Anda di halaman 1dari 12

ASPEK HUKUM CYBER NOTARY

Definisi Konsep Cyber Notary

Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., M.Hum., LLM

Oleh:

Nama : Ni Made Dwikayanti

NIM : 1982411026

FAKULTAS HUKUM

PRODI MAGISTER KRNOTARIATAN

UNIVERSITAS UDAYANA

SEPTEMBER 2020
Definisi Cyber Notary
Kata cyber berasal dari cybernetic atau suatu bidang ilmu hasil perpaduan antara robotik,
matematika, elektro dan psikologi yang pertama kali dikembangkan oleh Norbert Wiener
padatahun 19481. Cybernetic terus berkembang dan mampu menciptakan dunia baru yaitu dunia
maya (cyberspace) yang dalam pemanfaatannya tidak hanyamendatangkan keuntungan tapi juga
menimbulkan beberapa permasalahan,seperti masalah hukum, ekonomi, kelembagaan dan
penyelesaian sengketa2, sehingga melahirkan apa yang disebut sebagai cyberlaw yang secara
sempitdapat diartikan sebagai undang-undang Teknologi Informasi, namun secara luas berarti
aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yangberhubungan dengan orang
perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang
dimulai pada saat online memasukidunia maya3.
Istilah lain dari Cyber adalah Mayantara dan Virtual. Ada juga istilah Cyber Space yang
merupakan sebuah dunia komunikasi berbasis komputer (computer mediated communication).
Dunia ini menawarkan realitas baru dalam kehidupan manusia yang disebut dengan realitas
virtual (maya).4 Notaris dituntut untuk bisa dan mampu menggunakan konsep cyber notary agar
tercipta suatu pelayanan jasa yang cepat, tepat dan efesien, sehingga mampu mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi5
Cyber notary adalah konsep yang memanfaatkan kemajuan teknologi bagi para notaris
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, seperti: digitalisasi dokumen, penandatanganan akta
secara elektronik, pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) secara telekonferensi,
dan hal-hal lain yang sejenis.Adapun manfaat dari cyber notary adalah mempermudah transaksi
antara para pihak yang tinggalnya berjauhan sehingga jarak bukan menjadi masalah lagi.
Pemegang saham yang berada di luar negeri, dapat mengikuti RUPS dengan menggunakan
media telekonferensi dengan pemegang saham lainnya6
1
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisaris Gultom, 2005, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung : PT
Refika Aditama), hal.6
2
Ibid, hal.10
3
Stephanie A. Mamonto, Perkembangan Cyber Law di Indonesia, http://www.waena.org/index.php?
option=com_content&task=view&id=89&Itemid=9, diakses tanggal 10 Maret 2020
4
Agus Raharjo, 2002, Cybercrime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Berteknologi, (Bandung: Citra Adtya
Bakti),
, hlm. 91
5
R.A. Emma Nurita, 2012, Cyber Notary, Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran, (Bandung : Refika
Aditama), hal. 17.
6
Luthvi Febryka Nola, Peluang Penerapan Cyber Notary dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia,
Jurnal Negara Hukum:Vol.2, No1, Juni 2011. Hlm 78
Menurut Brian Amy Prastyo, esensi dari Cyber Notary saat ini belum ada defenisinya
yang mengikat. Akan tetapi, dapat dimaknai sebagai Notaris yang menjalankan tugas atau
kewenangan jabatannya secara elektronik atau dengan berbasis teknologi informasi 7. Cyber
notary pada intinya merupakan suatu konsep umum yang sering dipakai dalam berbagai tulisan
ilmiah yang menyebutkan fungsi notaris yang diaplikasikan dalam transaksi atau hubungan
secara elektronik, melalui media internet.
Menurut Emma Nurita, konsep cyber notary untuk sementara dapat dimaknai sebagai
notaris yang menjalankan tugas atau kewenangan jabatannya dengan berbasis teknologi
informasi, yang berkaitan dengan tugas dan fungsi notaris, khususnya dalam pembuatan akta 8.
Kemudian menurut Brian Amy Prastyo, esensi dari cyber notary saat ini belum ada defenisinya
yang mengikat. Akan tetapi, dapat dimaknai sebagai Notaris yang menjalankan tugas atau
kewenangan jabatannya dengan berbasis teknologi informasi. Tentu saja bukanlah legalitas
penggunaan handphone atau faksimili untuk komunikasi antara Notaris dan kliennya. Tetapi
berkaitan dengan tugas dan fungsi Notaris, khususnya dalam pembuatan akta9
Theodore Sedwick, manajer dari Cyber notary Project-US Council for International
Business berpendapat bahwa istilah cyber notary dipakai untuk menggambarkan suatu kombinasi
dari fungsi notary-public secara konvensional dan aplikasinya dalam transaksi elektronik. Cyber
notary dapat berperan dalam rangka memastikan kepada pihak di lain negara ketika pihak yang
melakukan transaksi di suatu negara benar-benar atas kesadarannya sendiri dan tanpa paksaan
ataupun ancaman telah menandatangani dokumen yang berbasis elektronik.Cyber notary dalam
hal ini diibaratkan sebagai pengaman dalam lalu lintas transaksi elektronik melalui internet10
Istilah cyber notary menurut Stephen Mason pada awalnya merupakan gagasan
American Bar Association Information Security Committe (1994).11 Cyber Notary mempunyai
fungsi utama dalam melakukan sertifikasi dan autentifikasi terhadap kegiatan transaksi

7
Brian Amy Prastyo, Peluang dan Tantangan Cyber Notary di Indonesia, http://staff.blog.ui.ac.id/
brian.amy/2009/11/29/peluang-cyber-notary-di-indonesia/, terakhir diakses tanggal 10 Maret 2020
8
Emma Nurita, 2012, Cyber Notary, Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran, (Bandung: Refika Aditama), hlm.
xii
9
Brian Amy Prastyo, “Peluang dan Tantangan Cyber Notary di Indonesia”,
http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2009/11/29/peluang-cyber-notary-di-indonesia/, diakses tanggal 10 Maret 2020.
10
Theodore Sedwick Barassi, The Cyber Notary : Public Key Registration, Certification and Authentication of
International Legal Transactions, diunduh dari http://www.abanet.org/sgitech/ec/eb/cybernote.html, diakses pada
tanggal 10 Maret 2020.
11
Edmon Makarim, Notaris dan Transaksi Elektronik, Kajian Hukum tentang Cybernotary atau Electronic Notary,
(Jakarta: Rajawali Pers, ed. ke-2, 2013), hlm. 10.
elektronik12Adapun manfaat dari cyber notary adalah mempermudah transaksi antara para pihak
yang tinggalnya berjauhan sehingga jarak bukan menjadi masalah lagi. Seperti misalnya
seseorang yang berada di luar negeri yang ingin mengikuti Rapat Umum Pemegang saham
(RUPS) dengan menggunakan media telekonferensi dengan pemegang saham yang sedang
berada di Indonesia dengan disaksikan oleh Notaris di Indonesia, sehingga kehadiran fisik tidak
diperlukan lagi.

Konsep Cyber Notary


Penerapan konsep cyber notary berdasarkan Penjelasan Pasal 15 Perubahan UUJN adalah
kewenangan dalam mencetak dan melegalisasi surat dan/ atau mencetak sertifikat yang dicetak
melalui sistem Ditjen AHU online. Hal ini terlihat dalam ketentuan Pasal 15 Permenkumham
4/2014, Pasal 15 Permenkumham 5/2014, dan Pasal 15 Permenkumham 6/2014, yang
menyebutkan Notaris dapat langsung melakukan pencetakan sendiri Keputusan Menteri,
menggunakan kertas berwarna putih ukuran F4/folio dengan berat 80 gr yang wajib
ditandatangani dan dibubuhi cap jabatan oleh Notaris serta memuat frasa yang menyatakan
“Keputusan Menteri ini dicetak dari SABH”. Juga terlihat pada Pasal 3 dan Pasal 5
Permenkumham 10/2013, yang menyebutkan Notaris sebagai pemohon mencetak sertifikat
Jaminan dan sertifikat perubahan Jaminan Fidusia yang telah ditandatangani secara elektronik
oleh Pejabat. Konsep cyber notary merupakan konsep yang mengadaptasi penggunaan computer
secara cyber/online oleh notaris dalam menjalankan tugas dankewenangannya
Konsep cyber notary di Indonesia menjadi jelas setelah diundangkannya Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris (perubahan UUJN) yang mengatur kewenangan mensertifikasi transaksi yang
dilakukan secara elektronik, walaupun hanya tercantum dalam Penjelasan Pasal 15 ayat 3, yakni
yang dimaksud dengan “kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan",
antara lain, kewenangan mensertifikasi transaksi yang dilakukan secara elektronik (cyber
notary), membuat akta ikrar wakaf, dan hipotek pesawat terbang. Berdasarkan penjelasan pasal
tersebut, notaris memiliki kewenangan untuk mensertifikasi transaksi yang dilakukan secara
elektronik.

12
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Penyelengaraan Sertifikasi Elektronik, Pasal 28
Menurut Edmon Makarim konsep Cyber Notary (Notaris Mayantara) dapat meringankan
tugas notaris, khususnya dalam melakukan tugas pokok jabatannya. yakni, salah satunya terkait
kewajiban notaris dalam menyimpan minuta akta yang pernah dibuatnya. Kendati demikian,
Edmon menilai perlu tindak lanjut dari Penjelasan Pasal 15 ayat (3) terkait dengan kewenangan
untuk mensertifikasi transaksi yang dilakukan secara elektronik. Apakah notaris harus menunggu
keluarnya peraturan pemerintah atau cukup dengan peraturan menteri yang sudah ada untuk
memfasilitasi ini13.
Sebagaimana dikemukakan Edmon Makarim, selama ini ada sedikit kesalapahaman
dalam menafsirkan frasa “di hadapan” sesuai Pasal 1868 KUH Perdata yang dikaitkan dengan
cyber notary. Yang mengidentikkan dengan pembuatan akta yang dilakukan secara
telekonferensi, padahal tidak. Prinsip kerja cyber notary tidak jauh berbeda dengan notaris biasa.
Para pihak tetap datang dan berhadapan dengan para notarisnya. Hanya saja, para pihak langsung
membaca draft aktanya di masing-masing komputer, setelah sepakat, para pihak segera
menandatangani akta tersebut secara elektronik di kantor notaris. Jadi aktanya bukan dibuat
melalui jarak jauh menggunakan webcam, tetapi para pihak berhadapan langsung kepada
notarisnya. Kalau caranya menggunakan webcam, negara lain juga belum menggunakan metode
itu.14
Bilamana dicermati hubungannya berdasarkan analisa uraian-uraian sebelumnya, serta
dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 15 ayat 3 Perubahan UUJN yang berfungsi sebagai
tafsiran resmi pembentuk Peraturan Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang
tubuh Perubahan UUJN, maka ditarik kesimpulan bahwa konsep cyber notary yang telah
diakomodir adalah dalam hal kewenangan dalam mencetak dan melegalisasi surat dan/ atau
mencetak sertifikat yang dicetak melalui sistem Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
secara online (Ditjen AHU online).
Keberhasilan penggunaan dan pemanfaatan TIK dengan penerapan konsep cyber notary
dalam Ditjen AHU online, telah mendorong para notaris untuk menggunakan dan memanfaatkan
TIK, sistem ini merupakan sistem administrasi badan hukum (SABH) yang telah mengalami

13
Edmon Makarim, Pre-Seminar International Cyber Law di FHUI,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f6010370d79/ini-gembira-cyber-notary-masuk-ke-uu-jabatan-notaris
di akses pada 10 Maret 2020.
14
Edmon Makarim, “INI Gembira Cyber Notary masuk ke UU Jabatan Notaris”,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f6010370d79/ini-gembira-cyber-notary-masuk-ke-uu-jabatan-notaris,
diakses tanggal 10 Maret 2020.
beberapa kali pengembangan, terakhir dilakukan pengembangan yang revolusioner dalam hal
efisiensi waktu, yakni dengan waktu pelayanan yang dahulunya memakan waktu dalam hitungan
hari sekarang dapat dilakukan dalam hitungan menit. Melalui Ditjen AHU online proses
birokrasi diperpendek dengan tidak diperlukan lagi pertemuan antara penyedia jasa dan pemakai
jasa sehingga peluang terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme dapat dihindarkan. Yang
mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat dalam membangun good governance menuju
clean government dengan mengutamakan pelayanan yang profesional, cepat, tepat, efisien,
murah dan bebas punggutan liar. Kemudian akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi para
Notaris dalam memberikan kepastian waktu penyelesaian pelayanan terhadap masyarakat,
dengan demikian berdampak pada berkembangnya perdagangan dan perekonomian nasional
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.15
Dalam pengembangannya kini pelayanan Ditjen AHU online meliputi:16
1. Publikasi berita-berita yang ditulis oleh Hubungan Masyarakat (Humas) Ditjen
AHU;
2. Pengajuan permohonan pemakaian nama PT, Yayasan, dan Perkumpulan yang
dapat diakses oleh masyarakat umum dan notaris;
3. Pengajuan permohonan pengesahan pendirian PT, Yayasan, dan Perkumpulan
yang hanya dapat diakses oleh notaris;
4. Pengajuan permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar, dan penyampaian
pemberitahuan perubahan anggaran dasar serta perubahan data PT;
5. Pendaftaran, perubahan, dan penghapusan Fidusia yang hanya dapat diakses oleh
notaris;
6. Pelaporan Wasiat yang hanya dapat diakses oleh notaris;
7. Pendaftaran untuk calon Notaris.
8. Pengaduan oleh masyarakat umum dan notaris

Penerapan konsep cyber notary oleh Ditjen AHU Online diatur dalam beberapa peraturan
pelaksanaan, yakni mengenai PT diatur dalam Permenkumham 4/2014, mengenai Yayasan diatur
dalam Permenkumham 5/2014, mengenai Perkumpulan diatur dalam Permenkumham 6/2014,
mengenai pelayanan yang berhubungan dengan Fidusia diatur dalam Permenkumham 10/2014

15
Benny, Penerapan Konsep Cyber Notary Di Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, Hal.
7.
16
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, http://ahu.web.id, diakses tanggal 10 Maret 2020.
dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor AHU.OT.03.01-11
Tahun 2013, mengenai pelaporan wasiat dan pendaftaran calon notaris diatur dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014.
Konsep mengenai pelaksanaan RUPS secara telekonferensi sudah diatur dalam pasal 77
ayat (1) UUPT, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan RUPS dapat juga dilakukan melalui
media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang
memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta
berpartisipasi dalam rapat17. Pada saat seorang Notaris menggunakan alat bantu berupa
teleconference terhadap pemegang saham yang tidak dapat hadir secara langsung, maka dia
disebut Notaris Pengguna Cyber (NPC) karena surat kuasa dan penerima kuasa tetap
berkewajiban diperlihatkan dan hadir di hadapan Notaris tersebut.18

Sertifikasi
Defenisi sertifikasi dapat diberikan pengertian berdasarkan Pengaturan mengenai
sertifikasi transaksi elektronik yang diatur dalam UU ITE, UU perubahannya serta aturan
pelaksananya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Juncto Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Pasal 1 angka 10:
“Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai
pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.”
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 diatas sertifikasi dapat diberikan pengertian yaitu suatu
proses yang diselenggarakan oleh badan hukum yang layak dipercaya untuk memberikan dan
mengaudit Sertifikat Elektronik.

Pasal 1 angka 11
“Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh
profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan
mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik.”

17
Irma Devita, Cyber Notary, http://irmadevita.com/2010/cyber-notary, diakses tanggal 10 Maret 2020.
18
Freddy Harris, Leny Helena, 2017, Notaris Indonesia, (Jakarta Pusat: PT Lintas Cetak Djaja), hlm. 202.
Sementara berdasarkan Pasal 1 angka 11 diatas pengertian sertifikasi dapat berarti proses
dari lembaga independen yang terdiri dari profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh
pemerintah dengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam
Transaksi Elektronik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 82 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik
Pasal 1 Angka 12.
“Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik adalah suatu rangkaian proses pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan oleh institusi yang berwenang dan berkompeten untuk
memastikan suatu Sistem Elektronik berfungsi sebagaimana mestinya.”

Berdasarkan pasal diatas Sertifikasi dapat diberikan pengertian suatu rangkaian proses
mulai dari pemeriksaan, dan pengujian yang dilakukan oleh intitusi yang berwenang dan
kompeten untuk memastikan suatu Sistem Elektronik berfungsi sebagaimana mestinya. Peraturan
Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik
Pasal 1 Angka 4
“Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik adalah kegiatan menyediakan, mengelola,
mengoperasikan infrastruktur Penyelenggara Sertifikasi Elektronik, dan/atau
memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.”

Pasal 1 Angka 5.
“Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai
pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.”

Dari kedua pasal tersebut diatas sertifikasi dapat diberikan pengertian yang tidak jauh
berbeda dari aturan-aturan sebelumnya yaitu kegiatan yang dilakukan oleh badan hukum yang
dipercaya menyediakan, mengelola, mengoperasikan infrastuktur Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik, dan/atau memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.
Jadi berdasarkan Peraturan perundang-undangan tersebut diatas dapat diberikan
penjelasan mengenai Sertifikasi, yaitu: suatu kegiatan rangkaian proses untuk menyediakan,
mengelola, mengoperasikan infrastruktur penyelenggara dan/atau memberikan dan mengaudit
sertifikat elektronik yang dilakukan oleh badan hukum independen, berkompeten, yang layak
dipercaya yang dibentuk oleh profesional yang diakui, disahkan dan diawasi oleh pemerintah.19

19
Syamsul Bahri, Annalisa Yahanan, Agus Trisaka, Kewenangan Notaris Dalam Mensertifikasi
Transaksi Elektronik Dalam Rangka Cyber Notary, Universitas Sriwijaya, jurnal ilmiah kenotariatan, Vol.8 No.2
November 2019, hal.147.
Secara terminologi sertifikasi adalah “penyertifikatan yang bermakna suatu proses, cara,
pembuatan menyertifikatkan”,20 Pengertian sertifikasi menurut Emma Nurita adalah, “prosedur
dimana pihak ketiga memberikan jaminan tertulis bahwa suatu produk, proses atas jasa telah
memenuhi standar ketentuan tertentu, berdasarkan audit yang dilaksanakan dengan prosedur
yang disepakati.21
Dalam Undang-Undang Infomasi dan Transaksi Elektronik Pasal 5 ayat (4) menyebutkan
bahwa ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tidak berlaku
untuk, surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis, dan surat beserta
dokumennya yang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat
pembuat akta tanah.
Jadi, makna dari kata sertifikasi adalah notaris mempunyai kewenangan untuk disebut
pihak yang bertindak sebagai Certification Authority (trusted Third Party) sehingga notaris dapat
mengeluarkan produk berupa digital certificate kepada para pihak yang berkepentingan. Fungsi
lainnya yaitu autentifikasi yang memiliki hubungan terhadap aspek hukum yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan transaksi elektronik22

Tansaksi elektronik
Menurut Edmon Makarim, transaksi elektronik adalah perikatan ataupun hubungan
hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari sistem
informasi berbasiskan komputer (computer basedinformation system) dengan sistem komunikasi
yang berdasarkan atas jaringan dan jasa telekomunikasi (telecommunication based), yang
selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global internet (network of network).23
Jika dipandang dari ruang lingkup hukum keperdataan, transaksi elektronik dapat
dipandang sebagai bagian dari perikatan para pihak (Pasal 1233 KUH Perdata). Transaksi
tersebut akan merujuk kepada semua jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan hukum
secara elektronik itu sendiri yang akan mencakup jual beli, lisensi, asuransi, lelang, dan
20
Lihat Sertifikasi - Kamus Besar Bahasa Indonesia 2015, Edisi IV, PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 1290.
21
Zainatun Rossalina, Moh. Bakri, Itta Andriajani, Keabsahan Akta Notaris yang Menggunakan Cyber Notary
sebagai Akta Otentik, Jurnal Hukum Universitas Brawijaya. hlm. 16.
22
Agung Fajar Matra, Penerapan Cyber Notary di Indonesia ditinjau dari Undang-undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris, tesis, Depok, 2012, hlm.58. dalam Jurnal Hukum Universitas Brawijaya ditulis
oleh Zainatun Rossalina, et.al, Keabsahan Akta Notaris Yang Menggunakan Cyber Notary Sebagai Akta
Otentik. hlm. 9.
23
Edmon Makarim, 2005, Pengantar Hukum Telematika, Suatu Kajian Kompilasi, Rajawali Pers dan Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 255
perikatan-perikatan lain yang lahir sesuai dengan perkembangan teknologi dalam lingkungan
masyarakat. Kemudian jika dipandang dalam ruang lingkup hukum dagang, transaksi elektronik
dirumuskan definisinya dari terminologi electroniccommerce (e-commerce) yang lazim dipakai
dalam perdagangan internasional

DAFTAR PUSTAKA
Agus Raharjo, 2002, Cybercrime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Berteknologi,
(Bandung: Citra Adtya Bakti), hlm. 91

Benny, Penerapan Konsep Cyber Notary Di Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 2014, Hal. 7.

Emma Nurita, 2012, Cyber Notary, Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran,
(Bandung: Refika Aditama), hlm. xii

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2015, Edisi IV, PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 1290.
R.A. Emma Nurita, 2012, Cyber Notary, Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran,
(Bandung : Refika Aditama), hal. 17.

Jurnal:
Agung Fajar Matra, Penerapan Cyber Notary di Indonesia ditinjau dari Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, tesis, Depok, 2012, hlm.58. dalam Jurnal
Hukum Universitas Brawijaya ditulis oleh Zainatun Rossalina, et.al, Keabsahan Akta Notaris
Yang Menggunakan Cyber Notary Sebagai Akta Otentik. hlm. 9.

Syamsul Bahri, Annalisa Yahanan, Agus Trisaka, Kewenangan Notaris Dalam


Mensertifikasi
Transaksi Elektronik Dalam Rangka Cyber Notary, Universitas Sriwijaya, jurnal ilmiah
kenotariatan, Vol.8 No.2 November 2019, hal.147.

Zainatun Rossalina, Moh. Bakri, Itta Andriajani, Keabsahan Akta Notaris yang
Menggunakan Cyber Notary sebagai Akta Otentik, Jurnal Hukum Universitas Brawijaya. hlm.
16.

Luthvi Febryka Nola, Peluang Penerapan Cyber Notary dalam Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia, Jurnal Negara Hukum:Vol.2, No1, Juni 2011. Hlm 78

Internet:
Brian Amy Prastyo, Peluang dan Tantangan Cyber Notary di Indonesia,
http://staff.blog.ui.ac.id/ brian.amy/2009/11/29/peluang-cyber-notary-di-indonesia/, terakhir
diakses tanggal 10 Maret 2020

Brian Amy Prastyo, “Peluang dan Tantangan Cyber Notary di Indonesia”,


http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2009/11/29/peluang-cyber-notary-di-indonesia/, diakses
tanggal 10 Maret 2020.

Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, http://ahu.web.id, diakses tanggal 10


Maret 2020.

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisaris Gultom, 2005, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi
Informasi, (Bandung : PT Refika Aditama), hal.6

Edmon Makarim, Pre-Seminar International Cyber Law di FHUI,


https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f6010370d79/ini-gembira-cyber-notary-masuk-
ke-uu-jabatan-notaris di akses pada 10 Maret 2020.

Edmon Makarim, “INI Gembira Cyber Notary masuk ke UU Jabatan Notaris”,


http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f6010370d79/ini-gembira-cyber-notary-masuk-ke-
uu-jabatan-notaris, diakses tanggal 10 Maret 2020.
Freddy Harris, Leny Helena, 2017, Notaris Indonesia, (Jakarta Pusat: PT Lintas Cetak
Djaja), hlm. 202.

Irma Devita, Cyber Notary, http://irmadevita.com/2010/cyber-notary, diakses tanggal 10


Maret 2020.

Stephanie A. Mamonto, Perkembangan Cyber Law di Indonesia,


http://www.waena.org/index.php?option=com_content&task=view&id=89&Itemid=9, diakses
tanggal 10 Maret 2020

Theodore Sedwick Barassi, The Cyber Notary : Public Key Registration, Certification
and Authentication of International Legal Transactions, diunduh dari
http://www.abanet.org/sgitech/ec/eb/cybernote.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2020.

Peraturan-Peraturan:

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Juncto Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun


2004 tentang Jabatan Notaris

Anda mungkin juga menyukai