Ada beberapa tipe-tipe NGT antara lain pipa Levin, pipa Salem sump,
dan pipa Moss, namun yang sering digunakan adalah pipa Levin.
Pemasangan NGT lebih dipilih karena lebih sederhana, aman, dan jarang
menyebabkan trauma pada pasien dibandingkan dengan pipa orogastrik.
Meskipun demikian kemungkinan terjadinya komplikasi yang serius
seperti aspirasi isi lambung dapat terjadi. Komplikasi ini dapat dicegah
bila pasien koperatif, diposisikan secara benar, serta persiapan peosedur
dilakukan dengan baik serta observasi yang tepat selama prosedur
dilakukan dan memastikan posisi pipa sudah tepat. Selain itu teknik
melepaskan pipa yang benar juga dapat mengurangi terjadinya komplikasi
berupa trauma mukosa dan aspirasi.
INDIKASI
Indikasi pemasangan NGT yaitu untuk kepentingan diagnosis maupun
terapi.
Diagnosis
a) Drainase isi lambung untuk bahan pemeriksaan laboratorium atau
sampling.
b) Pemberian agen diagnostik seperti kontras media radioopak.
Terapi
Salah satu cara yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi selama
pemasangan NGT yaitu dengan melakukakan tahapan-tahapan
pemasangan NGT secara sistematis meliputi tahap persiapan serta
procedural.
1. Persiapan
a. Persiapan preprosedural
Lakukan inform konsen tertulis.
Mengevaluasi tingkat kesadaran pasien.
Melindungi jalan napas pasien yang tidak sadar dengan
pipa endotrakeal.
b. Manajemen pasien
Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan, risiko,
indikasi, dan alternatif lain serta menyepakati sinyal yang
akan digunakan bila pasien ingin menghentikan segera
tindakan saat dilakukan pemasangan NGT.
Jika menggunakan lokal anastesi untuk mengurangi rasa
nyeri, sampaikan kepada pasien kemungkinan efek
samping yang timbul.
Pada pasien agitasi disarankan untuk memberikan
benzodiasepine dosis rendah. Bila pasien tidak koperatif
lakukan fiksasi tangan.
c. Persiapan Prosedur Penyelamatan
Persiapan peralatan suction bila terjadi aspirasi, nasal packing
untuk epistaksis masif, serta intubasi endotrakeal jika terjadi
aspirasi berat atau hipoksia.
2. Prosedur
a. Persiapan alat-alat
Ukuran NGT yang sesuai, senter, jelly/pelumas larut air, spuit
10 cc, stetoskop, handscoen steril, plester/hypafix, tisu dan
tempat sampah, segelas air.
b. Teknik pemasangan
Teknik pemasangan NGT yang tepat bertujuan memastikan
penempatan NGT serta mengurangi komplikasi yang terjadi.
Pasien posisi Fowler dengan tujuan memudahkan
pasien saat menelan dan dengan bantuan gaya gravitasi
akan memudahkan masuknya pipa, tutupi pakaian
dengan handuk, lalu petugas mencuci tangan.
Periksa pasien dari sisi kanan bila bertangan dominan
kanan atau sebaliknya.
Evaluasi patensi dan simetrisitas kedua lubang hidung
serta akses aliran udaranya, pilih yang lebih lapang.
Lubrikasi jalan nafas dengan gel lidokain 2% untuk
efek anastesi.
Pilih diameter pipa terbesar yang masih bisa melewati
hidung pasien. Untuk gastric lavage, buat lobang yang
cukup besar pada ujung pipa untuk mengakomodasi pil
yang lebih besar dan fragmen-fragmen charchoal, serta
pastikan patensi pipa.
Mengukur panjang NGT yang akan dimasukkan dengan
mengukur jarak dari ujung hidung ke daun telinga lalu
ke procesus xiphoideus sternum, tandai dengan plester
atau tali untuk mencegah insersi terlalu dalam.
Lubrikasi ujung pipa dengan jeli anastesi atau lubrikan
larut air kurang lebih 3” (7,6cm) untuk mengurangi
trauma pada mukosa hidung dan lipoid pneumonia.
Fleksikan kepala pasien kedepan sehingga saluran
faring akan lebih lurus lanjutkan memasukkan NGT
secara gentle dan perlahan untuk mencegah turbinasi,
nyeri serta perdarahan.
Jangan dipaksakan mendorong NGT bila ada tahanan
terutama di nasofaring minta pasien untuk menurunkan
kepalanya untuk menutup akses ke trakea serta
membuka akses ke esofagus. Saat tahanan berkurang,
minta pasien untuk menelan atau minum segelas air
sambil lanjutkan mendorong pipa. Bila muncul respon
muntah saat mendorong pipa, dorong ke belakang dahi
pasien untuk memfasilitasi pipa masuk ke dalam faring
posterior dan esofagus daripada ke laring, sedangkan
menelan atau minum air akan membuat epiglotis
menutup dan mempermudah masuknya pipa. Ini
diharapkan mampu mengurangi risiko terjadinya
komplikasi.
Jika muncul tanda-tanda batuk, stridor, sianosis, dan
gejala-gejala distres napas, kemungkinan pipa masuk ke
dalam trakea. Tarik pipa beberapa sentimeter, putar
sedikit, kemudian dorong secara perlahan-lahan, minta
pasien untuk menelan kembali sampai tanda yang sudah
ditentukan. Konfirmasi penempatan NGT lalu fiksasi
dengan plaster hipoalergenik.
Konfirmasi penempatan NGT dengan memeriksa mulut
dan tenggorokan pasien, pastikan NGT tidak
melengkung terutama pasien yang tidak sadar. Selama
pemasangan evaluasi tanda-tanda distres nafas yang
menunjukan bahwa pipa berada di bronkus sehingga
harus segera ditarik. Hentikan mendorong pipa bila
penanda pada pipa sudah mencapai ujung hidung
pasien. Jika cairan lambung tidak keluar, konfirmasi
letak pipa dengan cara mengaspirasi isi lambung, bila
gagal coba miringkan pasien ke kiri sehingga isi
lambung akan berkumpul di kurvatura lambung yang
lebih besar. Jangan pernah meletakkan ujung pipa di
dalam kontainer yang berisi air. Karena jika ujung distal
pipa berada atau melengkung di dalam trakea, pasien
akan berisiko mengaspirasi air di dalamnya. Tidak
munculnya gelembung- gelembung udara di dalam
kontainer tidak bisa dipakai sebagai acuan untuk
memastikan letak pipa sudah sesuai, karena bisa saja
ujung pipa melengkung di trakea atau esofagus. Bisa
juga dengan menginjeksikan spuit yang berisi 10 cc
udara ke dalam NGT bersamaan dengan itu lakukan
auskultasi di area epigastrik dengan menggunakan
stetoskop. Bila terdengar suara udara saat spuit
didorong, berarti posisi pipa sudah benar. Bila belum
yakin dengan posisi NGT dapat konfirmasi
menggunakan X-ray.
Lakukan perawatan yang rutin selama terpasang NGT.
Indikasi Stoma
Indikasi untuk stoma usus pada anak-anak berbeda dari orang tua. Tidak
seperti orang dewasa, pembentukan stoma pada anak-anak, sebagian
besar waktu dilakukan sebagai operasi sementara, sebagai pilihan
pengelolaan kelainan bawaan usus.
1) Penyakit bawaan
Malformasi Anorektal
Hirschprung
Atresia Kolon
2) Penyakit yang didapat
Perforasi usus
Obstruksi usus mekanis cedera anal
Penetrasi abdomen
Penyebab neoplastic
Kebocoran anastomosis
Pasca hemoridektomi
Inkontinensia feses
Prinsip Kerja
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya dan ultra violet, tetapi dengan panjang
gelombang yang sangat pendek. Gelombang /sinar elektromagnetik terdiri
atas : listrik, radio, inframerah, cahaya, ultraviolet, sinar-X, sinar gamma,
dan sinar kosmik. Sinar-X bersifat heterogen, panjang gelombangnya
bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan antara Sinar-X dengan sinar
elektomagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana
panjang gelombang sinar-X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang
gelombang cahaya yg kelihatan. Karena panjang gelombang yg pendek
itu, maka sinar-X dapat menembus benda-benda. Panjang gelombang
sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Angstrom. Gelombang
yang dipergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,50 A-0,125 A.
1A = 10⁻⁸ cm ( 1/100.000.000 cm )
1) Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar
dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung
(besaran KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya.
Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar
daya tembusnya.
2) Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka
berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan
radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/ zat yang dilaluinya.
Hal ini akan menimbulkan gambar radiograf dan pada film akan
tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi
akibat radiasi hambur ini, maka diantara subjek dengan film
rontgen diletakkan grid.
3) Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai
dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin
tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar
penyerapannya.
4) Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak –
bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar
gelap.
5) Pendar fluor (Fluorensi)
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-
tungstat atau Zink- sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila
bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X. Luminisensi ada 2 jenis,
yaitu : a. Fluoresensi : memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi
sinar-X saja. b. Fosforisensi : pemendaran cahaya akan
berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar-X sudah
simatikan (after-glow)
6) Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partiel bahan atau zat tersebut.
7) Efek Biologik
Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada
jaringan. Efek biologik ini digunakan dalam pengobatan
radioterapi.
Teknik Pemeriksaan
Prosedur Kerja
a) Posisi AP supine
Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi
memanjang menggunakan grid yang bergerak maupun statis,
dengan variasi 70-80 kV dan 20-25 mAs.
Sedangkan posisi pasien:
Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan foto
polos abdomen.
Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan
perhiasan untuk menghidanri terjadinya artefak pada
film dan memakai perlindungan untuk daerah gonad,
terutama untuk pria
Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkkan di
samping tubuh, garis tengah badan terletak tepat pada
garis tengah pemeriksaan, kedua tungkai ekstensi.
Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan
batas tepi bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis
dan bahu. Pusat sinar pada bagian tengah film dengan jarak
minimal 102 cm.
Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :
Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis
pubis.
Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang
costae, pelvis dan panggul baik.
Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca
terletak simetris.
Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan
tajamnya batas gambar costae dan gas usus.
Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal,
batas lateral muskulus psoas dan procesus transversus
dari vertebra lumbal.
Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat
pemeriksaan.
b) Posisi Left Lateral Decubitis (LLD)
Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala.
Film diletakan di depan atau belakang perut pasien.
Mengikuti area simphisis pubis pada film. Titik tengah
terletak pada garis tengah film.
Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP
untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
c) Posisi Setengah Duduk/ berdiri
Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau
memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi AP 90o dari
film.
Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan bagian
belakang tegak. Pastikan punggung tidak rotasi. Letakan
lengan dan tangan dalam posisi anatomi. Pasien tidak boleh
bergerak. Point sentral terletak pada garis tengah tubuh
dengan garis tengah film.
Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh
gravitasi, sehingga yang paling utama nampak adalah:
Udara bebas
Fluid sinks
Kidneys drop
Transverse colon drops
Small bowel drops
Breast drop
Lower abdomen bulges dan penambahan densitas pada
X-ray
Diaphragm descends
Posisi erect ditandai dengan T11
Berdasarkan posisis dari payudara, menyebabkan
penambahan densitas pada kuadran kanan dan kiri.
Gas di fundus gaster- khas pada posisi erect
Kuantitas yang kecil pada gas yang terjebak di perut
Letak film di tengah atas akan menunjukan dasar paru tetapi
tidak dapat melihat bagian dari pelvis.
Posisi kolon akan jatuh mengikuti gravitasi dan memenuhi
abdomen bagian bawah anterior, menyebabkan penambahan
densitas pada abdomen bagian bawah.