Anda di halaman 1dari 28

Nama 

Peserta : dr. Atika Putri Pratiwi


Nama Wahana : RSI Siti Aisyah Madiun
Topik : Abortus inkomplit provokatus
Tanggal (kasus) : 21 Mei 2015
Nama pasien : Nn. R No. RM :
Tanggal presentasi : - Nama pendamping : dr. Anang Sigit Anoraga
Tempat presentasi : -
Objektif presentasi :
Keilmuan    □ Keterampilan   □ Penyegaran  □ Tinjauan  Pustaka 

Diagnostik       □ Manajemen  □ Masalah  □ Istimewa 


□ Neonatus □ Bayi   □ Anak   □ Remaja  □ Dewasa   □ Lansia      Bumil 
□ Deskripsi:  
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mengalami keluar darah dari kemaluan sejak ± 1 minggu, berwarna merah segar dan mrongkol
sebanyak 3-4 pembalut. Keluar jaringan berupa gelembung (-). Sebelum keluar darah melalui
jalan lahir, pasien merasakan perut mules. Mual (+), muntah (-). Riwayat trauma disangkal,
riwayat coitus (-). Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol disangkal. Sebelumnya
pasien mengkonsumsi kiranti dan obat penggugur kandungan.
□ Tujuan:   
- Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen medik
Bahan bahasan:  □ Tinjauan Pustaka  □ Riset   Kasus    □ Audit 

Cara membahas  Diskusi  □Presentasi dan diskusi     □ E‐mail  □ Pos 


:

Data pasien:  Nama:  Nn. R Nomor Registrasi:


Nama Wahana:  RSI Siti Aisyah Telp: - Terdaftar sejak:  21 Mei 2015
Madiun

1
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah
Keluhan tambahan : perdarahan dari kemaluan sejak 1 minggu yang lalu, mrongkol, Mules (+),
Mual (+)
2. Riwayat kesehatan/ penyakit :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengalami
keluar darah dari kemaluan sejak ± 1 minggu, berwarna merah segar dan mrongkol sebanyak 3-4
pembalut. Keluar jaringan berupa gelembung (-). Sebelum keluar darah melalui jalan lahir, pasien
merasakan perut mules. Mual (+), muntah (-). Riwayat trauma disangkal, riwayat coitus (-).
Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol disangkal. Sebelumnya pasien mengkonsumsi
kiranti dan obat penggugur kandungan.
3. Riwayat pengobatan :
- Riwayat penyakit serupa : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
4. Riwayat Fertilitas : baik
5. Riwayat Obstetri : belum diketahui
6. Riwayat Perkawinan : belum menikah
7. Riwayat KB : Pasien tidak menggunakan KB apapun
8. Riwayat menstruasi
 Menarche , umur 13 tahun
 Lama haid 7 hari, jumlah darah yang keluar 50 cc
 Konsistensi : cair
 Siklus haid : 28 hari
 HPHT : 10 Maret 2015
 UK: 9+6 minggu
9. Lain- lain :
1) Tanda vital : Tensi : 110/70 mmHg, Nadi:  86 x/ menit, RR : 20 x/menit , T: 36,7 0C
2) Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : mesocpehale
b. Mata : anemis(-/-), ikterik(-/-), reflek pupil (+/+)
c. Telinga : bentuk normal, sekret(-/-)
d. Hidung : Bentuk normal, deviasi septum, sekret (-/-)
e. Mulut : bibir kering (-) sianosis (-)

2
f. Tenggorok: nyeri telan (-) lidah kotor (-)
g. Leher : vena jugular melebar (-) deviasi trachea (-) pembesaran kelenjar limfe (-)
h. Thorax
- Paru
 Inspeksi : Statis  N, diameter AP < Latero lateral, Sela iga melebar (-)
Dinamis  pergerakan hemithorax kanan-kiri seimbang
- Palpasi : Fremitus kanan dan kiri simetris, nyeri tekan (-/-), massa (-/-)
- Perkusi: sonor, batas paru-hati SIC IV linea mid clavicularis dextra,
- Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), RBH (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V, 2 cm medial linea midclavicula sinistra,
thrill (-)
 Perkusi: Redup
Batas jantung
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
Kiri bawah: SIC V medial linea midclavicula sinistra
Kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, gallop (-), HR : 86 x/menit
i. Abdomen
- Inspeksi : Dinding perut < dinding dada
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
- Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+)
j. Ekstremitas Superior Inferior
- oedem -/- -/-
- akral dingin -/- -/-
k. Vaginal Toucher
a. Inspekulo
Vulva/Uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, porsio licin, livide, OUE

3
terbuka, tampak jaringan di ostium, darah (+).
b. Pemeriksaan Dalam (VT)
Vulva/Uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, porsio kenyal, nyeri goyang
porsio (-), OUE terbuka seujung jari, STLD (+).

3.) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan

Hb 11.3 g/dl 12.0 – 16.0


Leukosit 12.8 103/uL 4 - 11.3
Trombosit 395 103/uL 150 – 450
Hematokrit 35.3 % 36 - 47
Eritrosit 4.17 106/uL 3.6 – 5.6
MCV 85 fL 84 – 100
MCH 27 Pg 26-34

MCHC 32 g/dl 32-36


% Eosinofil 5.2 % 0,00-0,50
% Basofil 0.2 % 0,00-0,20
% Netrofil 69.5 % 55,00-80,00
% Limfosit 21.1 % 22,00-40,00
% Monosit 4.0 % 2.0-8,00

4.) Urin : HCG (+)

5.) EKG :
Irama sinus, HR: 86 x/menit, regular.
Kesan: normal

6.) USG Ginekologi (22 Mei 2015)


a. Uterus :
Ukuran agak membesar. Struktur permukaan homogen. Endometrium line relatif masih
terlihat baik hanya saja ada celah kecil di SBR, tak tampak gambaran myoma/tumor
intrauterine, GS (+) tidak lengkap, sisa konsepsi (+), tidak tampak fetal echo

4
b. Adnexa D/S :
Tak tampak gambaran kista ataupun massa di adnexa kanan-kiri. Saat ini tak tampak
gambaran adnexitis secara sonografi
c. Kesan :
 Menyokong adanya sisa konsepsi (+)
 Ada celah kecil di SBR post abortus
 Kedua adnexa normal

Daftar Pustaka
1. Affandi B, Adriaanz G, Widohariadi, dkk. Paket Pelatihan Klinik: Asuhan Pasca Keguguran,
Edisi Kedua. Jakarta: JNPK
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL (Editors). Abortion. In: Williams Obstetrics, 23rd
Edition. New York: McGraw
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, et al. Spontaneous Abortion. In: Current Diagnosis
and Treatment in Obstetric and Gynecology. New York: McGraw
4. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro
GH (Editor). Dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2010. Hal. 460
5. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6 th Edition. London:
Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
6. Mochtar R. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I.
Jakarta : EGC;1998.p.204-14
7. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999.p.302-12.
8. Anggara D. Pandangan Agama, Hukum, Etika dan Medikolegal tentang Aborsi..
davidanggara.blogspot.com/2009/09/pandangan-agama-hukum-etika-dan.html?m=1 (15 Mei
2013)
9. Listiyana A. Aborsi Dalam Tinjauan Etika Kesehatan, Perspektif Islam, Dan Hukum Di
Indonesia. Egalita Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender, Volume VII No. 1 Januari 2012,
p. 61-82
10. Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU-36-2009Kesehatan.pdf. (10 Mei 2013)
11. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Indonesia. Medan : Fakultas Kedokteran USU. 2006. p.3-14
12. Anonim. UU HAM Pasal 52-66 http://jelajahnew.blogspot.com/2013/01/uu-ham-pasal-52-

5
66.html. (17 Mei 2013)
Hasil pembelajaran
A. ABORTUS
1. Definisi Abortus
Abortus didefinisikan sebagai ancaman/pengeluaran hasil konsepsi atau terminasi
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu1,2 (beberapa sumber lain memberi batasan 22 minggu3,4 atau
24minggu5) atau berat janin kurang dari 500 gram.
2. Insiden
Diperkirakan frekuensi insiden aborsi/keguguran spontan antara 10-15%. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena banyak abortus
buatan yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi, juga karena sebagian
keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke
dokter atau rumah sakit.
Para wanita pelaku aborsi adalah wanita muda. Lebih dari separuh atau 57% wanita
pelaku aborsi adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka
adalah wanita remaja berusia di bawah 19 tahun.6
3. Etiologi
Pada masa awal kehamilan, ekspulsi spontan dari ovum yang sudah dibuahi umumnya
terjadi akibat terhentinya proses biologis pada embrio atau janin. Penyebab terhentinya proses
biologis tersebut merupakan penyebab abortus pada kehamilan muda. Hal yang sebaliknya
terjadi pada kehamilan lanjut, di mana pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor
lingkungan atau eksternal sehingga saat dikeluarkan bayi-bayi tersebut masih dalam keadaan
hidup.
Penyebab abortus dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu penyebab fetal, penyebab
maternal dan penyebab paternal. Faktor patologis dari pihak semua (paternal) ini walaupun
berhubungan tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap kejadian abortus spontan.
a. Faktor fetal

6
Delapan puluh persen kasus abortus spontan terjadi sebelum usia kehamilan 12
minggu, setengah di antaranya disebabkan oleh kelainan kromosom. Sembilan puluh lima
persen kelainan kromosom pada abortus spontan disebabkan oleh kegagalan
gametogenesis maternal dan sisanya adalah kegagalan gametogenesis paternal.
Abnormalitas dapaat dimulai dari pembelahan meiosis dari gamet, pesan ganda pada saat
fertilisasi atau saat pembelahan dini mitosis. Keadaan abortus dengan kelainan kromosom
ini disebut abortus aneuploid, misalnya trisomi autosom atau monosomi. Abortus spontan
biasanya menunjukkan kelainan perkembangan zigot, embryo, fetus tahap awal, atau pada
plasenta. Dari 1000 abortus spontan yang diteliti, ditemukan setengahnya menunjukkan
tidak adanya embrio atau
disebut blighted ovum.
Kelainan morfologi
pertumbuhan terjadi pada
40% abortus spontan sebelum
usia gestasi 20 minggu.
Setelah trimester pertama,
tingkat abortus dan kelainan
kromosom berkurang.

b. Faktor Maternal
Selain cacat kromosom dari pihak
ibu, abortus juga dapat terjadi akibat
adanya gangguan kesehatan atau
penyakit sistemik pada ibu.
1) Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat
menyebabkan abortus pada

7
manusia, tetapi hal ini tidak umum terjadi. Dari hasil penelitian, infeksi yang diduga
memiliki kaitan dengan abortus spontan adalah Mycoplasma hominis, ureaplasma
urealyticum, dan bakterial vaginosis.
2) Gangguan nutrisi yang berat
Defisiensi salah satu komponen nutrisi atau defisiensi sedang dari semua
komponen nutrisi bukan merupakan penyebab penting pada abortus.
3) Pecandu berat alkohol atau rokok
Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang dikonsumsi
setiap hari. Abortus spontan berkaitan juga dengan konsumsi alkohol selama 8 minggu
pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang
minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi
alkohol setiap hari. Dalam suatu penelitian didapatkan bahwa risiko abortus meningkat
1,3 kali untuk setiap gelas alkohol yang dikonsumsi setiap hari. Sementara itu, kafein
dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi pada wanita
yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari menunjukkan tingkat
abortus yang sedikit lebih tinggi. Pada yang mengkonsumsi lebih dari 5 cangkir setiap
hari, risiko berhubungan dengan jumlah kopi yang dikonsumsi setiap hari.
Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi,
jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui secara
pasti.
Ketika alat kontrasepsi dalam rahim gagal mencegah kehamilan, risiko abortus,
khususnya abortus septik meningkat. Sementara itu, kontrasepsi oral atau zat
spermisidal tidak berkaitan dengan peningkatan risiko abortus.
4) Penyakit kronis atau menahun
Diabetes mellitus. Tingkat aborsi spontan dan malformasi kongenital major
meningkat pada wanita dengan diabetes bergantung insulin. Risiko berkaitan dengan
derajat kontrol metabolik pada trimester pertama
5) Gangguan hormonal
Terdapat hubungan antara defisiensi progesteron dan terjadinya abortus. Hormon
progesteron sangat berperan pada pembentukan desidua. Gangguan pembentukan

8
desiuda akan menganggu proses nutrisi embrio yang menyebabkan terhentinya proses
biologiss sehingga terjadi abortus.
Selain trofoblas, kelenjar tiroid berperan dalam memelihara kehamilan. Gangguan
pada tiroid dapat mengakibatkan gangguan kehamilan normal.
6) Gangguan imunologis
Antibodi terhadap sperma pada segolongan wanita dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan kehamilan. Apabila kehamilan dapat terjadi maka risiko abortus sangat tinggi.
Ketidaksesuaian golongan darah dapat menjadi penyebab abortus spontan.
7) Trauma fisis
Trauma mayor abdomen dapat menyebabkan abortus.
8) Anomali uterus dan serviks
Pada mioma yang besar dan multipel biasanya tidak menyebabkan abortus. Jika
dihubungkan dengan abortus, yang menentukan bukanlah ukurannya tetapi lokasinya.
Mioma submukosa lebih sering menyebabkan abortus daripada mioma intramural maupun
mioma subserosa. Kelainan serviks yang berperan pada terjadinya abortus adalah
inkompetensi serviks.
4. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan
lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati,
janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.7
Sebelum terjadi ekspulsi embrio yang mati terlebih dahulu terjadi perdarahan ke desidua
basalis dan nekrosis pada jaringan di lapisan atas perdarahan. Perlahan-lahan embrio akan
dilepaskan dari tempat implantasinya sehingga material ini dianggap sebagai benda asing
dalam uterus. Uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkan embrio yang mati tersebut dari

9
dalam kavum uteri.
5. Klasifikasi
Tipe abortus antara lain:
a. Abortus spontan (keguguran atau spontaneus abortion/misscarriage)
Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar (buatan)
untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Derajat abortus spontan meliputi:
1) Abortus iminens (threatened abortion)
Perdarahan pervaginam pada kehamilan < 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi
serviks yang meningkat

Sumber: Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6th Edition.
London:Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
2) Abortus insipiens (inevitable abortion)
Perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks.

Sumber: Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6th Edition. London:
Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
3) Abortus inkomplit (incomplete abortion)
Sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus.

10
Sumber: Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6th Edition. London:
Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
4) Abortus komplit (complete abortion)
Seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus.

Sumber: DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, et al. Spontaneous Abortion. In: Current Diagnosis
and Treatment in Obstetric and Gynecology. New York: McGraw-Hill, 2003. [e-book].
5) Retensi embrio mati (missed abortion)
Istilah ini digunakan pada kegagalan uterus untuk mengeluarkan embrio lebih dari
8 minggu dihitung sejak kematian embrio tersebut. Karena sulit mengetahui saat pasti
tentang matinya embrio, maka umumnya diambil patokan dari ketidaksesuaian ukuran
uterus dengan usia kehamilan (dengan adanya selisih 8 minggu). Pada beberapa kasus,
missed abortion dapat diekspulsi secara spontan. Bila usia kehamilan telah memasuki
trimester kedua dan terjadi retensi janin mati, maka sering terjadi gangguan
pembekuan darah, seperti perdarah dari gusi, hidung atau tempat terjadinya trauma.
Gangguan pembekuan darah tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif akibat
retensi embrio mati dalam jangka waktu cukup lama.1-3,5
6) Abortus habitualis (recurrent abortus)

11
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Penyebab abortus harus dapat dikenali segera agar dapat dilakukan pengobatan yang
sesuai. Bila akibat cacat kromosom, lakukan upaya-upaya investigasi genetika dan
upayakan perbaikan dengan metode yang tersedia. Bila disebabkan defisiensi
hormonal, maka cari penyebab defisiensi dan pilih hormon substitusi yang sesuai. Bila
hal ini disebabkan inkompetensi servikal, maka lakukan prosedur ligasi serviks dengan
cara Shirodkar atau Mc Donald sebelum kehamilan berusia 12-14 minggu.1-3
b. Abortus buatan/diinduksi (induced abortion)1,2,3
Abortus yang terjadi akibat upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.
Abortus buatan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Abortus buatan terapeutik (abortus provokatus medisinalis)
Aborsi yang dilakukan pada wanita hamil atas indikasi terapeutik atau medis.
Umumnya indikasi tersebut berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya
gangguan kesehatan yang berat pada ibu (dekompensatio kordis, tuberkulosis paru
berat, status asmatikus, diabetes mellitus tidak terkontrol, penyakit hati menahun, dan
sebagainya). Pada beberapa negara, indikasi untuk melakukan abortus provokatus
berkaitan dengan adanya kecatatan pada janin (misalnya talassemia, kelainan
kromosom, sindrom Down, penyakit retardasi mental) atau dari cara terjadinya suatu
kehamilan (akibat perkosaan, hubungan sedarah/incest).
Pada beberapa badan peradilan di luar negeri atau negara modern dikenal pula
istilah terminasi kehamilan atas permintaan pasien (voluntary termination), yaitu
abortus yang dilakukan atas permintaan pasien, baik akibat adanya risiko terhadap
kesehatan ibu atau tekanan mental berat yang dialami ibu tersebut (misalnya
kehamilan yang baru saja diketahui setelah terjadinya perceraian, sulit menentukan
ayah dari janin yang dikandungnya, hamil bukan dengan pasangan yang sebenarnya
atau pasangan tersebut tidak terikat dalam ikatan pernikahan yang sah). .
2) Abortus kriminalis (abortus provokatus kriminalis)
Aborsi yang dilakukan secara sengaja (melalui kesepakatan antara pasien dan
pelaku aborsi) dan bukan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu, adanya
kecacatan pada janin atau gangguan mental yang berat.
c. Abortus dengan risiko/abortus tidak aman (unsafe abortion)1,2,3

12
Terminasi kehamilan yang tidak diinginkan oleh wanita atau pasangannya melalui
cara yang mempunyai risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa wanita tersebut karena
dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan cukup serta
menggunakan peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan
medis.
Peralatan yang digunakan umumnya menggunakan banyak cemaran bahan berbahaya,
baik mikroorganisme maupun bahan kaustik atau iritatif. Bila pasien selamat dari
kematian, maka dapat terjadi cacat yang menetap atau gangguan organ serius. Bahan-
bahan tradisional yang digunakan di antaranya batang kayu, akar pohon, tangkai pohon
yang memiliki getah iritatif, batang plastik yang dimasukkan ke dalam kavum uteri.
Beberapa upaya lainnya yaitu dengan melakukan pemijatan langsung ke korpus uteri
hingga terjadi memar pada dinding perut, kandung kemih, adneksa atau usus.
Hal ini merupakan tragedi fatal yang tersembunyi. Dalam periode 1 tahun, hampir
70.000 ibu meninggal akibat abortus yang tidak aman atau berisiko. Risiko ini amat
dipengaruhi oleh ada tidaknya fasilitas kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan maternal secara memadai. Beberapa kondisi (kemiskinan, keterbelakangan, dan
sikap kurang peduli) menambah angka kejadian abortus yang tidak aman. WHO
memperkirakan angka kematian yang berkaitan dengan abortus yang tidak aman cukup
tinggi, paling tidak 20 juta per tahun. Hampir 90% abortus dengan risiko dilakukan di
negara berkembang. Kematian akibat abortus dengan risiko di negara berkembang 15 kali
lebih banyak daripada negara industri. Jika dibandingkan dengan negara yang sangat
maju, angka tersebut meningkat menjadi 50 kali lebih banyak.
d. Abortus septik
Abortus dengan komplikasi infeksi. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi mikroorganisme
dari saluran genital bawah setelah abortus spontan atau aborsi yang tidak aman. Sepsis
biasanya terjadi bila hasil konsepsi masih tertinggal dan evakuasi ditunda. Sepsis
merupakan komplikasi tersering dari abortus tidak aman yang berhubungan dengan
instrumentasi.

13
Sumber: Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In; Managing
Complications in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives and Doctors. Geneva: WHO, 2007
6. Manifestasi klinis
a. Terlambat haid atau amenore < 20 minggu

14
b. Pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut daerah atas simfisi, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
e. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspesi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo : perdarahan kavum uteri, ostium uteri terbuka/sudah tertutup, ada/tidak
jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina : porsio masih terbuka/sudah menutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai/lebih kecil dari usia kehamilan, tidak ada nyeri
goyang porsio, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol
dan tidak nyeri.7
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakan janin masih hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion. 7
8. Komplikasi
a. Perdarahan, perforasi, syok, infeksi.
b. Missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah.7
9. Diagnosis
Beberapa diagnosis banding obstetrik yang sering dipikirkan pada kasus perdarahan pada
kehamilan muda ialah abortus, kehamilan ektopik terganggu (KET), dan kehamilan mola
(mola hidatidosa).1,4,5

15
Sumber: Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In; Managing
Complications in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives and Doctors. Geneva: WHO, 2007.
Manifestasi Klinis pada Beberapa Derajat Abortus3
Diagnosis Perdarahan Serviks Besar Uterus Gejala Lain
Abortus Sedikit hingga Tertutup Sesuai dengan Tes kehamilan (+), kram,
iminens sedang usia kehamilan uterus lunak
Abortus Sedang hingga Terbuka Sesuai atau lebih Kram, uterus lunak
insipiens banyak kecil
Abortus Sedikit hingga Terbuka (lunak) Lebih kecil dari Kram, keluar jaringan,
inkomplit banyak usia kehamilan uterus lunak
Abortus Sedikit atau Lunak (terbuka Lebih kecil dari Sedikit/tidak ada kram,
komplit tidak ada atau tertutup) usia kehamilan keluar massa kehamilan,
uterus kenyal
10. Diagnosis Banding
a. Kehamilan ektopik terganggu.

16
b. Mola hidatidosa.
c. Kehamilan dengan kelainan serviks.7
11. Penatalaksanaan
Langkah pertama dari serangkaian penatalaksanaan abortus adalah penilaian kondisi klinis
pasien. Penilaian ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan memulai pertolongan awal
kegawatdaruratan. Dengan langkah ini, dapat dikenali berbagai komplikasi yang dapat
mengancam keselamatan pasien seperti syok, infeksi/sepsis, perdarahan hebat (masif) atau
taruma intraabdomen. Melalui pengenalan ini, dapat diambil langkah untuk mengatasi
komplikasi. Walaupun tanpa komplikasi, pada kasus abortus inkomplit dapat berubah menjadi
ancaman apabila terapi definitif (evakuasi sisa konsepsi) tidak segera dilaksanakan. Oleh
karena itu, penting seklai untuk membuat penilaian awal secara akurat (yang kemudian segera
diikuti dengan tindakan pengobatan) atau (apabila ada indikasi) melakukan stabilisasi
pasien.3,4
Tata laksana definitif abortus bergantung pada derajat abortus dan meliputi prosedur
medikal dan surgikal.2,5
a. Abortus iminens
Pada umumnya tidak memerlukan terapi medikamentosa.4 Beberapa sumber masih ada
yang mengharuskan tirah baring selama 24-48 jam, sumber lain menyebutkan tidak perlu
sampai tirah baring1,3 (ibu hanya dianjurkan untuk menghindari aktivitas fisik yang
berat4,5). Pasien sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara. Bila
perdarahan berhenti, pemantauan dilanjutkan saat perawatan antenatal guna menilai
kembali jika terjadi perdarahan lagi. Bila perdarahan tidak berhenti, nilai kembali
viabilitas fetal (tes kehamilan atau USG). Perdarahan persisten dengan ukuran uterus lebih
besar dari perkiraan usia kehamilan mengindikasikan kehamilan kembar atau mola
hidatidosa. Tidak dianjurkan untuk memberikan terapi hormon (seperti estrogen atau
progestin) atau agen tokolitik (salbutamol atau indometasin) karena tidak dapat mencegah
terjadinya keguguran.4

b. Abortus insipiens
Bila usia kehamilan < 16 minggu, rencanakan untuk melakukan evakuasi isi uterus.
Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan:

17
1) Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 µg oral (dapat diulang sekali setelah 4 jam bila perlu).
2) Rencanakan evakuasi hasil konsepsi dari uterus sesegera mungkin.
Bila usia kehamilan > 16 minggu:
1) Tunggu ekspulsi spontan dari hasil konsepsi, kemudian evakuasi isi uterus untuk
membersihkan sisa-sisa konsepsi yang masih tertinggal.
2) Jika memungkinkan, infus oksitosin 40 IU dalam 1 L cairan intravena (salin normal
atau Ringer’s Lactate) dengan kecepatan 40 tetes per menit guna membantu terjadinya
ekspulsi spontan hasil konsepsi.
Setelah itu, melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi ibu pasca tindakan.4
c. Abortus inkomplit
Bila perdarahan ringan dan kehamilan < 16 minggu, dapat dilakukan pengeluaran hasil
konsepsi yang terjepit pada serviks dengan jari atau ring (sponge) forcep.
Bila perdarahan sedang-berat dan usia kehamilan < 16 minggu, dilakukan evakuasi
hasil konsepsi dari uterus dengan:
1) Aspirasi vakum manual merupakan metode yang lebih dianjurkan.
Indikasi aspirasi vakum manual pada kasus abortus: abortus insipien atau
inkomplit < 16 minggu4 (sumber lain menyebutkan batasan usia kehamilan < 12-14
minggu3).
Menurut beberapa hasil penelitian, aspirasi vakum menunjukkan risiko komplikasi
(perdarahan hebat, infeksi, trauma serviks, perforasi) yang lebih rendah dibandingkan
kuret tajam. Di samping itu, prosedur ini tidak memerlukan anestesi umum dan
memiliki efektivitas yang cukup baik (persentase evakuasi komplit rata-rata >98%).3
Metode kuretase tajam (dilatasi dan kuretase) hanya dilakukan bila aspirasi vakum
manual tidak tersedia.4
2) Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila diperlukan) atau misoprostol 400 µg oral
(dapat diulang setelah 4 jam bila diperlukan).
Bila kehamilan > 16 minggu:
1) Infus oksitosin 40 IU dalam 1 L cairan intravena (saline normal atau Ringer’s Lactate)
dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai ekspulsi hasil konsepsi terjadi.

18
2) Bila perlu, dapat diberikan misoprostol 200 µg per vaginam tiap 4 jam hingga terjadi
ekspulsi, dosis total tidak lebih dari 800 µg.
3) Mengevakuasi sisa hasil konsepsi yang tersisa dari uterus.
Setelah itu, melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi ibu pasca tindakan.4
d. Abortus komplit
Evakuasi hasil konsepsi dari uterus umumnya tidak diperlukan. Lakukan pemantauan
pada perdarahan yang berat.4
Langkah Evakuasi dan Penatalaksanaan Pasien dengan Abortus Inkomplit 3

Penampilan Langkah Awal Bila ditemukan tanda


Wanita usia reproduksi: Nilai tanda syok syok, seera dilakukan
- Terlambat haid - Nadi cepat lemah stabilisasi
- Perdarahan - Hipotensi (penatalaksanaan syok)
- Kram dan nyeri perut - Pucat, berkeringat
bawah - Gelisah, apatis, tidak Setelah syok teratasi,
- Keluar massa sadar lanjutkan evaluasi klinis
kehamilan - Temperatur > 38 oC
- Demam, menggigil

Evaluasi Klinis

Riwayat Medik:
Lamanya tidak datang haid (HPHT dan dugaan usia kehamilan), perdarahan per vaginam
(lama dan jumlahnya), spasme atau kram (lama dan intensitasnya) lama dan intensitas kram,
kontrasepsi yang digunakan (AKDR, implant, pil, suntik), nyeri perut/punggung (dugaan
trauma intraabdomen), jaringan yang keluar (massa kehamilan), alergi obat, gangguan
pembekuan darah/perdarahan, minum jamu atau bahan berbahaya lainnya, kondisi
kesehatan lain

Pemeriksaan Fisik: Tanda vital (nadi, pernapasan, tekanan darah suhu), keadaan umum
(kedaan gizi, anemia, kelemahan), pemeriksaan jantung, paru, abdomen (cembung, tegang,
nyeri tekan/peritonitis lokal, lokasi dan intensitas nyeri, nyeri lepas, timor, bising usus),
ekstremitas, tanda-tanda gangguan sistemik (sepsis, perdarahan intraabdomen)

Pemeriksaan panggul: Bersihkan bekuan darah dan massa kehamilan dari lumen vagina
dan ostium serviks, perhatikan adanya sekret yang berbau, sifat dan jumlah perdarahan,
pembukaan serviks (derajat abortus), trauma vagina/serviks, pus, nyeri goyang serviks,
besar (disesuaikan dengan HPHT)/arah/konsistensi uterus, nyeri tekan parametrium, nyeri
pada organ genitalia dalam lainnya (lokasi, intensitas), tumor pelvik,dinding perut tegang

Lain-lain: Bersihkan massa kehamilan, konfirmasi Rh negatif, pemberian tetanus toksoid

Penatalaksanaan

19
Perdarahan Perdarahan hebat Trauma Infeksi/Sepsis
ringan hingga - Jumlah banyak Intraabdomen - Demam,
sedang - Darah segar - Perut menggigil
- Kain dengan atau kembung - Sekret berbau
pembalut tanpa bekuan - Bising usus - Riwayat

B. ASPEK HUKUM ABORTUS


1. Aspek Hukum
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah "Abortus Provocatus Criminalis". Yang
dikenai hukuman dalam hal ini 8. :
a. Wanita yang yang melakukan abortus
b. Orang lain/Dokter/bidan/dukun/tenaga kesehatan lain yang melakukan aborsi
c. Orang-orang/pihak yang mendukung (menyuruh, membantu ataupun ikut serta)
terlaksananya aborsi
Aturan aborsi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini yaitu 8.9.:
a. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar
hukum.  Sampai saat ini masih diterapkan.
b. KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349, 535 : tentang larangan pengguguran kandungan.
Penjelasan :
 Pasal 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan
itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat

20
tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencariannya, dapat dicabut haknya untuk menjalakukan pencarian itu.
 Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun”.
 Pasal 347 :
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
 Pasal 348 :
1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
 Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan”
 PASAL 535
 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,

21
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan ataudenda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
c. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 8.9.
 Pasal 15 tentang kesehatan yang menuliskan dalam kondisi tertentu, bisa dilakukan
tindakan medis tertentu (aborsi).
Penjelasan :  
 Ayat (1)
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun,
dilarang karenabertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya
untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil
tindakan medis tertentu.
 Ayat (2)
Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil
dan janinnya terancam bahaya maut
Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang
dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c :Hak utama untuk memberikan persetujuan adalah ibu hamil yang
bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya.
Butir d :Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga
dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh
pemerintah.
 Ayat (3)
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk
persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis
( Abortus buatan illegal ) Yaitu pengguguran kandungan yangtujuannya selain

22
untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang
tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus
provocatus criminalis karena didalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan. Abortus hanya dapat dibenarkan sebagai pengobatan, apabila satu-
satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut atau abortus provokatus
therapiuticus, seperti juga tercantum dalamUndang-undang tentang Kesehatan
No.23 tahun 1992. Keputusan untuk melakukan abortus,sekurang-kurangnya 2
dokter, dan persetujuan tertulis dari isteri, suami dan keluarga terdekat,dan
sebaiknya dilakukan di rumah sakit atau sarana kesehatan yang memadai.
Sedangkan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan
pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap
nyawa (Bab XIX pasal 346s/d 249).
 Pasal 80 ayat 1 : Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu
terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
d. Undang-Undang no 36 th 2009 tentang kesehatan10.
 Pasal 75
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetic
b) berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat
perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.

23
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
 Pasal 76: Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1) Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis
2) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifkat yang ditetapkan oleh menteri
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
4) Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
5) Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
 Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

2.  UU HAM12 , pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya.

1. “ Assesment’’ :
Seorang G1P0A0 dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu.
Pasien mengalami keluar darah dari kemaluan ± 1 minggu, berwarna merah segar dan
mrongkol sebanyak 3-4 pembalut. Sebelum keluar darah melalui jalan lahir, pasien
merasakan perut mules. Mual (+), muntah (-). Riwayat trauma disangkal, riwayat
coitus (-). Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol disangkal. Sebelumnya
pasien mengkonsumsi kiranti dan obat penggugur kandungan.
Perdarahan dari kemaluan seperti yang dikeluhkan oleh pasien secara garis besar
dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan sumber perdarahannya, yaitu berasal dari
genitalia eksterna (vulva, OUE), atau dari genitalia interna (vagina, serviks, uterus,
dsb), yang umumnya dapat diketahui dari pemeriksaan fisik. Pada kasus ini, pemeriksa
lebih cenderung mengarahkan kepada perdarahan yang bersumber dari genitalia

24
interna, karena merupakan penyebab perdarahan yang lebih berat dan seringkali dapat
mengancam nyawa.
Perdarahan genitalia interna pada kehamilan muda (kurang dari 20 minggu)
setidaknya memiliki 3 penyebab yang cukup sering ditemukan, yaitu abortus,
kehamilan ektopik, dan penyakit trofoblas jinak (mola hidatidosa). Diagnosis KET
segera disingkirkan mengingat tidak ditemukan nyeri perut yang sangat hebat pada
pasien ini. Selain itu pasien datang dalam kondisi baik, tidak nampak kesakitan. Mola
disingkirkan sebagai diagnosis karena tidak adanya perdarahan berulang, dan tidak
didapatkan jaringan berupa gelembung.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan vital sign, didapatkan hasil dalam batas normal.
Pada pemeriksaan abdomen tidak teraba adanya massa. Hal ini dapat menyingkirkan
adanya suatu massa abnormal dalam uterus yang dapat menyebabkan perdarahan
pervaginam.
Menurut proses terjadinya, abortus ini berupa abortus provokatus, berdasarkan
pada riwayat konsumsi obat penggugur kandungan. Berdasarkan studi epidemiologi,
para wanita pelaku aborsi adalah wanita muda. Lebih dari separuh atau 57% wanita
pelaku aborsi adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Bahkan 24 % dari
mereka adalah wanita remaja berusia di bawah 19 tahun.
Selanjutnya pada pemeriksaan dalam, didapatkan bahwa OUE terbuka, yang
menunjukkan adanya proses persalinan (pengeluaran hasil konsepsi). Untuk
memastikan diagnosis abortus pada pasien, dilakukan pemeriksaan USG ginekologi.
Didapatkan ukuran uterus agak membesar, berisi kantung gestasi (gestational sac)
yang tidak utuh, namun tidak didapatkan adanya bayangan janin (fetal echo). Hal ini
dapat ditemukan pada kematian mudigah (abortus) maupun blighted ovum. Pada
abortus, adanya GS menunjukkan bahwa masih ada jaringan yang tertinggal di dalam
kavum uterus, sehingga jenis abortus yang paling memungkinkan adalah abortus
inkomplit. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan mengingat akibat yang dapat
ditimbulkan oleh abortus itu sendiri yaitu terjadinya infeksi dan perdarahan.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan
diagnosis abortus inkomplit provokatus. Masih adanya sisa konsepsi dalam uterus
menunjukkan bahwa sudah terjadi infiltrasi plasenta ke dalam desidua basalis,

25
mengingat usia kehamilan >8 minggu.
Penatalaksaan berupa infus Ringer Laktat untuk rehidrasi/resusitasi cairan.
Pemberian asam traneksamat bertujuan untuk menghentikan perdarahan pervaginam.
Ketorolac tromethamine (torasic) diindikasikan untuk mengurangi nyeri perut.
Progesteron diindikasikan untuk mempertahankan kehamilan. Pemberian asam folat
untuk mencegah terjadinya anemia akibat perdarahan.
Pada semua kasus abortus memerlukan tindakan kuretase kecuali untuk abortus
imminens dan abortus komplit, Pada abortus imminens, kehamilan akan tetap
dipertahankan. Pada pasien ini ditegakkan suatu diagnosis abortus inkomplit yang
memerlukan tindakan evaakuasi sisa konsepsi untuk menghentikan perdarahan yang
berlangsung dengan metode kuretase. Setelah didiagnosis abortus inkomplit pada
kehamilan kedua dengan usia kehamilan 9 minggu, penting untuk segera dilakukan
evakuasi sisa konsepsi untuk menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Setelah pasien selesai menjalani kuretase, dapat diberikan antibiotik profilaksis
untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi, asam mefenamat sebagai
antiinflamasi dan penghilang nyeri (analgesik), dan methergin untuk mengembalikan
kontraksi uterus, selain untuk mengembalikan uterus ke ukuran semula, juga untuk
menghentikan perdarahan.
Perilaku abortus terutama abortus inkomplit provokatus merupakan perbuatan yang
dilarang hukum dan agama Islam. Aturan mengenai abortus di Indonesia yang berlaku
hingga saat ini yaitu UU RI No 1 tahun 1946, KUHP pasal 249, 346, 347, 348, dan349,
UU RI No 17 tahun 1984, UU RI No 23 tahun 1992 (pasal 15 dan 80) dan UU RI No
36 tahun 2002 (pasal 75 dan 194).
Pada kasus abortus provokatus ini harus diketahui apakah perbuatan tersebut murni
keinginan dari pasien ataupun orang lain, adakah persetujuan dari pasien, dan siapa
saja yang terlibat dalam perilaku ini akan tetapi kurangnya data yang didapat dari
anamnesis mengakibatkan kurangnya informasi mengenai latar belakang aborsi yang
dilakukan oleh pasien dan siapa saja yang terlibat.

26
2. “ Plan” :
 Diagnosis
Abortus inkomplit provokatus

 Pengobatan
- Non medikamentosa
 Pro Curetase
- Medikamentosa
 Infus RL 20 tpm
 Injeksi Kalnex (extra) 1x500 mg
 Injeksi Torasic (ekstra) 1 ampul
 Injeksi cygest (ekstra) 1 x 400 mg
 Folac 1x1
 Kalnex 3 x 1
 Edukasi dan Motivasi
Dilakukan edukasi mengenai kondisi pasien, penanganan yang akan
dilakukan, komplikasi dan prognosis pasien. Edukasi mengenai tindakan USG
ginekologi yang bertujuan untuk melihat apakah masih terdapat sisa jaringan
pada rahim pasien sehingga dapat membantu dalam penegakan diagnosis.
Selain itu dilakukan informed consent mengenai rencana tindakan kuretase
yang bertujuan untuk evakuasi sisa-sisa jaringan konsepsi pada rahim pasien
dan menghentikan perdarahan.
 Konsultasi
Memberikan pengertian bahwa hal-hal yang dilakukan dalam usaha untuk
menggugurkan kandungan merupakan sesuatu yang dapat membahayakan
dirinya dan bayi yang dikandungnya. Komplikasi yang terjadi dapat berupa
perdarahan dan infeksi yang dapat mengakibatkan kematian.
 Rujukan
Disarankan untuk dilakukan pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya
infeksi.
 Monitoring
Madiun, 24 Mei 2015

Dokter Pembimbing, Dokter Internsip,

dr. Anang Sigit Anoraga dr. Atika Putri Pratiwi

27
28

Anda mungkin juga menyukai