ASMA BRONKIAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen
Oleh :
Fahreza, S.Ked
NIM. 2006112033
Preseptor :
dr. Syahril Rusli, M.Ked(Paru)., Sp.P
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Asma Bronkial” sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian/SMF Ilmu Penyakit Paru
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada dr. Syahril Rusli, M.Ked(Paru)., Sp.P sebagai pembimbing
yang telah meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama
mengikuti KKS di bagian/SMF Ilmu Penyakit Paru Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Fauziah Bireuen.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................1
BAB 2 Laporan Kasus...........................................................................................2
2.1 Identitas Pasien...................................................................................2
2.2 Anamnesis...........................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................................5
2.5 Diagnosis Banding..............................................................................7
2.6 Diagnosis Kerja..................................................................................7
2.7 Prognosis.............................................................................................7
2.8 Terapi..................................................................................................7
2.9 Follow Up...........................................................................................7
BAB 3 Pembahasan..............................................................................................11
BAB 4 Kesimpulan...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Sesak napas.
2.2.2 Keluhan Tambahan
Batuk berdahak, muntah
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD dr. Fauziah Bireuen
dengan keluhan sesak napas yang dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sesak napas dirasakan memberat pada waktu dini hari. Keluhan ini dirasakan
pasien setelah pasien mengkonsumsi makanan yaitu bakso. Pasien juga
mengeluhkan adanya batuk berdahak yang muncul setelah keluhan sesak napas
terjadi. Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui bahwa pasien sering mengalami
sesak napas sejak pasien berumur 4 tahun. Keluhan sesak napas biasanya muncul
saat terjadi perubahan cuaca, aktivitas fisik yang berat, dan jenis makanan yang
dikonsumsi. Pasien juga diketahui akan mengalami sesak napas setiap bulannya
dengan frekuensi sedikitnya 1 kali per bulan. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada
2
3
yang muncul saat pasien batuk. Pasien mengeluhkan muntah sebanyak 1 kali saat
dirumah. Keluhan demam disangkal oleh pasien.
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak napas sejak usia 4 tahun (+). Riwayat alergi, hipertensi,
diabetes melitus, dan penyakit lain disangkal oleh pasien.
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama disangkal.
2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat
Riwayat konsumsi obat untuk mengatasi keluhan sesak napas yang
diresepkan oleh perawat desa (+).
2.2.7 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan mahasiswi dimana pengobatan selama di RS
ditanggung oleh BPJS.
Interpretasi:
6
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
2.8 Terapi
O2 nasal kanul 4 liter/menit
IVFD Asering 7 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam
Inj. Lansoprazole 30 mg vial/12 jam
Inj. Ondancetron 4 mg amp/8 jam
Inj. Methylprednisolon 125 mg amp/8 jam
Nebul Ventolin/8 jam
Nebul Sonide/8 jam
Ambroxol tab 3x30 mg
8
2.9 Follow Up
Hari Rawatan SOAP Terapi
Kamis, 09 Februari 2023 S/ O2 nasal kanul 4 liter/menit
H+1 Sesak napas (+), Batuk berdahak (+), IVFD Asering 7 gtt/i
Nyeri dada (+), Nyeri kepala (+) Inj. Ceftriaxone 1 gr vial/12
O/ jam
TD: 110/90 mmHg Inj. Lansoprazole 30 mg
HR: 90 x/menit vial/12 jam
RR: 25 x/menit Inj. Methylprednisolon 125 mg
Temp: 36,5°C amp/8 jam
SpO2: 95% Nebul Ventolin/8 jam
Nebul Sonide/8 jam
Ambroxol tab 3x30 mg
A/
Pneumonia
dd. Bronkitis
P/
11
12
klinis yang dialami pasien serta dapat menemukan faktor risiko yang menjadi
penyebab terjadinya keluhan tersebut. Gejala-gejala yang menjadi karakteristik
asma meliputi mengi, sesak, batuk dan dada terasa berat. Gejala yang dirasakan
pasien umumnya memberat pada malam hari atau awal pagi hari dan gejala
dicetuskan oleh infeksi virus (flu), aktivitas fisik, pajanan alergen, perubahan
cuaca, emosi, serta iritan seperti asap rokok atau bau yang menyengat.
Karateristik gejala-gejala pada asma seperti tersebut dapat ditemukan pada pasien
dalam laporan kasus ini. Gejala sesak,batuk, dan mengi merupaka gejala yang
timbul akibat obstruksi saluran napas. Obstruksi saluran napas pada asma
merupakan kombinasi spasme otot bronkus, penyumbatan mukus, edema dan
inflamasi dinding bronkus.(4) Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena
secara fisioiogis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini
menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa
diekspirasi. Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu
fungsional (KRF) dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi mendekati
kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas
tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan
hiperinflasi ini diperlukan otot bantu napas. Gangguan yang berupa obstruksi
saluran napas dapat dinilai secara obyektif dengan VEP1 (Volume Ekspirasi
Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak Ekspirasi), sedang penurunan KVP
(Kapasitas Vital Paksa) menggambarkan derajat hiperinflasi paru. Penyempitan
saluran napas dapat terjadi, baik pada saluran napas besar, sedang maupun kecil.
Gejala mengi (wheezing) menandakan adanya penyempitan disaluran napas besar,
sedangkan penyempitan pada saluran napas kecil gejala batuk dan sesak lebih
dominan dibanding mengi.(5)
Pasien memiliki riwayat asma sejak berumur 4 tahun. Asma merupakan
penyakit heterogen yang mana penyebabnya beragam. Pengelompokkan penyakit
baik secara demografis, klinis maupun karakteristik patofisiologi sering disebut
dengan fenotip asma. Berbagai fenotip asma telah diindentifikasi. Pasien dalam
laporan kasus ini merupakan fenotip asma pada jenis asma alergi. Asma alergi
merupakan fenotip asma yang paling mudah dikenali, sering dimulai sejak kanak-
13
kanak, berhubungan dengan riwayat alergi dalam keluarga seperti eksim, rhinitis
alergi dan alergi makanan serta obat-obatan.(6) Pemeriksaan induksi sputum pada
pasien dengan asma alergi sebelum pengobatan menunjukkan inflamasi eosinophil
di saluran napas. Asma jenis ini memiliki respon terapi yang baik dengan
kortikosteroid inhalasi. Inflamasi saluran napas merupakan patofisiologi dari asma
yang berakibat disfungsi saluran napas melalui mekanisme pelepasan mediator
inflamasi dan remodelling dinding saluran napas. Inflamasi saluran napas tidak
hanya melibatkan sel-sel inflamasi dengan mediatornya, tetapi juga melibatkan
jaringan dan sel tubuh seperti otot polos bronkus dan sel epitel saluran napas.
Patofisiologi awal asma adalah inflamasi alergik dengan sel utama yaitu sel mast
dan sel eosinophil. Selanjutnya proses inflamasi juga melibatkan sel limfosit T
(sel limfosit T helper (Th)) yang akan menyebabkan terjadinya inflamasi melalui
aktivasi dan kemotaktik sel inflamasi serta interaksi diantaranya. Subset limfosit T
helper yang berperan pada proses inflamasi asma yaitu sel Th1 dan Th2 serta
sitokin-sitokinnya. Konsep imunopatogenesis asma melalui jalur sel Th2 dan
berbagai sitokinnya terutama IL-4, IL-5 dan IL-13 yang menstimulasi proses
inflamasi alergik melalui sel mast, sel limfosit B, sel otot polos dan sel epitel
saluran napas, yang kesemuanya menghasilkan akumulasi dan aktivasi sel
eosinophil. Proses Th2 tersebut berkaitan dengan atopi dan alergi,
hipersensitivitas tipe 1, inflamasi eosinofilik dan berespon dengan kortikosteroid.
Proses Th2 terjadi pada early onset asthma, umumnya pada usia muda
(preadolescence) terutama asma atopik dan alergik.(7)
Keluhan pada pasien dirasakan setelah pasien mengkonsumsi makanan
yaitu bakso. Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu dan faktor lingkungan. Faktor pejamu termasuk predisposisi genetik yang
mempengaruhi berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergi (atopi),
hiperaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi
individu dengan kecenderungan asma untuk berkembang menjadi asma
menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma
menetap. Alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
14
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18