Anda di halaman 1dari 7

Nama Peserta : dr.

Atika Putri Pratiwi


Nama Wahana : RSI SITI AISYAH
Topik : Hernia Skrotalis Sinistra
Tanggal (kasus) : 17 Juni 2015
Nama Pasien : Tn. P, 53 tahun No. RM : 18.50.16
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Anang Sigit Anoraga
Tempat Presentasi :
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah  Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Seorang pria usia 53 tahun dengan keluhan benjolan pada kantung pelir kiri
Tujuan : Mendiagnosis dan melakukan konsultasi atau rujukan dengan tepat.
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus  Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi  E-mail Pos
Data Nama : Tn. P No. RM : 18.50.16
Nama klinik : RSI SITI AISYAH Telp : Terdaftar sejak :
pasien :
17 Juni 2015
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Keluhan Utama : Benjolan pada kantung pelir kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dua tahun sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan benjolan pada kantung pelir kiri, namun
benjolan hilang timbul, hilang pada saat berbaring dan timbul pada saat beraktivitas, benjolan tidak nyeri.
Penderita tidak memeriksakan diri ke dokter. BAB dan BAK tidak kelainan.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan benjolan pada kantung pelir menetap dan
bertambah besar, tidak nyeri. Penderita tidak mengeluh kembung, tidak ada mual, dan tidak ada muntah.
BAB dan BAK tidak ada kelainan. Penderita kemudian memeriksakan diri ke dokter umum dikatakan
usus turun kemudian dirujuk ke spesialis bedah. Penderita kemudian dirawat di RSI Siti Aisyah.
2. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
› Riwayat Tuberkulosis (-) › Riwayat Penyakit Ginjal (-)
› Riwayat Hipertensi (-) › Riwayat Penyakit Hati (-)
› Riwayat Penyakit Jantung (-) › Riwayat Asma (-)
› Riwayat Alergi (-) › Riwayat Keluhan Seruopa (-)
4. Riwayat Keluarga :
› Riwayat Diabetes Mellitus (-) › Riwayat Penyakit Ginjal (-)
› Riwayat Tuberkulosis (-) › Riwayat Penyakit Hati (-)
› Riwayat Hipertensi (-) › Riwayat Asma (-)
› Riwayat Penyakit Jantung (-) › Riwayat Alergi (-)
› Riwayat Keluhan Serupa (-)
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai petani
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Pasien telah menikah dan mempunyai 1 orang anak. Sekarang ini pasien tinggal bersama istrinya. Status
ekonomi cukup.
7. Riwayat Imunisasi : -

8. Lain-lain :
EKG : Sinus rhytm

Laboratorium :
17 Juni 2015
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi      
  Hb 14.1 13,5-18 g/dL
  Leukosit 9800 4.000-11.000 sel/µL
  LED 20-42 2-13 mm/jam
  Diff count    
  - Eosinofil 2.7 0-6 %
  - Basofil 0.8 0-2 %
  -neutrofil 81.1 42-85 %
  -Limfosit 7.2 11-49 %
  -Monosit 8.2 0-9%
  Hematokrit 42 40-54 %
  Trombosit 304.000 150.000-450.000 sel/µL
Eritrosit 5.27 4.4-5.9 juta sel/ µL
MCV 89.8 82-100 fL
MCH 27.4 27-32pg
MCHC 32.6 32-36 g/dl
Natrium 134 135 – 155 mmol/l
Elektrolit Kalium 4.3 3.5 – 5.5 mmol/l
Chlorida 102 98 -107 mmol/l
HbsAg Negative Negative

USG Abdomen:
- Suspek hernia skrotalis kiri

Assessment
- Hernia Skrotalis Dextra
Plan
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi pre op profilaksis ceftriaxone 2 gr vial i.v
- Puasa
- Pro herniotomi

Daftar Pustaka :.
1. Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. 2. 2004. Jakarta: EGC
2. Grace, Pierce A. dan Borley Neil R. At A Glance: Ilmu Bedah. Ed. 3. 2006. Jakarta: Erlangga
Medical Series
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi hernia skrotalis sinistra.
2. Mengetahui diagnosis hernia skrotalis sinistra.
3. Mengetahui penatalaksanaan hernia skrotalis sinistra.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subyektif :
Pasien mengeluh benjolan pada kantung pelir kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dua tahun sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan benjolan pada kantung pelir kiri, namun
benjolan hilang timbul, hilang pada saat berbaring dan timbul pada saat beraktivitas, benjolan tidak nyeri.
Penderita tidak memeriksakan diri ke dokter. BAB dan BAK tidak kelainan.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan benjolan pada kantung pelir menetap dan
bertambah besar, tidak nyeri. Penderita tidak mengeluh kembung, tidak ada mual, dan tidak ada muntah.
BAB dan BAK tidak ada kelainan. Penderita kemudian memeriksakan diri ke dokter umum dikatakan usus
turun kemudian dirujuk ke spesialis bedah. Penderita kemudian dirawat di RSI Siti Aisyah.
Pasien mengatakan tidak ada keluhan serupa sebelumnya dan keluhan serupa di keluarga. Riwayat darah
tinggi (-) Riwayat kencing manis (-) Riwayat operasi daerah perut (-) Riwayat operasi daerah kelamin (-)
2. Objektif :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit, regular, isi cukup
Respirasi : 25 x/menit
Suhu : 37,2 °C

Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor Ø 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/
+, edema -/-
Telinga: membran timpani intak, hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung: sekret (-/-), hiperemis(-)
Mulut : sianosi (-), coated tongue (-)
Leher
KGB : tidak teraba
Trakea : deviasi (-)
Thoraks
Paru
 Inspeksi : Tampak simetris, retraksi (-)
 Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikularis sinistra
 Perkusi :
› Atas SIC III
› Bawah SIC V
› Kiri SIC V LMC Sinistra
 Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar, tidak lebih tinggi dari pada dada, tidak ada jejas
• Auskultasi : BU (+) Normal
• Palpasi : Supel (+), Nyeri Tekan epigastrik (-)
Defans Muskular (-)
Hepar dan Lien tidak teraba
Nyeri ketok ginjal (-)
Tes undulasi (-)
• Perkusi : Timpani, asites (-), shifting dullness (-)
Ekstremitas : akral dingin, CRT < 2”, edema (-), eritema palmaris (-), atrofi (-), kuku murche (-)
Genitourinaria : laki-laki, skrotum kiri lebih besar daripada kanan. Skrotum sisi kiri berisi testis
dengan ukuran 4x5x5 cm dan massa dengan ukuran 4x3x3 cm yang terpisah dari testis, kenyal, tidak dapat
didorong masuk ke canalis inguinalis, skrotum sisi kanan berisi testis dengan ukuran 4x5x5 cm.
3. Assessment :
Definisi dan Klasifikasi
Hernia adalah penonjolan jaringan atau organ suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
(lokus minoris) yang normalnya tidak dapat dilewati, keluar ke bawah kulit atau masuk rongga lainnya
yang terjadi secara kongenital atau akuisita.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia
skrotalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap vas diferens
dan struktur lain dalam tali sperma.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan
melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga Hasselbach
dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis,
karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi
karena cincin hernia longgar.
Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofermoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar
kanalis inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil
kulit tungkai atas bagian proksimomedial. Menurut kejadiannya, hernia dibedakan menjadi hernia
congenital dan hernia akuisita.
Penegakan Diagnosis
Dari anamnesis dapat ditanyakan gejala dan keluhan hernia. Umumnya pasien mengatakan turun
berok, burut, atau kelingsir, atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring sedangkan pada hernia strangulasi
dan inkarserata maka benjolan bersifat irreponible. Hernia yang kecil menyebabkan penderita merasa
tidak nyaman (discomfort) sering terjadi pada saat bekerja dan berdiri. Keluhan nyeri jarang dijumpai
kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah, aflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren dan bisa menyebabkan gejala ileus, yaitu perut kembung,
muntah, dan obstipasi. Pasien dengan hernia indirect mengeluh sensasi “terbakar” akibat tarikan kantung
peritoneal. Pada hernia inkarserata yang sudah kronis, biasanya isi hernia adalah omentum, tidak akan
menimbulkan perasaan tidak nyaman (discomfort).
Gejala dan tanda hernia berkaitan erat dengan letak dan isi hernia, sedangkan keluhan yang timbul
tergantung macam hernia, misalnya:
- Hernia pada anak kecil
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu, anak sering
menangis, mengejan, dan batuk, sedangkan yang berkaitan dengan phimosis ditanyakan
kencing lancar atau tidak.
-Hernia pada orang dewasa
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu pekerjaan,
aktivitas, penyakit kronis yang diderita (misalnya: batuk kronis, prostat hipertrofi,
vasikulolitiasis, multiparitas).
Pemeriksaan Fisik meliputi Inspeksi, Palpasi, dan auskultasi.
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien diperiksa dalam keadaan berdiri dan
diminta untuk mengejan, Pada saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Ini juga
dilakukan untuk membedakan dengan limfadenopati. Benjolan yang terlihat di atas lipat paha
menunjukkan hernia inguinalis, sedang di bawah lipat paha menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia
yang telah terjadi incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan terlihat eritema dan udema.
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia adalah usus maka
akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia omentum tidak akan terdengar apa-apa. Pada
palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal tergantung dari isi hernia tersebut.
Untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat digunakan Finger test yaitu
menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat teraba isi dari kantong hernia, misalnya
usus atau omentum (seperti karet). Dari skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum
pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk.
Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Bila hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia
menyentuh samping ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.
4. Plan :
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan
definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau
abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas
isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau reposisi
gagal segera operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah sekitar hernia, yang
menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isis hernia keluar
dari cavum peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak dilakukan operasi. Bentuk
kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala sabuk ditempatkan tepat di pintu hernia supaya
menghalangi keluarnya organ intra abdomen.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik.
Tujuan operasi hernia:
- Reposisi isi hernia
- Menutup pintu hernia
- Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut

Dasar indikasi operasi untuk hernia adalah:


- Timing Operasi
o Elektif dilakukan pada hernia reponibilis
o 2 x 24 jam dilakukan pada hernia irreponibilis
o Speed operasi dilakukan untuk hernia incarserata dengan penderita yang mengalami tanda-
tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemi dan ganggren pada isi hernia.
- Bila keadaan yang mengancam jiwa maka dilakukan Tindakan konservatif dilakukan bila hernia
masih reponibilis. Tindakan paliatif dilakukan pada pasien dengan keadaan umum yang jelek dan
hernia incarserata untuk mengatasi ileus, baru kemudian dilakukan penutupan hernia.

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:


1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis.
2. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara
tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus abdominis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
3. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang/tertutup dan dinding
perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Pendidikan :
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien mengenai penyakitnya antara lain: menjelaskan tentang
penyakitnya, penyebab, kondisi pasien, dan pengobatan yang akan diberikan.
Konsultasi dan Rujukan : Konsultasi ditujukan kepada dokter spesialis bedah untuk pemeriksaan lebih
lanjut dan pengobatan yang lebih intensif.

Madiun, 20 Juni 2015


Dokter Pembimbing Dokter Internsip

dr. Anang Sigit Anoraga dr. Atika Putri Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai