Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
DISUSUN OLEH :
DWI PASCA CAHYAWATI
N 111 18 089
PEMBIMBING KLINIK :
dr. MELDA MM SINOLUNGAN, Sp.OG
Fakultas : Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
N 111 18 089
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. R Nama suami : Tn. S
Umur : 36 tahun Umur : 38 Tahun
Alamat : Jl. Malonda Alamat : Jl. Malonda
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana
II ANAMNESIS
G1P0A0
Menarche : ± 13 tahun
Perkawinan : 4 tahun
Keluhan Utama :
Nyeri perut
Riwayat Obstetri :
Riwayat Obstetri :-
Riwayat ANC : -
Riwayat Imunisasi :-
PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,9 ºC
Kepala-Leher:
Konjungtiva anemis (-/-) skera ikterus (-/-), edema palperbra -/-,
pembesaran KGB –
Thorax :
I : Pergerekan thoraks simetris, retraksi –
P: Taktil fremitus ka=ki
P: sonor di semua lapangan paru
A: vesicuar +/+ . RH -/-, Wh -/-
Abdomen :
I : perut tampak lemas, benjolan (-)
A: peristaltik kesan normal
P: tympani
P: teraba massa dua jari di atas umbilikus, konsistensi padat kenyal,
permukaan bulat, letak ditengah, mobile, nyeri tekan ada.
Ekstermitas :
Edema ekstermitas atas dan bawah -/-
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan luar
Inspeksi : pembesaran abdomen (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada bagian perut bawah
Leopold I : tidak teraba bagian bayi,
Leopold II : tidak teraba bagian bayi
Leopold III : tidak teraba bagian bayi
Leopold IV : tidak teraba bagian bayi
DJJ : tidak terdengar bunyi jantung fetus
HIS :(-)
Pergerakan Janin :-
Janin Tunggal : -
Pemeriksaan darah
CEA : 0,68 (<5 ng/ml)
CA 125 : 13,75 ( <35 u/ml
Gula darah sewaktu : 106 mg/dl
Ureum : 23 mg/dl
Creatinin : 0,92.
HbsAg : nonreaktif
Anti Hiv : nonreaktif
RESUME
Pasien masuk dengan keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-
obatan namun tidak ada perubahan, beberapa bulan terakhir benjolan ini
semakin membesar. Terkadang mengeluhkan adanya keluar darah, sejak
sebulan yang lalu, dengan volume yang kadang normal dan kadang
banyak. Pasien mengakui bahwa siklus haidnya lancar dan nyeri perut
yang normal dan terkadang volumenya cukup banyak. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan dalam batas normal. Palpasi abdomen : teraba massa dua
jari di atas umbilikus, konsistensi padat kenyal, permukaan bulat, letak
ditengah, mobile, nyeri tekan ada. Hasil USG kesan Mioma uteri
DIAGNOSIS
P0A0 + Mioma Uteri (8-10cm)
PENATALAKSANAAN
Rencana operasi hysterectomy total
Dokumentasi
FOLLOW UP
04 MARET 2020
S. perdarahan pervaginam +, nyeri perut bawah +, nyeri ulu hati -, pusing +,
mual -, sesak -,nafsu makan menurun, muntah-, BAB-, BAK +
O. TD: 110/70 MmHg
S: 37,6 ºC
P: 23x/ menit
N: 90x/menit
Mata anemis -/-
Lokia (+)
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5
Vit C 3x 1
Mobilisasi tetap
05 MARET 2020
S. perdarahan pervaginam -, nyeri perut bawah -, mual - , muntah-, BAB+,
BAK +
O. TD: 110/70 MmHg
S: 36,5 ºC
P: 18x/ menit
N: 82x/menit
Konjungtiva anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Siapkan operasi. Siapkan darah 2 kantong, cukur.
06 MARET 2020
S. Sakit bekas operasi + , perdarahan pervaginam - , mual -, Mutah -, sesak
-,nafsu makan menurun, muntah-, BAB -, Flatus +, BAK (pasang kateter)
O. TD: 130/90 MmHg
S: 36,8ºC
P: 15x/ menit
N: 82x/menit
Mata anemis -/-
Laboratorium (darah lengkap)
HB : 10,8 g/Dl
WBC : 6,7 103/mm
PLT : 353 103/mm
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Ket : dilakukan hysterectomy total pukul 12 : 00 wita
07 MARET 2020
S. Sakit bekas operasi + , perdarahan pervaginam - , mual -, Mutah -, sesak
-,nafsu makan menurun, muntah-, BAB -, Flatus +, BAK (pasang kateter)
O. TD: 120/90 MmHg
S: 38,6 ºC
P: 20x/ menit
N: 80x/menit
Mata anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri
P: IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
08 MARET 2020
S. Nyeri bekas operasi + berkurang, perdarahan pervaginam, nyeri ulu hati -,
pusing +, mual -, muntah-, BAB+, BAK + , flatus +
O. TD: 120/80 MmHg
S: 36,6 ºC
P: 20x/ menit
N: 80x/menit
Mata anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Cefadroxil 3x 500 mg
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
09 MARET 2020
S. Nyeri bekas operasi + berkurang, perdarahan pervaginam sedikit, nyeri ulu
hati -, pusing - , mual -, muntah-, BAB+, BAK +
O. TD: 120/80 MmHg
S: 36,5 ºC
P: 20x/ menit
N: 85x/menit
Konjungtiva anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. Cefadroxil 3x 500 mg
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Pasien diperbolehkan pulang
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Diagnosis
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma,
leiomioma atau pun fibroid. Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 48 tahun
Pasien masuk dengan keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan namun tidak
ada perubahan, beberapa bulan terakhir benjolan ini semakin membesar.
Terkadang mengeluhkan adanya keluar darah,sejak sebulan yang lalu,dengan
volume yang kadang normal dan kadang banyak. Pasien mengakui bahwa siklus
haidnya kadang tidak lancer dan nyeri perut yang normal
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pada palpasi abdomen nyeri tekan (-),
teraba massa kenyal, permukaan bulat letaknya dua jari diatas umbilikus nyeri
tekan(-) ukuran kurang lebih 12 cm x 15 cm. Pada pemeriksaan VT teraba porsio
dengan konsistensi kenyal, teraba permukaan licin, tidak ada pembukaan, nyeri
goyang (-), tidak teraba massa, pelepasan : darah segar.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Wbc 6.8 x 103/l, Hgb 16,8 gr/dl,
Hct 47,3 %, Plt 242 x 103/l, Rbc 4.72 x 1012/l,CEA 0,68 ng/ml, CA 125 :13,75
u/ml. Pada pemeriksaan USG, didapatkan kesan mioma uteri.
Penegakkan diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang sesuai. Pada pasien ini, didapatkan beberapa faktor
resiko, tanda dan gejala terkait kejadian mioma uteri, diantaranya :
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. Pada pasien ini
didapatkan satu dari beberapa faktor resiko yang ada, dimana pasien berumur
45 tahun yang merupakan salah satu predisposisi untuk kejadian mioma uteri,
beberapa teori telah dikemukakan sebelumnya tentang kejadian mioma uteri
ini, namun faktor predisposisi yang pasti untuk kadian mioma uteri ini belum
diketahui seluruhnya, adapun faktor predisposisi yang lain berupa jumlah
paritas dan faktor ras dan genetik, pasien ini tidak termasuk karena memliki
anak 3 artinya bahwa pasien ini multipara sedangkan untuk prdisposis miom
uteri adalah nullipara. Begitupun dengan faktor genetik pasien tidak memilki
faktor keturunan yang memiliki riwayat kista.
Tanda dan gejala yang didapatkan :
Penegakan diagnosis pada kasus mioma uteri memerlukan manajemen
yang tepat dimulain dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, seperti manifestasi klinis yang didapat pada pasien mioma uteri
sebagai berikut :1,2.4
1. Perdarahan uterus abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah :
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adeno karsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Ini telah sesuai dengan teori bahwa mioma uteri menimbulkan
perdarahan yang banyak ketika haid, dan pada pasien ini juga kadang kadang
mengalami haid yang banyak hingga pasien biasanya 5 kali mengganti
pembalut.
2. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,
pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. Nyeri juga dirasakan oleh pasien dan biasanya
menyebabkan dismenore.
3. Gejala dan Tanda Penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul. Secara anatomi posisi uterus ini berada diantara rektum dan
vesika urinari, jadi ketika ada pembesaran yang biasanya disebabkan oleh
mioma uteri maka dapat terjadi penekanan pada organ-organ tersebut
sehingga pada traktus urinarius yang terkena dapat tejadi gangganguan pada
aliran sistem urinnya , dan begitupun jika pembesaran tersebut menyebabkan
penekanan pada gastointestinal maka akan terjadi penyempitan atau sumbatan
pada saluran tersebut, pada pasien ini sudah memperlihatan gejala penekanan
berupa BAK yang kadang sedikt sedikit.
4. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958)
menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan
mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu
indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Penegakan diagnosis pada mioma uteri :
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
b. Imaging
Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.2,2,3
Pada kasus ini sudah sesuai teori yang diberikan dari anamnensis dan
dignosis yang diberikan.
3.2. Penatalaksanaan
A. Terapi Emergensi
Transfusi darah mungkin diperlukan untuk memperbaiki anemia.
Transfusi dikemas sel darah merah lebih digunakan daripada whole
blood. Operasi biasa diindikasikan untuk pasien ketika mereka menjadi
secara hemodinamik stabil. Operasi emergensi diindikasikan untuk
infeksi mioma, torsi akut, atau obstruksi usus yang disebabkan oleh
pedunkulata atau parisitik mioma. 5
B. Terapi medikamentosa
Tujuan daripada perawatan medis adalah untuk meringankan atau
mengurangi gejala. Meskipun tidak ada terapi medikasi yang
pasti ada pada saat ini tersedia untuk mioma uteri, gonadotropin
releasing hormone (GnRH) agonis membuktikan bahwa GnRH adalah
sangat berguna untuk membatasi pertumbuhan atau membantu
mengurangi ukuran tumor. GnRH agonis dapat menyebabkan
hypogonadism melalui hipofisis desensitisasi, mengatur turun reseptor,
dan penghambatan gonadotropin. Terapi gonadotropin yang dilakukan
untuk mioma uteri untuk 3 bulan akan mencapai penyusutan maksimum
mioma uteri untuk lebih kurang 35%-60% daripada volumnya dan hasil
amenorrhea akan membaiki dalam parameter hematologik. Terapi GnRH
dilimitasi oleh efek samping hipopoestrogenik dan keropos tulang,
terutama dengan terapi yang dilakukan untuk lebih 6 bulan. 5
C. Terapi operasi
Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma.
Pemeriksaan Imaging paling sering harus disertai dengan evaluasi untuk
menyingkirkan proses neoplastik panggul lainnya. Semua pasien harus
mengikuti serviks Papanicolaou smear test dan endometrium evaluasi
jikalau perdarahannya irregular. Sebelum operasi definitive, volume
darah yang diperlukan harus disediakan terlebih dahulu dan
langkahlangkah lain seperti administrasi antibiotika profilatik atau
heparin harus dipetimbangkan. Mekanikal dan persediaan antibiotika
usus dapat digunakan bila operasi panggul menjadi sukar. 5
a. Miomektomi:
Miomektomi adalah salah satu pilihan simptomatik pasien yang
ingin untuk memelihara fertilitas atau melindungi uterus. Kerugian
signifikan adalah resiko untuk mioma yang akan timbul. Pasca
miomektomi setelah 5 tahun, 50-60% pasien akan mempunyai
mioma baru yang akan dideteksi dalam ultrasound, dan lebih dari
25% pasien akan memerlukan operasi major untuk kali kedua.
Pasangan harus menjalani evaluasi infertilitas menyeluruh sebelum
wanita tersebut menjalani miomektomi untuk memajukan fertilitas.
b. Histerektomi
Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi
dengan resiko kumulatif sebanyak 7% untuk semua wanita yang
berusia dalam lingkungan 25 tahun - 45 tahun. Lebih dari 50%
histerektomi dilakukan pada wanita yang kulit hitam disebabkan
oleh mioma, dengan resiko kumulatif sebanyak 20% sehingga umur
45 tahun. Histerektomi menyingkirkan gejala dan rekuren.
Uterus dengan mioma kecil mungkin dapat dieliminasikan dengan
tindakan histerektomi vagina total, terutamanya jika relaksasi vagina
membutuhkan perbaikan cystocele, rectocele, atau entrocele.
Bila tumor yang besar ditemukan banyak, histerektomi abdomen
total diindikasikan. Ovari umumnya dipelihara pada wanita
premenopausal. Tidak ada komplikasi dalam mengangkat ovary
daripada wanita yang pasca menopause. 3,5
Gambar 3 Histerektomi
3.3. Patogenesis
Penyebab mioma uteri tidak diketahui. Glukosa-6-fosfat menunjukkan
bahwa masing-masing mioma individu unisellular berasal (monoclonal).
Meskipun tidak ada bukti menunjukkan bahwa penyebab mioma adalah
estrogen terlibat dalam pertumbuhan mioma. Mioma mengandung reseptor
estrogen dalam konsentrasi tinggi dari miometrium sekitarnya tetapi dalam
konsentrasi lebih rendah dari endometrium. 1
Hormonal
Genetik
Matriks Ekstraseluler
Faktor-faktor Pertumbuhan
3.4. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi berupa perubahan sekunder pada mioma uteri yang
terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
1,3,4,5
3.5. Prognosis
Histerektomi dengan eliminasi semua mioma adalah penyembuhan
sempurna. Miomektomi yang berlanjutan akan menyebabkan uterus dan
kavitasnya kembali ke keadaan normal. Salah satu keprihatinan major
adalah resiko rekuren selepas miomektomi. Studi yang dilakukan
menunjukkan 2% - 3% per tahun mengalami simptomatik mioma selepas
miomektomi 9
Prognosis mioma uteri ditentukan oleh jumlah, tipe, ukuran dan lokasi
mioma. Tatalaksana dan penangana yang dipilih juga berpengaruh pada
prognosis mioma uteri. Selain itu, mioma uteri dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yang juga berkaitan dengan prognosis bagi pasien tersebut.
Pada kasus ini sudah sesuai teori, dimana pasien dilakukan
histerektomi. Atau dubia ad bonam
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan
fibromioma, leiomioma atau pun fibroid.
2. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat
diklasifikasikan menjadi : Mioma intramural, Mioma submukosum,
Mioma uteri subserosum.
3. Gejala mioma uteri yaitu hipermenorea, rasa nyeri pada bagian perut,
gejala dan tanda penekanan, infertilitas dan abortus.
4.2 Saran
Untuk Refleksi Kasus selanjutnya, disarankan kepada penulis agar
melanjutkan tulisan ini dengan mencari bahan-bahan yang lebih lengkap dan
terbaru yang relevan dengan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA