Anda di halaman 1dari 27

II.

ASAM DAN BASA

Pengukuran pH adalah salah satu prosedur yang paling penting dan sering

dipergunakan di dalam biokimia, karena pH menentukan banyak peranan penting dari

struktur dan aktivitas makromolekul biologi, seperti aktivitas katalitik enzim. Tambahan

pula, pengukuran pH darah dan urine umum dilakukan dalam diagnosa penyakit.

Sebagai contoh, pH plasma darah seseorang yang menderita diabetes kronis sering kali

lebih rendah dari pH normal 7,4; keadaan ini disebut asidosis, Sebaliknya pada tingkatan

lain penyakit ini pH darah lebih tinggi dari pH normal, keadaan ini disebut alkalosis.

A. Asam dan Basa Mencerminkan Sifat-sifat Air

Asam klorida, sulfat, dan nitrat umumnya disebut asam kuat, mengion sempurna

di dalam larutan encer; demikian pula basa kuat NaOH dan KOH.

Di dalam biologi, kita lebih memperhatikan tingkah laku asam lemah dan basa

lemah yang tidak mengion sempurna jika dilarutkan ke dalam air. Contoh asam lemah

adalah asam asetat (CH3COOH), yang memberikan rasa asam cuka; contoh basa lemah

adalah amonia (NH3) yang digunakan sebagai pembersih rumah. Asam lemah dan basa

lemah umum dijumpai di dalam sistem biologi dan memegang peranan penting dalam

metabolisme dan aturannya. Tingkah laku larutan encer asam dan basa lemah dapat

dipahami dengan baik jika pertama-tama kita definisikan beberapa istilah.

Pertama, asam didefinisikan sebagai donor proton dan basa sebagai akseptor

proton. Suatu donor proton dan akseptor proton pasangannya merupakan sepasang asam-

basa konyugat. Sebagai contoh, asam asetat (CH3COOH) suatu donor proton, dan anion

asetat (CH3COO-), akseptor protonnya merupakan pasangan asam-basa konyugat, yang

dihubungkan satu sama lain oleh reaksi dapat balik.

18
CH3COOH H+ + CH3COO-
Donor proton Proton Akseptor proton
asam konjugat basa konjugat

B. Skala pH Menunjukkan Konsentrasi H+ dan OH-

Kw, hasilkali (produk) ion air merupakan dasar bagi skala pH (Tabel 1), yaitu cara

yang mudah untuk menunjukkan konsentrasi nyata H+ (dan juga OH-) di dalam tiap

larutan dengan keasaman berkisar antara 1,0 M H + dan 1,0 M OH-. Istilah pH ditentukan

oleh persamaan

pH  log
 H
1



  log H  

Tabel 1. Skala pH

19
Di dalam larutan yang benar-benar netral pada 25oC, dengan konsentrasi ion

hydrogen 1,0 x 10-7, pH akan diberikan oleh

1
pH  log  log 1 x 10 7  log 1,0  log 10 7
1 x 10  7

=0+7

=7

Nilai pH 7 bagi larutan yang benar-benar netral bukan merupakan angka yang dibuat

tetapi diturunkan dan harga absolut produk ion air pada 25 oC. Larutan yang mempunyai

pH lebih besar dari 7 bersifat basa karena konsentrasi OH- lebih besar dari konsentrasi

H+. Sebaliknya, larutan yang mempunyai pH lebih kecil adalah asam (Tabel 1).

Terutama penting untuk memperhatikan bahwa skala pH bersifat logaritmik,

bukan aritmatik. Suatu pemyataan, bahwa dua larutan berbeda pH-nya sebanyak 1 unit

20
pH berarti larutan yang satu mempunyai konsentrasi H+ 10 kali konsentrasi H+ pada

larutan yang lain. Tetapi, pernyataan ini tidak memberikan besar absolut perbedaan

tersebut. Gambar 1 memberikan pH beberapa cairan yang biasa dijumpai. Perhatikanlah

bahwa minuman cola (pH 3,0) atau anggur merah (pH 3,7) mempunyai konsentrasi H +

mendekati 10,000 kali lebih besar dari konsentrasinya pada darah.

Kadang-kadang persamaan pOH dipergunakan untuk menunjukkan kebasaan atau

konsentrasi OH- dari larutan, pOH didefinisikan oleh persamaan

pOH  log

1
OH   
 log OH  

yang analog dengan persamaan bagi pH. Jadi, pOH dari 0,1 M OH - adalah 1, dan pOH

dari larutan 10-7 M OH- bernilai 7,0. pH dan pOH berhubungan satu dengan lainnya

secara sederhana:

pH + pOH = 14

Tabel 1 memperlihatkan hubungan timbal balik di antara pH dan pOH.

pH suatu larutan dapat diduga dengan menggunakan berbagai indikator zat warna,

termasuk lakmus, fenolptalein, dan fenol merah, tetapi pengukuran pH yang tepat di

dalam laboratorium kimia dan klinik dilakukan dengan elektroda gelas khusus yang

secara selektif bersifat sensitif terhadap konsentrasi H+, tetapi tidak sensitif terhadap Na+,

K+, dan kation lain. Di dalam suatu instrumen yang disebut pH meter isyarat yang

disampaikan oleh elektroda diperbesar dan dibandingkan dengan isyarat yang diberikan

oleh larutan yang mempunyai pH yang telah diketahui dengan tepat.

21
Gambar 1. skala pH

C. Larutan Buffer Adalah Campuran Asam Lemah dan Basa Konyugatnya

Buffer adalah sistem cairan yang cenderung mempertahankan perubahan pH jika

terjadi penambahan sedikit asam (H+) atau basa (OH-). Suatu sistem buffer terdiri dari

asam lemah (donor proton) dan basa konyugatnya (akseptor proton). Sebagai contoh,

suatu campuran konsentrasi yang sama dari asam asetat dan ion asetat merupakan sistem

buffer.

Kekuatan buffer bukan merupakan sesuatu yang istimewa; sifat ini hanya

merupakan ekspresi dari dua reaksi ekuilibrium (kesetimbangan) dapat balik mendasar

yang terjadi di dalam larutan suatu donor proton dan akseptor proton konyugatnya, jika

22
keduanya terdapat pada konsentrasi yang sama. Penurunan konsentrasi salah satu

komponen dari sistem buffer dengan penambahan sejumlah kecil asam atau basa

diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya. Jumlah komponen buffer

tidak berubah, yang berubah hanya nisbahnya.


Gambar 2 Kapasistas pasangan asetat-
ion asetat untuk bekerja sebagai buffer

Ada lagi hal yang penting. Pasangan asam asetat-ion asetat seperti telah kita lihat

merupakan buffer efektif pada pH di dekat 4,76; hal ini merupakan suatu akibat langsung

dari kenyataan bahwa pK' asam asetat adalah 4,76. Nyatalah, sistem tersebut tidak dapat

berfungsi sebagai buffer pada pH darah, yang kira-kira 7,4.

Tiap pasangan asam-basa konyugat mempunyai daerah pH yang khas bagi

efektivitas buffernya. Kita lihat bahwa pasangan H2P4- - HPO4-2 mempunyai pK' 6,86 dan

karenanya dapat berfungsi sebagai sistem buffer pada pH di dekat 6,86, sedangkan

pasangan NH4+ - NH3 dengan pK' 9,25 bekerja sebagai buffer pada pH di dekat 9,25. Dari

semua pasangan ini, hanya pasangan H2PO4- - HPO4-2 yang dapat menjadi buffer efektif

pada pH darah (7.4).

Hubungan kuantitatif antara pH, daya kerja buffer campuran asam lemah dan basa

konyugatnya, dan pK' asam lemah diberikan oleh persamaan Henderson-Hasselbalch.

Persamaan sederhana ini, dan kegunaannya di dalam menyelesaikan masalah-masalah

buffer diperlihatkan di dalam penjelasan pada bagian.

D. Fosfat dan Bikarbonat Adalah Buffer Biologi yang Penting

Cairan intraseluler dan ekstraseluler semua organisme cenderung mempunyai pH

dan konstanta yang khas, yang diatur oleh berbagai aktivitas biologi. Akan tetapi, garis
23
pertahanan pertama organisme hidup terhadap perubahan pH internalnya diberikan oleh

sistem buffer. Kedua sistem buffer yang paling penting pada mamalia adalah sistem fosfat

dan bikarbonat. Sistem buffer fosfat yang penting di dalam cairan intraseluler, terdiri dari

pasangan asam-basa konyugat H2PO4-, sebagai donor proton dan HPO4-2 , sebagai

akseptor proton

Sistem buffer fosfat berfungsi sama seperti sistem buffer asetat, kecuali pada

kisaran pH daya kerjanya. Sistem buffer fosfat mempunyai efektivitas maksimum di

dekat pH 6,86, karena pK' H2PO4- adalah 6,86. Jadi, pasangan buffer fosfat H2PO4- -

HPO4-2 cenderung menahan perubahan pH pada kisaran antara kira-kira 6,1 dan

7,7; dan karenanya, akan efektif dalam menjalankan kapasitas buffernya di dalam cairan

intraseluler, yang mempunyai kisaran pH 6,9-7,4.

Sistem buffer yang utama di dalam plasma darah adalah buffer bikarbonat, yang

terdiri dari asam karbonat (H2CO3) sebagai donor proton dan bikarbonat (HCO3-) sebagai

akseptor proton.

Sistem bikarbonat, yang mempunyai konstanta ekuilibrium sendiri

K '

 H   HCO 

3

 H 2 CO3 
berfungsi sebagai buffer, sama seperti pasangan asam-basa konyugat lainnya, tetapi

system ini bersifat unik, dalam hal bahwa salah satu komponennya, asam karbonat

(H2CO3), dibentuk dari karbon dioksida yang melarut, dan air, menurut persamaan

reaksi dapat balik

24
CO2 ( d )  H 2 O  H 2 CO3

yang mempunyai konstanta ekuilibrium yang diberikan oleh persamaan

'
K2 
 H 2 CO3 
 CO2 (d ) H 2 O 

Karena karbon dioksida bersifat gas pada kondisi normal, konsentrasi CO2 terlarut

merupakan hasil ekuilibrium dengan CO2 dari fase gas

CO2 ( g )  CO2 ( d )
Reaksi ini mempunyai konstanta ekuilibrium yang diberikan oleh
'
K3 
 CO2 (d )
 CO2 ( g )
pH sistem buffer bikarbonat tergantung pada konsentrasi H2CO3 dan HCO3- terlarut,

donor proton dan komponen akseptor. Tetapi, karena konsentrasi H2CO3 tergantung

kepada konsentrasi CO2, terlarut, dan konsentrasi ini seterusnya tergantung kepada

tekanan bagian CO2 di dalam fase gas, pH buffer bikarbonat yang bersinggungan dengan

fase gas pada akhimya ditentukan oleh konsentrasi HCO3- di dalam fase cair dan tekanan

badan CO2, di dalam fase gas.

25
Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer fisiologi yang efektif pada pH di dekat

7,4, karena donor proton H2CO3 di dalam plasma darah berada dalam kesetimbangan

yang lebih dengan persediaan gas CO2 yang berlimpah di dalam ruang udara pada paru-

paru. Pada setiap keadaan, pada saat darah harus menyerap kelebihan OH-, H2CO3 di

dalam darah yang terubah menjadi HCO3- oleh reaksi dengan OH-, secara cepat

dikembalikan dari tempatn

26
ya yang berlimpah di dalam fase gas CO2 pada paru-paru. Gas ini melarut ke

dalam darah menjadi C02(d) terlarut, yang seterusnya bergabung dengan air membentuk

H2CO3. Sebaliknya, jika pH darah mengalami penurunan, sebagian HCO 3- dari buffer

bereaksi dengan kelebihan H+, membentuk H2CO3. Senyawa ini berurai, menghasilkan

CO2 terlarut, yang selanjutnya dilepaskan sebagai CO 2 (fase gas) di dalam paru-paru dan

akhirnya dikeluarkan dari tubuh. Ketika darah mengalir melalui sejumlah kapiler halus di

dalam paru-paru, sistem buffer bikarbonat segera berada dalam keadaan hampir

setimbang dengan CO2 di dalam rongga udara pada paru-paru. Kerjasama di antara sistem

buffer bikarbonat dan aktivitas paru-paru menghasilkan mekanisme yang amat responsif

untuk mempertahankan pH darah supaya tetap.

pH plasma darah dipertahankan pada nilai tetap dengan secermat-cermatnya.

Plasma darah manusia secara normal menunjukkan pH mendekati 7,40; Jika terjadi

kesalahan di dalam mekanisme pengaturan pH, seperti yang terjadi pada penderita

diabetes berat, karena asidosis yang disebabkan oleh kelebihan produksi asam-asam

metabolit, pH darah akan turun sampai 6,8 atau di bawahnya, dan dapat menyebabkan

kerusakan berat, dan kematian. Pada penyakit lain, pH dapat naik sampai kepada keadaan

yang sulit disembuhkan, Kita mungkin bertanya, mekanisme molekuler manakah di

dalam sel yang demikian sensitif terhadap peningkatan konsentrasi H+, bahkan, sekecil 5

x l0-8 M (kira-kira perbedaan antara pH darah 7,4 dan pH 6,8) yang dapat membahayakan

kehidupan? Walaupun berbagai aspek dari struktur dan fungsi sel dipengaruhi oleh pH,

yang terutama sensitif adalah aktivitas katalitik enzim. Jenis kurva aktivitas pH bagi

beberapa enzim memperlihatkan bahwa molekul ini mempunyai aktivitas maksimum

pada pH tertentu yang disebut pH optimum. Pada kedua sisi pH optimum, aktivitas enzim

27
seringkali menurun dengan tajam. Jadi, suatu perubahan kecil pada pH dapat

menimbulkan perbedaan besar pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis, yang amat

penting bagi organisme, sebagai contoh, pada otot kerangka atau pada otak. Pengaturan

biologi pH sel dan cairan tubuh karenanya, merupakan kegiatan utama dalam semua

aspek metabolisme dan aktivitas seluler.

Gambar 2. Grafik pH dan beberapa bahan makanan

28
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa
darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang
dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan
karbondioksida (suatu komponen asam).

Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.

Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

1. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan
terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-
paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).

Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan


mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat,
kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan
menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan
paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis.

29
II. ASIDOSIS DAN ALKALOSIS

A. PENGATURAN RESPIRATORIK BAGI KESEIMBANGAN ASAM & BASA

Daya penyangga suatu sistem buffer paling besar adalah pada pH yang sama
dengan pKa-nya, pH cairan tubuh ekstrasel adalah 7,4; sedangkan pKa sistem buffer
bikarbonat CO2 adalah 6,1. Dari persaman Henderson-Hasselbalch dapat dilihat bahwa
pada pH 7,4 kosentrasi ion bikarbonat adalah 20 kali lebih besar dari pada kosentrasi CO 2
yang larut, suatu keadaan yang apriori tidak menghasilkan daya buffer yang berarti.
Akan tetapi, karena.kosentrasi masing-masing komponen sistem bikarbonat asam
karbonat dapat diatur secara fisiologis, maka ini merupakan suatu system buffer yang
sangat kuat bagi organisme, seperti diuraikan berikut ini.Tekanan CO 2 dapat ditingkatkan
dalam darah baik oleh produksi yang meningkat dari jaringan perifer maupun
pembuangan yang menurun oleh ventilasi. Dari persamaan Henderson-Hasselbalch juga
jelas bahwa tekanan CO2 yang meninggi akan menyebabkan penurunan pH dan asidosis.
Asidosis karena retensi CO2 yang berlebihan disebabkan oleh ventilasi yang tidak
memadai untuk laju produksi CO2. Misalnya, ventilasi yang berkurang sampai satu-
perempat kecepatan normal pada waktu istirahat menaikkan tekanan CO2 dan
menurunkan pH dari 7,4 hingga sekitar 7,0. Sebaliknya, peningkatan kecepatan ventilasi
alveoli (hiperventilasi) 2 kali lipat akan mengurangi tekanan CO2 dan menimbulkan
peninggian pH darah sampai sekitar 7,6. Karena ventilasi alveoli dapat diturunkan sampai
nol atau dinaikan sampai kira-kira 15 kali normal, maka mudah dimengerti bagaimana
perubahan pada ventilasi sangat mempengaruhi pH cairan elektrasel, yang membuktikan
peranan penting sistem buffer bikarbonat CO2.
Asidosis karena ventilasi yang berkurang dan sebagai akibatnya tekanan CO2 naik
dinamakan asidosis respiratorik. Alkalosis karena heperventilasi dan penurunan tekanan
CO2 dalam darah dinamakan Alkalosis respiratorik. Akan tetapi, oleh karena system
respiratorik secara cepat dapat mengubah pH darah, sistem ini sering dikerahkan untuk
segera membuat penyesuaian terhadap perubahan pH yang lebih sering ditimbulkan
sebab-sebab metabolisme dibanding oleh sebab-sebab respiratorik. Penyesuaian kembali

30
pH oleh sistem respiratorik cepat tetapi tidak sempurna. Sebaliknya, mekanisme ginjal
dapat menyesuaikan kembali pH secara sempurna, tetapi kerjanya lambat.
Gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh perubahan kadar
bikarbonat dalam darah dikatakan berasal dari metabolisme. Kekurangan bikarbonat
tanpa perubahan H2CO3 akan menimbulkan asidosis metabolik. Kompensasi dapat terjadi
oleh penyesuaian konsentrasi asam karbonat, dalam hal yang sama pertama oleh
pembuangan lebih banyak CO2 (hiperventilasi) dan dalam hal yang kedua oleh rentensi
CO2 (hipoventilasi). Kadar CO2 plasma jelas lebih rendah dari pada normal pada asidosis
metabolik dan lebih tinggi dari pada normal pada. Alkalosis metabolik.

B. Sebab gangguan keseimbangan asam-basa


A. Asidosis metabolic: Disebabkan oleh penurunan fraksi bikarbonat, baik tanpa
perubahan maupun perubahan yang relatif kecil pada fraksi asam karbonat. Ini
merupakan jenis asidosis klasik yang paling sering terjadi, ini terjadi pada diabetes
mellitus yang tak terkontrol dengan ketosis, pada payah ginjal, keracunan garam asam,
kehilangan cairan usus yang berlebihan (terutama dari usus halus bagian bawah dan
kolon, seperti pada diare atau kolitis). Percepatan pernapasan (hyperpnea) mungkin
menjadi gejala penting pada asidosis dekompensata, dan merupakan suatu usaha untuk
menetapkan kembali rasio 20:1 bagi HC03--:H2CO3 dengan mengurangi tekanan C03 darah
selayaknya.
B. Asidosis respiratorik : Disebabkan oleh peningkatan relatif asam karbonat
dibandingkan dengan bikarbonat. Keadaan ini bisa terjadi pada setiap penyakit yang
mengganggu pernapasan, seperti pneumonia, emfisema, oleh keracunan morfin.
Respirator yang tidak berfungsi baik dapat pula membantu menimbulkan asidosis
respiratorik.
C. Alkalosis metabolik : Terjadi bila terdapat peningkatan fraksi bikarbonat, baik
tanpa perubahan maupun perubahan yang relatif kecil pada fraksi asam karbonat.
Kelebihan alkali biasa yang menyebabkan alkalosis ditimbulkan oleh makan alkali yang
berlebihan, seperti yang dapat terjadi pada penderita yang diobati untuk ulkus peptikum.
Tetapi jenis alkalosis ini lebih sering terjadi sebagai akibat obstruksi usus tinggi (seperti
pada stenosis pilonis), setelah lama muntah-muntah mengeluarkan isi lambung yang

31
asam atau setelah pembuangan cairan lambung yang mengandung asam hidroklorida
secara berlebihan (seperti pada penyedotan lambung). Biasanya penyebab bentuk
alkalosis ini adalah kekurangan klorida yang disebabkan oleh kehilangan cairan lambung
yang mengandung sedikit natrium tetapi banyak klorida (yaitu sebagai asam
hidroklorida). Ion klorida yang hilang kemudian diganti dengan bikarbonat. Jenis
alkalosis metabolik ini secara tepat disebut alkalosis “hipokloremik”. Defisiensi kalium
sering dikaitkan dengan timbulnya alkalosis hipokloremik, karena tidak adanya H + untuk
ditukar dengan Na+ dari lumen tubula ginjal.
Pada semua jenis alkalosis dekompensata, pernapasan adalah lambat dan dangkal urin
mungkin menjadi alkali, tetapi biasanya oleh karena disertai kekurangan natrium dan
kalium, akan memberi reaksi asam, walaupun bikarbonat darah meningkat. Paradoks ini
dianggap sebagai sebagian akibat dari kenyataan bahwa ekskresi bikarbonat yang
berlebihan oleh ginjal perlu disertai oleh kehilangan natrium yang dalam keadaan seperti
ini (rendah natrium) tidak dapat dihemat. Dengan demikian ginjal menyerah pada
kebutuhan untuk mempertahankan kosentrasi natrium dalam cairan ekstrasel sambil
mengorbankan keseimbangan asam-basa. Akan tetapi, penyebab ekskresi yang sama (bila
tidak, dalam keadaan biasa, penyebab yang lebih penting) dari urin yang asam dengan
adanya bikarbonat plasma yang meninggi adalah pengaruh kekurangan kalium atas
ekskresi ion hydrogen yang disebut di atas oleh ginjal. Alkalosis metabolik yang biasanya
ditemukan dalam klinik hampir selalu disertai oleh defisiensi kalium.
D. Alkalosis respiratorik: terjadi bila terdapat penurunan fraksi asam karbonat. Ini
dapat ditimbulakan oleh hipervintilasi, baik yang terjadi dengan sendirinya maupun yang
dipaksa. Contohnya adalah hiperventilasi histeris. Penyakit susunan syaraf pusat yang
mempengaruhi system pernapasan, keracunan silisilat stadium dini atau pemakaian
respirator yang tepat. Alkalosis respiratorik juga dapat terjadi pada penderita koma
hepatikum.

C. Pengukuran keseimbangan asam-basa: pH darah

Adanya asidosis atau alkalosis dekompensata paling tepat ditentukan dangan

pengukuran pH darah. Akan tetapi penetapan pH darah tidak dapat dikerjakan dalam

32
beberapa keadaan klinis. Lagi pula perlu diketahui luasnya gangguan susunan elektrolit

darah untuk dapat memberikan pengobatan yang tepat. Dengan alasan ini penentuan.CO 2

yang diambil dari contoh plasma darah setelah pemberian asam (kapasitas CO2 atau CO2

combining power) juga diperlukan. Pada dasamya ini mengukur jumlan asam karbonat

dan bikarhonat total dalam plasma tetapi tidak memberikan keterangan mengenai rasio

distribusi komponen system buffer bikarbonat.

Karena sifaf persamaan Henderson-Hasselbalch, bila dua dari tiga variabel diketahui

PCO2 konsentrasi bikarbonat dan pH atau bahkan bila hanya diketahui pH dan kadar CO 2

total, maka sisa variabel yang tidak diketahui dapat ditentukan. Misalnya pada kegagalan

respiratorik yang akut, retensi CO2 akan mengakibatkan asidosis respiratorik

dekompensata.

D. Peranan ginjal dalam keseimbangan asam-basa

Disamping asam karbonat, yang dibuang oleh alat pernapasan sebagai CO2, asam

lain yang tidak menguap, diproduksi oleh proses metabolisme. Ini termasuk asam laktat

dan piruvat, dan asam anorganik yang lebih penting, asam HCl, asam fosfat dan asam

sulfat. Kira-kira 50-150 meq asam-asam organik ini dibuang oleh ginjal dalam periode 24

jam. Tentu saja perlu bahwa asam ini sebagian didapat dengan kation, terbanyak natrium,

tetapi dalam tubulus distal ginjal sebagian kation ini diserap kembali (sebenarnya ditukar

dengan ion hidrogen), dalam pH urin dibiarkan turun. Pengasaman urin pada tubuh distal

merupakan fungsi penting ginjal dalam melindungi cadangan kation dalam tubuh.

Alat lain yang digunakan ginjal untuk mendapat asam dan dengan demikian

melindungi basa tetap (kation) adalah produksi amonia dari asam amino. Amonia ditukar

dengan kation alkali, dan jumlah almonia yang dimobilitasi untuk maksud ini dapat

33
dengan nyata ditingkatkan bila produksi asam di dalam tubuh berlebihan (misalnya

seperti dalam asidosis metabolik yang terjadi sebagai akibat ketosis pada diabetes tak

terkontrol).

34
Gambar Beberapa kondisi alkalosis dan asidosis

35
III. OSMOSIS

36
Gambar Peristiwa osmosis

Semua Benda hidup mempunyai kebutuhan tertentu mereka harus


Terpenuhi untuk tetap hidup. Termasuk Gas (Biasanya CO 2 dan O2 ) mendapat
air,sumber mineral,dan makanan.Tugas tersebut sering terjadi dalam tingkatan
selular,dan membutuhkan molekul yang bergerak melewati membran yg
mengelilingi sel. Membran ini adalah struktur yang kompleks yang
bertanggung jawab untuk mengurai konten sel tersebut dari sekelilingnya,
untuk mengontrol pergerakan material yang keluar dan masuk sel,dan untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar sel.

Ada dua jalan cara molekul melewati membran yaitu dengan cara transport
aktif dan pasif. Transport aktif membutuhkan energi yang diperoleh dari
makanan untuk pergerakan molekul-molekul atau partikel yang lebih
besar.Transport pasif terjadi secara spontan tidak membutuhkan energi dan
prinsif ini sama dengan difusi karena peristiwa ini terjadi disebabkan
pergerakan molekul dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah yang
konsentrasinya rendah dengan pergerakan molekul secara acak.

Difusi dapat terjadi melewati membran sel


terhadap molekul kecil seperti air (H2O), oxygen
(O2), carbon
dioxide
(CO2). Ini
disebut
membran
permeabel.Osmosis merupakan salah satu
bagian dari difusi. Dalam hal ini sejumlah
molekul besar seperti molekul pati
37
dilarutkan dalam air. Molekul-molekul pati terlalu besar untuk melewati pori-
pori membran, jadi ia tidak bisa berdifusi dari satu sisi membran ke sisi yang
lain. Sehingga aliran air dari sisi membran yang lain akan membantu
melarutkan pati.

IV. Air

Sebagian besar massa tubuh manusia terdiri dari air. Air menjadi bagian penting

dari semua sel tubuh dalam carian tubuh, air berperan dalam reaksi-reaksi biokimia,

menjadi media tanspor proses-proses intra sel, sebagai pelicin (lubricant). Air juga

mengatur suhu tubuh dengan cara penguapan melalui paru-paru dan kulit.

Jumlah total air tubuh berkisar lebih dari 50 sampai hampir 90 berat badan dan

berbanding langsung dengan permukaan badan. Perbandingan berat air menurun sesuai

dengan usia dan meninggi sesuai dengan kandungan lemak tubuh, air lebih banyak pada

atlet dari pada bukan atlet.

A. Air Tubuh

Air tubuh terbagi dalam 2 ruangan utama, intrasel dan ekstrasel. Air intrasel

sebanyak 50-60%, ekstrasel, termasuk air yang terdapat dalam plasma, limfe, cairan

interstisial, jaringan penyambung, tulang rawan, julit, tulang, cairan sekresi. Karena

kebanyakan sel tubuh bersifat permeable bebas terhadap air, perbedaan antara air intrasel

dan ekstrasel hanyalah sekedar pembagian saja.

Plasma darah hanya berbeda sedikit dari carian interstisial. Karena protein-protein

plasma sebagian besar tertahan dalam pembuluh darah, cairan interstisial menggunakan

lebih banyak anion Cl dibandingkan protein-protein plasma. Jadi komposisi plasma dapat

diambil sebagai patokan cairan ekstrasel pada umumnya. 3 perbedaan utama komposisi

38
antara cairan intrasel dan ekstrasel : (1) Kalium merupakan kation utama dalam sel,

sedangkan natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstrasel. (2) Karena banyak

senyawa organic terfosforilasi terdapat dalam sel, fosfat adalah anion intrasel yang utama,

klorida merupakan anion cairan ekstrasel yang utama. (3) Akhimya, konsentrasi protein

intrasel lebih tinggi dari pada plasma darah.

B. Keseimbangan Air

Pada orang yang sehat normal, volume air tubuh total lebih kurang tetap, fluktuasi

kurang dari 1% berat badan per hari, dan keseimbangan ini dipertahankan, walaupun

terdapat variasi besar intake air.

Data keseimbangan air yang khas untuk orang dewasa normal ditunjukkan dalam Tabel.

Intake dan output air harian rata-rata pada penyelidikan ini adalah 2750 ml. Terdapat

variasi individual yang luas dalam intake dan output total dan keseimbangan bagian air

dari hari ke hari.

Tabel. Pemasukan dan pengeluaran cairan harian rata-rata pada manusia dewasa normal.

39
C. Kehilangan Air

Air dibutuhkan untuk menggantikan cairan yang hilang melalui kulit, paru-paru,

saluran pencernaan dan untuk ekskresi. urea, garam-garam, dan solutosmotik aktif oleh

ginjal. Jumlah kehilangan obligatorik ini secara bermakna bervariasi dengan iklim,

tingkat aktivitas, tingkat kesehatan, dan makanan. Suhu tinggi, ikilm kering, kerja fisik

yang berat, dan demam semuanya menambah kehilangan keringat sampai sebanyak 2,5

liter/jam air yang disekresikan kedalam saluran pencernaan biasanya diserap kembali,

tetapi diare dan penyakit saluran cerna lain dapat menyebabkan kehilangan air yang

sangat banyak.

Volum total urin biasanya tergantung pada intake air, tetapi sejumlah minimal air,

volume obligatorik diperlukan untuk menyertai ekskresi solute yang osmotik aktif,

terutama urea dan natrium klorida. Jumlah ekskresi zat-zat ini selanjutnya tergantung

pada intake protein dan garam dalam makanan.

Efek makanan pada produksi urin obligatorik dapat diperkirakan dengan menganggap

setiap gram protein makanan memberikan 5 mili osmole (mosm), dan setiap gram dapat

40
menghasilkan 34 mosm (1 mosm = mmol solut x n, dimana n = jumlah partikel yang

dihasilkan oleh disosiasi). Solut terdiri dari kira-kira 16% nitrogen, 1 gram protein

menghasilkan 0,16 gram N. Nitrogen ini diekskresi sebagai urea (BM=60), N terdiri dari

28/60 gram urea. Jadi setiap gram protein menghasilkan 0,3 gram (300 mg) urea, dan

300/60, atau 5 mosm. 1 gram NaCl menghasilkan 34 mosm, karena itu 1 gram/58,5

BM=17 mmol x 2 partikel (Na + dan Cl-). Sifat diet mungkin mengandung 100 gram

protein dan 10 gram garam perhari, ini menghasilkan (100 x 5) + (10 x 34) = 840 mosm.

Karena ginjal orang dewasa dapat mengkonsentrasikan urin sampai sekitar 1400 mosm/L

diperlukan volume obligatorik air 700 ml (840/1400) untuk mengekskresikan zat-zat

terlarut ini.

41
D. Intake Air

Untuk mempertahankan keseimbangan cairan, semua air yang hilang harus

diganti. Sebagian besar intake air berasal dari air minum atau minuman lain atau dari w

preformed (air yang terbentuk sebelumnya) yang dikandung makanan. Air juga terbentuk

sebagai hasil reaksi oksidasi molekuler, Oksidasi 1 gram karbohidrat, protein, dan lemak

menghasilkan masing-masing 0,6, 0,41, dan 1,07 gram air, tetapi jumlah total air

metabolik sangat kecil bila dibandingkan dengan pemasukan lewat makanan atau

minuman.

42
Karena faktor-faktor yang berbeda seperti iklim dan aktivitas adalah penting dalam

menentukan intake air, tidak dapat ditentukan kebutuhan air minimal sehari-hari. Untuk

penduduk iklim sedang, 1 ml/kkal untuk dewasa dan 15, mL/kkal untuk bayi tampaknya

cukup, tetapi jumlah ini harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan yang mengikat

pada orang-orang yang sangat aktif pada cuaca yang sangat panas, pada penderita

demam, muntah, diare, atau pengeluaran urin berlebihan, dan pada orang yang mendapat

diuretika atau makanan tinggi protein.

Karena variasi keseimbangan air hanya sebesar 1-2 dapat menyebabkan kesakitan atau

bahkan kematian, intake air harus secara tepat mengimbangi kehilangan air.

Keseimbangan ini dicapai oleh system pengaturan yang terletak dalam hipotalamus

43
44

Anda mungkin juga menyukai