Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING

“Recent Advances in Airway Management”

Oleh :

Baiq Dwi Sagita Alawiah (018.06.0071)


Nyoman Tridharma Kusuma (018.06.0079)

Pembimbing

dr. I Dewa Ayu Putu Diah Darmayanti, M.Biomed., Sp.An

PROGRAM KEPANITERAAN KLINIK


SMF ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
Journal Reading dengan judul “Recent Advances in Airway Management”. Laporan
Journal Reading ini disusun untuk memenuhi penugasan dalam menempuh
kepaniteraan klinik di Bagian/SMF Anestesi
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Dalam menyelesaikan laporan Journal
Reading ini, kami banyak memperoleh bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari
berbagai pihak. Maka dari itu izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih
kepada:
1. dr.I Dw. Ayu Pt. Diah Dharmayanti, M.Biomed,Sp.An selaku pembimbing
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
Journal Reading.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
penyusunan laporan Journal Reading.
3. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk menyusun


laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bangli, 25 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JOURNAL READING.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................................1
ISI JURNAL...........................................................................................................................1
1.1 Judul Jurnal............................................................................................................1
1.2 Abstrak....................................................................................................................1
1.3 Pendahuluan...........................................................................................................2
1.4 Metode.....................................................................................................................2
1.5 Penilaian Jalan Nafas.............................................................................................3
1.5.1 Penilaian Anatomi............................................................................................3
1.5.2 Tes Penilaian Jalan nafas..................................................................................3
1.5.3 Endoskopi Hidung............................................................................................4
1.5.4 Endoskopi Vitual..............................................................................................4
1.5.5 Peran Ultrasonografi.........................................................................................5
1.5.6 Kecerdasan Buatan (AI)...................................................................................6
1.6 Jalan Pernapasan Yang Sulit Secara Fisiologi.....................................................6
1.7 Preoxygenasi Dan Oksigenasi Apnoeic.................................................................8
1.8 Pengelolaan Alat Dan Teknik Terbaru Untuk Airway......................................10
1.8.1 Perangkat saluran napas supraglotik (SAD)...................................................10
1.8.2 Alat bantu untuk intubasi................................................................................11
1.8.3 Pemasangan alat bantu napas supraglotis yang dipandu dengan penglihatan. 12
1.8.4 Intubasi berbantuan video dengan bronkoskop....................................................13
1.8.5 Teknologi telemedicine untuk intubasi trakea................................................13
1.9 Konfirmasi Intubasi Trakheal.............................................................................13
1.10 Pertimbangan Faktor Manusia...........................................................................15
1.11 Panduan Untuk managemen Jalan Pernafasan Yang Sulit..............................16
1.12 Base Yang Besar dan Multisenter Studis Observasional...................................16

iii
1.13 Kesimpulan...........................................................................................................17
BAB II...................................................................................................................................19
CRITICAL APPRAISAL....................................................................................................19
2.1 Identitas Jurnal.............................................................................................................19
2.2 Abstrak.......................................................................................................................20
BAB III.................................................................................................................................25
KESIMPULAN....................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................25
Daftar Pustaka........................................................................................................................26

iv
BAB 1
ISI JURNAL
1.1 Judul Jurnal
Recent advances in airway management

1.2 Abstrak
Manajemen jalan napas adalah keterampilan inti yang penting bagi ahli
anestesi dan penyedia layanan kesehatan yang terlibat dalam resusitasi dan
perawatan akut pasien. Kemajuan dalam manajemen jalan napas terus
berkembang. Ulasan naratif ini menyoroti kemajuan terbaru sehubungan dengan
inovasi, alat, teknik, pedoman, dan penelitian dalam aspek teknis dan non teknis
manajemen jalan napas. Hal ini meliputi endoskopi hidung, endoskopi virtual,
ultrasonografi saluran napas, endoskopi video, saluran napas supraglotis dengan
perlindungan yang lebih baik terhadap aspirasi, perangkat hibrida, serta
penggunaan kecerdasan buatan dan telemedis, yang kegunaannya telah meningkat
akhir-akhir ini, sehingga meningkatkan keberhasilan dalam manajemen saluran
napas dan meningkatkan keselamatan pasien. Terdapat peningkatan penekanan
pada strategi oksigenasi peri intubasi untuk mengurangi komplikasi pada pasien
dengan jalan napas yang sulit secara fisiologis. Telah tersedia pedoman terbaru
untuk manajemen jalan napas yang sulit dan mencegah intubasi esofagus yang
tidak dikenali. Pengumpulan data jalan napas multisenter yang besar membantu
kami memeriksa insiden jalan napas, etiologi, dan komplikasi untuk memperluas
pengetahuan dan memberikan wawasan untuk perubahan dalam praktik.

Kata kunci: Intubasi, teknologi, ventilasi

1
1.3 Pendahuluan

Manajemen jalan napas adalah keterampilan inti yang penting


bagi ahli anestesi dan penyedia layanan kesehatan yang terlibat dalam
resusitasi dan perawatan pasien akut. Tidak mengherankan, hal ini
menjadi subjek dari banyak penelitian dan inovasi untuk memfasilitasi
efisiensi dalam prosedur dan meningkatkan keselamatan pasien. Pada
literatur anastesi telah terjadi peningkatan eksponensial dalam publikasi
tentang manajemen saluran napas yang sulit, terutama dalam beberapa
tahun terakhir. Pandemic virus corona 2019 (COVID-19) telah menyebabkan
pergeseran paradigma dalam management jalan nafas dengan pengenalan
atas keunikan tantangan dan penggunaan tindakan tambahan untuk
menghindari penularan infeksi ke petugas kesehatan sambil memastikan
keselamatan pasien. Baru-baru ini terdapat hal yang berfokus pada
pengelolaan saluran napas yang sulit secara fisiologis, selain kesulitan
pada anatomis. Tinjauan naratif ini menyoroti kemajuan terbaru sehubungan
dengan inovasi, alat, teknik, pedoman, dan penelitian dalam bidang
teknikal dan penelitian pada aspek non teknis dari manajemen jalan napas.
Manajemen jalan napas bagian bawah dan strategi ventilasi yang belum
tercakup.
1.4 Metode

Pencarian literatur dilakukan di PubMed dan Cochrane Database of


Systematic Reviews dengan menggunakan kata kunci berikut ini: jalan
napas, manajemen jalan napas, intubasi, perangkat supraglotis, kemajuan
terkini, teknologi, oksigenasi, pedoman jalan napas. Pencarian mencakup
pedoman, artikel ulasan, uji klinis, studi observasional, dan meta analisis yang
diterbitkan dari tahun 2017 hingga 2022. Berdasarkan artikel yang dipilih pada
awalnya, pencarian manual dilakukan dengan menggunakan referensi silang
untuk mengidentifikasi artikel yang tidak tercakup dalam pencarian awal.

2
1.5 Penilaian Jalan Nafas
1.5.1 Penilaian Anatomi
Kombinasi anamnesis yang cermat, pemeriksaan umum, dan
pemeriksaan jalan napas terfokus dengan menggunakan tes dan pencitraan
khusus biasanya digunakan untuk memprediksi jalan napas yang sulit.
Riwayat jalan napas yang sulit sebelumnya merupakan hal yang paling
penting untuk dipertimbangkan. Telah muncul akhir-akhir ini penggunaan
endoskopi hidung, endoskopi virtual, ultrasonografi, dan kecerdasan buatan
(AI) untuk penilaian dan manajemen jalan napas yang sulit.

1.5.2 Tes Penilaian Jalan nafas


Tes yang paling sering digunakan adalah tes Mallampati, tes membuka
mulut, jarak tiromental, jarak sternomental, tes gigitan bibir atas (ULBT), dan
skor risiko Wilson. Tes skrining harus memiliki sensitivitas yang tinggi. Sebuah
tinjauan Cochrane yang membandingkan akurasi diagnostik berbagai tes yang
umum digunakan untuk memprediksi jalan napas yang sulit, menemukan bahwa
semua tes yang diteliti memiliki sensitivitas yang relatif rendah dengan
variabilitas yang tinggi. Di antara tes yang diperiksa, ULBT menunjukkan
akurasi diagnostik yang paling baik. ULBT, memiliki jarak hiatus yang pendek,
retrognathia, atau kombinasi temuan berdasarkan skor Wilson ditemukan sebagai
prediktor terbaik untuk intubasi trakea yang sulit dalam tinjauan sistematis baru-
baru ini. Tidak ada faktor risiko atau temuan fisik yang ditemukan yang secara
konsisten mengesampingkan intubasi yang sulit. Secara keseluruhan, dapat
disimpulkan bahwa meskipun berbagai tes sangat membantu dalam
mengidentifikasi jalan napas yang berpotensi sulit, namun tes tersebut harus
ditafsirkan dengan hati-hati karena belum terbukti sebagai tes skrining yang baik.
Di antara tes skrining, ULBT tampaknya merupakan prediktor yang terbaik.

3
1.5.3 Endoskopi Hidung
Nasendoskopi digunakan untuk menilai saluran napas bagian atas dan
trakea sehingga berguna untuk merencanakan intubasi dan ekstubasi trakea.
Penilaian penyempitan saluran napas, distorsi, adanya patologi infeksius, tumor
laring, atau edema saluran napas bagian atas dapat dengan mudah dilakukan
pada pasien yang terjaga sebelum melakukan manajemen saluran napas,
biasanya dalam posisi duduk. Contohnya adalah tampilan endoskopi
hidung dari karsinoma glotis dengan ekstensi subglotis. Endoskopi hidung
juga memfasilitasi pemeriksaan perangkat dalam, termasuk tempat saluran
udara supraglotis, saluran trakea, dan tabung trakeostomi, sehingga berguna
untuk ekstubasi atau manipulasi perangkat.

Tampilan endoskopi hidung karsinoma glotis dengan ekstensi subglotis

1.5.4 Endoskopi Vitual


Ini adalah simulasi radiologi anatomi saluran napas dari orofaring hingga
carina. Video 'fly-through' 3D dibuat dengan menggunakan gambar computed
tomography (CT) yang direkonstruksi untuk membuat anatomi jalan napas. Hal
ini meningkatkan interpretasi gambar CT scan 2D dan membantu kami

4
mengidentifikasi jalan napas yang sulit dengan lebih baik untuk membuat
rencana jalan napas yang sesuai. Endoskopi virtual meningkatkan akurasi
diagnostik patologi jalan napas bila dibandingkan dengan CT scan saja dan
mengarah pada strategi manajemen jalan napas yang lebih konservatif dan
berpotensi lebih aman pada pasien dengan patologi kepala dan leher.

1.5.5 Peran Ultrasonografi


Pengunaan point of care ultrasound (POCUS) semakin meningkat dalam
manajemen jalan napas. POCUS memfasilitasi penilaian jalan napas yang
cepat dan real time, yang dapat dipelajari dengan pelatihan minimal.
Ketebalan lidah yang lebih besar dari 6,1 cm telah terbukti menjadi
prediktor independen untuk intubasi trakea yang sulit. Jarak dari kulit ke
epiglotis (DSE) adalah tes yang paling banyak diukur dan dipelajari untuk
memprediksi laringoskopi. DSE>2-2,5 cm merupakan prediktor laringoskopi.
Sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini menunjukkan bahwa metrik
ultrasonografi saluran napas berhubungan dengan laringoskopi yang sulit
dalam tiga domain: ketebalan jaringan anterior, posisi anatomis, dan ruang
mulut.

Penilaian ultrasonografi lainnya termasuk penilaian dinamis pita suara,


yang berguna dalam penilaian stridor dan kelumpuhan pita suara. Penilaian
diameter subglotis telah terbukti lebih unggul daripada rumus yang digunakan
untuk memperkirakan ukuran tabung trakea pada anak-anak. POCUS
lambung dapat digunakan untuk memperkirakan volume isi lambung dengan
andal. Ultrasonografi memiliki kemampuan diagnostik yang tinggi dalam
memastikan posisi tabung. Pada intubasi esofagus, terdapat tanda saluran
ganda dengan dua struktur berisi udara. Evaluasi ini dapat didukung lebih
lanjut dengan ultrasonografi toraks untuk memeriksa tidak adanya pergeseran
paru bilateral. Penandaan permukaan membran krikotiroid sebelum
melakukan intubasi yang sulit diantisipasi atau sebagai panduan

5
prosedural waktu nyata yang merupakan aplikasi ultrasonografi saluran
napas yang paling sering direkomendasikan dan memiliki tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan palpasi. Saat melakukan
trakeostomi, ultrasonografi merupakan alat yang berguna untuk menilai
diameter trakea dan pembuluh darah yang ada di sekitarnya pada lokasi
pemasangan yang diusulkan. Meskipun pemeriksaan ultrasonografi
dilakukan dengan cepat, namun hasilnya bergantung pada operator.
Pelatihan dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk standarisasi yang
lebih baik. Menggabungkan pemeriksaan klinis dan ultrasonografi dapat
menjadi alat skrining yang akurat untuk masalah dalam penggunaan
laringoskopi.

1.5.6 Kecerdasan Buatan (AI)


Model AI dibuat berdasarkan pembelajaran mendalam, menggunakan
gambar wajah pasien yang diklasifikasikan berdasarkan perkiraan kesulitan dalam
intubasi trakea. Model AI mampu mengenali kesulitan yang diharapkan
dalam intubasi trakea dengan akurasi 80,5% dan area di bawah kurva
0,864 (interval kepercayaan 95%, 0,731-0,969). Penelitian lain telah
menggunakan pembelajaran mesin untuk melakukan analisis wajah guna
mendeteksi fitur morfologi yang terkait dengan saluran napas yang sulit.

1.6 Jalan Pernapasan Yang Sulit Secara Fisiologi


Jalan napas yang sulit secara fisiologis adalah jalan napas yang
mengalami perubahan fisiologis pada pasien yang meningkatkan risiko
komplikasi kardiorespirasi dan komplikasi lainnya selama intubasi trakea.
Perubahan fisiologis ini dapat disebabkan oleh penyakit akut, penyakit yang
sudah ada sebelumnya, efek agen anestesi, dan ventilasi tekanan positif.
Risiko ini terutama dikenali pada pasien yang sakit kritis, tetapi juga dapat
terjadi pada pasien sehat yang mengalami perubahan fisiologis seperti pasien
hamil, obesitas, dan pasien anak. Dalam studi observasional internasional

6
untuk memahami dampak dan praktik terbaik manajemen jalan nafas di pasien
sakit kritis (INTUBE),
Menjalani intubasi trakea, setidaknya satu kejadian per intubasi yang
merugikan diamati pada 45,2% pasien. Komplikasi yang paling banyak terjadi
adalah ketidakstabilan kardiovaskular (42,6% pasien), diikuti oleh hipoksemia
berat (9,3%) dan henti jantung (3,1%). Subanalisis dari penelitian ini
mengidentifikasi penggunaan propofol untuk induksi sebagai intervensi yang
dapat dimodifikasi yang secara signifikan terkait dengan ketidakstabilan
kardiovaskular. Praktik yang umum dilakukan, seperti pemberian bolus cairan
sebelum intubasi trakea untuk mencegah hipotensi, tidak menunjukkan manfaat.
Peran penggunaan vasopresor dosis rendah sebelum induksi saat ini sedang
diselidiki. Faktor-faktor penyebab kolaps kardiovaskular yang umum serta
solusi potensial saat ini sedang diselidiki. Fokus evaluasi dan manajemen
jalan napas secara tradisional adalah pada faktor anatomis yang
menyulitkan manajemen jalan napas. Pengakuan akan tingginya insiden
komplikasi pada kelompok pasien yang rentan ini telah menekankan
perlunya optimalisasi fisiologis dan penerapan strategi untuk
menghindari komplikasi selama intubasi trakea.

7
Kolaps kardiovaskular selama intubasi trakea pada pasien yang sakit kritis: faktor
penyebab dan solusi potensial. (Penulis Dr Sheila Myatra telah mendapatkan izin
sebelumnya untuk mereproduksi gambar yang dibuat olehnya dari Elsevier dan
Pemimpin Redaksi ACCPM)

1.7 Preoxygenasi Dan Oksigenasi Apnoeic


Preoksigenasi digunakan untuk meningkatkan cadangan oksigen
sebelum induksi anestesi dan intubasi trakea untuk mencegah timbulnya
hipoksemia kritis selama periode apnea. Terdapat fokus baru-baru ini untuk
mengoptimalkan preoksigenasi menggunakan Non Invasive Intubation (NIV)
atau High Flow Nasal Oxygen (HFNO), melanjutkan oksigen hidung selama
upaya intubasi trakea, mempertimbangkan ventilasi selama Rapid Sequence
Intubation (RSI), dan penggunaan NIV/HFNO setelah ekstubasi, terutama
pada pasien berisiko tinggi. Hal ini mencakup pasien untuk RSI, dengan
cadangan oksigen yang terbatas (pasien yang sakit kritis, pediatrik, hamil, dan

8
obesitas) dan saat diantisipasi adanya jalan napas yang sulit. Dukungan
tekanan dan tekanan ekspirasi akhir positif yang diterapkan selama NIV
menjaga paru-paru tetap terbuka selama seluruh siklus pernapasan, mengurangi
shunting intrapulmoner dan dengan demikian meningkatkan waktu apneu
yang aman (waktu untuk desaturasi setelah blokade neuromuskuler). Oksigenasi
apnoeik dapat memperpanjang durasi apnea dengan aman. Dengan meningkatkan
laju aliran menjadi 15 L/menit melalui Nasal kanul (NO DESAT: Nasal Oxygen
During Effort at Securing A Tube), hampir 100% Konsentrasi oksigen (FiO2)
dapat diperoleh karena menurunnya kebutuhan oksigen pada keadaan apnea.
Namun, metode ini tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kadar karbon dioksida. Transnasal Humified Rapid Insufflation
Ventilatory Exchange (THRIVE) yang menyediakan 100% oksigen dengan
laju aliran hingga 70 L/menit, merupakan metode oksigenasi dan ventilasi
apnea yang dapat memperpanjang waktu apnea yang aman lebih lama
dibandingkan dengan NO DESAT, tanpa peningkatan kadar CO 2 dan dengan
demikian mengurangi tekanan selama manajemen jalan napas. Hal ini sangat
berguna selama pengelolaan jalan napas yang sulit, induksi urutan cepat, dan
pengelolaan pasien yang mengalami obesitas. THRIVE dapat digunakan
untuk pra-oksigenasi dan dilanjutkan selama intubasi trakea. HFNO juga telah
direkomendasikan untuk mengoptimalkan oksigenasi selama prosedur jalan
napas bersama, intubasi trakea yang terjaga, dan pada pasien yang bernapas
secara spontan yang menerima anestesi intravena.

Dalam uji coba Preventing Hypoxaemia with Manual Ventilation during


Endotrakeal Intubation (PREVENT), pasien yang sakit kritis diacak untuk
menerima ventilasi bag-mask dari induksi hingga laringoskopi atau tanpa
ventilasi selama RSI. Ventilasi bag-masker mengurangi kejadian hipoksemia
berat hingga lebih dari setengahnya tanpa meningkatkan kejadian aspirasi paru.
Oleh karena itu, risiko/manfaat ventilasi masker lembut selama RSI harus dinilai

9
dengan cermat pada pasien yang berisiko tinggi mengalami desaturasi.
Dukungan pasca ekstubasi dengan NIV dan HFNO pada pasien yang berisiko
tinggi mengalami reintubasi telah menunjukkan penurunan angka reintubasi.

1.8 Pengelolaan Alat Dan Teknik Terbaru Untuk Airway


1.8.1 Perangkat saluran napas supraglotik (SAD)
 SAD dengan perlindungan yang lebih baik terhadap aspirasi

Untuk melindungi lebih lanjut dari aspirasi lambung, masker Baska


yang dapat menutup sendiri digunakan. Selama ventilasi tekanan positif,
segel manset menempel pada glotis secara bertahap untuk menambah
tekanan segel dengan meningkatnya tekanan saluran napas. Bersamaan
dengan itu, alat ini juga dilengkapi dengan sistem pembersihan aliran
tinggi refluks lambung. Inklusi lainnya adalah pelindung LMA. Berbeda
dengan SAD lainnya, alat ini memiliki dua saluran drainase lambung dan
ruang faring untuk mengalirkan isi lambung. Selain itu, alat ini dilengkapi
dengan indikator tekanan manset berkode warna untuk pemantauan tekanan
intracuff secara terus menerus.

 SAD dengan intubasi trakea menggunakan selang fleksibel bronkoskopi

Intubasi trakea menggunakan bronkoskop fleksibel melalui SAD


dapat dilakukan melalui sebagian besar SAD yang lebih baru, yang
memungkinkan tabung trakea berdiameter memadai untuk dimasukkan
melalui perangkat. Penambahan terbaru adalah LMA Blockbuster. Selain
keamanan ganda dan segel yang unggul, alat ini dilengkapi dengan tabung
yang diperkuat dengan kawat berujung Parker yang disesuaikan. Saat
menangani jalan napas yang sulit, pentingnya intubasi trakea melalui SAD
dengan menggunakan bronkoskop fleksibel yang telah ditekankan oleh
pedoman jalan napas terbaru.

10
1.8.2 Alat bantu untuk intubasi
 Alat penyemprot MADgic

Rangkaian perangkat atomisasi yang lebih baru termasuk MADgic


LMA dan LMA MAD Nasal yang tidak hanya memberikan topikalisasi pada
jaringan mulut, hidung, faring, dan laring, tetapi juga membantu menjaga
jalan napas tetap terbuka.
 Stylet tampilan optic

Varian terbaru dari stylet optik menggunakan chip video semikonduktor


oksida logam pelengkap pada bukaan distal stylet dengan monitor layar internal
atau sambungan pada ponsel pintar untuk melihat struktur jalan napas selama
intubasi. Ini termasuk stylet intubasi Trachway, Stylet Viu, Stylet Video AinCa,
Stylet Video C-MAC dan VivaSight SL

 Pencitraan laring otomatis dengan endoskopi robotik untuk intubasi trakea

Ini adalah stylet endoskopi video yang digunakan untuk memandu


intubasi trakea. Gerakan menekuk ujung endoskopi dapat dikontrol secara
manual atau otomatis ke arah glotis. Prototipe yang beroperasi dalam mode
otomatis, menggunakan gambar glotis yang direkam yang menyerupai
gambar saluran napas anatomis dalam basis data elektronik untuk mengarahkan
ujung endoskopi ke dalam trakea untuk memfasilitasi intubasi trakea.

 Videolaringoskop

Peningkatan dan penurunan biaya chip kamera video miniatur dan


sumber dioda pemancar cahaya telah memicu ledakan laringoskop video. Vie
Scope™ memiliki tabung melingkar tertutup dengan ujung miring, mirip
dengan pisau laringoskop berbentuk Miller, yang transparan dan menyala.
Alat ini memungkinkan visualisasi langsung glotis dan membantu intubasi
endotrakeal dengan menggunakan bougie. Sistem intubasi inframerah

11
(IRRIS) terdiri dari sumber cahaya inframerah kecil yang ditempatkan pada
permukaan serviks anterior dan di atas membran krikotiroid. Alat ini
memancarkan sinar inframerah melalui kulit pasien ke ruang subglotis.
Kemudian, videolaringoskop yang tidak menyaring panjang gelombang
tersebut ditempatkan di saluran napas. Videolaringoskop menampilkan
cahaya terang yang muncul dari glotis yang memandu jalan napas.

 Endoskopi video

Pandemic Covid-19 telah mendorong pergeseran dari bronkoskop yang


dapat digunakan kembali menjadi bronkoskop sekali pakai yang diaktifkan
dengan sumber cahaya baterai dan monitor internal. Varian baru telah
ditambahkan ke dalam cakupan yang sudah ada.

 Perangkat hibrida

Ini termasuk perangkat dengan dua fitur atau lebih peralatan saluran napas
tradisional. Total track VLM™ menggabungkan fitur videolaringoskop dan
jalan napas masker laring yang mengintubasi. Pilihan pencitraan gambar
dalam gambar yang menarik untuk menggabungkan kemampuan
videolaringoskop dan video bronkoskop ke dalam satu unit saat ini tersedia
di GlideScope Core™ dan CMAC™.

1.8.3 Pemasangan alat bantu napas supraglotis yang dipandu dengan penglihatan
Baru-baru ini, terdapat fokus pada pemasangan SAD yang dipandu dengan
penglihatan secara real time untuk memastikan penempatan yang optimal. Masker
laring video Video Laryngeal Mask™ dan SafeLM™ tersedia untuk digunakan.
Keuntungan utama dari perangkat ini adalah dapat dengan mudah dimasukkan di
bawah penglihatan langsung, mengurangi kerusakan saluran napas,
memfasilitasi intubasi trakea melalui SAD, memiliki kemampuan merekam, dan

12
memiliki kemampuan untuk melepaskan SAD dari ruang lingkup setelah
dipasang, sehingga memudahkan penggunaan kembali video scope.

1.8.4 Intubasi berbantuan video dengan bronkoskop


Penggunaan bronkoskop fleksibel secara tradisional telah dianggap
sebagai perangkat standar emas untuk jalan napas sulit yang diantisipasi
dengan penggunaan terbatas pada algoritme jalan napas sulit yang tidak
diantisipasi. Intubasi bronkoskop fleksibel berbantuan video yang
dikombinasikan menawarkan ruang lingkup untuk memperluas
penggunaannya dalam skenario elektif dan penyelamatan.
1.8.5 Teknologi telemedicine untuk intubasi trakea
Penggunaan telemedicine dalam dunia kedokteran bukanlah hal
yang baru. Hal ini dieksplorasi selama pandemi COVID-19 sebagai cara
untuk mengurangi paparan terhadap penyedia jalan napas. Sebuah tinjauan
yang menilai teknologi telemedicine untuk intubasi trakea menemukan
bahwa teknologi ini memfasilitasi intubasi seefektif pengawasan oleh
individu tanpa komplikasi lebih lanjut. Teknologi ini juga memfasilitasi
otonomi progresif bagi peserta pelatihan jalan napas. Namun secara
klinis penelitian diperlukan untuk memahami sepenuhnya manfaatnya dan
keterbatasan teknologi ini.

1.9 Konfirmasi Intubasi Trakheal


Penempatan selang trakea yang cepat dan tepat sangat diperlukan selama
manajemen jalan nafas untuk menghindari komplikasi. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan penempatan selang trakea dapat dikonfirmasi, tetapi masing-
masing memilik keterbatasan. Pemeriksaan klinis telah menjadi bentuk
pengajaran tradisional. Namun, auskultasi dan pengamatan gerakan
dinding dada tidak dapat diandalkan. Pedoman American Society of
Anesthesiologists (ASA) tahun 2022 untuk manajemen jalan napas yang sulit
merekomendasikan konfirmasi intubasi trakea dengan menggunakan

13
kapnografi gelombang. Intubasi esofagus yang tidak terdeteksi terus terjadi,
sehingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Tidak satu pun dari
pedoman ini yang secara khusus berfokus pada pencegahan intubasi
esofagus yang tidak terdeteksi. Oleh karena itu, pedoman konsensus dari
Project for Universal Management of Airways (PUMA), sebuah kelompok
multidisiplin global yang terdiri atas para ahli saluran napas dan
masyarakat saluran napas internasional utama dikembangkan untuk
memberikan rekomendasi yang komprehensif dalam mencegah intubasi
esofagus yang tidak terdeteksi.
Pedoman PUMA merekomendasikan penggunaan videolaringoskop
secara rutin, jika memungkinkan, dan mendorong verbalisasi pandangan
yang diperoleh operator jalan napas selama laringoskopi. Pedoman ini
merekomendasikan konfirmasi penempatan intubasi trakea dengan
menggunakan karbon dioksida tidal akhir yang berkelanjutan sebagai
standar emas dengan memenuhi kriteria berikut:
(1) peningkatan amplitudo selama pernafasan dan penurunan
selama inspirasi;
( 2 ) peningkatan atau amplitudo yang konsisten selama setidaknya
tujuh kali tarikan napas;
(3) amplitudo puncak lebih dari 1 kPa (7,5 mmHg) di atas garis
dasar; dan
(4) pembacaan yang sesuai secara klinis.
Pedoman ini merekomendasikan pengangkatan selang secara
default saat CO2 yang dihembuskan secara terus menerus tidak dapat
dideteksi. Jika pengangkatan selang dianggap berbahaya, maka
direkomendasikan intubasi esofagus dengan segera menggunakan teknik
alternatif. Ini termasuk laringoskopi ulang (sebaiknya videolaringoskopi) dan
salah satu dari yang berikut ini antara lain bronkoskopi fleksibel,
ultrasonografi, atau penggunaan alat detektor esofagus, bersama dengan

14
evaluasi penyebab lain ketidakmampuan untuk mendeteksi CO2. Pedoman ini
merekomendasikan agar tidak menggunakan pemeriksaan klinis untuk
menyingkirkan intubasi esofagus. Tabung harus dilepas jika CO2 yang
dihembuskan secara berkelanjutan tidak dapat dicapai, penempatan esofagus
tidak dapat dikecualikan, atau saturasi oksigen turun pada titik mana pun sebelum
memulihkan CO2 yang dihembuskan secara berkelanjutan. Pedoman ini juga
menekankan penggunaan berbagai strategi untuk mengatasi bias kognitif dan
penurunan kinerja individu atau tim di bawah situasi yang penuh tekanan.
1.10 Pertimbangan Faktor Manusia
Meskipun kemampuan klinis dan kemahiran teknis sangat penting
untuk manajemen jalan napas yang sukses, keterampilan non teknis juga
sama pentingnya. Faktor manusia melibatkan pertimbangan dampak aspek
individu, lingkungan, proses, dan budaya terhadap kinerja manusia. Faktor
manusia yang buruk telah berkontribusi pada 40% kasus yang dilaporkan,
sesuai dengan Proyek Audit Nasional ke 4 (NAP4) dari Royal College of
Anaesthetists. Pedoman ASA menguraikan faktor manusia yang relevan
dengan manajemen jalan napas sulit sebagai faktor praktisi (pengetahuan,
pelatihan, rasa puas diri, pemicu stres, dinamika tim, pengambilan
keputusan tim, pembekalan, dan lain-lain) dan faktor eksternal seperti yang
terkait dengan pasien (termasuk jalan napas sulit, risiko infeksi, risiko
aspirasi), lingkungan (termasuk peralatan, pemantauan, alat pelindung
diri), dan institusi (termasuk budaya, staf, protokol, pengawasan,
dukungan). Sebuah penelitian yang melihat prevalensi dan kesamaan
faktor manusia dalam pedoman jalan napas menemukan bahwa faktor
tersebut terwakili dengan baik, dengan sistem dan proses kerja yang lebih
banyak ditampilkan dibandingkan dengan pengukuran hasil dari pengguna
dan pasien. Faktor manusia merupakan area yang terus berkembang dalam
manajemen jalan napas. Pertimbangan lebih lanjut diperlukan untuk

15
pengembangan pedoman di masa mendatang.
Insiden komplikasi jalan napas yang lebih rendah membatasi proses
pembelajaran yang berkelanjutan. Oleh karena itu, latihan rutin keterampilan
ini melalui lokakarya jalan napas terfokus dan program pelatihan berbasis
simulasi menjadi penting. Alat bantu kognitif seperti pendekatan Vortex
mungkin berguna dalam pengaturan ini. Tata letak peralatan telah
diidentifikasi sebagai elemen kunci yang dapat membantu manajemen jalan
napas, terutama dalam situasi kritis. Chrimes dkk, menguraikan prinsip-
prinsip utama untuk memasukkan faktor manusia ke dalam desain dan
implementasi troli jalan napas untuk meningkatkan kinerja tim.
1.11 Panduan Untuk managemen Jalan Pernafasan Yang Sulit
Tiga pedoman untuk manajemen jalan napas sulit telah diterbitkan baru-
baru ini. Pedoman jalan napas ASA 2022 menekankan kesadaran akan berlalulanya
waktu dan membantasi jumlah upaya dengan perangkat jalan nafas yang berbeda.
Konten baru tersebut mencakup alat bantu pengambilan keputusan manajemen jalan
napas awal dan algoritme manajemen jalan napas terjaga. Konten baru dalam
pedoman kanada mencakup rekomendasi untuk penggunaan videolaringoskop
agar memfasilitasi semua intubasi trakea dan agar semua institusi menunjuk
seorang pemandu jalan nafas untuk membantu protokol terkait jalan napas,
pelatihan, dan tinjauan kualitas. Pedoman Difficult Airway Society untuk
intubasi trakea terjaga (ATI) pada orang dewasa bersifat komprehensif dan
berbasis bukti yang dapat membantu dalam persiapan dan pelaksanaan ATI
secara praktis. Kelompok PUMA sedang bekerja untuk mengembangkan satu
rangkaian pedoman manajemen jalan napas berbasis bukti yang dapat
diterapkan secara universal

1.12 Base Yang Besar dan Multisenter Studis Observasional

Tujuan dari pengumpulan data jalan napas yang besar adalah untuk

16
memeriksa insiden jalan napas, etiologi, dan komplikasi untuk
menginformasikan dan memperluas pengetahuan kita tentang subjek tersebut dan
memberikan wawasan tentang perubahan dalam praktik. Contohnya adalah
NAP4 dari Inggris yang telah memberikan wawasan penting mengenai
komplikasi manajemen jalan napas untuk perubahan praktik. Studi INTUBE
menyoroti tingginya insiden komplikasi selama intubasi trakea pada pasien
yang sakit kritis, dengan identifikasi keruntuhan hemodinamik sebagai yang
paling sering terjadi, serta wawasan untuk perubahan praktik dan penelitian di
masa depan. Aplikasi Airway menunjukkan kelayakan penggunaan teknologi
ponsel pintar untuk merekam pengalaman jalan napas depan leher darurat
secara internasional. Meskipun informasi yang dihasilkan dari basis data yang
begitu besar memiliki potensi untuk membantu perawatan yang lebih aman di
masa depan, terdapat beberapa rintangan praktis dalam pelaksanaannya yang
harus diatasi. Hal ini termasuk menciptakan registri yang kuat, kerahasiaan
pasien, standarisasi data klinis yang dikumpulkan, akses di seluruh sistem
perawatan kesehatan, pemeliharaan, dan implikasi biaya.
1.13 Kesimpulan
Kemajuan dalam manajemen jalan napas terus berkembang.
Kemajuan tersebut mencakup berbagai alat dan strategi terbaru yang
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan manajemen jalan napas dan
meningkatkan keselamatan pasien. Endoskopi hidung, endoskopi virtual,
ultrasonografi saluran napas, endoskopi video, saluran napas supraglotis
dengan perlindungan yang lebih baik terhadap aspirasi, perangkat hibrida,
serta penggunaan AI dan telemedis telah meningkatkan kegunaannya dalam
penilaian dan manajemen saluran napas. Terdapat peningkatan penekanan
pada oksigenasi peri intubasi dan keterampilan serta strategi non teknis
untuk mengurangi komplikasi pada pasien dengan kondisi fisiologis jalan
napas yang sulit. Analisis data jalan napas multisenter yang besar memberi kita

17
wawasan tentang perubahan praktik. Pedoman terbaru untuk manajemen jalan
napas yang sulit dan mencegah intubasi esofagus yang tidak dikenali telah
tersedia. Penetrasi dan dampak pedoman ini terhadap hasil akhir pasien perlu
dievaluasi di masa mendatang.

18
BAB II
CRITICAL APPRAISAL
2.1 Identitas Jurnal
1. Judul
- Aturan penulisan pada jurnal harus spesifik, ringkas, dan jelas. Judul
pada jurnal yaitu “ Recent advances in airway management” sudah
singkat dan jelas
- Judulnya efektif tidak lebih dari 18 kata, Judul tersebut sudah
mengambarkan isi dari jurnal
- Judul menarik dan pembaca dapat langsung mengerti denga napa yang
akan disampaikan

No Keriteria Judul Karya Ilmiah

Keriteria Cheklis Ket.

1. Spesifik  -

2. Mengambarkan  -
isi jurnal

3. Ringkas dan  -
jelas

4. Menarik  -

5. Terdiri dari <  -


18

2. Penulis
 Sheila Nainan Myatra dkk.

19
 Penulis telah mencantumkan alamat dan kontak email yang dapat di
hubungi dan di gunakan

3. No Seri
Penulis telah mencantumkan no seri jurnal, yaitu DOI 10.4103/ija_26_23
4. Tahun Terbit
21 januari 2023
5. Jenis Jurnal
Jurnal merupakan artikel review

2.2 Abstrak
Abstrak pada jurnal ini sudah menjelaskan secara rinci isi dari jurnal.
No. Kriteria Cheklist Ket.
1. Maksimal kata  163 kata
2. Latar belakang  Ada
3. Metode  Ada
4. Pembahasan dan kesimpulan  Ada
5. Kata kunci (3-7 kata)  3 kata

2.3 Pendahuluan
Pendahuluan yang baik menyajikan gambaran umum mengenai topik latar
be;akang, masalah serta tujuan dan manfaat dari penulisan jurnal, pada jurnal ini telah
menyajikan semua kriteria tersebut.
No Kriteria Checklist Ket.

1. Latar Belakang ✓ Dicantumkan

2. Tujuan ✓ Dicantumkan

3. Masalah ✓ Dicantumkan

20
4. Manfaat ✓ Dicantumkan

2.4 Metode
Penelitian ini merupakan artikel review.
2.5 Hasil/Pembahasan

Kriteria Hasil Karya Ilmiah


No
Kriteria Checklist Ket

Penyajian data (teks, tabel,


1 frafik. Gambar) secara tepat, ✓ Sudah tepat
jelas, singkat, dan informatif.

Interpretasi data penelitian


Tidak ada
2 tepat, jelas, singkat, dan X
penelitian
informatif.

Analisis data : statistik dan Tidak ada analisis


3 X
non-statistik (tepat dan akurat) data

2.6 Kesimpulan

Kesimpulan pada jurnal ini telah menjelaskan inti dan gagasan dari artikel ini.

2.7 Referensi

Kriteria Referensi Jurnal


No
Kriteria Checklist Ket

1 Referensi relevan (minimal 20 ✓ Terdapat 48

21
buah, minimal 30% dari jurnal
Referensi
ilmiah).

Referensi yang
digunakan dominan
Sumber Pustaka terbaru (5
2 ✓ memiliki tahun
tahun terakhir).
terbit tahun terbit <
5 tahun terakhir

Kaidah penulisan
sumber yang
digunakan sudah
Ketepatan Cara Penulisan tepat, Penulisan
3 ✓
Refernsi daftar pustaka
ditulis dengan tepat
sesuai dengan
Vancouver Styl

2.8 Ucapan Terima Kasih

Pada jurnal ini tidak ada ucapan terimakasih.

2.9 Analisis PICO

a. Patient/Problem/Population

Jurnal ini merupakan artikel review yang meninjau berbagai literatur


dan dituangkan dalam artikel ini. Dalam jurnal ini peneliti berusaha
memberi tinjauan dengan membahas masalah terkait teknik manajemen
jalan nafas

b. Intervention

22
Pada jurnal ini tidak terdapat intervensi/paparan yang dilakukan secara
langsung

c. Comparation

Pada jurnal ini tidak terdapat intervensi/paparan yang ingin


dibandingkan. Namun pada jurnal ini merangkum beberapa tinjauan
sehingga mampu menyajikan artikel terkait manajemen jalan nafas

d. Outcome

Hal yang ingin dicapai dari dibentuknya jurnal ini yaitu, diharapkan
menambah wawasan semua dokter maupun nakes lainnya dalam upaya
manajemen jalan nafas

2.10 Analisis VIA

1. Validitas

a. Apakah sumber pustaka jurnal ini valid?

Penelitian ini dapat dikatakan valid karena pada jurnal telah


berfokus pada tujuannya. Namun dapat digolongkan valid, jika dilihat
dari tahun terbit sumber referensi yang digunakan pada jurnal ini yaitu
dominan kurang dari 5 tahun terakhir

2. Importance

a. Apakah jurnal ini penting?

Ya, karena pembahasan dalam jurnal ini terdapat informasi


yang dapat membantu nakes dalam upaya manajemen jalan nafas

23
3. Aplikabilitas

a. Apakah jurnal ini memiliki kebermanfaatan bagi institusi kita

dan di masyarakat?

Ya, karena pembahasan dalam jurnal ini dapat digunakan


sebagai sumber literatur dalam manajemen jalan nafas.

2.11 Kelebihan dan kekurangan jurnal

1. Kelebihan

a. Jurnal ini sangat informatif karena terdapat informasi terkait upaya


manajemen jalan nafas

b. Penjelasan yang digunakan dalam jurnal ini cukup jelas

c. Tahun terbit jurnal ini tergolong masih dapat digunakan sebagai


sumber referensi

2. Kekurangan

a. Terdapat beberapa materi serta istilah-istilah yang kurang dijelaskan


secara rinci pada jurnal ini sehingga pembaca perlu membaca literatur
lain untuk meningkatkan pemahaman pembaca.

24
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan jurnal diatas, jurnal ini dapat disimpulkan adalah
jurnal artikel review yang membahasa tentang manajemen jalan nafas merupakan
keterampilan yang penting bagi ahli anastesi dan penyedia layanan kesehatan.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk dikembangkan dan mengikuti kemajuan
kemajuan terkini terkait ilmu manajemen jalan nafas. Sehingga jurnal ini dapat
diharapkan membantu dalam memberikan wawasan pratik di layanan Kesehatan.

25
Daftar Pustaka

Liu Yuri, et al. 2022. Advances in airway management in recent 10 years


from 2013 to 2023. Anesthesiology and Perioperative Science. 1: 27

Saputri Kurnia apriani, yudhino. 2022. Manajemen Jalan Nafas Pasien


Heptocellurar Carsinoma Dengan Masalah Pola Nafas Tidak Efektif. Jurnal
Keperawatan Merdeka (JKM). Vol. 2. No. 2

Lin Judy, et al. 2023. Point-of-Care Ultrasound in Airway Evaluation and


Management: A Comprehensive Review. Diagnostics. 13;1541

26

Anda mungkin juga menyukai