Oleh:
Adinda Humeira Darmawan G1A219065
Olga Elvia G1A219103
Ardi Al Rachman Raaqa Anasta G1A219121
Sena Oktarida G1A219123
Rahmat Al Hafiz G1A219135
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Case
Report Session ini dengan judul “GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE
KINI CAMPURAN”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSJD Provinsi Jambi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan sehingga laporan Case Report Session ini dapat terselesaikan dengan baik dan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Sebagai penutup
semoga kiranya laporan Case Report Session ini dapat bermanfaat bagi kita
khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................. 1
3.2. Epidemiologi.................................................................................................. 11
3.3..Etiopatofisiologi............................................................................................. 11
3.4. Patogenesis..................................................................................................... 16
3.7. Tatalaksana..................................................................................................... 23
3.8. Prognosis........................................................................................................ 33
BAB V Kesimpulan............................................................................................... 38
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas
1.1.1 Identitas Pasien
Tanggal MRS : 27-02-2020
Nama : Tn.S
Umur/Tgl lahir : 40 tahun / 23-04-1980
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : RT.02, Desa Kota Baru, Kec. Tanah
Kampung, Kota Sungai Penuh
Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan saat ini : Pegawai Negeri Sipil
2
3
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Pasien datang ke poli RSJD Provinsi Jambi atas keinginan sendiri
dengan keluhan sering berfikir negatif terhadap orang lain.
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Merlofam
Friksitas 0,5mg
Ikalep 250mg
Sopaval
Panfelix 20mg
B. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Turgor baik
Kepala : Normocephalik
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : Bentuk dan pergerakan simetris
Jantung : Bunyi jantung I/II regular, murmur (-),
gallop (-)
6
E. Persepsi
Halusinasi : Auditori, pasien mendengar bisikan-
bisikan.
Visual, pasien melihat bayangan
Ilusi : Tidak ada
F. Fungsi intelektual
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi : Waktu :baik
Tempat :baik
Orang :baik
Daya ingat : Segera (immediate) : Baik
Baru saja (recent) : Baik
Agak lama (recent past) : Baik
Jauh (remote) : Baik
G. Pikiran abstrak : Baik
H. Pengendalian impuls : Baik
I. Daya nilai : Baik
J. Tilikan/insight :6
K. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
2.2.12 Tatalaksana
A. Farmakoterapi
- Lithium: 600 mg; 1 x sehari
- Fluoxentine: 20 mg; 1 x sehari
B. Non Farmakoterapi
- Terapi kognitif (Aaron Beck)
Tujuannya :
a. Menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya
dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif
negatif.
b. Mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif,
serta melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru. 10
- Terapi perilaku
Terapi didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku
maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan
balik positif dari masyarakat dan kemungkinan penolakan yang
palsu. Dengan demikian pasien belajar untuk berfungsi di dunia
dengan cara tertentu dimana mereka mendapatkan dorongan
positif. 10
- Terapi berorientasi-psikoanalitik
Mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal,
keintiman, mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan
kesedihan serta kemampuan dalam merasakan perubahan
emosional secara luas. 10
9
2.2.13 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan
suasana perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).3
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung
lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun
kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi
setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres
tidak esensial untuk penegakan diagnosis).3
Gangguan Bipolar merupakan salah satu diantara gangguan mental
yang serius dan dapat menyerang seseorang, sifatnya melumpuhkan
disebut mania - depresi. Gangguan bipolar sering dikaitkan dengan
gangguan yang memiliki ciri yaitu naik turunnya mood, aktifitas dan
energi.4 Kekambuhan sering terjadi dan akan mengganggu fungsi sosial,
pekerjaan, perkawinan bahkan meningkatkan risiko bunuh diri. Keadaan
emosional orang dengan gangguan bipolar ekstrim dan intens yang terjadi
pada waktu yang berbeda, atau bisa disebut mood. Episode ini
dikategorikan sebagai mania, hipomania, episode campuran dan depresi.9
10
11
perasaan yang parah. Gangguan Bipolar ini juga sering disebut gangguan
unipolar (depresi berat), dimana perubahan suasana hati hanya di satu
kutub saja namun dibandingkan dengan bipolar adalah perubahan suasana
hati terjadi diantara dua kutub yang tinggi dan rendah.4
3.2 EPIDEMIOLOGI
perjalanan penyakit, masih belum jelas. Namun, ada bukti yang berkembang
bahwa fitur lingkungan dan gaya hidup dapat berdampak pada tingkat
keparahan dan perjalanan penyakit. Peristiwa stres kehidupan, perubahan
jadwal tidur-bangun, dan alkohol saat ini atau penyalahgunaan zat dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit dan memperpanjang waktu untuk
pemulihan.5,6
3.3 ETIOPATOFISIOLOGI
a. Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin,
dopamine, serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti
hingga saat ini. Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah
neurotransmitter yang paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan
mood ini.1,5,6
Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan
penurunan sensitivitas dari reseptor β adrenergik dan dalam klinik hal
ini dibuktikan oleh respon pada penggunaan anti depresan yang cukup
baik sehingga mendukung adanya peran langsung dari system
noradrenergik pada depresi. Bukti lainnya melibatkan reseptor β2
presinaps pada depresi karena aktivasi pada reseptor ini menghasilkan
penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor β2 juga terletak pada
neuron serotoninergic dan berperan dalam regulasi pelepasan
serotonin. 5
Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective
serotonin reuptake inhibitor) dalam mengatasi depress. Rendahnya
kadar serotonin dapat menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien
dengan dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang
rendah dalam cairan cerebropinalnya dan memiliki kadar konsentrasi
rendah uptake serotonin pada platelet. 5
14
3.4 PATOGENESIS
a. Siklus tipikal bipolar
Dalam sebagian besar kasus bipolar, fase depresi jauh melebihi
fase manik, dan siklus mania dan depresi tidak menentu dan tidak
dapat diprediksi. Banyak pasien mengalami episode campuran, yang
merupakan episode manik dan depresi muncul bersamaan selama 7
hari.1
b. Rapid Cycling
Pasien dengan gangguan bipolar 1, perputran cepat
kemungkinan adalah wanita dan pernah mengalami episode depresif
dan hipomanik, cenderung pada gangguan pada faktor ekternal bukan
dari genetik. Pada fase ini episode manik dan depresi timbul
bergantian sedikitnya 4 kali setahun dan pada kasus yang parah, bisa
mencapai sejumlah siklus sehari.rapid cycling cenderung untuk timbul
lebih sering pada wanita dan pada pasien bipolar II. Umumnya, rapid
cycling bermula pada fase depresi, dan episode depresi yang sering
dan parah bisa menjadi ciri khas dari kejadian ini. Fase ini sulit untuk
ditangani, khususnya karena antidepresan bisa mencetuskan perubahan
ke mania dan memunculkan pola melingkar.1
c. Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania
dan depresi yang terjadi secara bersamaan.Misalnya, mood tereksitasi
(lebih sering mood disforik), iritabel, marah, serangan panic,
pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat
berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang
bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan
perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai
gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, sosial dan
pekerjaan.1,5,7,8
d. Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami
peningkatan mood, ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit
terjadi gejala (empat gejala bila mood irritable) yaitu:1,5,7,8
Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
Berkurangnya kebutuhan tidur
Meningkatnya pembicaraan
Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
Perhatian mudah teralih
Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
20
f. Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala
psikotik yang paling sering yaitu:1,5,7,8
Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania
sedangkan waham nihilistic terjadi pada episode depresi.Ada kalanya
simtom psikotik tidak serasi dengan mood.Pasien dengan Gangguan
bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia.Ciri psikotik biasanya
merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan
bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang
buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara
Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social
pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki
penerapan terapi yang penting, pasien dengan symptom psikotik
hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan
atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk
mendapatkan perbaikan klinis.1,5,7,8
21
a. Fase Akut
Terapi farmakologi gangguan bipolar adalah pengobatan yang ditujukan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Pertama yang dilakukan oleh
psikiater harus melakukan pengkajian diagnosis dan menilai keselamatan serta
tingkat kemampuan pasien untuk mendapatkan keputusan tentang pengaturan
pengobatan yang optimal. Sedangkan tujuan spesifik dari manajemen kejiwaan
termasuk membangun dan memelihara aliansi terapeutik, memantau status
kejiwaan pasien, memberikan edukasi mengenai gangguan bipolar, meningkatkan
kepatuhan pengobatan, mengatur pola tidur, mengantisipasi stres,
mengidentifikasi episode baru di awal, dan meminimalkan gangguan
fungsional.15
Valproat
Pertama kali sodium valproat digunakan untuk pengobatan
mania akut dan pencegahan gangguan mood bipolar. Terutama
29
Lamotrigin
Lamotrigin efektif sebagai monoterapi untuk kejang parsial,
lamotrigin juga efektif untuk gangguan bipolar. Efek sampingnya
30
B. Antidepresan
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk pengobatan
gangguan depresi. Ini juga disebut sebagai mood-elevator dan timoleptik.
Tidak ada antidepresan tunggal yang efektif untuk semua pasien depresi.
Dosis antidepresan dipantau berdasarkan perbaikan klinis. Pemantauan
rutin tingkat darah biasanya tidak diindikasikan. Untuk episode depresi
pertama, pasien harus menerima dosis terapeutik penuh antidepresan yang
dipilih selama 6-9 bulan, setelah mencapai remisi penuh. Sebaiknya
dilakukan taper dose obat anti depresan, saat pengobatan harus
dihentikan setelah fase kelanjutan. 9
Indikasi
Adapun indikasi pemberian antidepresan sebagai berikut:9
Episode depresi (juga disebut depresi berat, endogenous
depression)
Episode depresi dengan melankoli (dengan atau tanpa
ECT)
Episode depresi dengan kejadian psikotik (dengan
antipsikotik atau ECT)
Dysthymia (dengan psikoterapi)
Depresi reaktif (dengan psikoterapi)
Depressive equivalents dan masked depression (kadang-
kadang)
31
Menurut Kaplan dan Sadock, 2010 dalam text book sinopsis psikiatri terdapat
beberapa faktor yang menentukan prognosis pasien bipolar I, yakni:
1. Faktor yang memberikan pengaruh baik pada gangguan bipolar I:
a. Durasi episode manik yang singkat
b. Usia onset yang lanjut
c. sedikit masalah psikiatri
d. sedikit masalah medis
e. sedikit pikiran bunuh diri
2. Faktor yang memberikan pengaruh buruk pada gangguan bipolar I:
a. status pekerjaan pramorbid yang buruk
b. ketergantungan alkohol
c. ciri psikotik
d. ciri depresif
e. jenis kelamin laki-laki
f. usia onset yang awal
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis dan pemeriksaan psikiatri yang dilakukan terhadap pasien Tn.
S umur 40 tahun yang datang ke poli RSJD Jambi tanggal 27 Februari 2020. Pasien
datang ditemani istrinya ke poliklinik RSJD Provinsi Jambi, memakai baju kemeja
dongker dengan celana jeans dan tampak rapi, terawat, dan sesuai dengan umur. Saat
memasuki ruangan pasien tampak tenang. Saat ditanya mengenai identitas pasien
menjawab dengan benar. Pasien datang dengan keluhan sering berfikir negatif, sering
merasa curiga dengan orang lain terutama ketika sedang bersama dengan rekan
dikantornya, hal ini dirasakan pasien sejak 4 bulan yang lalu. Pasien juga mengalami
depresi karena selalu berfikir negatif terhadap orang lain sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien merasa tertekan oleh karena pekerjaanya yang semakin berat. Oleh karena itu
pasien berobat ke dokter di dekat rumahnya lalu pasien mendapat rujukan dari dokter
tersebut untuk berobat ke psikiater. Saat berobat ke dokter tersebut pasien
mendapatkan terapi farmakologi farmakologi yang terdiri dari:
Merlofam
Friksitas 0,5mg
Ikalep 250mg
Sopaval
Panfelix 20mg
Terkadang pasien merasa dirinya dikontrol oleh orang lain, pasien juga pernah
melihat bayangan putih. Pasien mengeluh kesulitan tidur. Pasien terkadang merasa
34
35
sakit kepala sampai ke leher, mudah lelah dan nafsu makan berkurang dan merasa
dirinya tidak berharga.
Tatalaksana
C. Farmakoterapi
- Lithium: 600 mg; 1 x sehari
- Fluoxentine: 20 mg; 1 x sehari
D. Non Farmakoterapi
Terapi psikososial 1,5,7,10
- Terapi kognitif (Aaron Beck)
Tujuannya :
a. Menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya dengan
membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif.
37
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
BAB V
KESIMPULAN
38
39