Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Disusun oleh:
Heru Chris Sunariyanto
NIM I1011151020

Pembimbing:
dr. Herni, Sp. KK

SMF KULIT DAN K€LAMIN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RSUD SULTAN SYARIF MOHAMMAD ALKADRIE
PONTIANAK
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan Judul:

DERMATITIS NUMULARIS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kulit dan Kelamin

Pontianak, Februari 2020,


Pembimbing,

dr. Herni, Sp.KK


BAB I
LAPORAN KASUS
1. Anamnesis
 Identitas Pasien
Nama : Nn. Fitriana
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 15 Tahun
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
Alamat : Gg. Sumber Maju 1
No. RM : 121589

 Keluhan Utama
Bercak kemerahan disertai gatal sejak 2 bulan yang lalu

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli kulit Rumah Sakit Sultan Syarif Mohammad Alkadrie dengan
keluhan timbul bercak merah kehitaman di kaki sejak 2 bulan yang lalu. Bercak
ditemukan di kedua kaki, menjalar ke punggung tangan. Bercak awalnya berukuran
kecil dan semakin membesar dan bertambah banyak dalam 2 bulan terakhir. Bercak
diserti rasa gatal yang hebat dan rasa perih yang hilang timbul. Gejala lain disangkal.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada riwayat penyakit dahulu

 Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi makanan, kontak iritan, dan alergi lainnya

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga

 Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku baru pertama datang dan belum memberikan pengobatan pada
lukanya
2. Pemeriksaan Fisik
 Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
TD : 110/70
HR : 84x/ menit
RR : 18 x/ menit
T : 36,8 C

 Status Dermatologis
Lokasi : Regio Tibialis dextra sinistra
Efloresensi : Papulovesikel yang meluas membentuk suatu lesi berbentuk seperti
uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.

3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena diagnosis pasien diatas cukup dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

4. Diagnosis Kerja
Dermatitis Numularis

5. Diagnosis Banding
Dermatitis kontak, Dermatitis atopik, Neurodermatitis sirkumskripta, dan
Dermatomikosis.

6. Terapi
 Non-Farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Menjaga kebersihan diri
- Tidak menggaruk lesi
- Patuh minum obat

 Farmakologi
- Khlorfeniramin Maleat 2 x 4 mg selama 10 hari
- Methylprednisolone 2 x 8 mg selama 10 hari
- Mometasone cream 5 gr 2 x 1 dioles pagi dan malam pada lesi

7. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas
dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).

2. Sinonim
Ekzem numular; ekzem discoid; neurodermatitis numular. Istilah ekzem numular
diperkenalkan oleh Devergie pada tahun 1857.

3. Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada wanita.
Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun; pada wanita usia
puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa
ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun; umumnya
kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.

4. Etiopatogenesis
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang ikut berperan. Diduga stafilokokus dan
mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda
infeksi secara klinis tidak tampak; mungkin juga lewat mekanisme hipersensitivitas.
Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm2.

Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis 
numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol
dan sabun.

Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di tangan; dapat
pula pada bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stres emosional
dan minuman yang mengandung alkohol dapat me- nyebabkan timbulnya eksaserbasi.
Lingkungan dengan kelembaban rendah dapat pula memicu kekambuhan.

Kulit penderita dermatitis numularis cen- derung kering, hidrasi stratum korneum rendah.
Jumlah SP (substance P), VIP (vasoactive intestinal polypeptide), dan CGRP (calcitonin
genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf sensoris kulit, sedang pada
serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal ini menunjukkan bahwa
neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel mas.
Dermatitis pada orang dewasa tidak ber- hubungan dengan gangguan atopi. Pada anak,
lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik.

5. Gambaran Klinis

Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut berupa vesikel
dan papulovesikel (0.3-1.0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau
meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi
eksudasi, kemudian me- ngering menjadi krusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi
dapat mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga
terkesan menyerupai lesi dermato- mikosis.Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.

Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris,
dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai numular, bahkan plakat. tempat
predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan. 

Dermatitis numularis cenderung hilang- timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali
dalam periode pengobatan. Bila terjadi ke kambuhan umumnya timbul pada tempat
semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma ( fenomena Köbner).

6. Histopatologi
pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, serbukan sel radang limfosit
dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur,
hipergranulosis dan hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas
fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis
mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar
sel mas di dermis tipe MCTC (mast cell tryptase), berisi triptase.

7. Diagnosis
Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis. Sebagai diagnosis
banding antara lain ialah dermatitis kontak, dermatitis atopik, neurodermatitis
sirkumskripta, dan dermatomikosis.

8. Pengobatan
Sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila kulit kering,
diberi pelembab atau emolien. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat anti-
inflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Bila lesi
masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan permanganas
kalikus 1:10.000. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam
jangka pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongaan H1, misalnya
hidroksisin HCI.

9. Prognosis
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval sampai
dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu
sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.

BAB III

PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan keluhan timbul bercak merah kehitaman di kaki sejak 2 bulan

yang lalu. Bercak ditemukan di kedua kaki, menjalar ke punggung tangan. Bercak awalnya

berukuran kecil dan semakin membesar dan bertambah banyak dalam 2 bulan terakhir.

Bercak diserti rasa gatal yang hebat dan rasa perih yang hilang timbul. Gejala lain disangkal.

Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan Papulovesikel yang meluas membentuk suatu lesi

berbentuk seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas pada

Regio Tibialis dextra sinistra.

Tidak adanya riwayat alergi dan riwayat luka sebelumnya juga dapat menyingkirkan

kemungkinan dermatitis alergi dan bekas luka. Kulit kering dapat menjadi pencetus penyakit

pasien, begitu juga dengan faktor stress.

Pemberian CTM dapat diberikan untuk mengurangi gejala gatal. Pemberian anti-inflamasi

topikal juga dapat diberikan pada lesi yang kering.

BAB IV
KESIMPULAN

Nn. Fitriana terdiagnosis Dermatitis Numularis

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. FK UI

Anda mungkin juga menyukai