Anda di halaman 1dari 32

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

KISTA OVARIUM

Oleh:
Margareta Pabur
19014101035
Masa KKM 28 Oktober – 05 Januari 2020

Supervisor Pembimbing
dr. Juneke J. Kaeng, Sp.OG(K)

BAGIAN ILMUOBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
2019
BAB I

PENDHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi


perempuan. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu penyakit reproduksi yang banyak
terjadi pada perempuan.1

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh dimana saja dan jenisnya beragam. Kista yang berada di dalam atau
permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang
paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk selama siklus
menstruasi normal.1Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia
produktif dan relatif jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada
penyebaran umur yang spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.2

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan silent killer. Karena seringkali penderita tidak ada merasakan
gejala apapun dan kebanyakan ditemukan pada fase yang lanjut.3Penemuan kista
ovarium pada seorang wanita sangat ditakuti karena adanya kecenderungan
menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium memiliki sifat yang jinak (80-
84%). Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) risiko pertumbuhan
menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan
pemeriksaan USG.4

Terdapat variasi dengan insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi


terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika
insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi
pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan

1
jinak. Di Amerika, karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita,
kematian sebanyak 16.000 orang.4,5

Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Tidak


semua kista ovarium ditatalaksanai dengan pembedahan, seperti pada kista yang
dapat resolusi spontan. Namun, sebagian besar kista memerlukan pembedahan
untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya melibatkan keputusan yang
sukar dan dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita.1

Berikut ini akan dilaporkan kasus kista ovarium pada seorang wanita usia
49 tahun yang dirawat di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RW
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Tondegesan Jg I Kawangkoan
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Minahasa /Indonesia
MRS : 22 November 2019

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Perut membesar disertai nyeri perut terutama saat
haid.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan rencana operasi laparatomi
VC elektif. Pasien memiliki keluhan utama perut membesar disertai nyeri perut,
perut membesar dirasakan sejak 8 bulan yang lalu. Nyeri perut yang dirasakan
terutama saat sedang haid. Riwayat keluhan perdarahan dari jalan lahir (-). Pasien
tidak mengeluh adanya mual dan muntah. Keputihan (-),buang air kecil dan buang
air besar tidak ada keluhan, penurunan berat badan (-), nafsu makan menurun (-),
riw. Operasi (-), riw. Post coital bleeding (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :-

Riwayat Obstetrik : -
P1 2001/Laki-laki/Spontan letak belakang kepala/di Biang/2900 gram/Sehat
P2 2003/Laki-Laki/Spontan letak belakang kepala/di Biang/3100 gram/Sehat
P3 2007/Perempuan/Spontan letak belakang kepala/di PKM/3400 gram/Sehat

3
Riwayat Ginekologi :
Menarche saat 13 tahun.Siklus haid teratur setiap 28 hari dengan lama haid 3-4
hari. Banyaknya haid 3-4 kali ganti pembalut. Nyeri haid (-) sampai tidak bisa
bekerja.

Riwayat KB :
KB implant

Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah 3kali :
- Suami I : 2000 - meninggal (2010)
- Suami II : 2010 - meninggal (2018)
- Suami III : 2018 - Sekarang
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Sosio Ekonomi :


Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.Suami bekerja sebagai Petani.Biaya
kesehatan ditanggung oleh BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,2ᵒc
Berat badan : 70 kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 27,34 k/m2

4
Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Hiperemis (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Karies (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Tegang, teraba masa kistik campur padat setinggi 3 jari
diatas umbilikus, mobile (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : Pekak berpindah (-)
Auskultasi : BU (+) N

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi :fluksus (-), fluor (-), vulva tak
Inspekulo : fluksus (-), vagina tak, portio tampak licin, erosi (–), livide
(-), OUE tertutup
PD : flukus (-), vulva/vagina tak, Portio kenyal, OUE tertutup,
nyeri (-)
CUT : sulit dievaluasi.
Adneksa/parametrium bilateral : lemas, teraba pole bawah massa, nyeri (-)
CD : tak menonjol
RT : TSA cekat, mukosa licin, ampula kosong

5
PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG : 21 November 2019


Hasil USG : Uterus antefleksi Uk = 5x4,6x2,6 cm
EL (+)
Tampak massa dengan internal echo berukuran 17,6 cm x 11,04 cm
Papil (+), septa (+)
FF (+)
Kesan : Kista Ovarium Suspek Ganas

EKG : 21 November 2019


Dalam Batas Normal

Laboratorium 21 Agustus 2019


HEMATOLOGI
Leukosit : 10030 /uL
Eritrosit : 4.45 10^6/uL
Hemoglobin : 11.2 g/dL
Hematokrit : 34.7 %
Trombosit : 498 10^3/uL
MCH : 25.2 pg
MCHC : 32,3 g/dL
MCV : 78.0 fL

KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu : 101 mg/dL
SGOT : 11 U/L
SGPT :8 U/L
Ureum Darah : 14 mg/dL
Creatinin Darah : 0.8 mg/dL
Chlorida Darah : 105.5mEq/L
Kalium Darah : 3,75 mEq/L

6
Natrium Darah : 138 mEq/L

HEMOSTASIS
PT
@Detik
Pasien : 14.9 detik
Kontrol : 14.5 detik
@INR
Pasien : 1.12 detik
Kontrol : 1.09 detik
APPT
Pasien : 27.5 detik
Kontrol : 34.5 detik

IMUNOLOGI
Ca-125 : 161,50 U/mL

DIAGNOSIS
P3A0 49 tahun dengan Kista Ovarium Suspek Ganas

RENCANA TERAPI
R/ Laparatomi VC - Histerektomi Totalis Salpingo-oovorektomi (25/11/2019)
MRS

RESUME MASUK
P3A0 49 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 22 November 2019,
jam 08.00 dengan keluhan perut membesarsejak 8 bulan sebelum masuk rumah
sakit dan nyeri perut yang dirasakan hilang timbul terutama saat sedang haid.
Mual (-), muntah (-),buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) normal.
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis

7
Tekanan Darah : 130/80mmHg
Nadi : 84 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,2ᵒc
Berat badan : 70 kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 27,34 k/m2
Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)
Hidung : Sekret (-), Hiperemis (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Karies (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Tegang, teraba masa kistik campur padat setinggi 3 jari
diatas umbilikus, mobile (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : Pekak berpindah (-)
Auskultasi : BU (+) N

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi : fluksus (-), fluor (-), vulva tak
Inspekulo : fluksus (-), vagina tak , portio tampak licin, erosi (–),
livide (-), OUE tertutup
PD : flukus (-), vulva/vagina tak, portio kenyal, OUE tertutup,
nyeri (-)
CUT : sulit dievaluasi.
Adneksa/parametrium bilateral : lemas, teraba pole bawah massa, nyeri (-)

8
CD : tak menonjol
RT : TSA cekat, mukosa licin, ampula kosong

Follow Up
23 September 2019 di Irina D Atas
S: perut membesar
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 110/70 mmHg
N: 88 x/m
R: 20 x/m
S: 36,8ᵒc
A: P3A0 49 tahun dengan Kista Ovarium Suspek Ganas
P :R/ Laparatomi VC - HTSO tanggal 25 November 2019

24 September 2019 di Irina D Atas


S: -
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 120/70 mmHg
N: 82 x/m
R: 20 x/m
S: 36,5ᵒc
A: P3A0 49 tahun dengan Kista Ovarium Suspek Ganas
P : Operasi Laparatomi VC - HTSO hari ini

LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 25 November 2019
Jam Operasi dimulai : 09.15 WITA
Jam Operasi selesai : 11.15 WITA
Lama Operasi : 2 jam
Operator : dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)
Asisten : dr. Charles
Diagnosa pre op : P3A0 49 tahun dengan Kista Ovarium suspek Ganas

9
Diagnosa post op : P3A0 49 tahun dengan Kistadenoma Ovarium
Musinosum Dextra telah dilakukan
Salpingoovorektomi Dextra.
Tindakan Pembedahan : Salpingoovorektomi Dextra

Uraian Pembedahan :
Penderita tidur telentang diatas meja operasi dengan General Anestesi. Dilakukan
tindakan aseptik dan antiseptik daerah abdomen dan sekitarnya menggunakan
povidone iodine. Abdomen ditutup dengan doek steril kecuali pada lapangan
operasi. Insisi linea mediana inferior, diperdalam lapis demi lapis sampai fascia.
Fascia dijepit dengan 2 pinset, digunting lalu diperlebar keatas dan kebawah. Otot
disisihkan secara tumpul ke lateral. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, setelah
yakin tidak ada jaringan usus dibawahnya, digunting kecil diperlebar keatas dan
kebawah. Keluar cairan ascites ± 100 cc, diambil 5 cc  dikirim ke sitologi.
Tampak massa keputihan, memenuhi rongga abdomen, perlengkatan tidak ada.
Eksplorasi massa berasal dari ovarium dekstra. Diputuskan dilakukan
Salpingoovorektomi dekstra. Insisi linea mediana, mesosalping dekstra ditembus
secara tumpul untuk membuat jendela. Ligamentum ovari propium, pangkal tuba,
dan ligamentu infundibulopelvikum dekstra dijepit dengan 3 klem digunting dan
dijahit double ligasi. Kontrol perarahan negatif. Jaringan dikirim untuk
pemeriksaan VC. Hasil VC, kistadenoma musinosum ovarium. Eksplorasi Uterus,
adneksa kiri dalam batas normal. Abdomen dicuci dengan NaCl 0,9%. Kontrol
perdarahan negatif. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum dijahit
secara jelujur dengan Chrome catgut 2/0. Otot dijahit dengan Chrome catgut 2/0
tapper. Fascia dijahit jelujur dengan safill 1.Kulit dijahit subkutikuler dengan
benang safill 2/0. Luka operasi ditutup dengan kassa steril. Operasi selesai.

10
KU Post Op:
T: 160/100 mmHg, N: 100x/m, R: 24x/m, S: 36,73C
Perdarahan : ± 500 cc

Diuresis : ± 400 cc

Diagnosa PostOp : P3A0 49 tahun dengan Kistadenoma Ovarium Musinosum


Dextra telah dilakukan Salpingoovorektomi Dextra.

Sikap : - IVFD RL 28gtt/m


- Drips Metronidazol 2 x 500 gr
- Inj. Ceftriaxone 2 gr
- Cek Lab 6 jam post OP
- Paracetamol 3 x 500 gr
- Obsevasi KU dan TTV

11
Hasil Laboratorium Post Op (26/11/2019)
HEMATOLOGI
Leukosit : 26500 /uL
Eritrosit : 1.6 10^6/uL
Hemoglobin : 3.5 g/dL
Hematokrit : 11.5 %
Trombosit : 371 10^3/uL
MCH : 22.0 pg
MCHC : 30.5 g/dL
MCV : 72.2 fL
Gula Darah Sewaktu : 201 mg/dL
SGOT : 12 U/L
SGPT :5 U/L
Ureum Darah : 22 mg/dL
Creatinin Darah : 0.7 mg/dL
Chlorida Darah : 99.4 mEq/L
Kalium Darah : 3,93 mEq/L
Natrium Darah : 133 mEq/L
Albumin : 1.45 g/dL
Kalsium : 7.50 mg/dL
P : R/ Transfusi PRC malam ini
Albumin 10% 100 ml
Koreksi Kalsium

26 September 2019 di ICU


S: Nyeri luka operasi
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 130/80 mmHg
N: 100 x/m
R: terpasang ETT
S: 36,0 ᵒc
Mata: Conj. Anemis +/+

12
Abdomen: luka operasi terawat tertutup kassa
A: P3A0 49 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.I) + Anemia
P: Perbaiki KU
Transfusi PRC (sudah masuk 3 kantong)
IVFD RL  28 gtt/m
Inj. Ceftriaxone 2gr
Drips Metronidazole 2x 500 gr
Kaltrofen Supp 1x2
Observasi KU dan TTV
Cek DL, Albumin, GDS, Ca

September 2019 di ICU


S: Nyeri luka operasi
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 130/80 mmHg
N: 84 x/m
R: 18 x/m
S: 36,1ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi tertutup kassa
HEMATOLOGI
Leukosit : 22800 /uL
Eritrosit : 3.22 10^6/uL
Hemoglobin : 8.2 g/dL
Hematokrit : 24.6 %
Trombosit : 238 10^3/uL
MCH : 25.4 pg
MCHC : 33.2 g/dL
MCV : 76.4 fL
Gula Darah Sewaktu : 96 mg/dL
Ureum Darah : 22 mg/dL

13
Creatinin Darah : 0.7 mg/dL
Albumin : 1.75 g/dL
Kalsium : 7.52 mg/dL
A: P3A0 49 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.II) + Anemia
P: Perbaiki KU
Transfusi PRC
IVFD RL  28 gtt/m
Inj. Ceftriaxone 2gr
Drips Metronidazole 2x 500 gr
Observasi KU dan TTV

27 November 2019 di Irina D Atas


S: Nyeri luka operasi
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 130/80 mmHg
N: 88 x/m
R: 20 x/m
S: 36,7ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi terawat tertutup kassa
A: P3A0 49 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.IV) + Anemia
P: Perbaiki KU
Transfusi PRC hingga HB > 10 gr/dL
Transfusi Albumin, Cek Albumin 6 jam post transfusi
IVFD RL  28 gtt/m
Inj. Ceftriaxone 2gr
Drips Metronidazole 2x 500 gr
Observasi KU dan TTV

14
28 November 2019 di Irina D Atas
S: Nyeri luka operasi
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 120/80 mmHg
N: 80 x/m
R: 20 x/m
S: 36,0ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi terawat tertutup kassa, rembesan darah (-) Pus (-)
Albumin : 2.26 gr/dL
A: P3A0 49 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.V) + Anemia
P: Perbaiki KU
Transfusi PRC hingga HB > 10 gr/dL
Transfusi Albumin
IVFD RL  28 gtt/m
Inj. Ceftriaxone 2gr
Drips Metronidazole 2x 500 gr
Aff infus, draigne dan catheter
Cek DL dan Albumin
R/ Rawat jalan besok

29 November 2019 di Irina D Atas


S: -
O: KU : Cukup Kes : CM
T: 120/80 mmHg
N: 80 x/m
R: 20 x/m
S: 36,0ᵒc
Mata: Conj. Anemis -/-
Abdomen: luka operasi terawat tertutup kassa, rembesan darah (-) Pus (-)

15
Leukosit : 11000 /uL
Eritrosit : 4.00 10^6/uL
Hemoglobin : 9.2 g/dL
Hematokrit : 26.6 %
Trombosit : 258 10^3/uL
MCH : 25.4 pg
MCHC : 33.2 g/dL
MCV : 76.4 fL
Albumin : 2.65 g/dL
A: P3A0 49 tahun dengan Kistadenoma ovarium musinosum dekstra + post
Salpingoovorektomi dekstra (H.VI) + Anemia
P: Rawat luka
Rawat Jalan
Cefadroxil 2x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
SF 1x1 tab

Edukasi pulang : Segera kembali bila demam, jahitan terbuka, rawat luka
dan personal hygine

16
BAB III
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai diagnosis dan


penatalaksanaan kista ovarium. Diagnosis kista ovarium ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ,kemudian akan
dibahas mengenai penanganan, serta prognosis dari kista ovarium.

A. Tanda dan Gejala Kista Ovarium


Berdasarkan teori, sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala,
atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi ada juga kista yang
berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian
penyakit tidak biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya
hampir sama dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopikdan kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk
memperhatikan setiap gejala atau perubahan pada tubuh untuk mengetahui gejala
yang serius.6
Gejala-gejala berikut yang dapat muncul pada kista ovarium seperti, perut
terasa penuh, berat, kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit
buang air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan
yang dapat menyebar kepanggul bawah dan paha, nyeri saat bersenggama, mual
serta perasaan ingin muntah.1,7 Pada kasus ditemukan perut yang membesar yang
dirasakan pasien sejak 8 bulan sebelum masuk rumah sakit. Selain itu juga pasien
mengeluhkan nyeri perut terutama saat sedang haid. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyebutkan bahwa salah satu gejala pada kista ovarium
adalah siklus menstruasi yang tidak teratur dan sering nyeri.8 Banyak tumor
ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil.
Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut, rasa sakit atau tidak nyaman
pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut
terpuntir atau terjadi ruptur.7

B. Faktor Risiko Kista Ovarium

17
Selain manifestasi klinis, pada kasus juga ditemukan beberapa faktor
risiko yang berhubungan dengan terjadinya kista ovarium. Faktor risiko
berkembangnya kista ovarium berupa faktor usia, menarche dini, riwayat kista
sebelumnya, riwayat keluarga dengan kista ovarium.9Faktor usia memiliki peran
yang sangat signifikan dalam menentukan seberapa serius kista yang diderita
seorang wanita.10
Pada kasus ini pasien berusia 49 tahun. Hal ini berhubungan dengan faktor
risiko usia dimanaperempuan dengan usia di bawah 40 tahun memiliki risiko
terkena kista jinak yang dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan.
Sedangkan perempuan yang telah mengalami menopause, dengan usia dia atas 40
tahun, memiliki risiko terkena kista yang dapat berkembang menjadi kanker
ovarium.11
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Jarang
sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun.Kista Ovarium ditemukan pada
hampir semua wanita premenopause dan pada 18% wanita post menopause.
Insiden yang sering terjadi pada wanita usia 30- 54 tahun dan yang paling tinggi
adalah wanita dengan kulit putih.6
Selain itu menurut kepustakaan, orang yang menggunakan kontrasepsi
hormonal risiko terjadinya keganasan ovarium bisa lebih kecil.Karena kanker
ovarium terjadi apabila ovarium aktif mengalami pertumbuhan folikel.Tetapi
dengan menggunakan kontrasepsi hormonal, proses pertumbuhan folikel pada
ovarium dapat ditekan, sehingga risiko terjadi keganasan pada ovarium
menurun.12 Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat menggunakan alat kontrasepsi
hormonal yaitu KB implant.

C. Pemeriksaan Fisik Kista Ovarium


Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan masa kistikcampur padat
setinggi 3 jari diatas umbilikus, mobile, dan tidak ada nyeri tekan. Sesuai
kepustakaan, kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini
adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadisulit
pada pasien yang gemuk.1,13

18
D. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
fisik.Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan
fisik saja.Maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista
ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah:
1. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan letak dan batas tumor kistik
atau solid, cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat
diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista simpleks
bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak
terdapat internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan
merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkin juga kistadenoma serosa
atau kista inklusi.14
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam
lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma
benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing,
paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal dapat memberikan pemeriksaan
morfologi yang jelas dari struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan
kandung kemih yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal
untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti
ginjal, hati dan ascites. Pemeriksaan ini memerlukan kandung kemih yang
penuh.14
Pada kasus ini hasil pemeriksaan USG ditemukan massa dengan internal
echo berukuran 17,6 cm x 11,04 cm dengan kesan kista ovarium suspek ganas.
2. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik spesifik untuk kista ovarium. Tumor
marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125. Cancer antigen 125
(CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal
dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA
125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium.
Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6%

19
pasien sehat.15 Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan tumor marker yaitu Ca-
125 dengan hasil yang meningkat yaitu 161,50 U/mL (>35). Dengan demikian
perhitungan RMI (Risk of Malignancy Index) = 484,50 (>200).
Pemeriksaan Beta-HCG, pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal
apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan adanya kehamilan ektopik.
Pemeriksaan darah lengkap, untuk sebuah penyakit keganasan, dapat
diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik batu
saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.16
3. Laparoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui asal tumor dari ovarium atau
tidak, dan menentukan sifat- sifat tumor.Dilakukan dengan cara perut diisi
dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan laparoskop.
Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi dan diambil sedikit contoh kista untuk
pemeriksaan PA.16 Namun pada pasien ini juga tidak dilakukan laparaskopi.
4. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi,
yang kemudian sampel difiksasi dan diperiksa secara patologi anatomi.16 Pada
pasien ini dilakukan pembedahan laparatomi Vries Coupe (potongan beku),
dimana jaringan kista diambil dan kemudian langsung diperiksa secara
patologi anatomi. Dan hasil pemeriksaan VC pasien ini menunjukkan
kistadenoma ovarii musinosum.

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan apabila ditemukan tanda dan


gejalakista ovarium pada anamnesa, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ditemukan hal-hal yang telah disebutkan.

E. Penatalaksanaan

20
Penatalaksanaan kista ovarium terdiri dari tindakan operatif dan non-
operatif.Tindakan non-operatif adalah observasi dan manajemen gejala, jika kista
tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan,
karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua
siklus haid. Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik
seperti penghilang nyeri NSAID.1,2,4 Jika kista membesar, maka dilakukan
tindakan operatif, yakni dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi
atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien
mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu
kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi
Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi.7

Penatalaksanaan kista pada kasus ini adalah tindakan operatif. Indikasi


tindakan bedah yaitu kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus
menstruasi atau kista yang memiliki ukuran sangat besar, kista yang ditemukan
pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa
dan sampai timbul perdarahan. Pada pasien ini tindakan operatif juga
dipertimbangkan atas dasar keberadaan kista ini sudah mengganggu pasien yakni
adanya rasa tidak nyaman pada perut dan nyeri hilang timbul dan dari segi ukuran,
kista ini berukuran besar.

Pada kasus penanganan yang dipilih adalah Laparatomi VC, yaitu


pengambilan jaringan yang kemudian diperiksa Vries Coupe. Hasil dari
pemeriksaan ini didapatkan kistadenoma ovarii musinosum, dan tidak ditemukan
adanya tanda-tanda perlengketan pada saat operasi.
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini muncul sebagai
tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari
mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada
penderia yang muda. Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan
jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor ini terbanyak ditemukan bersama-
sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua  tumor ini merupakan kira-kira
60% dari seluruh tumor ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum
merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.16

21
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala
(lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung
niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat
mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan
jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga
dijumpai yang bilateral (8-10%).16
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila
terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.16

Pemeriksaan mikroskopik: tampak dinding kista dilapisi oleh sel epital


torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam
satu lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti
struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan
kista menjadi multilokuler. Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan
ataupun pada saat operasi), maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei.
Akibat pseudomiksoma peritonei timbul penyakit menahun dengan musin terus
bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan. Akhirnya penderita meninggal
karena ileus.1,5

Untuk persiapan pra operatif, dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu


periksa darah lengkap, fungsi hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, gula darah,
EKG dan foto toraks. Maksud pemeriksaan ini untuk mengetahui penyakit
penyerta dan untuk mengantisipasi adanya penyulit disaat tindakan anestesi saat
operasi dan pasca operasi.

Pada kasus ini dilakukan Salpingoovorektomi Dekstra, mengingat ukuran


kista yang besar dan dapat membahayakan penderita. Setelah Salpingoovorektomi
Dekstra berhasil dilakukan, kemudian jaringan diperiksa secara patologi
anantomi.

22
Penanganan penderita setelah operasi berupa pemberian antibiotik,
analgesik dan anti perdarahan untuk mencegah timbulnya komplikasi pasca
operasi. Penderita kemudian dipindahkan ke ruangan setelah keadaan umum
penderita cukup pulih .Setelah dirawat selama 4 hari pasca operasi tidak
ditemukan adanya komplikasi dan luka operasi baik maka penderita sudah dapat
rawat jalan dan dianjurkan untuk kontrol kembali ke poliklinik ginekologi RSUP
Prof. R.D. Kandou Manado.

F. Komplikasi Kista Ovarium


Kista ovarium yang tidak ditangani dapat membahayakan penderita dan
yang ditakutkan pada kista ovarium selain derajat keganasan yaitu dapat terjadi
ruptur yang bisa menyebabkan perdarahan intra-abdomen dan bisa menyebabkan
syok. Selain itu kista yang ada juga dapat terjadi torsi kista dimana pembuluh
darah menjadi tersumbat, menimbulkan rasa nyeri tajam dan menyebabkan
terjadinya infark jaringan.15Pada pasien ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda
torsio maupun ruptur kista ovarium.

G. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak dapat tumbuh di jaringan
sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan operasi,
angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.7
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.1
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang
berasal dari kista dermoid memiliki prognosis yang buruk.16

Prognosis pre operasi pada kasus ini adalah dubia ad dubia dimana waktu
pemeriksaan ditemukan adanya massa yang membesar setinggi 3 jari diatas
umbilikus, dan adanya nyeri perut terutama saat sedang haid. Selain itu dari hasil
pemeriksaan USG ditemukan gambaran septa, papil, dan free fluid. Serta hasil
pemeriksaan CT-Scan abdomen dengan kontras menunjukan kesan massa

23
kompleks adneksa, suspek Ovarium Serous Cystadenocarcinoma disertai ascites
minimal. Operasi yang dilakukan adalah salpingoovorektomi dekstra sehingga
pasien masihmempunyai peluang untuk memiliki anak. Dengan demikian
prognosis post op adalah dubia ad bonam melihat dari keadaan umum dan tanda –
tanda vital post operasi baik.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus perempuan P3A042 tahun dengan kista ovarium
suspek ganas datang ke poliklinik ginekologi untuk rencana operasi Laparatomi
VC. Selama masa pre-operasi tidak ada gangguan hemostasis dan selama masa
post-operasi terdapat gangguan hemostatis tapi sudah dikoreksi selama perawatan.
Tindakan ini dipilih berdasarkan gejala, ukuran dan lokasi tumor, umur penderita,
fungsi reproduksi dan fertilitas dari penderita, serta terapi yang tersedia. Setelah
dilakukan operasi laparatomi VC, diputuskan untuk dilakukan tindakan
salpingoovorektomi dekstra. Dan hasil pemeriksaan Vries Coupe didapatkan
kistadenoma ovarii musinosum. Pasien kemudian dirawat di ruangan pemulihan
dengan observasi tanda-tanda vital dan dilanjutkan dengan perawatan di ICU
selama 4 hari dan di bangsal 3 hari.

B. Saran
Diperlukan deteksi serta pengetahuan yang cukup terhadap semua
keganasan penyakit ginekologiterutama kista ovarium yang kebanyakan
ditemukan pada penderita stadium lanjut. Penyakit ini disebut juga silent killer
karena gejala penyakitnya yang lambat terdeteksi dan kebanyakan diketahui saat
kista sudah membesar. Usaha promosi dan preventif dari setiap petugas kesehatan
diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan mencegah
terjadinya kistaovarium. Selain itu diperlukan pemeriksaan tumor marker Ca-125
pada pasien dengan kista ovarium untuk menentukan adanya keganasan.
Pasien ini dianjurkan untuk kontrol teratur agar luka operasi terawat dan
tidak terjadi infeksi atau komplikasi lainnya. Perubahan fisik, emosi, dan seksual
dapat terjadi setelah tindakan salpingoovorektomi, karena itu pasien dianjurkan
untuk tetap kontrol teratur atau rawat jalan di Poliklinik Ginekologi RSUP Prof.

25
Kandou setelah pulang dari rumah sakit. Bila luka operasi terbuka atau berdarah,
nyeri perut yang hebat dan perdarahan dari jalan lahir maka pasien disarankan
untuk datang ke IGD rumah sakit terdekat.
Kista Oavrium merupakan kompetensi 2 berdasarkan SKDI 2012. Sebagai
dokter umum, lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik penyakit kista
ovarium dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan, Edisi 2. Cetakan ke-5. editor:


Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2007.
2. Bottomley C, Bourne T. Diagnosis and management of ovarian cyst
accidents. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2009. 23(5):711-24.
3. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. 2006. p.130.
4. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius. 2012.
5. American College of Obstetricians and Gynecologists’Committe on Practice
Bulletins-Gynecology. Practice Bulletin No. 174: Evaluation and
Management of Adnexal Masses. Obstet Gynecol. 2016 Nov. 128 (5): e210-
e226.
6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic
Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills. 2008.
7. Moore, JG. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates. 2011.
8. Qaseem A, Humphrey LL, Harris R, Starkey M, Denberg TD. Screening
pelvic examination in adult women: a clinical practice guideline from the
American College of Physicians. Ann Intern Med. 2014. 161(1):67-72.
9. Eni. 2009. Buku Kanker Ganas Pembunuh wanita. Yogyakarta: ANDI ofset.
10. Evania. 2013. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik. Jogjakarta. D-Medika.
11. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.
12. Jim Baum. Ovarian Pathology. Illustrated Review of obgyn sonography.
Available

27
from:http://prosono.ieasysite.com/2.2_gyn_pathology_ovary.pdf.Diakses
tanggal 18 Juni 2017.
13. Giede. Ovarian cyst in Post-menopausal Women: when to worry. Available
from:http://www.stacommunications.com/journals/cme/2007/%202007/021-
Case%20In-Ovarian%20Cysts.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2017.
14. Vandermeer FQ, Wong-You-Cheong JJ. Imaging of acute pelvic pain. Clin
ObstetGynecol. 2009. 52(1):2-20.
15. Prawirohardjo Sarwono. Tumor Jinak Organ Genital. Ilmu Kandungan. Edisi
ke-3, cetakan kedua. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2014;
284-5.
16. Dika Sensia Wirandani. 2014. Gangguan Reproduksi Kista Ovarium Di
RSUD dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014. Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai