali
membesar.
• Predileksi di paha berambut, sering
mengalami gesekan dengan celana pasien
Analisis Kasus

Dari keluhan, dapat dipikirkan:


1. Furunkel Moluskum Kontagiosum
2. Moluskum kontagipsum
3. Prurigo Nodularis
Mendukung: Lesi berbentuk papul/nodus, pernah
keluar massa berwarna putih saat lesi pecah (dapat
merupakan massa putih lilin pada MK), lokasi di
ekstrimitas (merupakan salah satu predileksi MK)

Menyingkirkan
• Kelainan kulit berupa papul khas berbentuk
kubah, di tengahnya terdapat lekukan (delle). 
Lesi pada pasien tidak berbentuk kubah
• Asimtomatis  pasien memiliki keluhan subjektif
berupa gatal dan rasa tidak nyaman pada lesi
Analisis Kasus

Dari keluhan, dapat dipikirkan:


1. Furunkel
2. Moluskum kontagipsum Prurigo Nodularis
3. Prurigo Nodularis
Mendukung: Efloresensi berupa nodus, predileksi
terutama pada ekstrimitas bagian ekstensor, disertai
rasa gatal

Menyingkirkan
• Biasanya dikelilingi lesi hiperpigmentasi dan lama
kelamaan berbentuk verukosa, hiperkeratotik
• Bersifat kronik
• Biasanya berhubungan dengan dermatitis atopik
• Lesi sering menimbulkan stress psikologis
Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan secara klinis jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (status
dermatologis) . Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksan penunjang. Berikut penegakan
diagnosis kerja:

Furunkel Diagnosis Kerja

Diagnosis
Banding

Moluskum Prurigo Nodularis


Kontagiosum
Diagnosis dan Terapi
TATALAKSANA
Pada Kasus Sesuai literatur, tatalaksana umum yang
• Memberi informasi mengenai penyakit kulit pasien, dapat diberikan pada pasien dengan
penyebab, faktor risiko, pencegahan, dan pioderma, dalam hal ini furunkel yaitu:
pengobatan yang akan diberikan
• Menjaga higienitas personal (mandi 2 kali sehari • Higiene kulit harus ditingkatkan
dengan sabun, tidak menggunakan pakaian dan
• Mandi 2 kali sehari dengan sabun
alat mandi bersamaan)
• Mengatasi/identifikasi faktor
• Menghindari menggaruk-garuk luka, menggunakan
predisposisi dan keadaan komorbid,
pakaian longgar dan ringan
misalnya infestasi parasit, dermatitis
• Memberikan anjuran untuk mengurangi berat badan atopik, edema, obesitas dan insufisiensi
yang dapat menjadi faktor predisposisi penyakit vena  furunkel dapat terjadi sebagai
komplikasi dari keadaan yang sudah ada
• Mengatasi faktor penyebab lain misal
obesitas, DM, hiperhidrosis
TATALAKSANA
Pada Kasus Secara umum, furunkel merupakan bagian dari
pioderma dengan tatalaksana yang diberikan
Topikal (Perdoski, 2017):
• Kompres hangat dengan NaCl 0.9% 2-3 kali
sehari selama 10-15 menit Topikal
• Asam fusidat 2% cream 2 kali sehari pada • Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka
lesi dengan permanganas kalikus 1/5000, asam
Sistemik salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon
• Cetirizine 1 x 10 mg iodine 1%; dilakukan 3 kali sehari masing-
masing ½-1 jam selama keadaan akut.
• Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim
asam fusidat 2%, mupirosin 2%
• Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari.
TATALAKSANA
Berdasarkan Perdoski, 2017
Lini kedua
Sistemik: minimal selama 7 hari • Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1),
dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5) (D,5)
Lini pertama • Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi
• Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-500 3 dosis.
mg/hari per oral; anak-anak 25-50 • Eritromisin: dewasa 4x250-500
mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis mg/hari; anak-anak 20-50
mg/kgBB/har
• Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa
3x250-500 mg/hari; anak-anak 25
Tindakan
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
Apabila lesi abses besar, nyeri, disertai
• Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi fluktuasi, dilakukan insisi dan drainase.
dalam 4 dosis.
TATALAKSANA
Tatalaksana menurut Siregar, 2015 Menurut Fitzpatricks, 2013
• Jika masih berupa infiltrat  • Pada furunkel yang disertai dengan selulitis di
sekitarnya, biasanya pasien demam  antibiotik
topikal kompres salep iktiol 5%
sistemik
atau salep antibiotik
• Infeksi berat pada area berbahaya  antibiotik
• Antibiotik sistemik  parenteral dengan dosis maksimal
eritromisin 4 x 250 mg atau • Terapi antibiotik setidaknya selama 7 hari
penisilin • Jika lesi besar, nyeri, fluktuatif  insisi dan drainase
• Jika lesi matang, lakukan insisi • Jika reccurent atau merupakan komplikasi dari
dan aspirasi, selanjutnya komorbid  kultur
dikomres atau diberi salep • Lesi yang terbuka  cegah autoinokulasi, rajin mencuci
kloramfenikol 2%. tangan
• Penggunaan pakaian: usahakan longgar, ringan, dan
menyerap keringat
TATALAKSANA
Pada kasus, terapi sistemik hanya diberikan
cetirizine dan tidak diberikan antibiotik
sistemik

• Cetirizine merupakan antihistamin AH1 (penghambat reseptor H1) generasi kedua.


• AH1 bekerja dengan cara menurunkan produksi sitokin pro-inflamasi, ekspresi molekul
adhesi, kemotaksis eosinofil, dan sel lainnya.
• AH1 juga berperan dalam pelepasan mediator dari sel mast dan sel basofil.
• Diberikan sebagai terapi simtomatik gatal. Alasan pemberian generasi kedua terutama
mempertimbangkan efek non-sedasinya.
• Antibiotik sistemik belum diperlukan pada kasus ini karena secara klinis ringan, lesi kulit
soliter ukuran 1 cm, hanya pada satu lokasi, tenang, tidak disertai lesi lain, tidak ada
komorbid, tidak ada gejala sistemik.
Prognosis
Pada kasus:

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad
bonam

Dasar penentuan prognosis


• Lesi soliter, tenang (nodus soliter eritem tanpa pus)
• Pasien tidak melakukan manipulasi terhadap lesi (minimal)
• Predileksi hanya di paha
• Tidak terdapat komorbid atau pre-existing condition
• Quo ad Sanationam dubia ad bonam karena secara umum furunkel sering mengalami
rekurensi dan pada pasien furunkel sudah pernah pecah namun lesi membesar kembali
Prognosis

• Prognosis furunkel  Quo ad vitam : bonam, Quo ad sanactionam : bonam, Quo ad


functionam : bonam. Rekurensi abses dan furunkel pada anak sebesar 18-28% (Perdoski,
2017).

• Prognosis baik, sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan dan prognosis menjadi kurang
baik jika terjadi rekurensi (Siregar, 2015).

• Masalah utama pada furunkel dan karbunkel adalah penyebaran infeksi bakterimia dan
rekurensi. Lesi pada mulut dan hidung dapat menyebar ke sinus cavernosus. Manipulasi
terhadap lesi dapat menyebabkan penyebaran ke sirkulasi. Namun komplikasi-komplikasi ini
tidak umum (Fitzpatrick, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
• Afif Nurul Hidayati, dkk. 2019. Buku Seri Dermatologi dan Venereologi 1: Infeksi
Bakteri di Kulit. Surabaya: Airlangga University Press.
• Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2016.
• Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, eds. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine, 7th ed. New York: Mc Graw Hill, 2008.
• Ibler K, Kromann C. 2014. Recurrent furunculosis - Challenges and management: A
review. Clinical, cosmetic and investigational dermatology. 4(7): 59-64.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta:
PERDOSKI, 2017.
• Siregar S. 2015. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai