Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. EM
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 62 tahun
Alamat : Kp. Bojong Galing
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pemeriksaan : 19 Juli 2017

1.2. Anamnesis
Diperoleh secara autoanamnesis, pukul 10.15 WIB.

A. Keluhan Utama
lentinga pada lipatan belakang ketiak

B. Keluhan Tambahan
Pasien merasakan nyeri dan panas pada lentingan tersebut

C. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien mengeluhkan terdapat lentinga pada lipatan belakang ketiak sejak 5 hari
SMRS. Lentingan tersebut muncul setelah pasien mengeluhkan demam selama 3 hari.
Awalnya hanya terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk dan adanya perubahan warna kemeraan
pada bagian lipatan belakang ketiak kiri dan setelah itu muncul lentingan-lentingan yang
berisi seperti air dan disertai rasa panas dan sangat nyeri dan kadang disertai gatal. pasien
juga mengeluhkan adanya nyeri kepala. Pasien sudah berobat ke puskesmas, sudah diberi
obat salep (pasien lupa nama obatnya) dan tablet paracetamol, akan tetapi keluhan tidak
membaik. Pasien belum pernah mengalami kelainan kulit seperti ini sebelumnya. Tidak ada

1
anggota keluarga atau teman pasien yang menderita kelainan yang sama dengan pasien.
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal.
Riwayat terpapar produk kulit dan bahan kimia lain disangkal. Pasien menyangkal
adanya penyakit seperti kencing manis dan hipertensi.

1.3. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Generalis
Keadaan umum : Tampak tenang
Kesadaran : Compos mentis
Laju nadi : 94 x/menit
Laju napas : 22 x/menit
Suhu : 37,80 C
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan : 60 kg
Status gizi : normal
Status internus : dalam batas normal

B. Pemeriksaan Dermatologik
Regio/Letak Lesi
o Torakal
Efloresensi
o Primer : pustul eritematosa

2
Sifat UKK
o Ukuran: miliar
o Susunan/bentuk: tidak teratur
o Penyebaran dan lokalisasi: herpetiformis; unilateral

C. Pemeriksaan Anjuran (Penunjang)


Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

1.4. Resume Kasus


Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Syamsudin, SH dengan keluhan
terdapat lentinga pada lipatan belakang ketiak sejak 5 hari SMRS. Lentingan tersebut muncul
setelah pasien mengeluhkan demam selama 3 hari. Awalnya hanya terasa nyeri seperti
tertusuk-tusuk dan adanya perubahan warna kemerahan pada bagian lipatan belakang ketiak
kiri dan setelah itu muncul lentingan-lentingan yang berisi seperti air dan disertai rasa panas
dan sangat nyeri dan kadang disertai gatal. pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala.
Pasien sudah berobat ke puskesmas, sudah diberi obat salep (pasien lupa nama obatnya) dan
tablet paracetamol, akan tetapi keluhan tidak membaik. Pasien belum pernah mengalami
kelainan kulit seperti ini sebelumnya. Tidak ada anggota keluarga atau teman pasien yang
menderita kelainan yang sama dengan pasien. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan
disangkal. Riwayat terpapar produk kulit dan bahan kimia lain disangkal. Pasien menyangkal
adanya penyakit seperti kencing manis dan hipertensi.

3
Predileksi di daerah Thorakalis thorkalis posterior dekat dengan aksila sinistra, dengan
efloresensi primer berupa lesi pustul ukuran miliar yang multipel dan bergerombol dengan
dasar eritem. lokalisasi herpetiformis; unilateral.

1.5. Diagnosis
A. Diagnosis Banding
Herpes zoster torakal
Herpes simpleks
Varicella

B. Diagnosis Kerja
Herpes zoster torakal

1.6. Tatalaksana
A. Tatalaksana Umum
- Karena ini adalah penyakit menular pasien disarankan untuk tidak terlalu kontak
dengan keluarga lainnya terutama anak-anak. Dan saat tidur pasien disarankan pisah
ranjanng dengan keluarga lainnya untuk menghindari penularan.
- Pasien disarankan untuk tidak menggaruk lesi
- Pasien disarankan untuk tirah baring, memakan makanan bergizi, serta meminum obat
yang sudah diberikan dengan teratur
- Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang

B. Tatalaksana Khusus (Farmakologi)


Sistemik:
- Asiklovir tab 400mg 5 dd II
- Asam mefenamat tab 500mg 3 dd I
- Prednisone tab 3 dd II
- Methylcobalamin tab 500mg 1 dd I
Topikal:
Talk salisil menthol

1.7. Prognosis

4
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia Ad Bonam

5
BAB II
ANALISIS KASUS

2.1. Analisis Diagnosis Kerja

KASUS TEORI: HERPES ZOSTER


TORAKAL

Epidemiologi Perempuan Perempuan = Laki-laki


Usia 62 tahun Lebih dari setengah jumlah
keseluruhan kasus dilaporkan terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun.
Faktor Pasien berusia 62 tahun dan Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini
Predisposisi pasien mengeluhkan nyeri di sering terjadi pada usia ini akibat
tempat lesi. daya tahan tubuhnya melemah.
Pasien mengeluhkan demam Makin tua usia penderita herpes
yang dirasakan selama 3 hari. zoster makin tinggi pula resiko
Pasien mengeluhkan nyeri yang terserang nyeri.
dirasakan terus-menerus. Pencetus kambuhnya herpes zoster:
trauma, demam, kelelahan, stress.
Manifestasi Pasien mengeluhkan adanya Sebelum erupsi timbul biasanya
Klinis demam selama 3 hari disertai didahului adanya gejala prodromal
nyeri kepala. seperti nyeri pada dermatom yang
Pasien mengeluhkan adanya akan timbul lesi.
rasa nyeri pada bagian lipatan Kadang dirasakan adanya parestesia
belakang ketiak kiri.. Awalnya (gatal, rasa terbakar)
hanya terasa nyeri seperti Adanya malaise, nyeri kepala, dan
tertusuk-tusuk dan adanya demam.
perubahan warna kemerahan Pada orang dewasa lesi khas disertai
pada bagian lipatan belakang nyeri.
ketiak kiri dan setelah itu
muncul lentingan-lentingan
yang berisi seperti air dan
disertai rasa panas dan sangat
nyeri dan kadang disertai gatal.
Pemeriksaan Sebelum munculnya lentingan Lesi biasanya unilateral, paling
Fisik Umum didapatkan perubahan warna sering mengenai dermatom
kemerahan pada bagian lipatan torakal dan dermatom
belakang ketiak kiri saja. oftalmikus.
Setelah itu muncul lentingan- Lesi biasanya diawali dengan
lentingan yang berisi seperti air, macula eritem, dalam 12-24 jam
berwarna putih dengan dasar timbul vesikel, menjadi pustul
eritema. pada hari ketiga, kemudian
menjadi krusta pada 7-10 hari.

2.2. Diagnosis Banding


1. Herpes Simpleks
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang pada
infeksi primer ditandai oleh adaya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta
pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun
rekurens. Dan sering disertai gejala sistemik demam, malese, dan anoreksia.. Tempat
predileksi tipe I didaerah pinggang keatas terutama pada daerah mulut dan hidung.
Pada fase rekurens gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan
berlangsung kira-kira 7-10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum timbul
vesikel berupa rasa panas, gata;, dan nyeri..

2. Varicella
Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella Zoster yang
menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf ditandai oleh adanya vesikel-vesikel, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Sinonimnya adalah cacar air, chicken pox. Varicella merupakan penyakit infeksi virus akut
dan cepat menular. Penyakit ini merupakan hasil infeksi primer pada penderita yang rentan.
Gejala klinis mulai gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malaise
dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang
dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan
embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi keruh (pustul) dalam waktu 24 jam dan
kemudian pecah menjadi krusta. Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi
keruh. Sementara proses ini berlangsung, dalam 3-4 hari erupsi tersebar disertai perasaan
gatal. Timbul lagi vesikel-vesikel yang baru di sekitar vesikula yang lama, sehingga
menimbulkan gambaran polimorfi. Stadium erupsi yang seperti ini disebut sebagai stadium
erupsi bergelombang.

2.3. Analisis Terapi

Sistemik
a) Antiviral therapy

Pengobatan ini biasanya diberikan jika erupsi yang timbul < 3 hari. Antiviral
diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada :
- Pasien dengan usia > 50 tahun
- Dengan resiko terjadinya HNP
- Herpes zoster oftalmika, sindrom Ramsay Hunt, herpes zoster servikalis, herpes zoster
sakralis
- Immunokompromise, diseminata/generalisata/dengan komplikasi

Pengobatan Antivirus, tujuan : menghentikan replikasi dari virus.

b) Analgetik
- Nyeri ringan : Asam mefenamat
Untuk nyeri yang timbul pada pasien diberikan asam mefenamat 3x500 mg sebagai
analgesik. Pasien kemudian dianjurkan untuk kontrol selama 7 hari kemudian kepada dokter,
untuk melihat perbaikan pada pasien.

c) Kortikosteroid

Karena neuralgia paska herpes mungkin disebabkan oleh peradangan ganglion sensoris dan
struktur saraf lanjutannya, maka pada fase akut dapar diberikan obat tambahan kortikosteroid
sebagai antiinflamasi untuk mengurangi nyeri akut dan mecegah NPH. Beratnya rasa nyeri
pada fase akut merupakan faktor risiko terjadinya NPH. berikan ialah prednison dengan dosis
3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednison
setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antiviral.

Dikatakan kegunaanya untuk mencegah fibrosis ganglion.

Obat topikal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel


diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi
infeksi sekunder.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016.
2. Schmander KE, Dworkin RH. Natural History and Herpes Zoster. In: Goldsmith LA,
Katz Sl, editor. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine; 8 th ed. New York:
Mc-Graw-Hill; 2012. P 2383-401.

3. Cohen KR, Salbu RL, Frank J. Presentation and Management of Herpes Zoster
(Shingles) in the Geriatric Population. P&T. 2013, 38(04): p 217-27.

4. Kartogwigno S. Sepuluh besar kelompok penyakit kulit. 2nd ed. Palembang: Penerbit
Universitas Sriwijaya; 2012
5. Djuanda Adhi, dkk. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi Keenam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. p.115-116.

6. Kartowigno, Soenarto. 2012. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit Edisi Kedua.
Palembang: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FK UNSRI. p. 108-112
7. Harahap Marwali. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2015.
p.94-96

8. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Varicella. In:


Fitzpatricks Dermatology in General Medicine; seventh edition, vol 1 and 2. 2008.
P.1885-1895.

Anda mungkin juga menyukai