Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. M

Umur

: 27 tahun

Alamat

: Jl. Poros Kendari Kolaka Kec. Pondidaha

Agama

: Islam

Suku

: Tolaki

Pekerjaan

: Ibu rumah Tangga

No. RM

: 468722

Tanggal perawatan

: 10 Maret 2016

ANAMNESIS
Keluhan utama

: Nyeri Perut

Anamnesis Terpimpin : Pasien dengan G3P2A0 masuk dengan keluhan nyeri perut
dibagian bawah dan menyebar ke seluruh bagian perut sejak 2 hari lalu dan
semakin memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut dirasakan
seperti melilit dan perut terasa tegang. Pasien juga mengeluh keluar sedikit darah
dari jalan lahir sejak 2 hari lalu berwarna merah segar. Pasien Biasanya mengganti
pembalut 2 kali. Mual (+), Muntah 1 kali, Nyeri ulu hati (+)
BAB dan BAK kesan normal.
Riwayat kehamilan

: G3P2A0

HPHT

: Lupa

Riwayat perkawinan : 1 kali


Riwayat KB

: Menggunakan KB suntikan 5 bulan lalu


1

Riwayat operasi

: -

Riwayat obstetrik

Hamil pertama tahun 2011 berjenis kelamin perempuan BBL 2200 gram,

sehat, lahir pervaginam ditolong dokter


Anak ke dua lahir tahun 2013, berjenis kelamin perempuan, BBL 33000 gram,

sehat,lahir pervaginam ditolong oleh bidan.


PEMERIKSAAN FISIK (10 maret 2016, jam 23.30)
1. Status Generalis
Keadaan umum
: sakit berat
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanandarah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 72 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5oC
Kepala
: Normocephaly
Mata
: Conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/Hidung
: Septum deviasi -/-, sekret -/Telinga
: Liang telinga lapang, serumen -/Mulut
: pucat (+), Kering (+), stomatitis (-)
Leher
: KGB tidak teraba membesar
Tenggorok
: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1/T1
Jantung
: Bunyi jantung I dan II murni, reguler
Paru
: Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen
:
Inspeksi
: Perut datar
Auskultasi
: Bising usus (+), 6 x / menit
Palpasi
: Hepar/Lien tidak teraba, TFU tidak teraba, defans
Perkusi
Alat genitalia

muskuler (+), Nyeri tekan (+)


: Timpani
: Pemeriksaan dalam vagina
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Portio
: Teraba lunak, tebal, dan
tidak ada pembukaan
Uterus
: sulit dinilai
Adneksa
: terasa tegang dan teraba satu
benjolan pada daerah sebelah
kiri dengan batas tidak jelas
Cavum Doglasi : menonjol dan nyeri pada
perabaan
Fluxus
: terdapat pelepasan darah

berwarna kecoklatan
: Edema (-/-), varises (-)
: Fisologis +/+, patologis -/-

Ekstremitas
Refleks

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Plano Tes : (+)

2. Laboratorium
9 Maret 2016
Hb : 6,6 gr/Dl
Ht : 19,5%
Eritrosit : 2,35juta/L
Lekosit : 14,55 /L
Trombosit : 216/L
3. USG:
Uterus kesan normal, endometrial line (+), tampak massa kompleks di
cavum doglasi.
DIAGNOSIS : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia
PERENCANAAN
1. Rencana Tindakan
- Siapkan Whole Blood 3 kantong
- Cito laparatomi
PERKEMBANGAN PASIEN
Hari / Tgl
10/3/2015

Perjalanan Penyakit
S : ku : sakit sedang
keluhan nyeri pada bekas operasi

Rencana Terapi
- Inj. Cefotaxim 1 gr / 12
jam / IV (skin test)
- Drips Metronidazole 0,5

O : TD : 110//70 mmHg, N : 80 x/ m, P : 20 x /
m, S : 36,8C
Mata : anemis (+)

gr / 12 jam / drips
- Inj. Ketorolac 1 amp/8
jam / IV
Boleh

makan

dan

Fluksus (+) sedikit BAK (+), BAB (-), perban : minum


- Cek Hb
basah

11/11/2015

A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia


S : ku : baik
Keluhan: nyeri luka pada bekas operasi

Inj. Cefotaxim 1 gr / 12
jam / IV (skin test)
- Drips Metronidazole 0,5

O : TD : 90/60 mmHg, N : 84 x/ m, P : 20 x /
gr / 12 jam / drips
- Inj. Ketorolac 1 amp/8

m, S : 36,5C

Fluksus (+) sedikit, BAK (+), BAB (-), jam / IV


- Transfusi 1 sak WBC
perban : kering
Lab :
Hb
Ht
Eritrosit
Lekosit
Trombosit

12/3/2016

:
:
:
:
:

6,1gr/dl
18,2 %
2,19 juta/L
10,98 /L
141/L

A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia


S : ku : baik
keluhan (-)

- Inj. Cefotaxim 1 gr / 12
jam / IV (skin test)
- Drips Metronidazole 0,5

O : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/ m, P : 18 x /
m, S : 36,5C

gr / 12 jam / drips
- Inj. Ketorolac 1 amp/8

Fluksus (+) sedikit, BAK (+), BAB (-), jam / IV


perban : kering
13/12/2015

A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia


S : ku : baik

- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Metronidaol 3 x 500
4

keluhan (-)

mg
- Asam mefenamat 3 x1
O : TD : 90/60 mmHg, N : 80 x/ m, P : 16 x / - Sulfas ferous 1x1
- GV
m, S : 36,5C
Fluksus (-), BAK (+), BAB (+),
perban : kering
14/3/2015

A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia


S : ku : baik

- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Metronidaol 3 x 500

keluhan (-)
mg
O : TD : 100/70 mmHg, N : 78x/ m, P : 118 x / - Asam mefenamat 3 x1
- Sulfas ferous 1x1
m, S : 36,5C
- Cek Lab
Fluksus (-), BAK (+), BAB (+),
perban : kering
15/3/2015

A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia


S: ku : baik

- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Metronidaol 3 x 500

keluhan (-)
mg
O : TD : 110/80 mmHg, N : 76 x/ m, P : 118 x / - Asam mefenamat 3 x1
- Sulfas ferous 1x1
m, S : 36,5C
Fluksus (-), BAK (+), BAB (+),
perban : kering
A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia
Lab :
Hb
: 8,6gr/dl
Ht
: 25,9 %
Eritrosit
: 3.07 juta/L
Lekosit
: 7,34 /L
Trombosit
: 307/L
A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia
5

16/3/2016

S: ku : baik

- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Metronidaol 3 x 500

keluhan (-)
mg
O : TD : 110/80 mmHg, N : 76 x/ m, P : 118 x / - Asam mefenamat 3 x1
m, S : 36,5C

Sulfas ferous 1x1

Fluksus (-), BAK (+), BAB (+),

- GV
- Boleh Pulang

perban : kering
A : Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia

TINJAUAN PUSTAKA

Plasenta Previa
Kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah besar di bidang
ginekologi di dunia, menimbulkan morbiditas dan mortalitas maternal yang tinggi.
Sejak dekade 1970-an, frekuensinya meningkat hampir 6 kali lipat di Amerika
Serikat, saat ini mencapai 2% dari seluruh kehamilan. Kehamilan ektopik
terganggu yang umumnya merupakan keadaan gawat darurat, bertanggung jawab
terhadap 9-10% kematian maternal akibat penyebab obstetrik. Angka kejadian
kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cendrung meningkat. Di Amerika Serikat
pada tahun1983 angka kejadiannya adalah 1,4 untuk setiap 100 kehamilan. Angka
ini 3 kali lipat lebih besar dari pada tahun 1970. Di rumah sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun 1987
adalah 153 per 4007 persalinan atau 1 per 26 kehamilan. Angka ini kurang lebih
sama pada tahun 1971-1975. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba
(90%) terutama di ampula tuba.1
A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Termasuk dalam
kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan
intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal primer atau
sekunder

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi


berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan
ektopik terganggu (KET) dapat menyebabkan terjadi abortus maupun ruptur
yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.2
B. Epidemiologi
Kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah besar di bidang ginekologi
di dunia, menimbulkan morbiditas dan mortalitas maternal yang tinggi. Sejak
dekade 1970-an, frekuensinya meningkat hampir 6 kali lipat di Amerika Serikat,
saat ini mencapai 2% dari seluruh kehamilan. Kehamilan ektopik terganggu yang
umumnya merupakan keadaan gawat darurat, bertanggung jawab terhadap 9- 10%
kematian maternal akibat penyebab obstetrik.3
Angka kejadian kehamilan ektopik terganggu di Indonesia menurut WHO
diperkirakan tidak berbeda jauh dengan di Amerika Serikat, sekitar 60.000 kasus
setiap tahun atau 0,03% dari seluruh populasi masyarakat.3
Selama penelitian yang dilakukan selama 2 tahun dari tanggal 1 Januari 2003
sampai 31
Desember 2004, didapatkan 47 kasus KET di RS Immanuel. Didapatkan
kejadian KET terbanyak adalah: usia 30-34 tahun yaitu: 19 orang (40,4%),
pendidikan 10-12 tahun (setara SMU) yaitu 33 orang (70,2%), paritas 1 yaitu 19
orang (40,4%), umur kehamilan saat terjadinya KET adalah sekitar 5-9 minggu
yaitu 26 kasus (55,3%) .3
Penelitian kehamilan Ektopik Terganggu di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado pada periode 1 Januari 201231 Desember 2013, paling banyak
ditemukan pada golongan umur 2135 tahun yaitu sebanyak 32 kasus (65,30%)

dan tidak didapatkan kasus pada kelompok umur 46 tahun. Umur 2039 tahun
merupakan usia produktif seorang wanita untuk hamil sehingga KET lebih tinggi.
Pada umur <20 tahun organ reproduksi wanita belum matang sepenuhnya dan
pada usia 40 tahun seorang wanita tidak produktif lagi. Sebagian besar wanita
mengalami kehamilan ektopik berumur antara 2040 tahun dengan rata-rata umur
30 tahun.2
C. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara
patopisologi mudah dimengerti sesuai proses awal kehamilan sejak pembuahan
sampai nidasi. Bila nidasi terjadi di luar cavum uteri atau diluar endometrium,
maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium
menjadi penyebab kehamilan ektopik ini faktor- faktor yang disebabkan sebagai
berikut :
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Keadaan uterus mengalami hipoplasia dan saluran
tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyababkan fungsi silia tuba
tidak berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pasca operasi rekanalisasi
tuba dapat merupakan redisposisi terjadinaya kehamilan ektopik. Faktor
tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau dipertikel
saluran tuba yang bersifat congenital adanya tumor disekitar saluran tuba

misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang menyebabkan perubahan


bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik.
2. Faktor abnormalitas pada zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar maka
zigot akan tersendat dalam perjalan pada saat melalui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh disaluran tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontra
lateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang
sehingga kemungkinaan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4. Faktor hormonal
Pada akseptor pil KB yang hanya mengandung progesterone dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
5. Faktor lain
Termasuk disini antara lain pemakaian IUD dimana proses peradangan
yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan
trjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur penderita yang sudah menua dan
faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan
ektopik.4

10

D. Patofisiologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium
untuk proses nidasi, maka emrio dapat tumbuh di saluraan tuba dan kemudian
akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya.
Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan
embrio atau mudiqah, maka pertumbuhan dapat mengalami beberapa
perubahan dalam bentuk berikut ini :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total.Dalam keadaan
ini penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa
hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh
villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah

dari

dinding

tersebut

bersama-sama

dengan

robeknya

pseudokapsularis.Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya.Bila


pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen
tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale.
Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebirubiruan (Hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut
melalui ostium tuba, berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk
hematokel retrouterina.

11

3. Ruptur dinding tuba


Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada
kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah
penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke
peritoneum.Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
ringan.Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominale.Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi.Dalam
hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena
tekanan darah dalam tuba.Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum
latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum
tersebut.Jika janin hidup terus, dapat terjadi kehamilan intraligamenter.
`

Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari
tuba.Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang
diderita.Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya, dan bila
besar dapat diubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam
rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau kehamilan
abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin,
plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya
misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.4

12

E.

Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi

sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.Trijatmo Rachimhadhi dalam


bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu.4,5
1. Faktor Mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi
ke dalam kavum uteri, antara lain:
a.

Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan


mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan
implantasi hasil zigot pada tuba falopi.

b.

Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen

c.

Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan


hipoplasi. Namun ini jarang terjadi

d.

Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi

e.

Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia

f.

Penggunaan IUD.
2. Faktor Fungsional

13

a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus


mulleri yang abnormal
b. Refluks menstruasi
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi
4. Hal lainnya, seperti riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.4
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba.Sangat jarang terjadi
implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus
yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil
konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars
ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba dan kehamilan infundibulum tuba.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui.Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur
dibagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan
sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.

Beberapa pembagian yang berbeda mengenai faktor-faktor yang memegang


peranan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.

14

b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba dapat mempermudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba;
b. Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat ini.
3. Factor di luar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke
uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi premature.
b. Fertilisasi in vitro.
F.

Jenis Kehamilan Ektopik


Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 berikut
ini:

15

1. Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas: pars ampularisa (55%),
pars ismika 25%, pars fimbrae 17%, dan pars interstisialis 2%.
2. Kehamilan ektopik lain (< 5%) antara lain terjadi di serviks uterus,
ovarium atau abdomen. Untuk kehamilan abdominal lebih sering
merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana , semula merupakan
kehamilan tuba yang kemudian abortus yang meluncur keabdomen dari
ostium tuba pars abdominalis yang kemudian embrio atau buah
kehamilannya mengalami reimplantasi di cavum abdomen, misalnya
dimesenterium atau mesoparium atau di omentum.
3. Kehamilan intraligamenter, jumlah sangat sedikit
4. Kehamilan hiterotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satu janin
berada di cavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ekttopik.
Kejadian sekitar satu per 15.000-40.000 kehamilan.
5. Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun
G.

sangat jarang terjadi. 4


Gambaran Klinis
Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan
haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri
abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat
ditegakkan pada usia kehamilan 68 minggu saat timbulnya gejala tersebut
di atas. Gejala lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada
kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri
bahu, dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic
tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa.2
Gejala Yang bisa ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu adalah :
1. Nyeri, biasanya terjadi karena ruptur. Dapat bersifat bilateral, unilateral,
lokal, ataupun menyeluruh.
2. Perdarahan dari vagina, biasanya bercak-bercak (spooting).

16

H.

3. Sinkop, merupakan tanda perdarahan yang lebih lanjut


4. Perubahan uterus, dapat membesar dan melunak seperti pada kehamilan
5. Terabanya massa pada pada adneksa. 6
Diagnosis
a. Anamnesis
Haid biasanya terlambat dalam beberapa waktu dan kadang-kadang
terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah,
nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi
setelah setelah nyeri perut bagian bawah.4
b. Pemeriksaan fisik
Pada kehamilan ektopik terganggu

ditemukan

bahwa

usaha

menggerakkan serviks uterus menimbulkan rasa nyeri yang disebut


nyeri goyang (+) atau slinger pijn (bahasa Belanda. Demikian pula
kavum Douglasi menonjol dan Nyeri pada perabaan oleh karena terisi
darah. Pada abortus tuba biasanya teraba teraba dengan jelas suatu
penonjolan

disamping

uterus

dengan

berbagai

ukuran

dengan

konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai


penonjolan di kavum douglasi. Pada ruptur tuba dengan perdarahan
banyak tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat. Perdarahan
lebih banyak lagi menimbulkan syok.4
c. Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi mungkin adalah pemeriksaan yang paling tepat untuk
mendiagnosis kehamilan extrauterine. Gambaran kantung intrauterin,
dengan atau tanpa denyut jantung janin sering dijadikan diagnosis
Kehamilan ektopik terganggu.
Ultrasonografi transvaginal atau ultrasonografi endovaginal, dapat
digunakan untuk memvisualisasikan kehamilan intrauterin dengan 24

17

hari pasca ovulasi atau 38 hari setelah periode menstruasi terakhir


(sekitar 1 minggu lebih awal). Rahim yang tidak berisi janin pada
gambar ultrasonografi endovaginal dan pada pasien dengan tingkat
serum -HCG lebih besar kemungkinan besar adalah kehamilan ektopik
terganggu.
Doppler ultrasonografi meningkatkan sensitivitas diagnostik dan
spesifisitas ultrasonografi transvaginal, terutama dalam kasus-kasus di
mana kantung kehamilan masih diragukan.
USG transvaginal jauh lebih sensitif dibandingkan USG perut untuk
diagnosis. USG scan juga dapat menunjukkan cairan atau darah di dalam
rongga perut, menunjukkan perdarahan dari kehamilan ektopik. Kadangkadang, penggunaan USG dikombinasikan dengan pemeriksaan hCG
dapat mengkonfirmasi diagnosis kehamilan ektopik tanpa perlu untuk
laparoskopi. 7
I.

Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sistemik Metotrexate (MTX) adalah pengobatan yang aman dan efektif
untuk ektopik pregnancy. MTX menghindari anestesi dan sederhana, kurang
invasif dan lebih murah daripada operasi. MTX adalah antagonis asam folat
yang menghambat DNA dan RNA sintesis dengan menonaktifkan
dihidrofolat reduktase. Cepat bekerja di jaringan seperti sel trofoblas sangat
sensitif reaksinya. MTX memiliki waktu paruh 8-15 jam. 8
Metotreksat menonaktifkan dihydrofolate reductase, yang mengurangi
tingkat tetrahydrofolate (kofaktor untuk asam deoksiribonukleat dan sintesis

18

asam ribonukleat), sehingga mengganggu dengan cepat pembelahan sel


trofoblas.9
rejimen yang lebih populer saat ini adalah injeksi dosis tunggal, yang
meliputi injeksi methotrexate 50 mg IM di suntikan tunggal atau dosis
dibagi kemudian

disuntikkan ke pantat kanan dan kiri. Studi

membandingkan regimen dosis metotreksat berganda dengan regimen dosis


tunggal telah menunjukkan bahwa 2 metode memiliki khasiat yang sama. 7
b. Pembedahan
Pendekatan laparoskopi untuk manajemen bedah Ektopik pregnancy
lebih dipilih. Seorang wanita dengan ketidakstabilan hemodinamik karena
perdarahan intraperitoneal harus ditindaki dengan metode rencana bedah
paling cepat untuk menstabilkan hemostasis.9
1) Salpingektomi
Prosedur pembedahan, tuba falopi dibuka dan jaringan kehamilan
diangkat sementara meninggalkan sisa tuba. Pada sekitar 5% sampai 15%
dari kasus, beberapa jaringan ektopik mungkin tetap dan terus tumbuh. Hal
ini dapat diobati dengan operasi tambahan untuk mengangkat tuba atau
dengan menggunakan terapi methotrexate. Sebuah salpingectomy parsial
(kadang-kadang disebut reseksi segmental, untuk mengangkat segmen
tengah tuba dapat dilakukan ketika ujung tuba (fimbriae) tampak sehat dan
kehamilan ektopik kecil. Jika hanya sebagian kecil dari tuba diangkat, tuba
dapat disambung dengan menggunakan mikrosurgery. Jika tuba rusak,
kehamilan ektopik besar, atau wanita berdarah berlebihan,salpingectomy
total dilakukan. Dalam kasus yang jarang terjadi ketika kehamilan ektopik

19

melibatkan ovarium, sebagian dari ovarium atau seluruh ovarium dapat


diangkat.7

Gambar 1. Total salpingectomy dengan pengangkatan seluruh


tuba fallopi (kiri) dan salpingectomy parsial
menunjukkan pengangkatan bagian dari tuba fallopi
(kanan) .
2) Salpingostomi
Tekhmik ini dilakukan pada kehamilan di ampulla dan di
infundibulum. Insisi longitudinal di permukaan kantung
ektopik di sisi tuba yang berlawanan dengan mesosalping.
Insisi dapat dilakukan dengan pisau atau lebih baik
menggunakan kauter atau laser yang mempunyai efek
hemostasisi. Hasil konsepsi dikeluarkan melalui luka insisi
menggunaan klem penjepit. Luka insisi dapat dijahit atau
dibiarkan

terbuka.

Yang

menganjurkan

penjahitan

20

memberikan alasan bahwa hal ini untuk hemostasis dan


mencegah adhesi pasca bedah. Yang membiarkan membuka
tetap memberi alasan bahwa hal ini mengurangi iskemia
jarinagn dan dengandenikian mengurangi kemungkinan
adhesi.1
c. Laparascopy
Visualisasi langsung dari tuba dan pelvis dengan laparoskopi memiliki
diagnosis akurat dalam kebanyakan kasus dugaan kehamilan ektopik dan siap
untuk terapi operatif. Dibandingkan dengan laparotomi, laparoskopi lebih
hemat biaya, dan pemulihan pasca operasi lebih cepat. Kadang-kadang,
identifikasi kehamilan tuba yang tidak pecah mungkin sulit, bahkan jika tuba
sepenuhnya telah terlihat.11
J. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Pada umumnya kelainan yang
menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian wanita menjadi steril,
setelah mengalamokehamilan ektopik, atau dapat mengalami kehamilan ektopik
lagi pada tuba yang lain. Untuk wanita dengan anak yang sudah cukup,
sebaiknnya pada operasi dilakukan salpingetomia bilateralis. Dengan sendirinya
hal ini perlu disetujui oleh suami istri sebelumnya.4

PEMBAHASAN

21

Pasienberusia 27 tahun dengan G3P2A0. Pasien didiagnosis plasenta previa


karena keluhan nyeri perut dibagian bawah dan menyebar ke seluruh bagian perut
sejak 2 hari lalu dan semakin memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
perut dirasakan seperti melilit dan perut terasa tegang. Pasien juga mengeluh
Keluar sedikit darah dari jalan lahir sejak 2 hari lalu berwarna merah segar. Pada
pemeriksan fisik didapatkan defans muskuler dan nyeri tekan. Selain itu pada
pemeriksaan vagina didapatkan fluxus (+) dan nyeri goyang portio (+).
Dari gejala subjektif dan temuan objektif pada kasus ini di peroleh
manifestasi klinis berupa nyeri perut yang terjadi secara tiba-tiba, lemas, anemis,
nyeri tekan seluruh lapang abdomen, nyeri goyang porsio. Manifestasi klinis
tersebut terjadi akibat komplikasi dari pendarahan intra abdominal yang terjadi
secara terus-menerus. Darah yang masuk ke dalam rongga abdomen akan
merangsang peritoneum, sehingga pada pasien akan ditemukan tanda-tanda
rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense musculaire).
Bila perdarahan berlangsung lamban dan gradual, dapat dijumpai tanda anemia
pada pasien dan bila pendarahan yang terjadi banyak maka akan timbul gejala
gangguan hemodinamik yaitu syok hipovolemik akibat kehilangan darah yang
berlebihan.
Salah satu faktor resiko dari Kehamilan ektopik terganggu adalah adanya
Penggunaan kontrasepsi dan pada pasien ini menggunakan kontrapsepsi jenis
suntikan 5 bulan lalu
Pada saat laparotomi di temukan asal kehamilan dari tuba fallopi dextra
dengan ukuran janin yang kecil dan terjadi pendarahan yang sifatnya aktif

22

sehingga tindakan operasi yang sesuai ialah menghentikan pendarahan dan


dilakukan salpingektomi

23

Anda mungkin juga menyukai