Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

ASMA BRONKIAL
Fahreza, S.Ked
 
Preseptor :
dr. Syahril Rusli, M.Ked(Paru), Sp. P

BAGIAN/SMF ILMU PULMONOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM DR. FAUZIAH
BIREUEN
2023
PENDAHULUAN
• Asma adalah suatu penyakit heterogen ditandai dengan inflamasi kronik saluran napas.
Penyakit ini ditegakkan berdasarkan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak, rasa
berat di dada dan batuk yang bervariasi dalam waktu dan intensitas, disertai keterbatasan
aliran udara ekspirasi
• Angka kejadian asma diperkirakan 1 - 18% populasi di berbagai negara maju maupun
berkembang. Asma menduduki sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan bahwa
prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5%.
• Pedoman Global Initiative for Asthma (GINA) menghasilkan berbagai konsep terkait
asma mulai dari definisi hingga tatalaksana sehingga penatalaksanaan asma dapat
dilakukan secara cepat dan tepat untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
• Nama : Nn. N Keluhan Utama
• Jenis Kelamin : Perempuan Sesak napas
• Umur : 18 tahun
• Alamat : Geulumpang Payong
• No. RM : 336534 Keluhan Tambahan
• Pekerjaan : Mahasiswi
• Status Perkawinan : Belum menikah Batuk berdahak, muntah
• Tgl Pemeriksaan : 10/02/2023
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD dr. Fauziah Bireuen dengan keluhan sesak napas
yang dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan memberat pada waktu dini
hari. Keluhan ini dirasakan pasien setelah pasien mengkonsumsi makanan yaitu bakso. Pasien juga
mengeluhkan adanya batuk berdahak yang muncul setelah keluhan sesak napas terjadi. Berdasarkan
hasil anamnesis, diketahui bahwa pasien sering mengalami sesak napas sejak pasien berumur 4
tahun. Keluhan sesak napas biasanya muncul saat terjadi perubahan cuaca, aktivitas fisik yang berat,
dan jenis makanan yang dikonsumsi. Pasien juga diketahui akan mengalami sesak napas setiap
bulannya dengan frekuensi sedikitnya 1 kali per bulan. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada yang
muncul saat pasien batuk. Pasien mengeluhkan muntah sebanyak 1 kali saat dirumah. Keluhan
demam disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penggunaan Obat
Riwayat konsumsi obat untuk mengatasi
Riwayat sesak napas sejak usia 4 tahun (+).
keluhan sesak napas yang diresepkan oleh
Riwayat alergi, hipertensi, diabetes melitus,
perawat desa (+).
dan penyakit lain disangkal oleh pasien

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Sosial Ekonomi


Riwayat keluhan yang sama disangkal. Pasien merupakan mahasiswi dimana
pengobatan selama di RS ditanggung oleh
BPJS.
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : Sakit sedang


• Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Frekuensi nadi : 83 x/menit
• Frekuensi napas : 25 x/menit
• Suhu tubuh : 37°C
• SpO2 : 95% dengan NC 3 L/i
• BB : 80 kg
• TB : 160 cm
• IMT : 31,25 kg/m2
Status Present
a. Kulit c. Leher

• Warna : sawo matang Trakea : terletak ditengah

• Turgor : kembali dengan cepat Kel tiroid : tidak teraba pembesaran


KGB : tidak teraba pembesaran KGB
• Sianosis : tidak ada
d. Thorax
• Ikterus : tidak ada
Pulmo
• Oedema : tidak ada 
Inspeksi : simetris pada keadaan statis dan dinamis
b. Kepala
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
• Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Perkusi : sonor (+/+)
• Mata : edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
Auskultasi: wheezing (+/+), rhonki (-/-)
sklera ikterik (-/-), RCL/RCTL (+/+)
Cor
• Telinga : normoaurikula, deformitas (-/-), Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula sin.
serumen (-/-), cairan (-/-) Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sin
• Hidung : deviasi (-/-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-) Perkusi : Batas kiri pada ICS V linea midclavikula sin,
• Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-) batas kanan pada ICS V linea parasternal dex
Auskultasi: BJ I, BJ II reguler (+), regurgitasi (-), gallop (-)
Status Present

e.Abdomen f. Ekstremitas Superior Inferior

Inspeksi : simetris, distensi abdomen (-) Oedema -/- -/-

Auskultasi : peristaltik dalam batas normal Sianosis -/- -/-

Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen Akral dingin -/- -/-

Palpasi : nyeri tekan (-) Clubbing finger -/- -/-


Pemeriksaan Penunjang:
Foto Toraks
- Airway, tampak trakea berada ditengah dan
tampak corakan bronkovaskular normal
- Bone, tulang costae, clavicula, dan scapula intak.
Tidak ada fraktur dan dislokasi.
- Cardiac, besar dan ukuran jantung kesan normal.
CTR <0,5
- Diaphragm, permukaan diafragma licin bilateral
- Edge, sinus costophrenicus kanan kiri lancip
Kesan:
Paru tak tampak kelainan
Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium
Nama Tes Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin (HGB) 13,8 g/dl 11 – 16,5
Eritrosit (RBC) 5,30 Juta/µL 4,20 – 5,40
Hematokrit (HCT) 43,0 % 37 – 51
MCV 82,7 fL 82 – 95
MCH 26,1 pg 27,0 – 31,0
MCHC 31,5 g/dl 32 – 36
Leukosit (WBC) 9,10 ribu/µL 4,0 – 10,3

09/02/2023 Trombosit (PLT)


Hitung Jenis Leukosit
284 ribu/µL 150 – 450

Eosinofil 9 % 1 – 2
Basofil 0 % 0 – 1
Neutrofil batang 0 % 2 – 6
Neutrofil segmen 66 % 40 – 70
Limfosit 18 % 20 – 40
Monosit 7 % 0 – 6
Kimia Klinik
Karbohidrat
Glukosa darah sewaktu 94 mg/dL <140
Elektrolit
Natrium (Na) 136,2 mmol/L 135,37 – 145,00
Kalium (K) 3,40 mmol/L 3,58 – 5,50
Klorida (Cl) 101,0 mg/dL 96 - 106
IMUNOSEROLOGI
RAPID TEST COVID 19 Non Reaktif Sel/uL Non Reaktif
Diagnosa Banding Diagnosa Kerja
• Asma bronkial • Asma bronkial

• Bronkitis akut
• Bronkiektasis
• GERD
Prognosis Tatalaksana
• O2 nasal kanul 2 – 4 liter/menit
• Quo ad vitam : bonam • IVFD Asering 7 gtt/i
• Quo ad functionam : bonam • Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
• Inj. Lansoprazole 30 mg vial/12 jam
• Quo ad sanationam : bonam
• Inj. Ondancetron 4 mg amp/8 jam
• Inj. Methylprednisolon 125 mg amp/8 jam
• Nebul Ventolin/8 jam
• Nebul Budesonid/8 jam
• Ambroxol 3x30 mg
• Bicnat tabl 3x2
FOLLOW UP
Hari Rawatan SOAP Terapi
Kamis, 09 Februari 2023 S/ O2 nasal kanul 4 liter/menit
1. H+1 Sesak napas (+), Batuk berdahak (+), Nyeri dada (+), Nyeri kepala (+) IVFD Asering 7 gtt/i
O/ Inj. Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam
TD: 110/90 mmHg Temp: 36,5°C Inj. Lansoprazole 30 mg vial/12 jam
HR: 90 x/menit SpO2: 95% Inj. Methylprednisolon 125 mg amp/8
RR: 25 x/menit jam
A/ Nebul Ventolin/8 jam
Pneumonia Nebul Sonide/8 jam
dd. Bronkitis Ambroxol tab 3x30 mg
   

Jumat, 10 Februari 2023 S/ O2 nasal kanul 4 liter/menit


H+2 Sesak napas (+), Batuk berdahak (+), Nyeri dada (-), Nyeri kepala (+), IVFD Asering 7 gtt/i
Muntah (+), Sulit tidur (+) Inj. Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam
O/ Inj. Lansoprazole 30 mg vial/12 jam
TD: 110/80 mmHg Temp: 37°C Inj. Ondancetron 4 mg amp/8 jam
HR: 117 x/menit SpO2: 95% Inj. Methylprednisolon 125 mg amp/8
RR: 25 x/menit jam
A/ Nebul Ventolin/8 jam
Bronkitis Akut Nebul Sonide/8 jam
  Ambroxol tab 3x30 mg
Bicnat tab 3x2
 
 
Sabtu, 11 Februari 2023 S/ O2 nasal kanul 4 liter/menit
H+3 Sesak napas (↓), Batuk berdahak (↓), Nyeri dada (-), Nyeri kepala (-), IVFD Asering 7 gtt/i
Muntah (-) Inj. Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam
O/ Inj. Lansoprazole 30 mg vial/12 jam
TD: 110/70 mmHg Inj. Ondancetron 4 mg amp/8 jam
HR: 90 x/menit Inj. Methylprednisolon 125 mg amp/8 jam
RR: 20 x/menit Nebul Ventolin/8 jam
Temp: 36,3°C Nebul Sonide/8 jam
SpO2: 97% Ambroxol tab 3x30 mg
A/ Bicnat tab 3x2
Bronkitis Akut  
P/  
 

Minggu, 12 Februari 2023 S/ O2 nasal kanul 4 liter/menit


H+4 Sesak napas (-), Batuk berdahak (↓), Nyeri kepala (-) IVFD Asering 7 gtt/i
O/ Inj. Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam
TD: 110/70 mmHg Inj. Lansoprazole 30 mg vial/12 jam
HR: 87 x/menit Inj. Ondancetron 4 mg amp/8 jam
RR: 20 x/menit Inj. Methylprednisolon 125 mg amp/8 jam
Temp: 37°C Nebul Ventolin/8 jam
SpO2: 97% Nebul Sonide/8 jam
A/ Ambroxol tab 3x30 mg
Bronkitis Akut Bicnat tab 3x2
P/  
   
Senin, 13 Februari 2023 S/ Flutias 2x1 puff
H+5 Sesak napas (-), Batuk berdahak (↓), Cefixim 2x100 mg
Nyeri kepala (-) Ambroxol 3x 30 mg
O/ Lansoprazole 3x30 mg
TD: 110/70 mmHg Dexametason 2x1
HR: 84 x/menit
RR: 20 x/menit
Temp: 36,4°C
SpO2: 97%
A/
Bronkitis Akut
P/ PBJ
 
PEMBAHASAN
Asma adalah suatu penyakit heterogen ditandai dengan inflamasi kronik saluran napas.
Penyakit ini ditegakkan berdasarkan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak, rasa
berat di dada dan batuk yang bervariasi dalam waktu dan intensitas, disertai keterbatasan
aliran udara ekspirasi.

Keluhan ataupu obstruksi saluran napas pada asma bervariasi, dicetuskan oleh berbagai
faktor yang meliputi aktivitas fisik, pajanan alergen/iritan, perubahan cuaca serta infeksi
virus.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi
asma di Indonesia mencapai 4,5%.
Gejala sesak,batuk, dan mengi merupaka gejala yang timbul akibat obstruksi saluran napas. Obstruksi saluran
napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, penyumbatan mukus, edema dan inflamasi
dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisioiogis saluran napas menyempit
pada fase tersebut. Hal ini menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi.
Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, KRF dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi
mendekati KPT. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan
lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot bantu napas. Gangguan yang berupa obstruksi
saluran napas dapat dinilai secara obyektif dengan VEP1 atau APE, sedang penurunan KVP menggambarkan
derajat hiperinflasi paru. Penyempitan saluran napas dapat terjadi, baik pada saluran napas besar, sedang
maupun kecil. Gejala mengi (wheezing) menandakan adanya penyempitan disaluran napas besar, sedangkan
penyempitan pada saluran napas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.
Pasien memiliki riwayat asma sejak berumur 4 tahun

Asma alergi merupakan fenotip asma yang paling mudah dikenali, sering dimulai sejak kanak-kanak,
berhubungan dengan riwayat alergi dalam keluarga seperti eksim, rhinitis alergi dan alergi makanan
serta obat-obatan. Inflamasi saluran napas merupakan patofisiologi dari asma yang berakibat
disfungsi saluran napas melalui mekanisme pelepasan mediator inflamasi dan remodelling dinding
saluran napas. Inflamasi saluran napas tidak hanya melibatkan sel-sel inflamasi dengan mediatornya,
tetapi juga melibatkan jaringan dan sel tubuh seperti otot polos bronkus dan sel epitel saluran napas.
Patofisiologi awal asma adalah inflamasi alergik dengan sel utama yaitu sel mast dan sel eosinophil.
Selanjutnya proses inflamasi juga melibatkan sel limfosit T (sel limfosit T helper (Th)) yang akan
menyebabkan terjadinya inflamasi melalui aktivasi dan kemotaktik sel inflamasi serta interaksi
diantaranya. Subset limfosit T helper yang berperan pada proses inflamasi asma yaitu sel Th1 dan
Th2 serta sitokin-sitokinnya. Konsep imunopatogenesis asma melalui jalur sel Th2 dan berbagai
sitokinnya terutama IL-4, IL-5 dan IL-13 yang menstimulasi proses inflamasi alergik melalui sel
mast, sel limfosit B, sel otot polos dan sel epitel saluran napas, yang kesemuanya menghasilkan
akumulasi dan aktivasi sel eosinophil. Proses Th2 tersebut berkaitan dengan atopi dan alergi,
hipersensitivitas tipe 1, inflamasi eosinofilik dan berespon dengan kortikosteroid. Proses Th2 terjadi
pada early onset asthma, umumnya pada usia muda (preadolescence) terutama asma atopik dan
alergik.
Keluhan pada pasien dirasakan setelah pasien mengkonsumsi makanan yaitu bakso

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu dan faktor lingkungan.
Faktor pejamu termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi berkembangnya asma, yaitu
genetik asma, alergi (atopi), hiperaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan
mempengaruhi individu dengan kecenderungan asma untuk berkembang menjadi asma
menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Alergen,
sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus) dan diet merupakan
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan asma.
Pemeriksaan fisik pada pasien-pasien dengan asma dapat dijumpai mengi atau wheezing saat
ekspirasi dan dapat pula normal.

Hal ini sesuai dengan temuan pada pasien, yaitu didapatkan suara napas tambahan yaitu wheezing
atau mengi saat ekspirasi pada kedua lapang paru pasien.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi foto toraks, Arus Puncak Ekspirasi (APE),
dan spirometri. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien hanya foto toraks.

Temuan pada foto toraks biasanya akan memperlihatkan gambaran paru normal atau hiperinflasi. Hal
ini sesuai dengan interpretasi toraks pasien yang menunjukkan gambaran paru yang normal.
Prinsip tatalaksana pada pasien bronkitis akut adalah terapi simtomatik yang dapat meredakan gejala pada
pasien dan menjaga agar oksigenisasi pada pasien tetap baik.

• Ceftriaxone merupakan antibiotik beta laktam, golongan sefalosporin generasi ketiga, dimana diberikan
untuk mengatasi proses infeksi yang terjadi pada pasien.
• Lansoprazole merupakan obat golongan proton pump inhibitor untuk mengurangi produksi asam lambung
dan juga sebagai antirefluks.
• Ondancetron diberikan pada pasien untuk mengurangi gejala mual dan muntah yang dirasakan oleh pasien.
• Metilprednisolon merupakan golongan kortikosteroid yang berfungsi sebagai antiinflamasi.
• Salbutamol merupakan obat golongan short acting β2 agonist (SABA). Mekanisme kerja SABA dengan
merelaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas
pembuluh darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast. SABA merupakan terapi pilihan pada
serangan akut dan direkomendasikan bila diperlukan untuk mengatasi gejala. Pemberian SABA secara
inhalasi jauh lebih sedikit menimbulkan efek samping daripada pemberian oral.
• Budesonide merupakan golongan kortikosteroid. Kortikosteroid adalah medikasi jangka panjang yang paling
efektif untuk mengontrol asma. Berbagai penelitian menunjukkan penggunaan steroid inhalasi menghasilkan
perbaikan faal paru, menurunkan hipereaktivitas bronkus, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat
serangan serta memperbaiki kualitas hidup.
• Ambroxol berperan sebagai mukolitik diberikan atas indikasi batuk berdahak pada pasien.
• Flutias merupakan merek dagang obat yang mengandungan salmeterol yaitu long acting β2 agonist (LABA)
dan flutikason propionat yaitu glukokortikoid inhalasi (ICS). Pemberian kombinasi ICS-LABA ini bertujuan
sebagai pengontrol yang dapat mengurangi inflamasi, mengontrol gejala dan mengurangi risiko eksaserbasi
serta penurunan fungsi paru.
KESIMPULAN
Asma adalah suatu penyakit heterogen ditandai dengan inflamasi kronik saluran napas. Penyakit ini ditegakkan
berdasarkan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk yang bervariasi dalam
waktu dan intensitas, disertai keterbatasan aliran udara ekspirasi. Laporan kasus berikut, seorang pasien,
perempuan, 18 tahun datang ke IGD RSUD dr. Fauziah Bireuen dengan keluhan sesak napas yang dirasakan 1
hari yang lalu dan keluhan tersebut disertai batuk berdahak. Diagnosa asma bronkial ditegakkan berdasarkan
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Anamnesis dijumpai keluhan sesak napas dan batuk
berdahak. Pemeriksaan fisik dijumpai wheezing saat ekspirasi pada kedua lapang paru serta pemeriksaan
penunjang dilakukan foto toraks. Terapi yang diberikan kepada pasien sesuai dengan gejala yang muncul pada
pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai