Oleh:
Thesilia Harahap*
G1A219060
Pembimbing:
**Pembimbing
Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya daoat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul
“Carcinoma Mammae Sinistra dengan suspek metastase ke mammae
kontralateral, curiga suatu bilateral breast cancer (BBC) ” ini dibuat dengan
tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
di RSUD Raden Mattaher Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata dengan segala kekurangan yang
ada, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat terutama
kepada pembaca dan penulis sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Secara global terdapat peningkatan jumlah penderita kanker payudara dari
640.000 ditahun 1980 menjadi 1.643.000 penderita ditahun 2010 dengan
pertumbuhan pertahun 3,1% serta jumlah kematian sebanyak 452.000 penderita.
Di Indonesia secara umum kanker merupakan penyebab kematian kedua dari
kelompok penyakit non infeksi. Tumor ganas sendiri menduduki peringkat ke-4
penyebab kematian secara nasional. Peningkatan angka kejadian kanker payudara,
perbaikan prognosis, dan harapan hidup yang berkembang diseluruh dunia,
mengakibatkan peningkatan jumlah wanita yang diketahui beresiko tumbuh
kanker payudara bilateral.1
Kanker mammae bilateral atau sering disebut sebagai Bilateral breast
cancer (BBC) merupakan kelainan yang tidak umum dijumpai. Kanker payudara
bilateral sangat jarang.Insidennya bervariasi antara 1 sampai 14 %. yang berasal
dari penulis yang berbeda-beda, Timbulnya tumor yang kedua biasanya karena
perhatian dari si pasien itu sendiri. Studi mengenai BBC ini masih sangat jarang
sehingga informasi mengenai BBC sangat sedikit.1
Kanker mammae sinkron invasif bilateral jarang terjadi dan insiden yang
dilaporkan berkisar antara 0,3 dan 12%. Dalam literatur medis, perbedaan antara
kanker payudara bilateral yang sinkron dan metakron bersifat ambigu. Interval
antara dua tumor berkisar dari satu bulan hingga dua tahun. Namun, sebagian
besar penelitian menganggap tumor sebagai sinkron jika didiagnosis dalam waktu
enam bulan setelah tumor pertama. Lesi payudara kontralateral dapat berupa
metastasis dari payudara kontralateral atau primer kedua. Etiologi kanker
payudara bilateral sebagian besar tidak pasti.2
Laporan kasus ini melaporkan seorang wanita usia 36 tahun dengan kanker
payudara yang diawali oleh adanya benjolan dan perubahan pada payudara kiri
yang diikuti perubahan dan perjalanan penyakit yang sama pada payudara kanan.
Oleh dokter pasien didiagnosa dengan Carcinoma Mammae sinistra dengan
kecurigaan metastasis ke payudara kontralateral.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A.P
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Kebun Sembilan, Kec. Sungai Gelam
NO RM : 949078
Masuk RS : 23 Juli 2020
2.2 ANAMNESIS
Keluhan utama:
Benjolan yang semakin mengeras pada payudara kiri sejak ± 1 bulan SMRS
Riwayat penyakit sekarang:
- ±1 tahun yang lalu, awalnya pasien mengeluhkan ada benjolan pada
payudara kiri, benjolan di rasakan keras dan tidak nyeri. Perubahan warna
kulit pada payudara (+) dimana sebagian kulit tampak lebih gelap
disbanding sekitar, lama-kelamaan kulit payudara mengkerut serperti kulit
jeruk (+), pasien mengatakan putting semakin tertarik ke dalam (+), keluar
cairan dari puting (-). Demam (+), hilang-timbul. Lama kelamaan
payudara kiri dirasakan membengkak. Pada saat ini pasien belum
memeriksakan diri ke dokter dan hanya memeriksakan diri ke puskesmas
jika ada keluhan demam saja, pasien tidak rutin melakukan pemeriksaan
payudara rutin dan tidak pernah mengatakan keluhan tersebut pada
siapapun.
- ±6 bulan yang lalu, benjolan tidak menghilang dan dirasakan semakin
membesar, ukuran benjolan secara drastis meningkat lebih 2x lipat dari
ukuran awal, saat ini mulai terdapat rasa nyeri terutama di daerah tulang
belakang dan mulai terdapat keluhan sesak. Pasien mengatakan payudara
kanan mulai berubah seperti gejala awal pada payudara kirinya. Keluhan
nyeri (+) pada tulang terutama tulang belakang, sesak nafas (+), batuk
batuk (+), nyeri kepala hebat (+). Pasien kemudian berobat ke salah satu
RS dan dilakukan pengambilan sampel payudara, dokter saat itu
mengatakan pasien mengalami tumor ganas payudara dan sempat
menjalani kemoterapi 1x di rumah sakit tersebut, namun berhenti 4 bulan
ini.
- ±1 bulan yang lalu, pasien mengatakan keluhan benjolan semakin
mengeras pada payudara kiri, hal ini disertai keluhan dada sering sesak,
nyeri tulang bertambah, dan terdapat keluhan baru berupa kesulitan
menelan. Pasien mengatakan keluhan sulit menelan ini dirasakan baik
untuk makanan padat ataupun makanan cair, keluhan disertai rasa panas
membakar di daerah tenggorokan, muntah (+) hebat ≥ 10x perhari, pasien
lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas. Pasien mengatakan terdapat
penurunan BB dalam 1 bulan ini. Akhirnya pasien berobat ke RSUD
Raden Mattaher untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Riwayat Reproduksi
- Riwayat menarche pada usia 11 tahun
- Riwayat haid teratur setiap bulan.
- Pasien mempunyai 6 orang anak yang dilahirkan secara normal.
- Semua anak yang dilahirkan diberikan ASI ekslusif
- Pasien menggunakan KB suntik
- Riwayat merokok (-)
- Riwayat mengkonsumsi alkohol (-)
STATUS GENERALISATA
Kulit
Warna : Sawo matang
Mata
Konjungtiva anemis : (-/-)
Sklera Ikterik : (-/-)
Pupil : Isokor (+/+)
Reflek cahaya : (+/+)
Hidung
Bentuk : Simetris
Rhinorea : (-)
Krepitasi : (-)
Telinga
Bentuk : Simetris
Otorea : (-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-), kering (+)
Lidah : Atropi (-), kering (+)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran KGB leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Mammae : asimetris, warna kulit tidak merata
(+/+) massa (+), peau de orange (+/+), retraksi
puting (+/+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+),ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung tidak ada pembesaran
Batas jantung kanan :ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri :ICS V linea midclavikularis sinistra
Batas jantung atas :ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, skar (-),
Auskultasi : Peristaltik normal
Palpasi : Nyeri tekan (+) epigastrium
Hepar teraba 2 jari BAC, nyeri tekan (+) dan
lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Ekstremitas atas
Look : Edema (-), hiperemis (-), deformitas (-)
Feel : Hangat, CRT < 2 detik, A. radialis teraba
Move : Aktif
Extremitas bawah
Look : Edema (-), hiperemis (-), deformitas (-)
Feel : Hangat, CRT < 2 detik, A. Dorsalis pedis teraba
Move : Aktif
Hematologi Lengkap
Kreatinin L 0,9-1,3
1.2 mg/dl
P 0,6-1,1
HbsAg / Anti
Negative Negative
HbsAg
Kesan : Leukositosis, peningkatan enzim hepar, uremia
2.5.2 Rontgen Thorax PA :
Ekspertise :
COR : batas jantung kiri sulit tervisualisasi
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trachea ditengah
Paru : Corakan bronchovasculer paru kanan meningkat di perihiler.
Tampak coin lesion pada lapangan bawah paru kiri
Sudut Costophrenicus paru kiri tumpul.
Diafragma kanan dan kiri baik, Tulang tulang normal
KESAN:
Pneumonia lobaris kanan dengan efusi pleura kiri, Sugestif adanya
metastase paru kiri ec Ca mammae
Non Medikamentosa :
- Inform consent keluarga mengenai kondisi pasien
- Bed Rest
- Pasang NGT jika sulit makan, diet Makanan cair 6x200 cc entrasol
sehari
- Jadwalkan USG Hepar
- Pro biopsy eksisi mammae dekstra
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad sanastionam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT PAGET
Penyakit Paget pada puting susu adalah erupsi ekzematosa
kronik yang berkembang menjadi ulkus basah. Penyakit Paget
berkaitan erat dengan DCIS ekstensif yang menjadi keganasan
yang invasif. Biopsi jaringan puting akan menunjukkan populasi
sel DCIS yang seragam dan adanya sel Paget yaitu sel besar, pucat,
dan bervakuol pada lapisan Malphigi kulitnya. Terapi bedah untuk
penyakit Paget adalah lumpektomi dengan mengikutkan kompleks
puting - areola, mastektomsimpel, atau mastektomi radikal
modifikasi, bergantung pada luasnya penyebaran kanker invasif
tersebut.4
KARSINOMA MEDULER.
Karsinoma meduler kerap merupakan keganasan payudara
yang dikaitkan dengan BRCA1 (1,9% pada kasus kanker payudara
BRCA). Pada pemeriksaan fisik, karsinoma jenis ini biasanya
berukuran besar dan terletak jauh di dalam payudara. Kanker ini
teraba lunak dan bersifat hemoragik. Pembesaran cepat ukuran
tumor mungkin berasal dari nekrosis dan perdarahan dalam massa
tumor. Sekitar 50% sinoma meduler berkaitan dengan DCIS pada
tepi. Hanya 10% sel karsinoma meduler payudara memiliki
reseptor hormon. Penderita karsinoma meduler memiliki angka
harapan hidup 5 tahun yang lebih baik dibanding penderita kanker
duktal invasif atau kanker lobular invasif.4
KARSINOMA MUSINOSUS.
Karsinoma musinosus yang disebut juga karsinoma koloid,
merupakan jenis kanker payudara yang biasanya timbul pada orang
lanjut usia berupa massa yang cukup besar. Tumor ini berupa
kumpulan musin ekstraseluler yang di dalamnya terdapatsel kanker
grade rendah. Kadang terjadi fibrosis dalam massa tumor sehingga
tumor teraba sebagai massa yang agak kenyal. Sekitar 66% tumor
ini memiliki reseptor hormon. Metastasis ke kelenjar getah bening
terjadi pada 33% kasus dan rata-rata harapan hidup 5 dan 10
tahunnya sebesar 73% dan 59%.4
KARSINOMA PAPILER.
Karsinoma papiler merupakan kanker payudara yang
biasanya muncul pada wanita usia 70 tahunan dan banyak dijumpai
pada wanita non-kaukasia. Karsinoma papiler biasanya kecil dan
diameternya tidak lebih dari 3 cm. Metastasis ke kelenjar getah
bening aksila jarang terjadi. Angka harapan hidup 5 tahun dan 10
tahun penderita karsinoma papiler payudara setara dengan
karsinoma tubuler dan musinosus.4
KARSINOMA TUBULER.
Karsinoma tubuler ditemukan 20% wanita yang menjalani
skrining mamografipada periode perimenopause dan awal
pascamenopause. Pada 10% penderita karsinoma tubuler atau
kribiformis invasif, jenis kanker payudara yang berkerabat dekat
dengan karsinoma tubuler, ditemukan metastasis aksila yang
biasanya terbatas di kelenjar getah bening paling bawah (level I)
namun, adanya metastasis pada level II dan lII tidak memperburuk
angka harapan hidup. Metastasis jauh jarang terjadi pada
karsinoma tubuler dan karsinoma kribiformis.4
Angiosarkoma
Keganasan payudara ini berasal dari pembuluh darahdan
limfe. Kadang angiosarkoma timbul 5-10 tahun setelah radioterapi
pascamastektomi keganasan kankerpayudara sebelumnya. 4
Tidak seperti hemangioma,angiosarkoma cenderung
mengalami nekrosis sentralGambaran klinis angiosarkoma berupa
ruam merah hingga ungu pada kulit yang diradiasi. Angiosarkoma
derajat tinggi dapat menonjol keluar ke permukaan kulit.
Metastasis ke kelenjar getah bening regional jarang terjadi
sehingga diseksi aksila jarang diperlukan; namun, metastasis
hematogen dapat terjadi karena angiosarkoma memang menyebar
secara hematogen. Jika tidak ada metastasis, reseksi bedah harus
mencapai margin bebas sel tumor. Kemoterapi tidak banyak
memberi manfaat. Rata-rata harapan hidup penderita angiosarkoma
dengan metastasis sekitar dua tahun. 4
3. 5 Prosedur Diagnosis
a. Anamnesis3,4,7,8
Anamnesis bertujuan untuk mengidentifikasi identitas penderita, faktor
resiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat
pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah diderita.
Anamnesis meliputi :
1. Keluhan utama pada kanker payudara umumnya adalah :
Adanya benjolan yang padat keras dengan atau tanpa rasa sakit.
Bentuk puting berubah
- retraksi nipple
- puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)
- eksema sekitar puting
Perubahan pada kulit
- berkerut seperti kulit jeruk (peau d’orange)
- melekuk kedalam (dimpling)
- borok (ulkus)
- eritema, edema
- satelit nodule
2. Keluhan tambahanmerupakan manifestasi adanya metastasis regional,
metastasis jauh ataupun komplikasi. Keluhan tambahan meliputi :
Benjolan di aksila atau leher.
Nyeri pinggang/punggung atau tulang belakang, lemah atau
kelumpuhan tungkai, nyeri atau patah tulang.
Sesak nafas atau batuk batuk
Rasa penuh, mual, perut gembung, mata kuning
Nyeri kepala yang hebat, muntah nyemprot (proyektil),
kesadaran menurun.
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
3. Riwayat Reproduksi
Usia saat menarche
Jumlah kehamilan dan anak yang lahir hidup
Usia melahirkan anak pertama
Riwayat laktasi
Untuk wanita pramenopause ditanyakan tanggal menstruasi
terakhir, keteraturan siklus menstruasi, dan penggunaan
kontrasepsi hormonal.
Untuk wanita pasca menopause ditanyakan kapan menopause
nya dan adanya penggunakan terapi sulih hormon.
b. Pemeriksaan Fisik3,4,7,8
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dengan inspeksi dan palpasi.
Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas
dan posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak
pinggang.Inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, warna
kulit, lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti kulit
jeruk, ulkus dan benjolan. Kelainan akan terlihat lebih jelas apabila
pasien diminta untuk mengangkat lengannya lurus ke atas.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara
orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan
pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke
7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi
rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil
yang optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil
mamografidigunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College of
Radiology.3,4,6,7
Tanda sekunder :
1. Retraksi kulit atau penebalan kulit
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepdatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
2. USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat
membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mamae yang
klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas irreguler, tekstur
tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mamae terdapat suatu Shadowing.
Selain itu USG juga dapat membantu staging tumor ganas mamae dengan mencari
dan mendeteksi penyebaran lokal (infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara
lain ke KGB regional atau ke organ lainnya (misalnya hepar).3,4,6,7
3. MRI
MRI dilakukan pada (1) pasien usia muda, karena gambaran mamografi
yang kurang jelas pada payudara wanita muda, (2) untuk mendeteksi adanya
rekurensi dini keganasan payudara yang dari pemeriksaan fisik dan penunjang lain
kurang jelas, atau pada wanita yang menggunakan implan payudara. 4
4. Imunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan
jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan
standar dalam menentukan subtipe kanker payudara.Pemeriksaan IHK pada
karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan prediksi respons
terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah: 3,4,6,7
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor
progesteron (PR)
2. HER2
3. Ki-67
Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok parafin
(spesimen core biopsy dan eksisi), dan dapat juga dari hapusan sitologi atau cell
block. Pemeriksaan harus dilakukan pada spesimen yang difiksasi dengan Neutral
Buffer Formalin (NBF) 10%.Hasil dinyatakan positif apabila > 1% inti sel
terwarnai (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun kuat). Pemeriksaan
status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah direkomendasikan untuk
karsinoma payudara invasif (DCIS tidak dievaluasi untuk HER2). Pemeriksaan
HER2 harus dilakukan pada blok paraffin dari jaringan yang difiksasi dengan
NBF 10% dan tidak dapat dilakukan dari hapusan sitologi. Hasil dinyatakan
HER2 positif pada HER2 +3, sedangkanHER2 +2 memerlukan pemeriksaan
lanjutan berupa hibridisasi in situ.3,4
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
3.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana kanker payudara meliputi pembedahan, kemoterapi,
radioterapi, terapi hormon, targeting theraphy, rehabilitasi medik, serta terapi
paliatif. 3,4
a. Pembedahan
Pembedahan dapat bersifat kuratif maupun paliatif. Indikasi pembedahan
yaitu tumor Tis-3, N0-2, dan M0. Pada tumor T4 diberikan terapi sistemik dengan
kemoterapi neoadjuvan atau terapi hormonal neoadjuvan. Jenis pembedahan
kuratif yang dapat dilakukan adalah breast conserving surgery (BCS),
lumpektomi, mastektomi radikal modifikasi, mastektomi radikal extended, simple,
atau areola skin sparing mastectomy. Pembedahan kanker payudara kini makin
lama makin tidak radikal dan peran terapi adjuvan makin meningkat.3,4
3. Mastektomi Simpel
Seluruh kelenjar payudara diangkat termasuk puting, tetapi tidak
menyertakan kelenjar limfe aksila dan m.pektoralis. Mastektomi simpel
atau disebut juga mastektomi total hanya dilakukan bila dipastikan tidak
ada penyebaran ke kelenjar aksila. Pada tumor yang kecil, kini makin
sering dilakukan sparing mastectomy yaitu membuang seluruh kelenjar
payudara dan hanya membuang puting dan kompleks areolanya.
Mastektomi simpel ini biasa dilakukan untuk mastektomi profilaktif pada
kelompok beresiko tinggi dan pada keganasan insitu yang rekuren atau
tidak dapat diterapi dengan BCS. 3,7
b. Radioterapi
Radioterapi kanker payudara dapat digunakan sebagai terapi kuratif
maupun sebagai terapi adjuvan pada pembedahan BCT, mastektomi simpel, dan
mastektomi radikal modifikasi, serta sebagai terapi paliatif. Radioterapi juga dapat
diberikan pada pasien pasca mastektomi, penyakit rekuren, dan keadaan
metastasis. Radiasi harus selalu dipertimbangkan pada karsinoma mammae yang
tidak dapat diangkat atau jika ada metastasis.4
Radioterapi dapat diberikan setelah BCT untuk tumor invasif in situ, stage
I dan II. Sebagai terapi adjuvan, radioterapi diberikan pascamastektomi tumor
stage I dan II, dan sebagai sandwich therapy (pembedahan dikombinasi dengan
penyinaran pra dan pasca bedah) pada tumor stage III.4
Radioterapi dapat diberikan dengan dua cara yaitu penyinaran dari luar
dan dari dalam. Pada radiasi dari luar, luas daerah penyinaran bergantung pada
jenis prosedur bedah yang dilakukan dan ada tidaknya keterlibatan kelenjar getah
bening. Jika prosedur bedah yang dilakukan adalah lumpektomi, seluruh payudara
disinar dan ditambah dengan penyinaran ekstra pada daerah lesi kanker. Jika
terdapat penyebaran luas kelenjar getah bening, biasanya seluruh payudara dan
kelenjar aksila dan supraklavikula diradiasi.4
c. Terapi Sistemik
Pada dasarnya terapi sistemik berfungsi sebagai terapi paliatif, namun
dapat juga sebagai terapi adjuvan maupun neoadjuvan. Pengobatan sistemik
kanker payudara meliputi terapi hormonal, kemoterapi dengan zat sitotoksik, dan
terapi biologi. 4
1. Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri atas obat obatan anti estrogen (tamoksifen,
toremifen), analog LHRH, inhibitor aromatase selektif (anastrazol,
letrozol), zat progestasional (megesterol asetat), zat androgen, dan
prosedur oovorektomi. Terapi hormonal standar yang berperan sebagai
terapi adjuvan adalah tamoksifen selama 5 tahun untuk pasien
premenopause dan penghambat aromatase untuk pasien pascamenopause.
Tamoksifen ini hanya berguna jika status reseptor ER dan PR tumor (+).4
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan
menghambat dan mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan
kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi
yang bersifat lokal/setempat. Obat sitostatika dibawa dibawa melalui aliran
darah atau diberikan langsung kedalam tumor. Ada 3 jenis setting
kemoterapi yaitu adjuvan, neoadjuvan dan primer (paliatif). 4
Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan pascamastektomi
untuk membunuh sel sel tumor yang walaupun asimptomatik mungkin
tertinggal atau menyebar secara mikroskopik. 4
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang diberikan sebelum
pembedahan untuk memperkecil ukuran tumor sehingga dapat diangkat
dengan lumpektomi atau mastektomi simpel. 4
Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan yaitu CMF
(siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil), FAC (5-fluorourasil,
adriamisin, siklofosfamid), AC (adriamisin dan siklofosfamid), CEF
(siklofosfamid, epirubisin, dan 5-fluorourasil). Jika terapi harus ditunda
karena terjadi leukopenia, dipertimbangkan penambahan G-CSF
(granulocytre colony stimulatory factor). 4,7
Sebagai terapi paliatif , terapi sistemik diberikan jika terdapat metastasis
yang jelas secara klinis atau jika pemeriksaan berulang setiap 6-8 minggu
menunjukkan adanya progresivitas. Regimen kemoterapi paliatif yang
dapat diberikan adalah CMF, FAC (5-fluorourasil, adriamisin,
siklofosfamid) atau FEC (5-fluorourasil, epirubisin, siklofosfamid).4,7
3. Terapi Biologi
Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan
dalam pertumbuhan sel sel kanker. Yang termasuk terapi ini untuk kanker
payudara adalah trastuzumab, bevacizumab,lapatinib ditosylate.
Kombinasi trastuzumab dengan kemoterapi dapat menurunkan risiko
relatif mortalitas sebesar 20%, namun penggunaannya dalam kombinasi
dengan adriamisin bersifat kardiotoksik. Trastuzumab diberikan setiap 3
minggu selama 1 tahun pada pasien HER2/neu bersamaan dengan
kemoterapi adjuvan. 4
3.8 Pencegahan
Karsinoma payudara dapat dicegah dengan memahami faktor resiko dan
kemudian menghindarinya. Seorang wanita yang memiliki riwayat keluarga
menderita kanker payudara atau ovarium, sebaiknya melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) sebulan sekali, sekitar hari ke 8 menstruasi, sejak
usia 18 tahun. Gejala dan tanda serta adanya faktor resiko yang mengarah ke
terjadinya karsinoma payudara, khususnya usia dibawah 35 tahun, sebaiknya
dikenali sejak dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif.4,7
Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu:3
Tahap I Melihat perubahan di hadapan cermin
1. Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus ke bawah dan perhatikan
apakah ada kelainan lekukan, kerutan dalam, atau pembengkakan
pada kedua payudara atau puting
2. Kedua tangan diangkat ke atas kepala periksa payudara dari berbagai
sudut. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan
tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya
3. Tegangkan otot-otot bagian dada dengan meletakkan kedua tangan
di pinggang. Perhatikan apakah ada kelainan pada kedua payudara
atau puting
4. Pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk melihat
apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara.
Lakukan hal yang sama pada payudara kiri.
3. Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan pada daerah ketiak
dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.
Gambar 8. Pemeriksaan ketiak
3.9 Prognosis
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan
oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita
keganasan payudara diperkirakan buruk jika usianya muda, menderita kanker
payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan adanya tripple negative yaitu
grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR negatif, dan reseptor
permukaan sel HER-2 juga negatif.4
BAB IV
ANALISIS KASUS
Telah diperiksa seorang perempuan, Ny. A.P usia 36 tahun yang dirawat di
bangsal bedah RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan utama benjolan yang
semakin mengeras pada payudara kiri sejak ± 1 bulan SMRS. Berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
terhadap pasien, akhirnya pasien didiagnosis dengan Ca Mammae Sinistra
T4bN2M1 (suspek metastasis ke mammae kontra lateral + paru + hepar).
Anamnesis yang mendukung diagnosa keganasan pada pasien adalah
dikeuhkannya benjolan berupa massa yang padat keras yang awalnya tanpa rasa
sakit sejak ± 1 tahun SMRS, benjolan ini secara cepat berkembang menjadi lebih
dari 2x lipat benjolan awal dalam 6 bulan kemudian dan dirasakan adanya rasa
nyeri pada penekanan payudara. Adanya benjolan diikuti dengan retraksi nipple,
dan perubahan pada kulit yakni kulit mengkerut seperti kulit jeruk dan warna kulit
yang tidak merata. Pasien juga menunjukkan adanya tanda-tanda kemungkinan
metastasis, yakni nyeri pada daerah tulang belakang, sesak nafas dan batuk,
gangguan menelan yang diperparah rasa mual, muntah dan nyeri ulu hati.
Ditemukan adanya riwayat penurunan berat badan pada pasien.
Pasien memiliki faktor risiko terjadinya keganasan yakni usia < 45 tahun
yang menunjukkan kemungkinan kanker payudara invasive, riwayat menarche <
12 tahun yang meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 3 kali lipat, serta
riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal berupa suntik. Meskipun pada pasien
tidak ditemukan riwayat keluarga dengan keganasan ataupun tumor, kemungkinan
familial atau genetic dari kanker payudara yang dimiliki pasien belum dapat
disingkirkan, hal ini karena ditemukan beberapa indeks positif dari faktor
predisposisi genetik herediter dari kanker payudara yaitu : 1) menderita kanker
payudara sewaktu berusia kurang dari 40 tahun, dengan/tanpa riwayat keluarga
dan 2) menderita kanker payudara bilateral. Berdasarkan hasil pemetaan gen yang
dilakukan baru-baru ini, mutasi germ-line pada gen BRCA1 danBRCA2 pada
kromosom 17 dan 13 ditetapkan sebagai gen predisposisi kanker payudara dan
kanker ovarium herediter.6,8
Pada pasien, belum dapat dibedakan komponen in situ dan tipe histology
yang berbeda dari payudara sebelah kanan, namun diketahui adanya metastase
pada kanker yang pertama muncul yakni pada payudara kiri sehingga belum
memenuhi criteria Chaudary untuk Bilateral Breast Carcinoma (BBC), sehingga
saat ini ahli bedah onkologi masih memperkirakan bahwa tumor pada payudara
kanan pasien adalah akibat metastase Carsinoma mammae dari payudara
kontralateralnya. Dengan pemeriksaan lebih lanjut, diharapkan dapat
membedakan apakah ini benar metastase atau kah suatu tumor primer pada
payudara kanan pasien.
Kriteria Ca Mammae Sinistra pada pasien adalah T4bN2M1 (suspek
metastasis ke mammae kontra lateral + paru + hepar). Klasifikasi tumor primer
T4b menunjukkan Edema, termasuk peau d’orange, ulserasi kulit payudara atau
nodul satelit di payudara ipsilatelar. Klasifikasi penyebaran ke KGB Regional N2
menunjukkan adanya metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau
matted, atau KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis. Sementara
klasifikasi metastase M1 menunjukkan terdeteksinya metastase jauh secara klinis
dan radiologis dan atau terbukti secara histologis lebih dari 0,2 mm. 6,8
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa stadium kanker payudara pada
pasien adalah stadium IV. Yaitu apapun T, apapun N dengan M1.
Tatalaksana kanker payudara meliputi pembedahan, kemoterapi,
radioterapi, terapi hormon, targeting theraphy, rehabilitasi medik, serta terapi
paliatif.3,4 Karena pasien sudah dikategorikan stadium IV maka dipilih terapi
paliatif berupa terapi sistemik dengan kemoterapi, sembari berusaha menurunkan
nyeri yang dirasakan dengan pemberian NSAID berupa Ketorolac 3 x 30 mg IV
dan disesuaikan dengan ambang nyeri pasien. Prognosis pasien adalah dubia ad
malam baik vitam, fungsional dan sanastionamnya, hal ini dikarenakan telah
terjadi metastase kanker ke jaringan lain, usia muda pasien dan kemungkinan
menderita kanker payudara bilateral pada pasien.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA