Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO), kista ovarium merupakan

kanker ke lima tersering yang menyebabkan kematian wanita setelah kanker paru

– paru, kolorental, payudara dan pankreas. Insidensnya pada wanita di bawah 50

tahun sebanyak 5,3 % dan meningkat menjadi 41,4 % pada wanita di atas 50

tahun.1 Hampir semua wanita di dunia terdapat kista berukuran kecil dan

terbentuk setiap bulannya. Kista yang berukuran besar yang menyebabkan

masalah terjadi pada sekitar 8% wanita sebelum mencapai menopause.2 Kista

Ovarium terjadi pada 16% wanita setelah mencapai masa menopause dan lebih

mungkin mengarah pada keganasan.3 Kista Ovarium biasanya bersifat jinak dan

memberikan gejala asimptomatik pada perempuan premenars dan ditemukan pada

68% wanita umur 2 – 12 tahun dan 84% pada wanita umur 0 – 2 tahun. Hampir

semua kasus yang terjadi ukuran kistanya kecil yaitu hanya sekitar 9 mm dan 10 –

20 % sisanya berukuran besar. Kista yang berukuran kecil biasanya hilang

sebelum bulan ke 6 namun kista dengan ukuran besar biasanya tetap bertahan.4

Studi yang dilakukan di AS bahwa wanita pascamenopause menunjukkan

terjadinya insiden sebesar 18% dalam 15 tahun.5 Studi lain berdasarkan penemuan

secara autopsy, ditemukan bahwa pada wanita pascamenopause dengan usia rata –

rata 73 tahun menunjukkan bahwa 15% wanita memiliki kista adneksa.6

Prevalensi dari massa jinak pada perempuan pascamenopause adalah sebesar 0,8

% - 1,8 %. Prevalensi penderita di AS sebanyak 3 % - 15 %. Secara global, 7%

wanita akan terbentuk kista ovarium selama hidup.7 Pada warga Eropa dilakukan

1
pemeriksaan dan didapatkan insidens kista ovarium sebesar 21,2% diantara wanita

pascamenopause.8

Kista yang ada dapat terjadi ruptur dengan nyeri tajam pada perut bagian

bawah dan bisa terjadi perdarahan dalam rongga abdomen.9 Risiko lain juga dapat

terjadi torsi kista dimana semakin besar ukuran kista maka angka kejadiannya

lebih tinggi yaitu kista diatas ukuran 4 cm memberikan risiko sebesar 17%. Torsi

ini dapat menyebabkan terhentinya aliran darah dan menyebabkan terjadinya

infark.10

2
BAB II

Laporan Kasus

A. Identitas

Nama : S. S.

No. R. M. : 48. 16. 99

Umur : 64 Tahun

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Tuutu Lingkungan III Kec Tondano Barat

Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

MRS : 26 Agustus 2016

B. Anamnesis

1. Keluhan utama

Pasien dirujuk dari RS Gunung Maria dengan Kista Ovarium susp ganas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pembesaran perut dirasakan sejak 1 tahun lalu. Sesak napas (+) , Nyeri perut

dirasakan (+) di seluruh abdomen. Keluar darah dari jalan lahir (-). BAB dan

BAK biasa. Menarche 16 tahun, Menopause 56 tahun.

P1 1972 / Laki-laki / Spt LBK / Rumah / BBL? / PBL? / Sehat

P2 1978 / Perempuan / Spt LBK / klinik di Tondano / BBL? / PBL? / Sehat

3
P3 1984 / Perempuan / Spt LBK / klinik di Tondano / BBL? / PBL? / Sehat

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Praesens

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 96 kali / menit

Respirasi : 20 kali / menit

Suhu Tubuh : 37 oC

Berat Badan : 84 kg

Tinggi Badan : 150 cm

Gizi : Kurang

Kepala : Normal

Leher : Normal

Leher Dada : Normal

Jantung : Normal

Paru – Paru : Normal

Abdomen : Inspeksi cembung,tegang.Palpasi teraba massa kistik

setinggi Proc xyphoideus, mobile (-) Perkusi WD (-), Auskultasi bunyi usus (+)

Alat Kelamin : Normal

Anggota Gerak : Normal

4
Reflek : Normal

Kulit : Normal

2. Status Ginekologi

Inspeksi : Fluksus (-), Fluor (-), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo : Fluksus (-), Fluor (-),vagina tidak ada kelainan

portio licin, erosi (-), livide (-) orificium uteri eksterna

tertutup

PD : Fluksus (-), Fluor (-), vulva dan vagina tidak ada kelainan

Portio kenyal, orificium uteri eksterna tertutup.

Cut : sulit dievaluasi

A/P Bilateral : Lemas,teraba massa sebesar bola basket

dari adnexa, NT (-)

CD : Tidak menonjol

RT : TSA cekat, ampula kosong,mukosa licin

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

- 26 Agustus 2016

 Eritrosit rendah (3,48 106 /mikroL), Hemoglobin rendah (9,8 g/dL),

Hematokrit rendah (28,6%), Trombosit rendah (77 103mikroL)

 Leukosit, MCH, MCHC, MCV dalam batas normal

 SGOT, SGPT, Ureum, Creatinin, GDS, Na, K, Cl dalam batas normal.

Albumin rendah (2,85 g/dL)

5
- 27 Agustus 2016

 CA 125 14,34 U/mL

- 29 Agustus 2016

 Eritrosit rendah (3,42 106/uL), Hemoglobin rendah (9,5 g/dL), Hematokrit

rendah (29,0 %), Protein total rendah (6,01 g/dL), Albumin rendah (2,72

g/dL).

- 3 September 2016

 Eritrosit rendah (4,07 106 /mikroL), Hematokrit rendah (34,9 %)

 Leukosit, Hemoglobin, Thrombosit, MCH, MCHC, MCV dalam batas

normal

 Albumin rendah (2,93 g/dL), Natrium darah rendah (134 mEq/L)

- 8 September 2016

 Eritrosit rendah (3,35 106/mikroL), Hemoglobin rendah (9,4 g/dL),

Hematokrit rendah (27,5%).

 Leukosit, Thrombosit, MCH, MCHC, MCV dalam batas normal

6
E. Resume Masuk

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Agustus 2016 di RSUP Prof Kandou

Manado. Pasien dirujuk dari RS Gunung Maria dengan diagnosis kista ovarium

susp ganas. Pembesaran perut dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, nyeri perut

dirasakan diseluruh abdomen. Sesak nafas (+), keluar darah dari jalan lahir (-).

Pasien Menopause sejak ± 8 tahun yang lalu. Persiapan tindakan Pembedahan

pada tanggal 8 September 2016.

F. Diagnosis Kerja

a. Pra Operasi

P3 A0, 64 Tahun dengan Kista Ovarium Permagna

b. Pascaoperasi

P3 A0, 63 Tahun post SOD+ HTSOS ac Kista Ovarium Permagna

G. Sikap / Terapi / Rencana

a. Pra Operasi

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 94kali / menit

Respirasi : 21 kali / menit

Suhu : 36 ,4oC

Status mental : Sadar penuh

Riwayat penyakit :-

Pengobatan :-

7
Rencana operasi : Laparotomi VC

b. Intraoperasi

Tanggal pembedahan : 8 September 2016

Jam mulai : 11.10

Jam selesai : 12.50

Tindakan pembedahan : Laparotomi VC (Vriescoup) dan HTSOS

Perdarahan : 600 mL

Hasil eksplorasi : Massa kistik sebesar bola basket, permukaan licin,

perlekatan (-). Dilakukan dekompresi keluar cairan serviks sebanyak 15 Liter

warna kecoklatan dilanjutkan dengan SOD.

Pemeriksaan lab jaringan : ovarium dan Uterus

Hasil pemeriksaan : Kistadenoma papiliferum borderline ovarii

Laporan Pembedahan :

Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dalam keadaan general

anastesi dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah abdomen dan

sekitarnya dengan povidon iodine, lalu ditutup dengan doek steril. Kecuali

lapangan operasi, dilakukan insisi linea mediana . Insisi diperlebar secara tajam

dan tumpul sampai Fasicia dijepit dengan 2 klem kocher, digunting kecil

diperlebar terus kebawah. Setelah peritonium dibuka, tampak massa kistik ,

permukaan licin, perlekatan (-). Dilakukan dekompresi, keluar cairan mucsin

sebanyak 15 liter. Warna kecoklatan, dilanjutkan dengan SOD. Pengkal tuba,

mesosalping, ovarii propium ligament infundibulum pelvic dextra dengan 3 klem

digunting dan dijahit double. Perdarahan (-). Jaringan yang dikirim ovarium dan

8
uterus. Hasil kista adenoma papiliferum borderline ovarii diputuskan dilakukan

HTSOS ligamentum rotundum kiri dijepit dengan 2 klem digunting dan dijahit

demikian juga sebaliknya. Identifikasi pilca vesikouterina, dijepit dengan pinset

digunting dan diperlebar kekanan dan kekiri hingga pangkal ligamentum

rotundum lalu diinsisi kebawah, vesica utrerina dilindungi dengan Haak abdomen

ligamentum kiri ditembus secara tumpul untuk membuat jendela demikian sisi

sebelahnya. Pangkal tuba, mesosalping dan ligamentum ovarii propium kanan

dijepit dan disuntik dan dijahit. Ligamentum infundibulo``pelvicum kiri dijepit

dan digunting dan dijahit double ligasi. Identifikasi arteri uterina kiri, dijepit dan

digunting dan dijahit double ligasi, demikian sisi sebelahnya. Ligamentum

cardinal kiri dijepit, digunting dan dijahit double ligasi demikian sisi sebelahnya.

Ligamentum sakrouterina kiri dijepit, digunting dan dijahit demikian sisi

sebelahnya. Identifikasi puncak vagina dijepit dengan 2 klem, digunting. Puncak

vagina dijepit 4 klem kocher panjang dimasukkan kassa betadine, dan dijahit

secara jelujur, dengan safil no 1. Pendarahan (-). Perineum dijahit secara jelujur

dengan crom plain catgut, otot dijahit simpul dengan plain catgut, Fascia dijahit

jelujur dengan safil 1, fat dijahit simpul dengan plain catgut. Kulit dijahit

submukuler dengan chromic catgut. Luka operasi ditutup dengan kassa betadine.

Kassa betadine dalam vagina dikeluarkan. Operasi selesai.

c. Pascaoperasi

Tempat perawatan : Ruang Pulih

Cairan : IVFD RL , D5 2:2 28 tts/mnt

Antibiotika : Ceftriaxone 3 x 1 grm iv selama 3 hari

Metronidazole 2x 0,5 grm drips selama 3 hari

9
Analgetika : Kaltrofen 1 x 2 Supp selama 3 hari

Medikamentosa lain : Asam Tranexamat IV 3 x 1 amp selama 3 hari

Vitamin C IV (1 gr) 3x1 amp selama 3 hari

Ranitidine 3x1 amp selama 3 hari

Pemeriksaan Lab : Hb, Leukosit, Thrombosit

Transfusi : Transfusi PRC bila Hb < 8gr/dL

H. Follow Up

- 26 Agustus 2016

S : Pembesaran perut sejak 1 tahun lalu

O : KU Cukup, Kes CM, TD 120/70 mmHg, N 96 kali/menit, R 20 kali/menit, BB

84 kg, TB 150 cm, S 37°c

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + General weakness +

P : MRS, Perbaiki KU, Cek Lab, EKG, Foto Thorax

- 27 Agustus 2016

S : Perut membesar

O : KU Cukup, Kes CM, TD 90/60 N 80 kali/menit, R 28 kali/menit, S 36,6 oC,

Conjungtiva anemis -/-

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + anemia +

thrombositopenia +hipoalbumin + hiponatremia

P : cek EKG, foto thorax, cek Ca 125

- 28 Agustus 2016

S : nyeri perut bagian bawah

10
O : KU Cukup, Kes CM, TD 100/70, N 80 kali/menit, R 20 kali/menit, S 36,5 oC,

Conjungtiva anemis -/-

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + anemia +

thrombositopenia +hipoalbumin + hiponatremia

P : SF 2x1, As mefenamat 3x1, vit C 2x1

- 29 Agustus 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 100/60 N 80 kali/menit, R 20 kali/menit, S 36,5 oC,

Conjungtiva anemis -/-

A : P3 A0 63 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + anemia +

thrombositopenia +hipoalbumin + hiponatremia

P : As mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit c 2x1, IVFD NaCL , tranfusi 1 kantong PRC

- 30 Agustus 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 100/60 N 80 kali/menit, R 16 kali/menit, S 36,5 oC,

Conjungtiva anemis -/-

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + anemia +

thrombositopenia + hipoalbumin + hiponatremia

P : IVFD Nacl, As Mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit C 2x1, Diet TKTP

- 31 Agustus 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 110/90 N 84 kali/menit, R 20 kali/menit, S 36 oC,

Conjungtiva anemis -/-

11
A : P3 A0 634 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + anemia +

thrombositopenia + hipoalbumin + hiponatremia

P : As mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit C 2x1, Diet TKTP, IVFD NacL, Cek DL,

Albumin, Na,K,CL, Bionat 2x1po, Diet ekstra putih telur.

- 1 September 2016

S : Tidak ada keluhan

O : KU sedang, Kes CM, TD 110/60 N 80 kali/menit, R 20kali/menit, S 36 oC,

Conjungtiva anemis -

A : P3 A0 63 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + Hipoalbumin

P : Asam Mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit C 2x1, Diet TKTP,

- 2 September 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 110/60 N 80 kali/menit, R 20 kali/menit, S 36oC,

Conjungtiva anemis -

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + Hipoalbumin

P : lap VC, As mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit C 2x1, Diet TKTP

- 3 September 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 120/70, N 80 kali/menit, R 20 kali/menit, S 36,5 oC,

Conjungtiva anemis -

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + Hipoalbumin

P : Asam Mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit. C 2x1, Lap VC

- 4 September 2016

S:-

12
O : KU Cukup, Kes CM, TD 110/70, N 80, R 20 kali/menit, S 36°C

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + Hipoalbumin

P : As mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit C 2x1, Diet TKTP, Lap VC

- 5 September 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 110/60, N 88 kali/menit, R 16, S 36,1°C

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + hipoalbumin

P : As mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit C 2x1, Diet TKTP, Lap VC, VIP albumin 3x2
tab

- 6 September 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 120/80, N 85 kali/menit, R 20, S 36,0°C

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna + Hipoalbumin

P : Lap VC, As mefenamat 3x1, SF 2x1, Vit C 2x1, VIP albumin 3x2 tab

- 7 September 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 120/80, N 94 kali/menit, R 21, S 36,0°C

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna

P : PreOp hari ini, Makan diet bubur, SF 2x1, Vit C 2x1, VIP albumin 3x2, As
mefenamat 3x1

- 8 September 2016

S:-

O : KU Cukup, Kes CM, TD 110/80, N 94 kali/menit, R 21, S 36,4°C

A : P3 A0 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna

P : Operasi Lap VC hari ini

- 9 September 2016

S : Luka Operasi

13
O : KU sedang, Kes CM, TD 79/47, N 86 kali/menit, R 16, S 36,5°C

A : P3 A0 64 tahun post HTSOB atas indikasi Kista Ovarium Permagna hari ke 1

P : IVFD RL : D5 = 2:2 = 20gtt, Ceftriaxone 3x1gram iv, Metronidazole 2x0,5


gram drips, As tranexamat 3x1 iv, katrofen supp 1x2

- 10 September 2016 (jam 08.00)

S : Keluhan nyeri luka operasi

O : KU sedang, Kes CM, TD 102/65, N 69 kali/menit, R 28, S 36,7°C, Drain


10cc/24 jam, urin 130cc/jam

A : P3 A0 post HTSOB hari ke- 2 Kista Ovarium Permagna

P : Pindah ke D atas, IVFD RL: D5 = 2:2 28 gtt, inj Ceftriaxone 3x1 gram , iv
Metronidazole 2x0,5 gram drips, As tranexamat 3x1 iv, katrofen supp 1x2

Jam 10.00

S : Pasien mengeluh sesak nafas

O : R 30x/menit

P : O2 2-4 l/m nasal kanul, posisi ½ duduk, mobilisasi bertahap

- 11 September 2016

Jam 08.00

S : Sesak nafas + Nyeri ulu hati + Batuk

O : KU lemah, Kes CM, TD 130/90, N 86 kali/menit, R 32, S 36,2° C

A : P3 A0 64 tahun post HTSOB ac Kista Ovarium Permagna hari ke 3

P : Konsul interna, Antasida 3x2 syrp, Ranitidin 2x1 sup, IVFD RL:D5 2:2, inj
Ceftriaxone 3x1 gram, Metronidazole 2x0,5 iv, As tranexamat 3x1, katroven supp
1x2

Jam 09.00

O : Kes Apatis, TD 110/70, N 134 kali/menit R 48, S 36°C , Sat O2 58%

P : Konsul Interna (09.25)

Jam 10.30

Advice Interna – EKG cito, thorax cito (keluarga pasien menolak thorax cito)

14
Jam 12.30

Konsul ICU

Jam 15.05

Pasien apneu, dilakukan RJP

Jam 15.20

Pasien dinyatakan meninggal dihadapan keluarga dan perawat.

15
BAB III

Pembahasan

Dalam kasus ini akan dibahas definisi, bagaimana menegakkan diagnosis

Kista Ovarium Permagna, cara penanganannya , komplikasi yang dapat terjadi

serta menentukan prognosisnya. Pada kasus ini didapatkan wanita dengan inisial

S. S P3 A0 umur 64 tahun dengan Kista Ovarium Permagna.

A. Definisi

Kista ovarium merupakan suatu kantong yang berisi cairan yang berada

dalam ovarium. Biasanya tidak memberikan gejala dan ditandai dengan perut

membuncit, nyeri pada perut bagian bawah, dan rasa mual. Sebagian besar kasus

kista adalah jinak.1 Kista ovarium yang ada biasanya ditegakkan diagnosis dengan

pemeriksaan radiologi seperti Ultrasonografi, CT Scan maupun MRI. Kista

ovarium dikatakan kista besar ketika ukurannya diatas 5 cm dan masuk kategori

sangat besar jika ukurannya diatas 15 cm. Adapun klasifikasi kista dibagi

berdasarkan kista fungsional yang merupakan bagian dari menstruasi dan kista

non – fungsional yang merupakan pertumbuhan abnormal dari sel.11

Kista ovarium fungsional dapat terbentuk karena kegagalan sel telur dalam

melepaskan sel telur ketika sel telur matang. Adapun untuk kista ovarium non –

fungsional disebabkan karena pertumbuhan sel tidak normal dan dapat terjadi

pada perempuan sebelum atau sesudah menopause.12

16
Kista fungsional biasanya dapat sembuh secara spontan namun kista non

fungsional harus melalui tahap pembedahan karena lama kelamaan dapat

mengganggu aktivitas penderita.13

B. Anatomi dan Fisiologi

Ovarium merupakan tempat produksi sel telur pada perempuan. Ovarium

terdapat pada kedua sisi dinding lateral dari uterus dan berwarna putih dengan

ukuran sekitar 4 x 3 x 2 cm dan terkait dengan ligamen ovarium. Setiap ovarium

terhubung dengan saluran yang menuju ke uterus yang dinamakan dengan tuba

fallopi. Kedua ovarium memiliki pembuluh darah dan saluran limfa.14

Ovarium mempunyai 3 fungsi, yaitu :

1. Memproduksi ovum

2. Memproduksi hormon estrogen

3. Memproduksi hormon progesterone

Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan

bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini hanya

terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk,

mengembang serta melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan,

misalnya pelvis yang membesar dan timbulnya siklus menstruasi.

Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut

medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler

darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari

folikel-folikel yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi

ovum.15

17
Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus,

menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Hormon ini dapat

mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan, misalnya panggul

yang besar, panggul sempit dan lain-lain. Apabila folikel de graaf sobek, maka

terjadi penggumpalan darah di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning

yang berasal dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan membentuk

korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum

tidak dibuahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat

sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.16

Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus

dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masaini epithelium

permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit perdarahan. Masa setelah

menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan yang berlangsung 9 hari

ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahapini dikendalikan olen estrogen,

sedangkan pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating

Hormon) terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang

di kendalikan oleh progesterone.17

C. Kasus

Pada anamnesis pasien ditemukan adanya pembesaran perut sejak 1 tahun

yang lalu. Pasien dirujuk dari RS Gunung Maria dengan Kista Ovarium susp

ganas. Nyeri perut dirasakan diseluruh abdomen. Pasien juga mengeluh sesak,

keluar darah dari jalan lahir disangkal. BAB dab BAK biasa. Pasien menopause ±

8 tahun yang lalu.

18
Gejala – gejala dari kista ovarium adalah sebagai berikut12 :

- Nyeri perut bawah. Rasa nyeri tumpul pada perut bawah atau panggul

apalagi saat berhubungan.

- Perdarahan uterus. Terjadi nyeri sementara haid; siklus tidak teratur, atau

terjadinya perdarahan uterus abnormal

- Perut terasa penuh, berat, mengembang, bengkak dan terasa ditekan

- Ketika kista ruptur ada rasa nyeri tajam dari perut bagian bawah

- Gangguan BAB dan BAK

- Kelelahan, sakit kepala

- Mual, muntah

- Penurunan berat badan

D. Diagnosis

Diagnosis kista ovarium didasarkan pada pemeriksaan fisik dan penunjang

kemudian ditentukan derajat dari massa kista terhadap keganasan. Pada

pemeriksaan penunjang USG menunjukkan kesan kista ovarium .

Kista merupakan pertumbuhan sel abnormal dimana terdapat kantung

berisi cairan. Kista dengan ukuran kurang dari 5 cm masuk kategori kista ukuran

kecil sedangkan kista dengan ukuran lebih dari 15 cm sudah masuk pada kategori

sangat besar atau permagna.12

19
E. Penanganan

Kista ovarium yang belum dioperasi sewatu – waktu dapat menimbulkan

rasa nyeri dan dapat diberi medikamentosa penghilang nyeri. Selain itu kista

ovarium juga perlu dilakukan pembedahan dengan mengeluarkan massa yang ada.

Pada kasus ini dilakukan Laparotomi VC (Vriescoup) atau potong beku karena

adanya kemungkinan dd Ca. Ovarium. Pada tindakan pembedahan dilakukan

Laparotomi Vriescoup (potong beku) didapatkan massa kistik berukuran 30cm x

17 cm berisi cairan sebanyak 15000 cc. Hasil yang ada dibawa ke laboratorium

patologi anatomi dan hasilnya Kistadenoma papiliferum borderline ovarii.

Cairan dalam suatu kista dapat berisi cairan mucsin atau serous atau

gabungan keduanya. Sebagian besar kista ovarium bersifat jinak dan derajatnya

perlu ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi.

Hasil yang didapat bisa berupa kista ovarium jinak (Kistadenoma) atau ganas

(Adenocarcinoma).19

F. Komplikasi

Kista ovarium yang tidak ditindak lanjuti dapat membahayakan penderita

dan hal yang ditakutkan pada kista ovarium selain derajat keganasan yaitu dapat

terjadi ruptur yang bisa menyebabkan perdarahan intra-abdomen dan bisa

menyebabkan syok. Selain itu kista yang ada juga dapat terjadi torsi kista dimana

pembuluh darah menjadi tersumbat, menimbulkan rasa nyeri tajam dan

menyebabkan terjadinya infark jaringan.20

20
G. Prognosis

Prognosis pada suatu kista yang jinak adalah baik dimana sekitar 80 – 90%

kista tipe folikuler menghilang secara spontan. Kista multilokuler dengan tingkat

keganasan dapat meningkat hingga 36% pada wanita postmenopause.19

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam.

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

- Kista ovarium permagna merupakan pertumbuhan sel abnormal yang dapat

mengganggu aktivitas seseorang. Kista dapat besifat jinak atau ganas dan perlu

dilakukan pembedahan untuk menentukan derajat keganasan kista.

- Penatalaksanaan kista ovarium permagna yang tepat dan cepat dapat membantu

pasien cepat sembuh dan perhatikan keadaan umum dari pasien.

B. Saran

- Penanganan kista ovarium permagna harus didahului dengan penegakkan

diagnosis yang tepat

- Pemberian obat analgetik adalah hal yang disarankan untuk menurunkan rasa

nyeri

- Pembedahan harus dilakukan untuk menentukan derajat keganasan dari suatu

kista ovarium

- Perbaiki keadaan umum pasien karena usia pasien yang sudah tua

- Hindari pengobatan tradisional seperti memijat perut yang membuncit karena

dapat menyebabkan ruptur kista atau torsi kista

22
DAFTAR PUSTAKA

1. www.who.int diakses 21 Agustus 2016

2. "Ovarian cysts". Office on Women's Health. November 19, 2014.

3. Mimoun, C; Fritel, X; Fauconnier, A; Deffieux, X; Dumont, A; Huchon, C

(December 2013). "[Epidemiology of presumed benign ovarian tumors].".

Journal de gynecologie, obstetrique et biologie de la reproduction. 42 (8):

722–9.

4. Cohen HL, Eisenberg P, Mandel F, Haller JO (1992). "Ovarian cysts are

common in premenarchal girls: A sonographic study of 101 children 2-12

years old". AJR. American journal of roentgenology. 159 (1): 89–91.

5. Modesitt SC, Pavlik EJ, Ueland FR, et al. Risk of malignancy in unilocular

ovarian cystic tumors less than 10 centimeters in diameter. Obstet

Gynecol. 2003;102:594-599.

6. Dorum A, Blom GP, Ekerhovd E, et al. Prevalence and histologic

diagnosis of adnexal cysts in postmenopausal women: an autopsy study.

Am J Obstet Gynecol. 2005;192:48-54.

7. Myers ER, Bastian LA, Havrilesky LJ, et al. Management of adnexal

mass. Evid Rep Technol Assess. 2006;130:1-145.

8. Knudsen UB, Tabor A, Mosgaard B, et al. Management of ovarian cysts.

Acta Obstet Gynecol Scand. 2004;83:1012-1021.

9. Ovarian Cyst Rupture at Medscape. Authors: Nathan Webb and David

Chelmow. Updated: Nov 30, 2012

23
10. "Ovarian Cysts Causes, Symptoms, Diagnosis, and Treatment".

eMedicineHealth.com.

11. Levine, D; Brown, DL; Andreotti, RF; Benacerraf, B; Benson, CB;

Brewster, WR; Coleman, B; Depriest, P; Doubilet, PM; Goldstein, SR;

Hamper, UM; Hecht, JL; Horrow, M; Hur, HC; Marnach, M; Patel, MD;

Platt, LD; Puscheck, E; Smith-Bindman, R (September 2010).

"Management of asymptomatic ovarian and other adnexal cysts imaged at

US: Society of Radiologists in Ultrasound Consensus Conference

Statement.". Radiology. 256 (3): 943–54. doi:10.1148/radiol.10100213.

PMID 20505067.

12. Helm, William. "Ovarian Cysts". Retrieved 30 August 2013.

13. Edward I. Bluth (2000). Ultrasound: A Practical Approach to Clinical

Problems. Thieme. p. 190. ISBN 978-0-86577-861-0.

14. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2005.

15. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2005.

16. Mochtar R. Anatomi Alat Kandungan. Dalam : Sinopsis Obstetri, Jilid 1,

Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1998.h. 299-300.

17. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2005.

18. http://www.nhs.uk/Conditions/Ovarian-cyst/Pages/Symptoms.aspx

19. McDonald JM, Modesitt SC. The incidental postmenopausal adnexal

mass. Clin Obstet Gynecol. 2006 Sep. 49(3):506-16.

24
20. "Ovarian Cysts Causes, Symptoms, Diagnosis, and Treatment".

eMedicineHealth.com.

25

Anda mungkin juga menyukai