Anda di halaman 1dari 44

CASE REPORT SESSION

*Kepaniteraan Klinik Senior/Maret 2020


** Pembimbing dr. Diva Mariska Tarastin, Sp. KJ

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI CAMPURAAN

Oleh:
Adinda Humeira Darmawan G1A219065
Olga Elvia G1A219103
Ardi Al Rachman Raaqa Anasta G1A219121
Sena Oktarida G1A219123
Rahmat Al Hafiz G1A219135

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RSJD JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Case
Report Session ini dengan judul “GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE
KINI CAMPURAN”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSJD Provinsi Jambi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan sehingga laporan Case Report Session ini dapat terselesaikan dengan baik dan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Sebagai penutup
semoga kiranya laporan Case Report Session ini dapat bermanfaat bagi kita
khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.

Jambi, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan.............................................................................................. 1

BAB II Laporan Kasus.......................................................................................... 2

BAB III Tinjauan Pustaka..................................................................................... 10

3.1. Definisi .......................................................................................................... 10

3.2. Epidemiologi.................................................................................................. 11

3.3..Etiopatofisiologi............................................................................................. 11

3.4. Patogenesis..................................................................................................... 16

3.5. Manifestasi Klinis........................................................................................... 17

3.6. Kriteria Diagnosis........................................................................................... 21

3.7. Tatalaksana..................................................................................................... 23

3.8. Prognosis........................................................................................................ 33

BAB IV Analisis Kasus......................................................................................... 34

BAB V Kesimpulan............................................................................................... 38

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan bipolar yang dikenal sebagai manic-depresive illness adalah penyakit


medis yang mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh diri yang cukup tinggi
pada populasi bipolar, yaitu 10-15% dan salah satu gangguan kejiwaan yang sulit
untuk ditangani. Gangguan bipolar merupakan suatu penyakit jangka panjang dan
episodic, sering tidak diketahui, salah diagnosa dan bahkan bila terdiagnosa, sering
tidak terobati dengan adekuat.1
Diagnosis gangguan bipolar sulit dibuat karena gejala gangguan bipolar yang
bertumpang tindih dengan gangguan psikiatrik yang lain yaitu skizofrenia dan
skizoafektif. Hal ini mengakibatkan prevalensi gangguan skizoafektif, skizofrenia,
dan gangguan bipolar berbeda-beda pada setiap penelitian yang dilakukan.1
Gangguan bipolar mempunyai prognosis yang relatif baik. Perjalanan penyakit
gangguan bipolar sangat bervariasi dan biasanya kronik. Kekambuhan yang terjadi
akan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, perkawinan bahkan meningkatkan risiko
bunuh diri. Terapi yang komprehensif diperlukan pasien untuk mencapai kembali
fungsinya semula dan kualitas hidup yang tetap baik. Terapi komprehensif meliputi
farmakoterapi dan intervensi psikososial.1
Gangguan bipolar pertama kali dideskripsikan oleh Aretaius of Cappadocia pada
tahun 30. Dalam sejarah kontemporer, Falret pada tahun 1854 mendeskripsikan
gangguan ini sebagai gangguan yang terpisah yang disebut folie circulaire. Kraepelin
(1921) juga mendefinisikan konsep yang terpisah dari dementia praecox atau
skizofrenia. Menurut Kraepelin, manic-depressive illness dikarakteristikkan sebagai
perjalanan penyakit dengan prognosis yang baik dan gejala mood pada fase akut.
Bagi Kraepelin, perjalanan penyakit adalah hal yang paling membedakan dengan
skizofrenia. Kraepelin kemudian membagi manic depresive illness menjadi ringan
dan berat, gangguan afektif episode tunggal dan periodik termasuk juga melankolia
involusional.2

1
BAB II

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas
1.1.1 Identitas Pasien
 Tanggal MRS : 27-02-2020
 Nama : Tn.S
 Umur/Tgl lahir : 40 tahun / 23-04-1980
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : RT.02, Desa Kota Baru, Kec. Tanah
Kampung, Kota Sungai Penuh
 Suku/Bangsa : Melayu
 Agama : Islam
 Status : Menikah
 Pekerjaan saat ini : Pegawai Negeri Sipil

1.1.2 Identitas Dari Alloanamnesis


 Nama : Ny.N
 Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
 Alamat : RT.02, Desa Kota Baru, Kec. Tanah
Kampung, Kota Sungai Penuh
 Agama : Islam
 Status : Menikah
 Hub. dengan pasien : Istri
 Kesan pemeriksa
terhadap keterangan
yang diberikan : Dapat Dipercaya

2
3

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Pasien datang ke poli RSJD Provinsi Jambi atas keinginan sendiri
dengan keluhan sering berfikir negatif terhadap orang lain.
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ditemani istrinya ke poliklinik RSJD Provinsi Jambi,


memakai baju kemeja dongker dengan celana jeans dan tampak rapi,
terawat, dan sesuai dengan umur. Saat memasuki ruangan pasien tampak
tenang. Saat ditanya mengenai identitas pasien menjawab dengan benar.
Pasien datang dengan keluhan sering berfikir negatif, sering merasa curiga
dengan orang lain terutama ketika sedang bersama dengan rekan
dikantornya, hal ini dirasakan pasien sejak 4 bulan yang lalu. Pasien juga
mengalami depresi karena selalu berfikir negatif terhadap orang lain sejak
2 minggu yang lalu. Pasien merasa tertekan oleh karena pekerjaanya yang
semakin berat. Oleh karena itu pasien berobat ke dokter di dekat
rumahnya lalu pasien mendapat rujukan dari dokter tersebut untuk berobat
ke psikiater. Saat berobat ke dokter tersebut pasien mendapatkan terapi
farmakologi farmakologi yang terdiri dari:

 Merlofam
 Friksitas 0,5mg
 Ikalep 250mg
 Sopaval
 Panfelix 20mg

Setelah meminum obat tersebut pasien merasa keadaanya sedikit


mengalami perbaikan tapi tetap saja masih berfikiran negatif sehingga
pasien memutuskan datang ke psikiater.
4

Terkadang pasien merasa dirinya dikontrol oleh orang lain, pasien


juga pernah melihat bayangan putih. Pasien mengeluh kesulitan tidur.
Pasien terkadang merasa sakit kepala sampai ke leher, mudah lelah dan
nafsu makan berkurang dan merasa dirinya tidak berharga.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien telah didiagnosa bipolar sejak 4 bulan yang lalu.
 Pasien pernah merasa kehilangan minat untuk melakukan
pekerjaannya dan mudah merasa lelah.
 Gangguan neurologi: Demam (-), Kejang (-), Sakit kepala (-),Trauma
kepala (-), Gangguan penglihatan (-).

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Kakak pasien juga mengalami hal yang sama dengan pasien.

2.2.5 Riwayat Pribadi


 Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja di salah satu kantor di sungai penuh
 Riwayat perkawinan dan relasi
Pasien sudah menikah dan tidak ada masalah keluarga
 Aktifitas Sosial
Sebelum sakit, pasien cukup aktif mengikuti acara-acara,
bersosialisasi. Hubungan pasien dengan lingkungab, teman dan
tetangga sekitar baik tidak pernah terlibat permusuhan.
 Latar belakang agama
Kehidupan beragama pasien cukup baik, dalam kehidupannya
pasien taat beribadah.
 Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah memiliki masalah hukum
5

2.2.6 Riwayat Alergi


Riwayat Alergi tidak ada

2.2.7 Obat Yang Sedang di Minum


 Merlofam
 Friksitas 0,5mg
 Ikalep 250mg
 Sopaval
 Panfelix 20mg

2.2.8 Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan Darah : 130/90 mmHg
 Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi
80x/menit
 RR :Teratur, frekuensi 20 x/menit
 Suhu : 36,5oC

B. Pemeriksaan Fisik
 Kulit : Turgor baik
 Kepala : Normocephalik
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
 Toraks : Bentuk dan pergerakan simetris
 Jantung : Bunyi jantung I/II regular, murmur (-),
gallop (-)
6

 Pulmo : Sonor, vesikuler (+/+)


 Abdomen : Datar, soepel
 Hepar : Tidak teraba
 Lien : Tidak teraba
 Ekstremitas : Edema (-)
C. Pemeriksaan Neurologis : Dalam batas normal
D. Pemeriksaan Psikometrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
E. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan

2.2.9 Status Psikiatri


A. Keadaan umum
 Penampilan : Pasien datang dengan penampilan
sesuai usianya, kondisi fisik terlihat
baik, pakaian yang cukup rapi, raut
wajah normal.
 Kesadaran : Compos Mentis
 Orientasi : Waktu :baik
Tempat :baik
Orang :baik
B. Sikap & tingkah laku : Kooperatif
C. Gangguan berpikir
 Bentuk pikir : Realistik
 Arus pikir : Koheren
 Isi pikir : Waham Curiga
D. Alam perasaan
 Mood : Irritable
 Afek : Luas
7

E. Persepsi
 Halusinasi : Auditori, pasien mendengar bisikan-
bisikan.
Visual, pasien melihat bayangan
 Ilusi : Tidak ada
F. Fungsi intelektual
 Daya konsentrasi : Baik
 Orientasi : Waktu :baik
Tempat :baik
Orang :baik
 Daya ingat : Segera (immediate) : Baik
Baru saja (recent) : Baik
Agak lama (recent past) : Baik
Jauh (remote) : Baik
G. Pikiran abstrak : Baik
H. Pengendalian impuls : Baik
I. Daya nilai : Baik
J. Tilikan/insight :6
K. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

2.2.10 Diagnosis Banding


 F20. Skizofrenia
 F25. Skizoafektif

2.2.11 Diagnosis Multiaksial


Aksis I : F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini
Campuran
Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
8

Aksis III : Tidak ada diagnosis


Aksis IV : Masalah Pekerjaan
Aksis V : GAF Scale 50-41, gejala berat (serious)

2.2.12 Tatalaksana
A. Farmakoterapi
- Lithium: 600 mg; 1 x sehari
- Fluoxentine: 20 mg; 1 x sehari

B. Non Farmakoterapi
- Terapi kognitif (Aaron Beck)
Tujuannya :
a. Menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya
dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif
negatif.
b. Mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif,
serta melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru. 10
- Terapi perilaku
Terapi didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku
maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan
balik positif dari masyarakat dan kemungkinan penolakan yang
palsu. Dengan demikian pasien belajar untuk berfungsi di dunia
dengan cara tertentu dimana mereka mendapatkan dorongan
positif. 10
- Terapi berorientasi-psikoanalitik
Mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal,
keintiman, mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan
kesedihan serta kemampuan dalam merasakan perubahan
emosional secara luas. 10
9

2.2.13 Prognosis
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan
suasana perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).3
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung
lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun
kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi
setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres
tidak esensial untuk penegakan diagnosis).3
Gangguan Bipolar merupakan salah satu diantara gangguan mental
yang serius dan dapat menyerang seseorang, sifatnya melumpuhkan
disebut mania - depresi. Gangguan bipolar sering dikaitkan dengan
gangguan yang memiliki ciri yaitu naik turunnya mood, aktifitas dan
energi.4 Kekambuhan sering terjadi dan akan mengganggu fungsi sosial,
pekerjaan, perkawinan bahkan meningkatkan risiko bunuh diri. Keadaan
emosional orang dengan gangguan bipolar ekstrim dan intens yang terjadi
pada waktu yang berbeda, atau bisa disebut mood. Episode ini
dikategorikan sebagai mania, hipomania, episode campuran dan depresi.9

Menurut Aliansi Gangguan Kejiwaan Nasional (NAMI), bipolar


adalah gangguan yang ditandai oleh perubahan mood atau suasana

10
11

perasaan yang parah. Gangguan Bipolar ini juga sering disebut gangguan
unipolar (depresi berat), dimana perubahan suasana hati hanya di satu
kutub saja namun dibandingkan dengan bipolar adalah perubahan suasana
hati terjadi diantara dua kutub yang tinggi dan rendah.4

Gambar dibawah ini menunjukkan gangguan mood pada Bipolar:

Gambar 2.1 Siklus suasana hati pasien bipolar.4

3.2 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar


antara 0,3-4,8%, siklotimia antara 0,5-6,3%, dan hipoania antara 2,6-7,8%.
Total prevalensi spectrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6-7,8%.1,4
Menurut American Psychiatric Association gangguan afektif bipolar I
mencapai 0.8% dari populasi dewasa, dalam penelitian yang dilakukan
dengan komunitas mencapai antara 0,4-1,6%. Angka ini konsisten di beragam
budaya dan kelompok etnis. Gangguan bipolar II mempengaruhi sekitar 0,5%
dari populasi. Sementara gangguan bipolar II tampaknya lebih umum pada
wanita hal ini dperkirakan dipengaruhi oleh hormon, efek dari melahirkan,
stressor psikososial untuk wanita, dan pembelajaran budaya yang
mengajarkan wanita tidak dapat berusaha sendiri (behavioral models of
12

learned helplessness), gangguan bipolar I mempengaruhi pria dan wanita


cukup merata.Ini perkiraan prevalensi dianggap konservatif.Episode manik
lebih banyak didapatkan pada pria dan depresi lebih umum pada wanita.Saat
seorang wanita mengalami episode manik gelaja yang timbul dapat bercampur
antara manik dan depresi.Pada wanita juga lebih sering ditemukan siklus cepat
atau rapid cycling seperti memiliki 4 episode manik dalam 1 tahun periode.5,6
Epidemiologi Penelitian melaporkan usia rata-rata saat onset 21 tahun
untuk gangguan bipolar. Ketika studi meneliti usia saat onset yang bertingkat
menjadi interval 5 tahun, usia puncak pada timbulnya gejala pertama jatuh
antara usia 15 dan 19, diikuti oleh usia 20 - 24. Onset mania sebelum usia 15
telah kurang dipelajari. Gangguan bipolar mungkin sulit untuk mendiagnosis
pada kelompok usia ini karena presentasi atipikal dengan ADHD. Dengan
demikian, benar usia saat onset bipolar disorder masih belum jelas dan
mungkin lebih muda dari yang dilaporkan untuk sindrom penuh, karena ada
ketidakpastian tentang presentasi gejala pada anak-anak. Penelitian yang
mengikuti kohort keturunan pasien dengan gangguan bipolar dapat membantu
untuk mengklarifikasi tanda-tanda awal pada anak-anak. Onset mania setelah
usia 60 kurang mungkin terkait dengan riwayat keluarga gangguan bipolar
dan lebih mungkin untuk dihubungkan dengan diidentifikasi faktor medis
umum, termasuk stroke atau lainnya pusat sistem saraf lesi.5
Bukti dari studi epidemiologi dan kembar sangat menunjukkan bahwa
gangguan bipolar adalah penyakit diwariskan.Kerabat tingkat pertama pasien
dengan gangguan bipolar memiliki pengaruh signifikan tinggi gangguan mood
daripada kerabat kelompok pembanding yang tidak menderita gangguan
psikis.Namun, modus warisan tetap tidak diketahui.Dalam praktek klinis,
keluarga dengan gangguan mood, terutama dari gangguan bipolar,
memberikan bukti-bukti yang nyata yang kuat dari potensi gangguan mood
primer pada pasien dengan sebaliknya didominasi fitur psikotik.Demikian
juga, besarnya peran yang dimainkan oleh stres lingkungan, terutama di awal
13

perjalanan penyakit, masih belum jelas. Namun, ada bukti yang berkembang
bahwa fitur lingkungan dan gaya hidup dapat berdampak pada tingkat
keparahan dan perjalanan penyakit. Peristiwa stres kehidupan, perubahan
jadwal tidur-bangun, dan alkohol saat ini atau penyalahgunaan zat dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit dan memperpanjang waktu untuk
pemulihan.5,6

3.3 ETIOPATOFISIOLOGI
a. Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin,
dopamine, serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti
hingga saat ini. Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah
neurotransmitter yang paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan
mood ini.1,5,6
 Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan
penurunan sensitivitas dari reseptor β adrenergik dan dalam klinik hal
ini dibuktikan oleh respon pada penggunaan anti depresan yang cukup
baik sehingga mendukung adanya peran langsung dari system
noradrenergik pada depresi. Bukti lainnya melibatkan reseptor β2
presinaps pada depresi karena aktivasi pada reseptor ini menghasilkan
penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor β2 juga terletak pada
neuron serotoninergic dan berperan dalam regulasi pelepasan
serotonin. 5
 Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective
serotonin reuptake inhibitor) dalam mengatasi depress. Rendahnya
kadar serotonin dapat menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien
dengan dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang
rendah dalam cairan cerebropinalnya dan memiliki kadar konsentrasi
rendah uptake serotonin pada platelet. 5
14

 Dopamine. Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga


diduga memiliki peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas
dopamine dapat mengurangi depresi dan meningkat pada mania. Dua
teori mengenai dopamine dan depresi adalah bahwa jalur mesolimbic
dopamine tidak berfungsi terjadi pada depresi dan dopamine reseptor
D1 hipoaktif pda keadaan depresi. 5
 Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan
penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging
(MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah
substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks
prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen
Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdale
dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood
dan afek). Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin
berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui,
oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang membungkus
akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf.
Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan
komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.5
b. Faktor genetik
 Studi pada keluarga. Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua
dengan gangguan mood, anaknya akan memiliki risiko antara 10-25%
untuk menderita gangguan mood. Jika kedua orang tuanya menderita
gangguan mood, maka kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko
ini meningkat jika ada anggota keluarga dari 1 generasi sebelumnya
daripada kerabat jauh. Satu riwayat keluarga gangguan bipolar dapat
15

meningkatkan risiko untuk gangguan mood secara umum, dan lebih


spesifik pada kemungkianan munculnya bipolar.1,5
 Studi pada anak kembar. Studi ini menunjukan bahwa gen hanya
menjelaskan 50-70% etiologi dari gangguan mood. Studi ini
menunjukan rentang gangguan mood pada monozigot sekitar 70-90%
dibandingkan dengan kembar dizigot sekitar 16-35%.1,5,6
c. Faktor psikososial
 Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang.
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan
penting dalam Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan
yang sangat berperan pada kehidupan psikososial dari pasien dapat
menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang
menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan
perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama
tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal.
Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar
dalam kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut adalah
menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk
menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor
eksternal.5
 Faktor kepribadian. Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa
gangguan kepribadian tertentu berhubungan dengan berkembangnya
gangguan bipolar I, walaupun pasien dengan gangguan distimik dan
siklotimik berisiko untuk dapat berkembang menjadi depresi mayor
atau gangguan bipolar I. Kejadian tiba-tiba yang memicu stress yang
kuat adalah prediktor dari onset episode depresi.5
16

3.4 PATOGENESIS
a. Siklus tipikal bipolar
Dalam sebagian besar kasus bipolar, fase depresi jauh melebihi
fase manik, dan siklus mania dan depresi tidak menentu dan tidak
dapat diprediksi. Banyak pasien mengalami episode campuran, yang
merupakan episode manik dan depresi muncul bersamaan selama 7
hari.1

b. Rapid Cycling
Pasien dengan gangguan bipolar 1, perputran cepat
kemungkinan adalah wanita dan pernah mengalami episode depresif
dan hipomanik, cenderung pada gangguan pada faktor ekternal bukan
dari genetik. Pada fase ini episode manik dan depresi timbul
bergantian sedikitnya 4 kali setahun dan pada kasus yang parah, bisa
mencapai sejumlah siklus sehari.rapid cycling cenderung untuk timbul
lebih sering pada wanita dan pada pasien bipolar II. Umumnya, rapid
cycling bermula pada fase depresi, dan episode depresi yang sering
dan parah bisa menjadi ciri khas dari kejadian ini. Fase ini sulit untuk
ditangani, khususnya karena antidepresan bisa mencetuskan perubahan
ke mania dan memunculkan pola melingkar.1

c. Dengan Pola Musiman


Pasien dengan gangguan pola musiman dalam gangguan
moodnya cenderung mengalami episode depresi selama waktu tertentu
dalam satu tahun, biasanya pada musim dingin dan hanya terjadi satu
kali dalam satu tahun. Bisa juga terjadi remisi penuh dimana adanya
perubahan dari depresi menjadi mania atau hipomania.1,7

d. Onset pasca persalinan


17

Menungkinkan untuk menentukan gangguan mood pasca


persalinan jika onset gejalanya empat minggu pasca persalinan.
Gangguan mental pasca persalinan biasanya adalah gangguan
psikotik.1,5

e. Perbedaan antara anak-anak dan dewasa


Peneliatan menunjukkan gejala bipolar pada anak-anak dan
remaja berbeda dari dewasa.Dewasa dengan bipolar biasanya periode
mania dan depresi yang berbeda dan persisten, anak-anak dengan
bipolar berfluktuasi secara cepat dalam mood dan kelakuan
mereka.Manik pada anak-anak dikarakteristikan dengan iritabel dan
agresif sedangkan dewasa cenderung mengalami euphoria.Anak-anak
dengan bipolar episode depresi sering marah-marah dan tidak bisa
diam, dan dapat memiliki gangguan tambahan mood dan perilaku
seperti anxietas, ADHD, dan penyalahgunaan zat. 1,5
Masih belum jelas seberapa sering bipolar pada anak-anak
bertahan sampai dewasa atau bila menangani bipolar pada masa kanak-
kanak bisa membantu mencegah gangguan di masa depan. 1,5

3.5 MANIFESTASI KLINIK


Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode
depresi dan episode mania.1-5
a. Episode manic:
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien
mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki,
secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila
hanya mood iritabel) yaitu: 1,5,7,8
 Grandiositas atau percaya diri berlebihan
18

 Berkurangnya kebutuhan tidur


 Cepat dan banyaknya pembicaraan
 Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
 Perhatian mudah teralih
 Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor
 Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan
dan sekolah)
 Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa
perhitungan yang matang). 1,5,7,8
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan,
gambaran psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang
lain, serta adanya Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.Pasien
hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania
justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi.Pasien
hipomania tidak memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau
perilaku atau pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi.
1,5,7,8

b. Episode Depresi Mayor


Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat
symptom atau tanda yaitu:1,5,7,8
 Mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
 Menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
 Sulit atau banyak tidur
 Agitasi atau retardasi psikomotor
 Kelelahan atau berkurangnya tenaga
 Menurunnya harga diri
19

 Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya


konsentrasi
 Pesimis
 Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau
tanpa rencana) atau tindakan bunuh diri.1,5,7,8
Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau
mengganggunya fungsi personal, sosial, pekerjaan.1,5,7,8

c. Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania
dan depresi yang terjadi secara bersamaan.Misalnya, mood tereksitasi
(lebih sering mood disforik), iritabel, marah, serangan panic,
pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat
berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang
bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan
perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai
gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, sosial dan
pekerjaan.1,5,7,8

d. Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami
peningkatan mood, ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit
terjadi gejala (empat gejala bila mood irritable) yaitu:1,5,7,8
 Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
 Berkurangnya kebutuhan tidur
 Meningkatnya pembicaraan
 Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
 Perhatian mudah teralih
 Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
20

 Pikiran menjadi lebih tajam


 Daya nilai berkurang
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku
atau pembicaraan aneh) tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak
mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan. Sering kali
dilupakan oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh keluarga1,5,7,8

f. Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala
psikotik yang paling sering yaitu:1,5,7,8
 Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
 Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania
sedangkan waham nihilistic terjadi pada episode depresi.Ada kalanya
simtom psikotik tidak serasi dengan mood.Pasien dengan Gangguan
bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia.Ciri psikotik biasanya
merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan
bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang
buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara
Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social
pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki
penerapan terapi yang penting, pasien dengan symptom psikotik
hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan
atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk
mendapatkan perbaikan klinis.1,5,7,8
21

3.6 KRITERIA DIAGNOSIS


Kriteria diagnosis gangguan bipolar menurut ICD-10 + PPDGJ III
- F31 Gangguan Afek bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya
jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan
pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi
dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada
penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai
dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia
lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa
hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress
tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
 Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
 Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30).3

- F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik


a. Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania
(F30); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik , depresif, atau campuran) di masa lampau. 3

- F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala


Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik (F30.1); dan
22

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain


(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. 3

- F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala


psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik (F30.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau. 3

- F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau


Sedang

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode


depresi ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau. 3

- F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa


gejala psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau. 3

- F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan


Gejala Psikotik

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode


depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan
23

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,


manik, atau campuran dimasa lampau. 3

- F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran

a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,


hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan
cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang sama-sama
mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang
sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu);
dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau. 3

- F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi


Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depres if atau campuran).3

- F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya


- F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT. 3
3.7 TATALAKSANA
3.7.1 Terapi Non Farmakologi
3.7.1.1 Psikoterapi
Menggobati penyalagunaan zat serta pemberian nutrisi yang baik
dengan protein normal dan asupan asam lemak esensial, berolahraga, tidur
yang cukup, pengurangan stres, dan terapi psikososial. 11 Ini bisa dilakukan
dengan memberikan dukungan, edukasi, dan bimbingan kepada orang-orang
24

dengan gangguan bipolar dan keluarga penderita gangguan bipolar. Beberapa


perawatan psikoterapi yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar
meliputi:12
- Terapi kognitif (CBT)
- Terapi keluarga
- Terapi psycotherapy interpersonal
3.7.1.2 Electroconvulsive Therapy
Bentuk perawatan psikologis yang berbeda telah terbukti membantu
mengurangi gejala depresi. Electroconvulsive therapy (ECT) adalah
perawatan yang aman dan efektif untuk penyakit mental berat tertentu. Pasien
dengan depresi adalah target untuk ECT yang cocok untuk diterapkan. 11
Electroconvulsive Therapy (ECT) dapat memberikan bantuan bagi orang
dengan gangguan bipolar berat yang tidak dapat sembuh dengan perawatan
lainnya. Terkadang ECT digunakan untuk gejala bipolar saat kondisi medis
lainnya, termasuk kehamilan, yang terlalu berisiko minum obat. Pasien
gangguan bipolar harus mendiskusikan kemungkinan manfaat dan risiko ECT
dengan profesional kesehatan. Dikarenakan ECT dapat menyebabkan
beberapa efek samping jangka pendek, termasuk kebingungan, disorientasi,
dan penurunan memori. Hingga amnesia.12

3.7.2 Terapi Farmakologi


Penatalaksaan secara farmakalogi first-line dalam pengobatan episode
manic dan episode depresi berulang dari gangguan bipolar adalah Litium.
Golongan obat penstabil mood atau antikonvulsan juga telah banyak
digunakan (contohnya, carbamazepine dan asam valproat) untuk pengobatan
episode mania akut dan untuk pencegahan kekambuhannya. Lamotrigin juga
dapat digunakan untuk terapi pencegahan kekambuhan. aripiprazol,
klorpromazin, olanzapine, quetiapine, risperidone, dan ziprasidoneare
disetujui oleh FDA untuk pengobatan episode manic gangguan bipolar.
25

Pengobatan adjuvan jangka pendek dengan benzodiazepin juga dapat


membantu.15 Mekanisme kerja Diazepam dengan cara mengurangi konsentrasi
epinefrin plasma, serta menurunkan kecemasan, dan sebagai hasilnya
Diazepam meningkatkan fungsi seksual pada orang yang terhambat oleh
kecemasan.13 Sedikit pasien memiliki kecemasan yang melumpuhkan dan
mungkin perlu benzodiazepin jangka pendek. Benzodiazepin bermanfaat
dalam mengurangi kecemasan. Diazepam dinyatakan memiliki anti-fobia,
anti-panik dan anti-kecemasan. Obat lain yang digunakan termasuk
clonazepam dan alprazolam.9
Terapi untuk bipolar dibagi menjadi 2 yaitu terapi fase akut dan terapi
pemeliharaan. Pengobatan gangguan bipolar harus dilakukan secara individual
karena gambaran klinis, keparahan dan frekuensi terjadi yang bervariasi antar
pasien.16

a. Fase Akut
Terapi farmakologi gangguan bipolar adalah pengobatan yang ditujukan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Pertama yang dilakukan oleh
psikiater harus melakukan pengkajian diagnosis dan menilai keselamatan serta
tingkat kemampuan pasien untuk mendapatkan keputusan tentang pengaturan
pengobatan yang optimal. Sedangkan tujuan spesifik dari manajemen kejiwaan
termasuk membangun dan memelihara aliansi terapeutik, memantau status
kejiwaan pasien, memberikan edukasi mengenai gangguan bipolar, meningkatkan
kepatuhan pengobatan, mengatur pola tidur, mengantisipasi stres,
mengidentifikasi episode baru di awal, dan meminimalkan gangguan
fungsional.15

 Mania dan Episode Campuran


Pengobatan mania akut, atau hipomania, bisa digunakan dalam bentuk
tungga atau dapat dilakukan kombinasi. Pasien dengan mania berat paling
baik diobati di rumah sakit dimana dosis harus tepat dan outcome yang
26

akan didapat, dalam beberapa hari atau minggu. Kepatuhan terhadap


pengobatan sering menjadi masalah karena pasien kebanyakan mania
sangat membutuhkan pengetahuan tentang penyakit mereka dan
kebanyakan menolak untuk minum obat.13
Lini pertama untuk episode mania atau campuran (berat) adalah
inisiasi litium dengan antipsikotik, atau asam valproat dengan
antipsikotik. Bagi pasien yang tidak terlalu parah, monoterapi dengan
lithium, valproate, atau antipsikotik seperti olanzapine mungkin cukup.
Pengobatan tambahan jangka pendek yaitu benzodiazepin juga bisa
membantu. Untuk episode campuran, valproat lebih disukai daripada
litium. Antipsikotik atipikal lebih disarankan dari pada antipsikotik khas
karena profil efek sampingnya yang lebih minimal.15
 Episode Depresi
Etiology dari depresi antara lain alkohol atau penggunaan obat.
Mengobati gejala depresi tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian
nutrisi yang baik dengan protein normal dan asupan asam lemak esensial,
berolahraga, tidur yang cukup, pengurangan stres, dan terapi psikososial.11
Pengobatan lini pertama untuk depresi bipolar adalah inisiasi litium atau
lamotrigin. Monoterapi antidepresan tidak dianjurkan. Sebagai alternatif,
terutama untuk pasien yang sakit parah, beberapa dokter akan melakukan
perawatan simultan dengan litium dan antidepresan. Sejumlah besar
penelitian membuktikan kemanjuran psikoterapi dalam pengobatan
depresi unipolar. Pada pasien dengan kemungkinan mengancam jiwa,
bunuh diri, atau psikosis, ECT juga merupakan alternatif yang dapat
digunakan karena ECT bisa dipergunakan kepada pasien depresi selama
kehamilan.15
Secara umum kegunaan antidepresan merupakan standar pada
penyakit bipolar, penggunaan antidepresan kontroversial pada siklus
27

cepat, mania, atau hipomania. Dengan demikian, obat antidepresan sering


dikombinasi oleh stabilisator mood dalam pengobatan lini pertama untuk
episode depresi bipolar I. Kombinasi olanzapine dan fluoxetine terbukti
efektif dalam mengobati depresi bipolar akut selama 8 minggu tanpa
mendorong beralih ke mania atau hipomania.13 Pasien yang memiliki
kecenderungan untuk bunuh diri diberikan diazepam atau lorazepam
dengan dosis kecil atau antipsikotik (seperti haloperidol atau risperidone)
dapat digunakan secara oral atau parenteral.9
 Siklus Cepat
Intervensi awal pada pasien yang mengalami rapid cycling adalah
untuk mengidentifikasi dan mengobati kondisi medis, seperti
hipotiroidisme atau penggunaan narkoba atau alkohol, yang dapat
menyebabkan cycling.15 Litium, karbamazepin, dan asam valproat dalam
bentuk sendiri atau kombinasi adalah agen yang paling banyak digunakan
dalam pengobatan jangka panjang pasien dengan gangguan bipolar.13
b. Terapi pemeliharaan
Ada beberapa penelitian yang melibatkan pasien dengan gangguan
bipolar II telah dilakukan, pertimbangan perawatan pemeliharaan untuk
bentuk penyakit ini juga sangat diperlukan. 15 Lamotrigin merupakan
antidepresan profilaksis dan berpotensi menstabilkan suasana hati pada terapi
pemeliharaan.13 Setelah kesembuhan dari episode akut, pasien mungkin tetap
pada resiko tinggi untuk kambuh dalam jangka hingga 6 bulan. Pengobatan
tersebut adalah terapi pemeliharaan.16
Obat dengan bukti empiris terbaik dapat mendukung penggunaannya
dalam perawatan pemeliharaan antara lain litium dan valproat, Alternatif yang
lain dapat di gunakan yaitu lamotrigin atau karbamazepin atau oxcarbazepine.
Perawatan ECT juga dapat dipertimbangkan untuk pasien yang episode
akutnya merespons ECT.15
28

3.7.2.1 Obat Gangguan Bipolar


A. Mood Stabilizer
Obat ini terkadang efektif dalam pengobatan mania. Kata
antimania sering digunakan untuk mendeskripsikannya. Akan tetapi,
karena efektif dalam mencegah perubahan mood pada gangguan
bipolar, istilah yang lebih baik adalah agen penstabil mood atau agen
profilaksis. Agen penstabil mood yang paling umum digunakan adalah
litium, valproat, karbamazepin, dan lamotrigin, meskipun ada
beberapa mood stabilizer lainnya seperti oxcarbazepine.9
Pada tahun 1949, Cade menemukan bahwa litium dapat
digunakan sebagai pengobatan yang efektif untuk gangguan
bipolar, melahirkan serangkaian percobaan terkontrol yang
memastikan keefektifannya sebagai monoterapi untuk fase mania
dari gangguan bipolar.14
Litium sangat cepat diserap dalam saluran gastrointestinal.
Tingkat serum puncak terjadi antara 30 menit sampai 3 jam.
Durasi kerja dalam waktu sekitar 8 jam. Tingkat maksimum
terjadi pada tiroid (3-5 kali kadar serum), air liur (dua kali), susu
(0,3-1,0 kali) dan CSF (cerebrospinal fluid) (0,4 kali). Waktu
tunak dicapai dalam waktu sekitar 7 hari. Tidak ada metabolisme
lithium dalam tubuh dan itu diekskresikan hampir seluruhnya oleh
ginjal. Reabsorpsi dipengaruhi oleh keseimbangan natrium, dan
berkurangnya natrium menyebabkan retensi, dan kadar litium
dalam darah lebih tinggi.9

 Valproat
Pertama kali sodium valproat digunakan untuk pengobatan
mania akut dan pencegahan gangguan mood bipolar. Terutama
29

berguna pada pasien yang sulit sembuh dengan litium. Kisaran


dosis biasanya 1000-3000 mg/hari (tingkat darah terapeutik adalah
50-125 mg/ml). Memiliki onset of action yang lebih cepat
daripada litium, oleh karena itu, dapat digunakan dalam perawatan
mania secara efektif. 9
 Karbamazepin
Karbamazepin telah dianggap sebagai alternatif yang masuk
akal untuk lithium ketika kurang efektif. Karbamazepin adalah
senyawa trisiklik yang efektif dalam pengobatan depresi bipolar.
Pertama kali dipasarkan untuk pengobatan neuralgia trigeminal
tetapi juga terbukti berguna untuk terapi epilepsy. 14
Onset of action obat lebih cepat dibandingkan dengan litium,
namun lebih lambat dibandingkan valproat. Kisaran dosis
karbamazepin adalah 600-1600 mg/hari (tingkat darah terapeutik
adalah 4-12 mg/ml). Penggunaan karbamazepin dalam pengobatan
gangguan bipolar baru-baru ini menurun, sebagian karena
potensinya dengan interaksi obat lain.9 Karbamazepin dapat
digunakan untuk mengobati mania akut dan juga untuk terapi
profilaksis. Efek samping umumnya tidak lebih besar dan
terkadang kurang dari yang terkait dengan litium. Karbamazepin
dapat digunakan sendiri atau, pada pasien sulit sembuh, dapat
dikombinasikan dengan litium atau dengan asam valproat.
Penggunaan karbamazepin sebagai penstabil mood mirip dengan
penggunaannya sebagai antikonvulsan.14

 Lamotrigin
Lamotrigin efektif sebagai monoterapi untuk kejang parsial,
lamotrigin juga efektif untuk gangguan bipolar. Efek sampingnya
30

adalah pusing, sakit kepala, diplopia, mual, mengantuk, dan ruam


kulit. Ruam ini dianggap sebagai reaksi hipersensitifitas khas.
Meskipun risiko ruam dapat dikurangi dengan mengenalkan obat
secara perlahan, pasien anak-anak berisiko tinggi, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dermatitis yang berpotensi
mengancam jiwa akan berkembang pada 1-2% pasien anak-anak.14

B. Antidepresan
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk pengobatan
gangguan depresi. Ini juga disebut sebagai mood-elevator dan timoleptik.
Tidak ada antidepresan tunggal yang efektif untuk semua pasien depresi.
Dosis antidepresan dipantau berdasarkan perbaikan klinis. Pemantauan
rutin tingkat darah biasanya tidak diindikasikan. Untuk episode depresi
pertama, pasien harus menerima dosis terapeutik penuh antidepresan yang
dipilih selama 6-9 bulan, setelah mencapai remisi penuh. Sebaiknya
dilakukan taper dose obat anti depresan, saat pengobatan harus
dihentikan setelah fase kelanjutan. 9
Indikasi
Adapun indikasi pemberian antidepresan sebagai berikut:9
 Episode depresi (juga disebut depresi berat, endogenous
depression)
 Episode depresi dengan melankoli (dengan atau tanpa
ECT)
 Episode depresi dengan kejadian psikotik (dengan
antipsikotik atau ECT)
 Dysthymia (dengan psikoterapi)
 Depresi reaktif (dengan psikoterapi)
 Depressive equivalents dan masked depression (kadang-
kadang)
31

 Depresi atipikal (misalnya inhibitor MAO-I)


 Depresi sekunder (misalnya hipotiroid, sindrom cushing)
 Reaksi sedih yang berlebihan
i. Golongan Obat Antidepresan
 Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor
Penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI)
merupakan bahan kimia yang memiliki tindakan utama
sebagai penghambat transporter serotonin (SERT).
Fluoxetine diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun
1988 dan dengan cepat menjadi salah satu obat yang paling
sering diresepkan dalam praktik medis. Popularitas SSRI
sebagian besar berasal dari kemudahan penggunaan,
keamanan overdosis, tolerabilitas relatif, biaya dan
spektrum penggunaan yang luas. 9
 Fluoxetine
Aripiprazol, klorpromazin, olanzapin, quetiapin,
risperidon, dan ziprasidon adalah obat yang telah diakui
oleh FDA sebagai terapi fase mania.14 Fluoxetin memiliki
keuntungan waktu paruh yang lebih lama. Fluoxetin dapat
mengobati serangan panik juga dengan fobia. Sehingga
mengurangi kesusahan.9 Onset obat ini sering tertunda
yaitu 2-4 minggu. Jika tidak bekerja dalam 6-8 minggu
maka harus dilakukan peningkatan dosis. Atau bisa juga
tidak berfungsi sama sekali. Dapat diberikan selama
bertahun tahun untuk mencegah kekambuhan, namun harus
tetap diawasi.14
 Sertraline
Sertralin merupakan salah satu obat antidepresan yang
bekerja dengan meningkatkan serotonin dengan berbagai
32

cara. Dan salah satunya adalah menghambat pompa


reuptake serotonin. Dan dapat pula meningkatkan transmisi
serotonergik dalam saraf. Sertraline dapat mengobati
depresi dengan dosis rendah karena memiliki aktifitas
antikolinergik yang rendah dan memiliki efek samping
obat terhadap jantung yang minimal. Efek samping obat
sertraline yang paling umum ditemui adalah kebingungan
dan mengigau.9
 Siklik Antidepresan
TCA (tricyclic antidepressants) digunakan terutama
pada depresi yang tidak responsif terhadap antidepresan
yang lebih umum digunakan seperti SSRI atau SNRI.
Hilangnya popularitas dikarenakan sebagian besar berasal
dari tolerabilitas yang relatif lebih rendah dibandingkan
dengan agen baru, kesulitan penggunaan, dan mematikan
overdosis. Kegunaan lain untuk TCA termasuk perawatan
kondisi nyeri, enuresis, dan insomnia.14
 Antagonis Serotonin
Dua antidepresan diperkirakan bertindak terutama
sebagai antagonis pada Reseptor 5-HT2: traxodone dan
nefaxodone. Traxodone adalah antidepresan yang paling
sering diresepkan sampai digantikan oleh SSRI pada akhir
1980an. Penggunaan trazodone yang paling umum dalam
praktik saat ini adalah hipnosis offlabel, karena sangat
menenangkan dan tidak terkait dengan toleransi atau
ketergantungan.14
3.8 PROGNOSIS
33

Menurut Kaplan dan Sadock, 2010 dalam text book sinopsis psikiatri terdapat
beberapa faktor yang menentukan prognosis pasien bipolar I, yakni:
1. Faktor yang memberikan pengaruh baik pada gangguan bipolar I:
a. Durasi episode manik yang singkat
b. Usia onset yang lanjut
c. sedikit masalah psikiatri
d. sedikit masalah medis
e. sedikit pikiran bunuh diri
2. Faktor yang memberikan pengaruh buruk pada gangguan bipolar I:
a. status pekerjaan pramorbid yang buruk
b. ketergantungan alkohol
c. ciri psikotik
d. ciri depresif
e. jenis kelamin laki-laki
f. usia onset yang awal
BAB IV

ANALISIS KASUS

Dari anamnesis dan pemeriksaan psikiatri yang dilakukan terhadap pasien Tn.
S umur 40 tahun yang datang ke poli RSJD Jambi tanggal 27 Februari 2020. Pasien
datang ditemani istrinya ke poliklinik RSJD Provinsi Jambi, memakai baju kemeja
dongker dengan celana jeans dan tampak rapi, terawat, dan sesuai dengan umur. Saat
memasuki ruangan pasien tampak tenang. Saat ditanya mengenai identitas pasien
menjawab dengan benar. Pasien datang dengan keluhan sering berfikir negatif, sering
merasa curiga dengan orang lain terutama ketika sedang bersama dengan rekan
dikantornya, hal ini dirasakan pasien sejak 4 bulan yang lalu. Pasien juga mengalami
depresi karena selalu berfikir negatif terhadap orang lain sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien merasa tertekan oleh karena pekerjaanya yang semakin berat. Oleh karena itu
pasien berobat ke dokter di dekat rumahnya lalu pasien mendapat rujukan dari dokter
tersebut untuk berobat ke psikiater. Saat berobat ke dokter tersebut pasien
mendapatkan terapi farmakologi farmakologi yang terdiri dari:

 Merlofam
 Friksitas 0,5mg
 Ikalep 250mg
 Sopaval
 Panfelix 20mg

Setelah meminum obat tersebut pasien merasa keadaanya sedikit mengalami


perbaikan tapi tetap saja masih berfikiran negatif sehingga pasien memutuskan datang
ke psikiater.

Terkadang pasien merasa dirinya dikontrol oleh orang lain, pasien juga pernah
melihat bayangan putih. Pasien mengeluh kesulitan tidur. Pasien terkadang merasa

34
35

sakit kepala sampai ke leher, mudah lelah dan nafsu makan berkurang dan merasa
dirinya tidak berharga.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran pasien kompos mentis,


pasien datang dengan pakaian rapi dan terawat serta sesuai umur, sikap terhadap
pemeriksa kooperatif. Tidak terdapat gangguan dalam bentuk pikir dan arus pikir,
tetapi isi pikir pasien memiliki waham curiga. Mood pasien irritable dengan afek luas.
Pasien mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi auditori karena mendengar
bisikan dan visual karena melihat bayangan tetapi tidak mengalami gangguan ilusi.
Daya konsentrasi baik, orientasi waktu, tempat dan orang baik, daya ingat baik,
pikiran abstrak baik, pengendalian impuls baik dan os menyadari bahwa ia sakit.
Evaluasi Diagnostik Multiaksial
Diagnostik Aksis I
- Pada pasien ini tidak terdapat kelainan fisik dan riwayat trauma dan tidak
terdapat gangguan fungsi kognitif, berbahasa dan perilaku yang menandai adanya
disfungsi otak, sehingga pasien ini bukan menderita gangguan mental
organik.
- Pada pasien ini tidak terdapat tanda intoksikasi akut, sindrom ketergantungan
maupun gejala putus obat, sehingga pasien ini bukan menderita gangguan
mental dan perilaku akibat zat psikoaktif.
- Pada pasien ini terdapat gangguan penilaian realita waham maupun halusinasi,
sehingga pasien ini menderita gangguan psikotik.
- Pada pasien ini tidak terdapat kecemasan seperti perasaan takut akan adanya
penyakit (nasofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan
(dismorfofobia) yang tak realistic.. Pada pasien ini tidak terdapat gejala
gangguan anxietas lainnya
- Pada pasien ini terdapat gejala peningkatan afek, peningkatan aktivitas mental
maupun fisik, terdapat afek depresif, ada gejala kehilangan minat atau
kegembiraan dan tidak terdapat kelemahan akibat energi berkurang, sehingga
36

pasien ini menderita gangguan suasana perasaan/mood berupa episode


depresif sedang.
Diagnostik Aksis II
- Pada masa kanak-kanak hingga saat ini pasien tumbuh dan berkembang dengan
baik sebagaimana orang semuanya. Tidak terdapat gangguan kepribadian dan
ciri-ciri retardasi mental. Maka diagnosis aksis II tidak terdapat gangguan
kepribadian.
Diagnostik Aksis III
- Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak didapatkan adanya kelainan medis.
Maka pada aksis III tidak terdapat penyakit organik.
Diagnostik Aksis IV
- Pasien memiliki masalah di tempat kerjanya sehingga merasa tertekan yang
membuat penurunan afek depresif dan kehilangan minat dan kegembiraan. Maka
ada aksis IV ditemukan diagnosis adalah terdapat masalah pekerjaan.
Diagnostik Aksis V
- Dari sisi gejala, pada pasien terdapat beberapa gejala yang berat. Maka pada
aksis V Os termasuk GAF Scale 50 – 41.

Tatalaksana

C. Farmakoterapi
- Lithium: 600 mg; 1 x sehari
- Fluoxentine: 20 mg; 1 x sehari
D. Non Farmakoterapi
Terapi psikososial 1,5,7,10
- Terapi kognitif (Aaron Beck)
Tujuannya :
a. Menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya dengan
membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif.
37

b. Mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, serta


melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru. 10
- Terapi perilaku
Terapi didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif
menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari
masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan demikian
pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana
mereka mendapatkan dorongan positif. 10
- Terapi berorientasi-psikoanalitik
Mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal, keintiman,
mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan serta
kemampuan dalam merasakan perubahan emosional secara luas. 10

Prognosis
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad malam
BAB V
KESIMPULAN

Gangguan bipolar yang dikenal sebagai manic-depresive illness adalah


penyakit medis yang mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh diri yang
cukup tinggi pada populasi bipolar, yaitu 10-15% dan salah satu gangguan kejiwaan
yang sulit untuk ditangani. Gangguan bipolar merupakan suatu penyakit jangka
panjang dan episodic, sering tidak diketahui, salah diagnosa dan bahkan bila
terdiagnosa, sering tidak terobati dengan adekuat.1
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana
perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi
dan aktivitas (depresi).
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar antara 0,3-
4,8%. Total prevalensi spectrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6-7,8%.1,4
Menurut American Psychiatric Association gangguan afektif bipolar I mencapai 0.8%
dari populasi dewasa, dalam penelitian yang dilakukan dengan komunitas mencapai
antara 0,4-1,6%. Angka ini konsisten di beragam budaya dan kelompok etnis.
Gangguan bipolar II mempengaruhi sekitar 0,5% dari populasi. Sementara gangguan
bipolar II tampaknya lebih umum pada wanita hal ini dperkirakan dipengaruhi oleh
hormon, efek dari melahirkan, stressor psikososial untuk wanita, dan pembelajaran
budaya yang mengajarkan wanita tidak dapat berusaha sendiri (behavioral models of
learned helplessness), gangguan bipolar I mempengaruhi pria dan wanita cukup
merata.
Gangguan Bipolar dapat disebabkan oleh berbagai macam factor yaitu faktor
biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.

38
39

Menurut ICD-10 + PPDGJ III, Gangguan Afek Bipolar (F31) dapat


diklasifikasikan menjadi:

a. F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik


b. F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala
Psikotik
c. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala
psikotik
d. F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau
Sedang
e. F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa
gejala psikotik
f. F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan
Gejala Psikotik
g. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran, F31.7 Gangguan Afektif
Bipolar, kini dalam Remisi
h. F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya , F31.9 Gangguan Afektif
Bipolar YTT. 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostic dan tatalaksana dengan


obat antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010. hal. 3-32.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, 4th Edition. Text Revision. Washington DC. American
Psychiatric Association; 2000
3. Rusdi Maslim. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2003.
4. Mintz, David. Bipolar Disorder: Overview, Diagnostic Evaluation and
Treatment. MD and the Austen Riggs Center.2015
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan’s and sadock’s synopsis of psychiatry
behavioral sciences and clinical psychiatry. 10th edition.Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins;2007.hal.527-62.
6. American Psychiatry Assosiasion. Practice guideline for the treatment of
patients with bipolar disorder. 2nd edition. 2002. Diunduh dari apa.org pada 20
April 2013.
7. Soreff S, Ahmed I. Bipolar affective disorder. Diunduh dari
emedicine.medscape.com, 2013.
8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan-sadock sinopsis psikiatri: ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara;
2010.hal.791-853.
9. Ahuja, Niraj. A Short Text Book Psychiatry Seventh Edition. India: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2011.
10. Fakultas Kedokteran Universiats Indonesia. Buku ajar psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2010.hal.197-208
11. Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., and DiPiro, C.V.
Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. United States: McGraw-Hill
Education. 2015.
12. NIMH (National Institute of Mental Health), 2012. Bipolar Disorder in
Adults. United States: Department of Health and Human Service National
Institute of Health. 2012.
13. Sadock, B. J., and Sadock, V. A.,. Kaplan And Sadock’s Synopsis Of
Psychiatry Eleventh Edition. Wolters Kluwer. 2015.
14. Katzung, et al. Basic & Clinical Pharmacology Twelfth Edition. United
States: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2012.
15. APA (American Psychiatric Association). Practice Guideline For The
Treatment of Patients with Bipolar Disorder Second Edition. American
Psychiatric Publishing. 2010.
16. Ikawati,Z. Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat. Bursa Ilmu.
Yogyakarta. 2011.

Anda mungkin juga menyukai