Anda di halaman 1dari 31

CASE BASED DISCUSSION

“DISPEPSIA”

Disusun Oleh:

Ahmad Tristan Amartya


(018.06.0074)

Pembimbing:

dr. I Ketut Sutarjana, M. Biomed, Sp. PD.

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan Cased Based Discussion dengan judul “Dispepsia”. Laporan Cased Based
Discussion ini disusun untuk memenuhi penugasan dalam menempuh
kepaniteraan klinik di bagian SMF penyakit dalam.
Dalam menyelesaikan laporan Cased Based Discussion ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari
itu izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. I Ketut Sutarjana, M. Biomed, Sp. PD. selaku pembimbing yang
senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan Cased
Based Discussion.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
penyusunan laporan Cased Based Discussion.
3. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas untuk


menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bangli, 21 september 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

CASE BASED DISCUSSION................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................2

2.1 Identitas Pasien.............................................................................................2

2.2 Anamnesis....................................................................................................2

2.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................3

2.4 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................14

2.5 Assesment...................................................................................................15

2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................16

2.7 Catatan Perkembangan Pasien (Follow Up Pasien)...................................20

BAB III..................................................................................................................11

3.1 Dispepsia....................................................................................................11

3.1.1 Definisi..................................................................................................11

3.1.2 Etiologi.............................................................................................12

3.1.3 Patofisiologi.....................................................................................16

3.1.4 Manifestasi Klinis............................................................................18

3.1.7 Diagnosis..........................................................................................19

3.1.8 Tatalaksana.......................................................................................20

3.1.9 Komplikasi & Prognosis..................................................................23

iii
BAB IV..................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan –peptin
yang berupa Pencernaan (Abdullah, 2012). Dispepsia merupakan istilah yang
digambarkan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang meliputi nyeri
atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, terasa
cepat kenyang, perut terasa penuh atau begah. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan proses metabolisme yang mengacu pada semua
reaksi biokimia tubuh termasuk kebutuhan akan nutrisi (Ristianingsih, 2017).
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan
gejala/keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/begah
(Putri dkk, 2016).
Prevalensi dispepsia pada pelayanan kesehatan mencakup 30% dari
pelayanan dokter umum dan 50% dari pelayanan dokter spesialis
gastroenterologi. Sebesar 43-79,5% pasien dispepsia di Asia tanpa bahaya
merupakan dispepsia fungsional. Berdasarkan hasil penelitian di negara Asia
(Cina, HongKong, Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand dan
Vietnam) didapatkan pasien dengan dispepsia adalah dispepsia fungsional.
Sedangkan berdasarkan hasil endoskopi pada 550 pasien dispepsia di beberapa
pusat pelayanan kesehatan Indonesia pada rentang waktu Januari 2003 hingga
April 2004 menunjukkan bahwa 44,7% terdapat kelainan minimal gastritis dan
duodenitis, 6,5% kasus dengan ulkus gaster dan normal pada 8,2% kasus.
Prevalensi infeksi Helicobacter pylori (H.pylori) pada pasien dispepsia yang
menjalani pemeriksaan endoskopi di berbagai rumah sakit pendidikan
kedokteran di Indonesia tahun 2003-2004 ditemukan sebesar 10.2%

1
BAB II
LAPORAN KASUS

0.1 Identitas Pasien

Nama : NMPA

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 39 tahun

Agama : Hindu

Pekerjaan :-

Status Pernikahan : Menikah

Suku/Bangsa : Bali/ Indonesia

Alamat : Br. Tembuku

No. Rekam Medis : 31.05.93

Tanggal MRS : 8 September 2023

0.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama

Nyeri perut
B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang sadar dengan keluhan nyeri perut bagian tengah sejak 3 jam
SMRS, nyeri dirasakan seperti terbakar yang menjalar hingga ke belakang
punggung, nyeri timbul secara mendadak yang memberat saat bergerak dan menarik
napas, pasien mengatakan nyeri berkurang apabila istirahat. Keluhan lain dirasakan
yaitu sesak yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. BAB terkadang berisi darah segar
yang sudah dialami selama beberapa tahun yang lalu. Pasien mengatakan terdapat
benjolan pada anusnya sejak 6 bulan SMRS. Mual (+), muntah (-), demam (-), BAK
normal, DOE (-), PND (-).
2
C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan pernah mengalami nyeri perut yang serupa sebelunnya


namun tidak seberat yang sekarang. Riwayat sesak napas sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit penyakit jantung, hipertensi, DM dan stroke disangkal.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

-Keluhan serupa (-)

-Hipertensi (-)

-Diabetes Mellitus (-)

-Stroke (-)

E. Riwayat Psikososial

-Sudah menikah

-Merokok (-)

-Alkohol (-)
F. Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat- obatan tertentu.

0.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status Present

- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

- GCS : E4V5M6

- VAS :7

- Tekanan Darah : 122/78 mmHg

- Nadi : 68 x/menit (Reguler)

- Frekuensi perpanasan : 22 x/menit

- Suhu : 36,0˚C (Aksila)

- SpO2 : 98% (Room Airway)

3
- Berat Badan : 62 kg

- Tinggi Badan : 158 cm

- Indeks Massa Tubuh : 24,89 kg/m2

B. Status Generalis

Kepala : Ekspresi : Normal

Deformitas : Tidak tampak

Simetris muka : Simetris

Rambut : Normal

Mata : Normal

Gerakan : DBN

Kelopakmata : DBN

Konjungtiva : Anemis - / -

Sklera : Ikterus - /-

Kornea : DBN

Pupil : Isokor, 2,5mm / 2,5mm

Telinga : Tophi - / -

Nyeri tekan di proc. Mastoideus - / -

Pendengaran : Normal

Hidung : Perdarahan - / -

Sekret - / -

Pernafasan cuping hidung - / -

Mulut : Bibir : Sianosis (-), luka (-)

Lidah : DBN

4
Gigi Geligi : Normal

Tonsil : DBN

Gusi : Perdarahan (-)

Faring : DBN

Leher : Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran

JVP : R-2 CmH20

Kaku kuduk : (-)

Tumor : (-)

Thoraks (Pulmo Anterior)

 Inspeksi

Bentuk : Normochest

Gerak nafas : Thoracoabdominal, simetris kanan dan kiri

Spider nevi : Negatif

Sela iga : DBN

Jejas / Luka : Tidak ada

Lain-lain :-
 Palpasi
Gerakan nafas : Simetris kanan dan kiri
Fremitus vokal : Simetris kanan dan kiri
Fremitus taktil : Simetris kanan dan kiri
 Perkusi
Orientasi paru : Sonor seluruh lapang paru
Perkembangan paru : Melebar 2 ICS
 Auskultasi :

5
Bunyi pernapasan : Vesikuler
Bunyi nafas tambahan : Rh - / - Wh - / -

Thoraks (Pulmo Posterior)

 Inspeksi

Bentuk : Normochest

Gerak nafas : Thoracoabdominal, simetris kanan dan kiri

Sela iga : DBN

Jejas / Luka : Tidak ada


 Palpasi
Gerakan nafas : Simetris kanan dan kiri
Fremitus vokal : Simetris kanan dan kiri
Fremitus taktil : Simetris kanan dan kiri
 Perkusi
Orientasi paru : Sonor seluruh lapang paru
Perkembangan paru : Melebar 2 ICS
 Auskultasi :
Bunyi pernapasan : Vesikuler
Bunyi nafas tambahan : Rh - / - Wh - / -

Thoraks (Cor)

 Inspeksi

Ictus cordis : Tidak terlihat


 Palpasi
Ictus cordis : Teraba pada ICS 5 midclavicula line, selebar 2 jari,
kuat angkat
 Perkusi
Batas kanan jantung : ICS 5 parasternal line dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicuka line sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 parasternal sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 parasternal sinistra
6
 Auskultasi
Bunyi jantung I/II : Tunggal reguler
Bunyi jantung tambahan : Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas
 Palpasi :
Nyeri Tekan

- + +

- - -

- - +

 Perkusi : Tympani, ascites (-)


 Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal

Anus dan Rectum


 Rectal Toucher : Hemorrhoid externa (+), Hemorrhoid interna (+) grade
II, TSA (+) kuat, mukosa licin, massa (-), darah (-),
feses (-) cokelat, nyeri arah jam 6

Ekstremitas : Akral hangat ++/++, edema --/--

0.4 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Hematologi (8/9/2023 pukul 10.06 WITA)

Parameter H/L Hasil Unit Ref Range

WBC N 6.59 10*3/uL 3.5-9.5


NEU% N 69.4 % 40-75
NEU# N 4.57 10*3/uL 1.8-6.3
LYM% N 24.1 % 20-50
LYM# N 1.59 10*3/uL 1.1-3.2

7
MON% N 4.3 % 3-10
MON# N 0.28 10*3/uL 0.1-0.6
EOS% N 1.5 % 0.4-8
EOS# N 0.1 10*3/uL 0.02-0.52
BAS% N 0.7 % 0-1
BAS# N 0.05 10*3/uL 0-0.06
RBC N 4.09 10*6/uL 4.3-5.8
RDW-CV N 12.1 % 11-16
RDW-SD N 42.3 fL 35-56
HGB N 11.7 g/dL 13-17.5
HCT L 34.2 % 40-50
MCV N 83.5 fL 82-100
MCHC N 34.3 g/dL 31.6-35.4
PLT N 192 10*3/uL 150-350
P-LCR N 24.4 % 11-45
P-LCC N 47 10*9/uL 30-90
MPV N 8.5 fL 6.5-12
PDW N 9.2 fL 9-17
PCT N 0.163 % 0.1-0.28

B. Pemeriksaan Kimia Darah (8/9/2023 pukul 10.06)

Parameter H/L Hasil Unit Ref Range

Glukosa Sewaktu N 98 mg/dl 70-140

C. Pemeriksaan EKG

8
Kesan :

- Sinus Rhythm

- Heath Rate :68x/menit

- Normoaxis

- Normal EKG

D. Pemeriksaan USG Abdomen

Hasil pemeriksaan USG abdomen :

- Hepar : Ukuran, letak, bentuk normal, echo parenkim kesan normal,


tip
lancip, permukaan reguler. Tidak tampak dilatasi ductus bilier
intra/extrahepatic, tidak tampak SOL.

- GB : Dinding tipis, tidak tampak echo batu/massa.

- Lien : Ukuran, letak, bentuk dan echo parenkim kesan dalam batas
normal.

- Pancreas : Ukuran, letak, bentuk dan echo parenkim kesan dalam batas
normal.

- Ginjal Kanan : Ukuran, letak, bentuk dan echo parenkim kesan dalam batas
normal. PCS tidak dilatasi. Tidak tampak echo batu/massa.

- Ginjal Kiri : Ukuran, letak, bentuk dan echo parenkim kesan dalam batas
normal. PCS tidak dilatasi. Tidak tampak echo batu/massa.

- VU : Urin cukup, dinding tipis, tidak nampak echo batu/massa.


9
- Uterus dan adnexa tidak tampak kelainan.

- Tidak tampak dilatasi usus halus maupun colon.

- Tidak tampak echo cairan bebas di rongga peritoneum.

Kesan :

- Saat ini organ abdomen yang tervisualisasi tidak nampak kelainan.

0.5 Assesment

Diagnosis Kerja :

- Dispepsia syndroma

- Hemorrhoid eksterna + interna grade I

0.6 Penatalaksanaan

Penatalaksaan IRD :

-IVFD NS 20 tpm

-Injeksi Paracetamol 1gr

-Injeksi Omeprazole 40mg

-Injeksi Ondansentron 4mg

-Diazepam Tab 2mg PO

-Antihemoroid supp 2x1 PO

-Rebatimid 100mg

Penatalaksaan Co. Sp.PD. :

-IVFD Asering 16 tpm

-Injeksi Prazotec 1x30mg

-Domperidon Tab 3x10mg PO

-Rebamipid 3x100mg PO

0.7 Monitoring

10
RUANGAN SOA P
TGL & JAM
IRD S: - IVFD NS 20 tpm
08 Sep 2023
Pasien mengeluh nyeri perut -Injeksi Paracetamol 1gr
09.59 WITA
bagian tengah seperti terbakar 3
-Injeksi Omeprazole 40mg
jam sejak SMRS, sesak napas
sejak 2 hari SMRS, mual (-) dan - Injeksi Ondansentron
benjolan pada anus 4mg
- Diazepam Tab 2mg PO
O: - Antihemoroid supp 2x1
PO
- . KU : sakit sedang
- Rebatimid 100mg
- GCS : E4V5M6
- TD : 122/78
Co. Sp.PD. :
- N : 68x
- Diet bubur + TKTP
- RR : 22x
- IVFD Asering 16 tpm
- S : 36
- Injeksi Prazotec 1x30mg
- SpO2 : 98% RA
- Domperidon Tab
- Abd : NT (+) epigastrium, 3x10mg PO
LUQ, LLQ
- Rebamipid 3x100mg PO
RT : Hemorrhoid ext (+), TSA
(+) kuat, nyeri arah jam 6.

P:
- Dispepsia
- Hemorrhoid externa + interna
Grade II
Cempaka S: - Diet bubur + TKTP
09 Sep 2023
Pasien mengeluh nyeri ulu hati, - IVFD Asering 16 tpm
09.30 WITA
mual (+), sesak (-), benjol di anus
- Prazotec 1x30mg
- Domperidon Tab
O: 3x10mg PO
- .KU : sakit sedang - Antihemoroid supp 2x1
PO
- GCS : E4V5M6
- Rebatimid 100mg
- TD : 110/70
- IVFD Asering 16 tpm
- N : 70x
- Injeksi Prazotec 1x30mg
- RR : 20x
11
- S : 36 - Rebamipid 3x100mg PO
- SpO2 : 98% RA - Ardium Tab PO
- Abd : NT (+) epigastrium, - Antrain 2x100mg
P: - Gastin force 3x10ml
- Dispepsia
- Hemorrhoid externa + interna
Grade II + hemorrhoid
bleeding
Cempaka S: - Diet bubur + TKTP
10 Sep 2023
Pasien mengeluh Mual (+), Nyeri - IVFD Asering 16 tpm
10.30 WITA
perut (+)
- Prazotec 1x30mg
- Domperidon Tab
O: 3x10mg PO
- . KU : sakit sedang - Antihemoroid supp 2x1
PO
- GCS : E4V5M6
- Rebatimid 100mg
- TD : 142/108
- IVFD Asering 16 tpm
- N : 72x
- Injeksi Prazotec 1x30mg
- RR : 20x
- Rebamipid 3x100mg PO
- S : 36
- Ardium Tab PO
- SpO2 : 98% RA
- Antrain 2x100mg
- Abd : NT (+) epigastrium,
- Gastin force 3x10ml
-
P:
- Dispepsia
- Hemorrhoid externa + interna
Grade II + hemorrhoid
bleeding
Cempaka S: - Lansoprazole1x30mg
12 Sep 2023
BAB berdarah (+) - Gastin force 3x100mg
10.30 WITA
- Cobazim 2x1000mg
O: - Ardium 3x1 mg
- . KU : sakit sedang - As. Malat 3x50mg
- GCS : E4V5M6 BPL  Rawat Poli
- TD : 104/70
- N : 76x
12
- RR : 20x
- S : 36
- SpO2 : 98% RA

P:
- Dispepsia
- Hemorrhoid externa + interna
Grade II + hemorrhoid
bleeding

13
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau rasa tidak
nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015). Dispepsia merupakan penyakit
yang menyerang sistem pencernaan bagian atas. Dispepsia atau di masyarakat sebagai
penyakit lambung adalah suatu kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu
hati dan ditandai gejala lain seperti mual, muntah, rasa kenyang dan tidak nyaman
(Misnadiarly, 2009).
Penyebab terjadinya penyakit dispepsia karena adanya produksi asam lambung yang
berlebihan sehingga menyebabkan lambung meradang dan nyeri pada ulu hati. Pada hasil
produksi pH di lambung memiliki nilai normal yaitu 3-4 dan enzim yang bekerja hanya bisa
mencerna makanan di lambung dengan nilai tersebut dan adanya peningkatan atau penurunan
nilai pH, maka enzim tidak dapat bekerja sehingga terjadi gangguan pada lambung (Jusup,
2010).

B. Etiologi
Menurut Yuliarti (2008), peningkatan produksi asam lambung menjadi penyebab
yang sering sehingga terjadi peradangan. Infeksi bakteri akan menyebabkan terbentuknya
borok-borok pada lambung atau tukak lambung. Berikut ini beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit dispepsia :
1) Adanya infeksi bakteri Helicobacter pylori yang ditemukan dalam lambung.
2) Mengkonsomsi obat-obatan anti nyeri secara rutin seperti Nonstreroidal Antiinflamatory
Drugs (NSAIDs), misalnya aspirin, ibuproven (Advil, Motrin, dan lain-lain) serta naproxen
(aleve).
3) Minuman alkohol yang dikonsumsi berlebihan dapat merangsang asam lambung sehingga
mengiritasi permukaan lambung.
4) Keadaan stress yang berlebihan yang disebabkan oleh adanya trauma, infeksi penyakit dan
tindakan pembedahan.
5) Asam empedu sebagai pembantu pencerna lemak akan menyebabkan peradangan di
lambung akibat adanya kerusakan pada cincin piloris karena tidak dapat berfungsinya
sebagai pencegah asam empedu ke lambung yang dilepaskan di usus kecil.
15
6) Adanya serangan sel yang disebut autoimun gastritis akibat terserang penyakit Hashimoto’s
disease, Addison’s disease, dan diabetes tipe 1.
7) Adanya komplikasi dari penyakit lain seperti HIV/AIDS, Crohn’s disease, infeksi parasit,
gangguan ginjal dan hati.

C. Gambaran Klinis
Dispepsia adalah penyakit sindrom yang ditandai mual, tekanan epigastrik, kembung,
dan nyeri perut. Terjadi defisiensi sekresi lambung, gangguan motilitas lambung, defisiensi
produksi empedu akibat dari diet, alkohol, merokok, obat-obatan seperti aspirin, psikososial
dan infeksi bakteri Helicobacter Pylori (Supriyatna dkk, 2015).

D. Klasifikasi Dispepsia
Menurut Abdullah & Gunawan (2012), dispepsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai
berikut :
1) Dispepsia organik
Dispepsia organik terdiri dari gastritis, ulkus gaster, ulkus duodenum, gastritis hemoragik,
dan kanker.
a) Gastritis
Menurut Endang & Puspadewi (2012), gastritis merupakan penyakit pencernaan
yang adanya peradangan lapisan mukosa lambung.

Gambar 1. Gastritis
b) Ulkus gaster
Ulkus gaster atau tukak lambung merupakan adanya kerusakan dinding lambung
akibat dari enzim yang dihasilkan oleh mukus memakan bagian kecil lapisan
dinding lambung sehingga menyebabkan dinding lambung berlubang dan isinya
terjatuh ke dalam rongga perut (Shanty, 2011).

16
Gambar 2. Ulkus gaster
c) Ulkus duodenum
Ulkus duodenum atau tukak usus merupakan kerusakan pada dinding usus yang
menyebabkan nyeri pada pencernaan (Misnadiarly, 2009).
d) Gastritis erosif
Gastritis erosif merupakan kondisi dinding lambung yang mengalami erosi yang
telah mencapai pembuluh darah lambung (Priyanto & Lestari, 2008).

Gambar 3. Gastritis erosif


e) Kanker
Kanker dimulai di dalam sel membentuk jaringan hingga sampai membentuk organ
tubuh. Sel baru akan terbentuk walaupun tubuh tidak membutuhkan dan sel-sel tua
atau rusak tidak akan mati sepenuhnya. Penumpukan sel ektrak akan membentuk
suatu massa dari jaringan yang disebut tumor (Shanty, 2011).

Gambar 4. Tumor lambung

2) Dispepsia Fungsional.
a) Postprandial distress syndrom
Prostprandial distress syndrom atau sindrom distres setelah makan merupakan
kondisi yang ditandai rasa tidak nyaman setelah makan, cepat kenyang sehingga
tidak menghabiskan porsi makanan, dan gejala yang ditandai seperti kembung di
17
perut bagian atas dan merasa mual (Abdullah & Gunawan, 2012).
b) Epigastric pain syndrome
Epigastric pain syndrom atau sindrom nyeri epigastrium adalah keadaan yang
timbul rasa terbakar terlokalisasi di daerah perut atau epigastrium (Abdullah &
Gunawan, 2012).

E. Patogenesis Dispepsia
Menurut Abdullah & Gunawan (2012), dalam proses awal penyakit hubungan yang
sering atau umum diperbincangkan pada kejadian dispepsia fungsional adalah hipersekresi
asam lambung, infeksi bakteri Helicobacter pylori, dismotilitas gastroinstestinal, dan
hipersensitivitas viseral. Penelitian yang dilakukan Ferry (2012), menjelaskan bahwa belum
ditemukan kejelasan patofisiologi pada dispepsia dan masih dilakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempunyai kaitan seperti dibawah ini :
1) Sekresi asam lambung
Pada dispepsia fungsional kejadian yang sering ditemukan ialah peningkatan asam
lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagstrin yang rata-rata
normal.
2) Helicobacter pylori
Pada kasus dispepsia fungsional dengan infeksi Helicobacter pylori belum seutuhnya
dapat diterima. Kejadian infeksi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional sekitar
50% dan tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kejadian infeksi Helicobacter
pylori pada kelompok orang sehat.
3) Dismolitas
Dismolitas menjadi perhatian khusus dengan berbagai macam kejadian abnormalitas
motorik, seperti keterlambatan pengosongan lambung, akomodasi fundus terganggu,
distensi antrum, kontraktilitas fundus postparandial dan dismotilitas duodenal.
Beberapa studi tentang dispepsia fungsional menjelaskan terjadi keterlambatan
pengosongan lambung dan hipomotilitas antrum (mencapai 50% kasus), tetapi proses
gastrointestinal adalah proses yang kompleks, sehingga jika hanya pengosongan
lambung tidak dapat menjadi penyebab tunggal adanya gangguan motilitas.
4) Ambang rangsang persepsi
Dinding mempunyai berbagai reseptor, diantaranya reseptor kimiawi, reseptor
mekanik, dan nociceptors. Hasil studi didapatkan bahwa penderita dispepsia dicurigai
mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau duedenum
18
meskipun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Mekanisme hipersensitivitas
dibuktikan melalui uji klinis pada tahun 2012. Pada penelitian, sejumlah asam
dimasukkan ke dalam lambung pasien dispepsia fungsional dan orang sehat. Hasil
yang didapatkan menunjukkan tingkat keparahan gejala dispeptik lebih tinggi pada
individu dispepsia fungsional.
5) Disfungsi autoimun
Diperkirakan disfungsi persarafan vagal berperan dalam hipersensitivitas
gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional, serta neuropati vagal berperan juga
dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung pada lambung dan rasa cepat
kenyang.
6) Aktivitas mioelektrik lambung
Pada kasus dispepsia fungsional ditemukan adanya disritmia mioelektrik pada
pemeriksaan elektrogastrografi.
7) Peran hormonal
Peran hormonal belum diketahui secara pasti dalam patogenesis dispepsia fungsional.
Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan
motilitas antroduodenal.
8) Diet dan faktor lingkungan
Intolerasi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia fungsional
dibandingkan kasus kontrol.
9) Psikologi
Stres akan mempengaruhi dan menyebabkan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan
adanya penurunan kontraktilitas lambung yang ditandai mual setelah pemberian
stimulus stres.
10) Faktor genetik
Peran faktor genetik mulai diperhatikan, setelah ditemukan adanya intraksi antara
polimorfisme gen-gen yang berhubungan respon imun dengan infeksi Helicobacter
pylori pada pasien dispepsia fungsional.

F. Diagnosis
Diagnosis ditujukan untuk membedakan antara dispespia fungsional dan organik.
Investigasi dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.

19
G.Algoritma Penatalaksanaan
1) Dispepsia belum diinvestigasi dan tanpa tanda bahaya
1) Ditatalaksana dengan terapi empiris selama 1-4 minggu
2) Obat yang digunakan dapat berupa antasida, Proton Pump Inhibitor (PPI), prokinetik
dan sitoprotektor
3) Dilakukan pemeriksaan adanya H.pylori

2) Tanda bahaya:
a. Penurunan berat badan (unintended)
20
b. Disfagia progresif
c. Muntah rekuren/persisten
d. Perdarahan saluran cerna
e. Anemia
f. Demam
g. Massa daerah abdomen bagian atas
h. Riwayat keluarga kanker lambung

3) Dispepsia awitan baru pada pasien >45 tahun


4) Dispepsia organik (penanganan di fasilitas kesehatan tingkat lanjut):
a. Bila hasil endoskopi ditemukan lesi mukosa, pengobatan dilakukan sesuai kelainan
yang ditemukan
b. Ulkus peptikum (ulkus gaster dan/atau ulkus duodenum) diberikan kombinasi PPI
dengan mukoprotektor
c. Gastritis diberikan pilihan H2 Blocker, PPI atau antasida.

21
5) Dispepsia fungsional
Untuk meningkatkan efektifitas pengobatan, dianjurkan untuk kombinasi obat, yaitu
antara PPI dengan antasida atau H2 antagonis dengan antasida, sedangkan jika ada
keluhan mual atau kembung dapat diberikan metoklopramid atau domperidon.

22
6) Tatalaksana eradikasi infeksi H.pylori

H.Talaksana Farmakologis
Obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan gejala dispepsia dan gastritis tanpa
tanda bahaya. Berikut ini jenis obat PPI dan H2 antagonis:

23
Regimen untuk eradikasi H.pylori.

I. Komplikasi
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Ulkus peptikum
3. Perforasi lambung
4. Anemia
5. Ca Lambung
6. Defiseinsi vitamin B12
7. Anemia

J. Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, komplikasi dan
pengobatannya. Umumnya prognosis gastritis adalah bonam, namun dapat terjadi berulang
bila pola hidup tidak berubah.

24
BAB IV
PENUTUP

Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau rasa tidak
nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015). Dispepsia merupakan penyakit
yang menyerang sistem pencernaan bagian atas. Dispepsia atau di masyarakat sebagai
penyakit lambung adalah suatu kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu
hati dan ditandai gejala lain seperti mual, muntah, rasa kenyang dan tidak nyaman
(Misnadiarly, 2009). Penyebab terjadinya penyakit dispepsia karena adanya produksi asam
lambung yang berlebihan sehingga menyebabkan lambung meradang dan nyeri pada ulu hati.
Pada hasil produksi pH di lambung memiliki nilai normal yaitu 3-4 dan enzim yang bekerja
hanya bisa mencerna makanan di lambung dengan nilai tersebut dan adanya peningkatan atau
penurunan nilai pH, maka enzim tidak dapat bekerja sehingga terjadi gangguan pada lambung
(Jusup, 2010).

25
DAFTAR PUSTAKA

Pengurus Besar Ikatan Dokter indonesia. (2015). Panduan Praktik Klinis bagi dokter difasilitas
pelayanan kesehatan primer edisi 1.

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia.


(2014). Konsensus nasional Penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori.

Djojodiningrat, D. (2014). Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. In: Setiati, S., Alwi, I.,
Sudoyo , A. W., Simadibrata, M., Setyohadi, B. editors: buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid II. (6th ed). Jakarta : Pusat Dapertemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

BPJS Kesehatan. (2016). Panduan tatalaksana 20 kasus non spesialistik di fasilitas kesehatan
tingkat pertama.

Djojoningrat D. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Edisi ke 1 FKUI;
2007.h.285.2.

Jones MP. Evaluation and treatment of dyspepsia. Post Graduate MedicalJournal 2003;79:25-
29.3.

Tack J, Nicholas J, Talley, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, et al. FunctionalGastroduadenal.


Gastroenterology 2006;130:1466-1479.4.

Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska MedanTahun 2007. Edisi
2010. Diunduh dari, http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?
option=com_journal_review&id..

Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional.Bagian Psikiatri FK
USU 2003.

Dyspepsia. Edition 2010. Available from:http://www.mayoclinic.org/dyspepsia/.7.

26
Talley N, Vakil NB, Moayyedi P. American Gastroenterological Associationtechnical review:
evaluation of dyspepsia. Gastroenterology 2005;129:1754

27

Anda mungkin juga menyukai