Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman sekarang dunia telematika sudah canggih hampir seluruh kegiatan
dapat dilakukan di dunia maya mulai menulis dokumen tidak lagi harus
menggunakan tulis tangan ataupun menggunakan mesin ketik tapi dapat dilakukan di
dunia maya, kemudian untuk mengirim surat dan dokumen banyak dikirim melalui
surat elektronik.
Perlu dipahami bahwa perkembangan telematika ditandai dengan adanya
konvergensi antara aspek teknologi dan bisnis. Konvergensi meliputi konvergensi
perangkat, konvergensi jaringan, konvergensi jasa, konvergensi pasar, dan
konvergensi konsumen.

Dengan kemunculan perangkat-perangkat lunak maupun

keras dan jaringan-jaringan, serta sektor-sektor jasa baru terkait dengan keberadaan
internet sebagai suatu jaringan telekomunikasi global atau sering juga disebut dengan
jalan raya informasi, orang mulai membayangkan terjadinya konvergensi pasar dan
konvergensi konsumen itu1.

1 Bonie Guido, Otentitas Akta Notaris Untuk Berkontrak Dalam ECommerce (S.H. Thesis, Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, 2005), h.
2

Terkait dengan perkembangan telematika di Indonesia salah satunya mulai ke


arah penandatangan dokumen secara elektronik yang dimana dokumen itu
ditandangani melalui suatu media elektronik dibuat secara khusus untuk merekam
tanda tangan seara digital. Tanda tangan merupakan sutu instrument penting dalam
suatu akta notaris. Hal yang menarik adalah mengenai notaris sebagai pejabat publik
yang berwenang untuk membuat suatu akta otentik apakah bisa melakukan
pembuatan akta secara elektronik atau tidak. Mengacu pada Amerika Serikat sudah
ada layanan notaris yang dilakukan secara digital dengan nama e-notary maka dengan
adanya pelaksanaan enotary di Amerika Serikat berarti sudah ada yang menjalankan
notaris secara elektronik walaupun berbeda sistem hukum antara Indonesia dengan
Amerikaa Serikat. Berdasarkan hal ini penulis berusaha untuk mengkaji apakah hal
itu dapat diterpakan di Indonesia dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia.
Sebelum membahas mengenai permasalahan yang diangkat dalam penulisan
ini, penulis akan menjelaskan mengenai transaksi elektronik dan sistem elektronik,
berdasarkan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Yang dimaksud dengan Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum
yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media
elektronik lainnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan sistem elektronik adalah
serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,

mengumpulkan,

mengolah,

menganalisis,

menyimpan,

menampilkan,

mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik2.


Terkait dengan penerapan akta yang dibuat secara elektronik maka perlu
dipahami akta sebagai suatu dokumen, dan di dalam Pasal 1 butir (6) yang dimaksus
dengan dokumen elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau
didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Kemudian, agar suatu akta itu sah maka diperlukan tanda tangan, terkait
dengan tanda tangan tersebut saat ini dimungkinkan untuk membuat suaut tanda
tangan elektronik, berdasarkan Pasal 1 butir 12 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dimaksud dengan tanda tangan
elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai
alat verifikasi dan autentikasi.

2 Pasal 1 butir (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik, LN Nomor 58, TLN Nomor 4843

Dari pengertian mengenai tranasaksi elektronik, sistem elektronik, dokumen


elektronik, dan tanda tangan elektronik tersebut di atas dapat dipaahami bahwa ketiga
hal tersebut sangat berkaitan satu dengan lainnya sebagai komponen yang penting
dalam pelaksanaan akta yang dibuat secara elektronik. Mengenai transaksi elektronik
dipahami sebagai suatu perbuatan hukum yang dimana pembuatan akta notaris
merupakan suatu perbuatan hukum yang memiliki akibat hukum yang mengikat para
pihak yang terlibat dalam akta tersebut, kemudian untuk memuwujudkan suatu akta
notaris elektronik maka diperlukan suatu sistem elektronik yang mampu untuk
memenuhi segala ketentuan hukum yang berlaku mengenai akta otentik sehingga
tanpa adanyan sistem elektronik yang canggih dan memenuhi seluruh ketentuan yang
berlaku maka akan celah hukum yang mengakibatkan akta notaris elektronik tidak
daapt dibuat. Dengan adanya sistem eletronik yang bisa mencakup
Yang dapat menjadi masalah di kemudian hari di Indonesia adalah ketika
Informasi Elektronik yang berada di sistem elektronik yang dimiliki oleh konsumen
yang berada di domain elektronik berhasil untuk dibobol oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab yang lebih dikenal dengan peretas/hacker3.

Ketika suatu

informasi elektronik yang dimiliki oleh konsumen mengalami kebobolan maka


penyelenggara sistem elektronik harus bertanggung jawab terhadap informasi
3 Yang dimaksud peretas/hacker dalam tulisan ini masuk ke dalam
kategori black hat yang pengertiannya adalah People committed to
circumvention of computer security. This primarily concerns unauthorized
remote computer break-ins via a communication networks such as the
Internet, lihat Jonas Lowgren, "Hacker Culture(s):Origins" 23rd Febuary
2000

elektronik yang berada di domain penyelenggara sistem elektronik tersebut. Hal ini
berkaitan dengan privacy4 dari pengguna jasa suatu domain elektronik.

Yang

dimaksud dengan dengan privacy dalam hal ini berkaitan dengan beragam bentuk
dari bagaimana seorang manusia memberikan akses kepada orang lain untuk
mendapatkan informasi pribadinya, mengambil bagian dari kepemilikan pribadi dan
keputusan pribadi5.
Permasalahan

yang

penulis

akan

angkat

adalah

tanggung

jawab

penyelenggara sistem elektronik terhadap user/pengguna jasa penyelenggara sistem


elektronik yang dirugikan akibat berhasilnya peretasan terhadap perlindungan
informasi sistem elektronik yang lebih dikenal sebagai firewall (program komputer
yang digunakan sebagai tameng/perisai yang melindungi hal-hal yang merugikan dari
properti elektronik yang dimiliki oleh user/pengguna)6.

Firewall ini merupakan

bagian dari suatu perlindungan yang merupakan pertahanan terhadap virus atau
program-program yang dapat membahayakan data yang dilindungi oleh Firewall.
Perlindungan ini bermula dari suatu perjanjian baku atau lebih terkenal
dengan Click Contract atau Term Of Service yang di mana pengguna jasa
4 Lihat Blacks Law Dictionary, Eight Edition, West Publishing Co, St. Paul,
1999, h.1350, dimuat pengertian bahwa privacy is the condition or state
of being free from public attention to intrusion or iterferenrence with
ones acts or decisions.
5 Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi
Informasi, Bandung: Refika Aditama, 2010, h.3
6 Bonie Guido, op.cit., h. 48.

penyelenggara sistem elektronik harus menyetujui isi perjanjian jika ingin


menggunakan jasa penyelenggara sistem elektronik dengan kedudukan/posisi yang
lebih lemah.
Yang merupakan sumber malapetaka dari suatu klausula baku yang tercantum
dalam term of condition. Contohnya adalah ketika membuat suatu account e-mail
yang terdapat beberapa klausula dalam kontrak tersebut, klausula yang di mana
sangat memberatkan salah satu pihak, yang dalam bahasa Belanda disebut dengan
onredelijk bezawarend, atau dalam bahasa Inggris disebut unreasonably onerous.
Salah satu klausula berat sebelah tersebut adalah apa yang disebut dengan istilah
exoneratie clausule atau klausula eksemsi. Yang dimaksud dengan klausula eksemsi
adalah suatu klausula dalam kontrak yang membebaskan atau membatasi tanggung
jawab dari salah satu pihak jika terjadi wanprestasi, sedangkan menurut hukum,
tanggung jawab seharusnya dibebankan kepadanya7.
Dalam hal perjanjian baku yang dibuat oleh PT. Yahoo Indonesia menjadi
suatu permasalahan yang cukup menarik bagi penulis karena dalam hukum Indonesia
memiliki perlindungan terhadap konsumen dalam bidang barang maupun jasa
dinyatakan secara implisit, dan tentu saja penyelenggara sistem elektronik tidak dapat
begitu saja lepas tangan walaupun pengaturan hukum yang jelas. Yang menjadi pusat
perhatian dari penulis adalah apakah penyelenggara sistem elektronik dapat
7 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku
kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, h.98

mempertanggungjawabkan keamanan informasi elektronik yang disimpannya dan


dapat menjaga agar informasi yang ada tidak dapat diretas oleh para pihak yang tidak
bertanggung jawab khususnya penyelenggaraan sistem elektronik yang dilakukan
oleh PT. Yahoo Indonesia.
Kemudian, dengan adanya kerugian tersebut penyelenggara sistem elektronik
khususnya PT. Yahoo Indonesia harus bertanggung jawab terhadap lemahnya
perlindungan yang diberikan oleh penyelenggara walaupun dalam perjanjian baku
dinyatakan bahwa penyelenggara tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian
yang diderita oleh pengguna jasa penyelenggara sistem elektronik.
Yang penulis fokuskan adalah mengenai tanggung jawab dari PT. Yahoo
Indonesia bukan pihak ke-3 yang meretas informasi elektronik milik pengguna
jasa/user, karena pihak-3 yang menerobos masuk tanpa izin biasanya sulit dilacak dan
menghilang tanpa jejak, sehingga yang dapat dimintakan pertanggungjawaban adalah
pihak PT. Yahoo Indonesia sebagai penyedia jasa yang seharusnya melindungi
keamanan data pengguna jasa/user jangan sampai jatuh ke tangan yang salah. Dalam
fokus penulisan ini, yang penulis bahas adalah kedudukan pengguna jasa/user yang
telah memenuhi dan mematuhi seluruh isi ketentuan layanan dan kebijakan privasi
PT. Yahoo Indonesia.
Pertanggungjawaban hukum yang penulis akan bahas adalah mengenai
kemungkinan untuk dimintakannya ganti rugi kepada pihak penyelanggara sistem

elektronik dalam hal ini adalah PT. Yahoo Indonesia atas kerugian yang diderita oleh
user atau pengguna jasa sistem elektronik berupa berhasil diretasnya informasi
pengguna jasa/user yang terdapat di dalam sistem elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kemudian, mengenai status dan bentuk badan dari penyelenggara sistem
elektronik yaitu PT. Yahoo Indonesia yang berbentuk badan hukum resmi di
Indonesia yaitu Perseroan Terbatas sehingga untuk pertanggungjawaban hukumnya
bisa menggunakan hukum Indonesia karena Yahoo! memiliki perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan tunduk pada hukum Indonesia.
Dengan demikian maka dengan adanya alamat e-mail Yahoo! seperti
almando.benedikto@ymail.co.id menunjukan bahwa Yahoo! memiliki kedudukan
resmi di Indonesia, dan melalu e-mail itu menunjukan bahwa pengguna jasa/user
memiliki hubungan hukum yang resmi karena dalam membuat suatu akun e-mail
Yahoo!, pengguna jasa/user tunduk kepada perjanjian baku yang telah disediakan
oleh Yahoo! dan pengguna jasa/user tinggal menyetujui seluruh Ketentuan Layanan.
Ketika pengguna jasa/user menyetujui seluruh Ketentuan Layanan yang merupakan
perjanjian baku yang dibuat oleh Yahoo! maka terjadi hubungan hukum antara PT.
Yahoo Indonesia dengan pengguna jasa/user.
Ketika terjadi sengketa antara pihak PT. Yahoo Indonesia sebagai
penyelenggara sistem elektronik dengan pihak pengguna jasa/user dapat diselesaikan

melalui arbitrase dan mengacu pada hukum arbitrase Indonesia tertuang dalam
Ketentuan Layanan yang dinyatakan oleh Yahoo! sebagai berikut:
Untuk Layanan PT. Yahoo Indonesia, KL dan hubungan antara Anda dengan
Yahoo! akan diatur menurut hukum Republik Indonesia tanpa memperhatikan
ketentuan-ketentuan Hukum Perdata Internasionalnya. Anda dan Yahoo! sepakat
bahwa dalam hal terjadi sengketa, salah satu dari kita dapat mengajukan sengketa ke
Majelis Arbitrase berdasarkan peraturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia yang
berlaku (Peraturan BANI), yang akan dilaksanakan dalam bahasa Inggris di
Jakarta. Majelis Arbitrase akan terdiri dari seorang arbiter yang ditunjuk sesuai
dengan Peraturan BANI. Majelis Arbitrase yang telah ditunjuk wajib melaksanakan
arbitrase sesuai dengan Perjanjian ini, Peraturan BANI dan hukum dan perautranperaturan terkait dengan Arbitrase yang berlaku di Indonesia pada saat itu (Hukum
dan Peraturan Arbitrase)...8
Jadi, dengan berbagai macam permasalahan yang telah penulis uraikan di atas,
penulis tertarik untuk menyusun penulisan ini karena penulis ingin mengetahui
pertanggungjawaban penyelenggara sistem elektronik secara menyeluruh termasuk di
dalamnya pertanggungjawaban terhadap pihak ke-3 yang meretas domain milik
penyelenggara sistem elektronik, langkah-langkah apa yang harus ditempuh oleh
pengguna jasa/user untuk mendapatkan ganti rugi atas kejadian peretasan, mekanisme
penyelesaian sengketa melalui arbitrase, bagaimana dalam hukum Indonesia
mengatur mengenai masalah ini khususnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, khususnya mengenai perlindungan datadata pengguna jasa sistem elektronik yang telah diretas.

Dalam penulisan ini

memang belum ada kasus yang terjadi di Indonesia, oleh karena itu penulis ingin
8 Lihat Pasal 27 Ketentuan Layanan Yahoo! Indonesia
http://info.yahoo.com/legal/id/yahoo/utos/id-id/ (diakses tanggal 17
September 2012)

menjabarkan lebih lanjut agar ketika ada pihak yang ingin menggugat sudah
mengetahui konsekuensi apa yang akan terjadi/kasus yang menyerupai penulisan ini
setidak-tidaknya telah memiliki gambaran mengenai prosedur dan dasar hukumnya.
Dengan demikian, maka penulis memberi judul penulisan ini: "Tinjauan
Yuridis Tanggung Jawab Hukum PT. Yahoo Indonesia Selaku Penyelenggara
Sistem Elektronik terhadap Peretasan Surat Elektronik"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis akan memberikaan
pemahaman dan solusi agar akta notaris dapat dibuat secara elektronik sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Permaasalahan pokok yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan akta yang dibuat secara elektronik
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang No.
2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?
2. Jenis-jenis akta yang dapat dibuat oleh Notaris secara elektronik dan
implementasinya.
3. Bagaimana kekuatan pembuktian dari akta notaris yang dibuat secara
elektronik?

C. Tujuan dan Manfaat Penetilian


Berdasarkan permasalahan yang diuraikan oleh penulis, maka tujuan utama
dan manfaat dari penetilian yang akan dilakukan oleh penulis adalah:
1. Menguraikan dan menganalisis peraturan dan ketentuan hukum ketika
terjadi sengketa antara penyelenggara sistem elektronik dengan pengguna
jasa/user.
2. Menguraikan dan menganalisis proses penyelesaian sengketa antara
penyelenggara sistem elektronik dengan pengguna jasa/user.
3. Menguraikan dan menganalisis kemungkinan peraturan hukum baru yang
timbul dari penyelesaian sengketa antara penyelenggara sistem elektronik
dengan pengguna jasa/user.
Dengan hal-hal di atas yang menjadi tujuan penulis melakukan penelitian ini,
untuk memberikan suatu pemecahan masalah dan pemahaman kepada masyarakat
mengenai masalah-masalah hukum seputar teknologi dan memberikan gambaran
bagaimana solusi dari sengketa antara penyelenggara e-mail dengan pengguna
jasa/user e-mail.
D. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan


yang telah disebutkan pada bagian tujuan, maka penulis menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
1) Jenis metode yang penulis gunakan adalah Metode Yuridis Normatif
dengan melakukan penelitian berdasarkan peraturan hukum yang berlaku
dengan masalah yang penulis angkat.
2) Metode perolehan data yang penulis gunakan adalah Metode Kepustakaan
dengan mencari data dari sumber-sumber kepustakaan yang berhubungan
dengan telematika dan perjanjian dari buku-buku, literatur-litertatur,
bahan-bahan yang dikumpulkan dari internet.
3) Metode analisis yang penulis gunakan adalah Metode Analisis Kualitatif
karena data-data yang penulis akan peroleh adalah data-data yang bersifat
sekunder untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang penulis
angkat.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis membaginya menjadi
beberapa sistematika penulisan. Adapun sistematika tersebut adalah:
BAB I

: PENDAHULUAN

Dalam

BAB

ini

penulis

membahas

mengenai

dasar

yang

melatarbelakangi alasan penulis mengangkat topik mengenai .


BAB II : HUBU
Dalam BAB II, penulis akan menguraikan dasar hukum, teori, asas, dan
pendapat mengenai
BAB III : ASPEK HUKUM
Dalam BAB III, penulis akan menjawab pertanyaan yang ada dalam
rumusan masalah dengan menguraikan
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam BAB IV, penulis akan menarik kesimpulan dan menjawab
pertanyaan yang ada di dalam rumusan masalah yaitu meliputi

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Bandung, Alumni, 2005
Budhijanto, Danrivanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi,
Bandung, Refika Aditama, 2010.
Fuady, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku kedua,
Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003.
Kie, Tan Thong, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Jakarta, PT. Ikhtiar
Baru Van Hoeve,2007
Margono, Suyud, Penyelesaian Sengketa Bisnis: Alternative Dispute Resolutions
(ADR), Bogor, Ghalia Indonesia, 2010
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Internasional, Bandung, Citra Aditya Bakti,
2010
Raharjo, Handri, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Jakarta, Buku Kita, 2009

Anda mungkin juga menyukai