IMPETIGO BULOSA
Disusun Oleh:
RANDY SUTANTO
102118192
Pembimbing :
2020
KATA PENGANTAR
Puji dansyukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam
sebesar-besarnya atas bantuan dari pembimbing yaitu dr. Hj. Hervina, Sp.KK
dalam penyusunan ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGATAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1 Definisi.......................................................................................................2
2.2 Etiologi.......................................................................................................2
2.3 Epidemiologi..............................................................................................2
2.5 Diagnosa......................................................................................................3
2.6 Patogenesis..................................................................................................5
2.7 Patofisiologi................................................................................................5
2.9 Penatalaksanaan..........................................................................................7
2.11 Komplikasi................................................................................................9
2.13 Profesionalisme.........................................................................................9
DAFTAR PUSTAK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
infection) dari pediculosis, skabies, infeksi jamur dan pada insect bites.1
atau pada folikel rambut, oleh bakteri patogen yang sering disertai sekret purulen.
higiene, daya tahan tubuh menuru, dan kekurangan gizi. 3 Impetigo bulosa sering
menyerang di negara yang sedang berkembang dan negara yang beriklim tropis.4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
salah satu bentuk pioderma. Impetigo bulosa ditandai dengan benjolan berisi
cairan.3
1
Pioderma adalah infeksi pada epidermis, tepat di bawah stratum korneum
atau pada folikel rambut, oleh bakteri patogen yang sering disertai sekret purulen.2
2.2. Etiologi
2.3. Epidemiologi
dan dalam kelompok kecil di negara yang berkembang. Penyebaran sering terjadi
di daerah dengan suhu yang panas dan lembab, akses air bersih yang kurang dan
tempat tinggal yang padat.4 Penyakit ini juga sering menyerang pada anak - anak
dan orang dewasa. Daerah yang sering terinfeksi yaitu pada bagian dada,
a. Usia
2
g. Imunodefisiensi3
2.5. Diagnosa
2.5.1 Anamnesa
kemudian menjadi keabu - abuan dan akhirnya menjadi kuning gelap seperti
nanah.3
a. Gambaran histopatologi
2.6. Patogenesis
sela jari kaki, pembedahan, trauma, luka bakar, kateter intravaskular, akan
meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Peran respon pejamu tidak selalu dapat
3
netrofil tidak dapat menghancurkan Staphylococcus aureus dan terjadi
meningkat. Toksin ekfoliatif (ETs) terdiri atas ETA dan ETB. ETs adalah protease
sering yang berikatan dengan molekul sel adesi desmoglein-1 pada epidermis dan
yang timbul berdinding tipis dan kendur dengan tanda Nickolsky positif. ETA
2.7. Patofisiologi
serangga, trauma lokal, kelainan kulit (terutama dermatitis atopik), higiene buruk,
suhu dan kelembaban tinggi, usia pasien, riwayat pemakaian antibiotik, dan
terinfeksi.
Toksin ekfoliatif (ETs) terdiri atas ETA dan ETB. ETs adalah protease
sering yang berikatan dengan molekul sel adesi desmoglein-1 pada epidermis dan
yang timbul berdinding tipis dan kendur dengan tanda Nickolsky positif. Lesi
4
2.8. Diagnosa Banding
2.8.1 Varicela
berubah menjadi vesikel yang khas mirip tetesan embuun (dew drops).
krusta.6
bahan atau penyebab alergen. Pada stadium akut dimulai dengan bercak
bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan menyebabkan erosi dan eksudasi.7
2.9 Penatalaksanaan
2.9.2 Farmakologi
5
Tatalaksana farmakologi pada pasien impetigo bulosa memberikan
kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan
kekambuhan :
Pasien diberikan obat topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan
penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai
profilaksis terhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas
disekolah atau tempat lainnya. Antibiotik topikal diberikan 2-3 kali sehari
selama 7-10 hari.
o Mupirocin
Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal
dari Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu
menghambat sintesis protein (asam amino) dengan mengikat
isoleusil-tRNA sintetase sehingga menghambat aktivitas coccus
Gram positif seperti Staphylococcus dan sebagian besar
Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk
pengobatan impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan
Streptococcus pyogenes.
o Asam Fusidat
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium
coccineum. Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat
sintesis protein. Salap atau krim asam fusidat 2% aktif melawan
kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin
topikal.
o Bacitracin
Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari
Strain Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu
menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat
defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif
melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan
Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi.
6
Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi
yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.
a. Pilihan Pertama (Golongan ß Lactam)
Golongan Penicilin (bakterisid)
o Amoksisilin+ Asam klavulanat
Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.
Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid)
o Sefaleksin
Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10
hari.
o Kloksasilin
Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.
b. Pilihan Kedua
Golongan Makrolida (bakteriostatik)
o Eritromisin
Dosis 30-50mg/kgBB/hari.
o Azitromisin
Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari
untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.
bakteri superfisial kulit seperti impetigo.8
2.10 Edukasi
Pasien menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
Menindak lanjuti jika terdapat luka dan mencuci area kulit yang terkena untuk
mencegah infeksi. Mengurangi kontak dekat dengan penderita. Mencuci pakaian,
kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakan peralatan harian
bersama-sama. Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang
memperberat lesi.8
7
2.11 Komplikasi
2.12 Prognosis
2.13 Profesionalisme
Rujuk kepada dokter spesialis kulit dan kelamin jika terjadi komplikasi,
8
BAB III
KESIMPULAN
negara dengan pendapatan yang rendah dan dalam kelompok kecil di negara yang
berkembang. Penyebaran sering terjadi di daerah dengan suhu yang panas dan
lembab, akses air bersih yang kurang dan tempat tinggal yang padat. Bakteri
kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan
kekambuhan. Pasien diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada
wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai
disekolah atau tempat lainnya. Prognosis baik dengan atau tanpa komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA