Pendahuluan
Lentigo
lesi
Lentigo
simpleks
bentuk paling
umum dari lentigo, lesi dari Lentigo
Simpleks yang berbentuk Makula
Hiperpigmentasi
Lesi tersebut
dapat terjadi di mana saja pada kulit
atau selaput lendir.
Laporan Kasus
Laporan kasus
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum penderita tampak
baik, kesadaran komposmentis, dan
gizi cukup, dengan tanda Vital TD:
160/100 mmHg, N: 86/menit, P :
20x/menit
Gbr2: Regio
Deltoid
Dextra
Gbr3: Regio
femur dextra
bagian lateral
Gbr4: regio
lengan
kanan
bagian
lateral
Gbr5: Regio
Fasialis
Laporan Kasus
DD
: Basalioma.
Pemeriksaan
Hasil
Pemeriksaan Histopatologi
Gambar 1.a
Tampak Lentigo di
sel basal dengan
pembesaran 10
Gambar 1.b
Tampak sel-sel
melanosit di daerah
basal
Gambar1.c
tampak sel-sel PMN
(limfosit, neutrophil,
dan leukosit dan
Histiosit).
Pemeriksaan histopatologi
Polaritas teratur.
Pada sel basal di temukan banyak melanin
jumlah melanosit normal.
Sebukan sel-sel radang pada dermis yang
berlanjut sampai setengah lapis epidermis, yang
terdiri dari sel-sel radang lekosit PMN, limfosit,
eosinophil membentuk abses.
Pelebaran pembuluh darah yang berisi eritrosit
dan ekstravasasi eritrosit pada dermis.
DIAGNOSIS
kontrol 1 minggu
tampak bercak
kehitaman di pipi,
bokong, dan lengan
dan masih nyeri.
Kontrol 2 minggu
Diskusi
Kasus
Kepustakaan
wanita berusia 65
tahun
plak hiperpigmentasi
yang di temukan di
daerah bokong, pipi,
lengan, bahu dan
paha
Lentigo Simpleks
Bisa di temukan
pada anak-anak,
dewasa dan pada
usia lanjut
Sebuah lesi tunggal
atau beberapa lesi
(lentigines),
berwarna coklat
sampai hitam yang
bisa ditemukan
Hafner C, et al. The Absence of BRAF, FGFR3, and PIK3CA Mutations Differentiates Lentigo Simplex from Melanocityc Nevus and Solar Lentigo. J of Investigative Dermatol: Volume 129. 2009:
2730-5.
Oiso N, Amatsu A, dan Kawada A. Hyperpigmented spots within and partly around a hypopigmented macule. Int J of Dermatol. 2011; 795-7.
Horikoshi T, Jimbow K, dan Sugiyama S. Comparison of macromelanosomes and autophagic giant melanosome complexes in nevocellular nevi, lentigo simplex, and malignant melanoma. J of
Cutaneous Pathology. 1982; 329-39.
Diskusi
Kasus
Kepustakaan
Pemeriksaaan
histopatologi pada
lentigo simpleks
sebagai penegakan
diagnosa. Pada sel
basal di temukan
banyak melanin
dengan peningkatan
jumlah melanosit.
terdiri dari sel-sel
radang lekosit PMN,
Horikoshi T, Jimbow K, dan Sugiyama S. Comparison of macromelanosomes and autophagic giant melanosome complexes in nevocellular nevi, lentigo simplex, and malignant melanoma. J of
Cutaneous Pathology. 1982; 329-39.
McKenna J, Florell S, Goldman G, dan Bowen G. Lentigo Maligna/ Lentigo Maligna Melanoma: Current State of Diagnosis and Treatment. The USA Society for Dermatol Surgery. 2009; 493-504.
Situm M, Bulat V, Buljan M, Puljiz Z, Situm V, dan Bolanca Z. Senile Lentigo Cosmetic or Medical Issue of the Elderly Populatio. Coll Antropol n. 2010; 85-8.
Diskusi
Kasus
Kepustakaan
Farshad A, Burg G, Panizzon R, dan Dummer R. A Perspetive study of 150 patients with lentigo maligna and lentigo maligna melanoma and the efficacy of radiotherapy using Grenz or soft
X-rays. Brit J of Dermatol. 2012; 1042-6.
Bekafigo Seilli, dan Stemberger C. Additional Cytomorphological Criteria in Diagnosis of Pilamatricoma Benign Tumor with bad Reputation Croatia: Original Scientifie Paper. 2010; 874-9
Diskusi
Kasus
Kepustakaan
Pemberian terapi
Sistemik analgetik dan
antibiotik menghilangkan
rasa nyeri selama terapi
dan pemberian antibiotik
infeksi sekunder.
Pemberian topikal asam
fusidat, dan
kortikosteroid topikal
untuk luka yang lama
hiperpigmentasi, lesi baru.
Hafner C, et al. The Absence of BRAF, FGFR3, and PIK3CA Mutations Differentiates Lentigo Simplex from Melanocityc Nevus and Solar Lentigo. J of Investigative Dermatol: Volume 129.
2009: 2730-5.
Oiso N, Amatsu A, dan Kawada A. Hyperpigmented spots within and partly around a hypopigmented macule. Int J of Dermatol. 2011; 795-7.
Horikoshi T, Jimbow K, dan Sugiyama S. Comparison of macromelanosomes and autophagic giant melanosome complexes in nevocellular nevi, lentigo simplex, and malignant melanoma.
J of Cutaneous Pathology. 1982; 329-39
Diskusi
Kasus
Penatalaksanaan
Lentigo simpleks
pada pasien ini
dengan melakukan
tindakan
Cryosurgery
Kepustakaan
Cryosurgery didefinisikan
sebagai pembuangan
pertumbuhan jaringan baru,
dengan mengaplikasikan
suatu unsur dingin ,
dinamakan agen kriogen.
Dibagi atas dua bagian.
Yang dapat disimpan yaitu
karbondioksida dan freon
sedangkan yang tidak dapat
disimpan adalah nitrogen
cair.
Kim J, Taube J, McCalmont T, dan Glusac E. Quantitative comparison of MiTF, Melan-A, HMB-45, and Mel-5 in solar lentigines and melanoma in situ. J of Cutaneous Pathology.
2011; 775-9.
Virador V, Matsunafa N, Matsunaga J, Valencia J, Oldman R, Kameyama K, Peck G, Ferrans V, Veira W, Abdel Z, dan Hearing V. Production of Melanocyte-Specific Antibodies to
Human Melanosomal Proteins; Expressions Patterns in Normal Human Skin And in Cutaneous Pigmented Lesions. Pigment Cell. 2010; 289-297.
Diskusi
Kasus
Terapi Lentigo
Simpleks dengan
cryosurgery pada
pasien ini
memberikan hasil
Kepustakaan
Kim J, Taube J, McCalmont T, dan Glusac E. Quantitative comparison of MiTF, Melan-A, HMB-45, and Mel-5 in solar lentigines and melanoma in situ. J of Cutaneous Pathology.
2011; 775-9.
Zimmerman E, dan Crawford P. Cutaneous Cryosurgery. USA Academy of Family Physicians. 2012; 114-8
Reziee M, Balighi K, Shabanzadeh H, dan Robati RM. Efficacy and safety of cryotherapy vs. trichloroacetic acid in the treatment of solar lentigo. Euro Academy of Dermatol and
Venereol. 2009; 316-319.
Terima Kasih
Alur pengkajian
Termoelektrik Cryosurgery