Abstract
The use of electronic documents signed with electronic signatures as evidence different from
the evidence set in the Civil Code, because the level of originality or authenticity still need to be
proven in advance, or in other words to have some reservations to the electronic evidence has the
force of law, This study aims to determine the validity of electronic signatures in the proof of
Indonesian civil procedure law, as well as to determine the civil dispute resolution efforts towards
electronic document signed by electronic signature. Writing this using normative legal research,
making use of existing legal library materials and the linkage with the issues to be investigated.
The conclusions of this research is said to be valid electronic signature when using electronic
systems in accordance with the applicable legislation, namely the Law on Information and
Electronic Transactions Article 16 Paragraph (1), the expert testimony is also one of the elements
that are considered essential for the process examination because it provides an explanation
regarding the authenticity or the authenticity of the evidence that an electronic signature
submitted.
Keyword: electronic signature
Hukum positif Indonesia menentukan yang harus ditanggung oleh orang-orang baik
bahwa hanya satu cara untuk memberikan yang mengirim, membutuhkan, ataupun
kekuatan hukum dan akibat hukum terhadap sekedar melihatnya, dikarenakan penggunaan
suatu akta, yaitu dengan tanda tangan informasi elektronik ini, menggunakan
manuskrip. Namun, dalam praktek jaringan publik, dimana setiap orang dapat
perdagangan khususnya, tanda tangan mengetahui informasi elektronik tersebut,
manuskrip sudah kian tergeser dengan atau apabila salah satu pihak tidak
penggunaan tanda tangan elektronik yang melaksanakan prestasi dari transaksi
melekat pada akta terdematerialisasi atau elektronik yang telah disepakati dengan pihak
GHQJDQ NDWD ODLQ ³DNWD HOHNWURQLN´ VHhingga yang lain, hal ini merugikan pihak yang
timbul perdebatan tentang pengakuan, berkepentingan yang menggunakan teknologi
kekuatan hukum dan akibat hukum dari informasi untuk penjualan suatu barang atau
sebuah tanda tangan elektronik. jasa.
Transaksi elektronik bersifat non face Permasalahan hukum yang seringkali
(tanpa bertatap muka), non sign (tidak dihadapi adalah ketika terkait dengan
memakai tanda tangan asli) dan tanpa batas penyampaian informasi, komunikasi,
wilayah (seseorang dapat melakukan dan/atau transaksi secara elektronik,
Transaksi elektronik dengan pihak lain khususnya dalam hal pembuktian dan hal
walaupun mereka berada di Negara yang yang terkait dengan perbuatan hukum yang
berbeda) dengan menggunakan teknologi dilaksanakan melalui sistem elektronik.
informasi. Dalam, perkembangannya, aspek Permasalahan yang lebih luas terjadi pada
keamanan dalam informasi sudah mulai bidang keperdataan karena transaksi
diperhatikan. Ketika informasi ini menjadi elektronik untuk kegiatan perdagangan
rusak atau maka akan terdapat resiko-resiko melalui sistem elektronik (electronic
194
195 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019
commerce) telah menjadi bagian dari bentuk dokumen elektronik, bila salah satu
perniagaan nasional dan internasional. pihak melanggar kesepakatan tersebut atau
Kenyataan ini menunjukkan bahwa wanprestasi dari salah satu pihak, maka pihak
konvergensi di bidang teknologi informasi, yang dirugikan dapat mengugat ke
media, dan informatika (telematika) Pengadilan dengan alat bukti dokumen
berkembang terus tanpa dapat dibendung, elektronik. Pada pasal 11 UU ITE dibahas
seiring dengan ditemukannya perkembangan mengenai Tandatangan elektronik dimana
baru di bidang teknologi informasi, media, Undang-Undang ini memberikan pengakuan
dan komunikasi. secara tegas bahwa meskipun hanya
Dalam kegiatan e-commerce, dokumen merupakan suatu kode, Tanda Tangan
elektronik dengan sebuah digital signature, Elektronik memiliki kedudukan yang sama
dapat dikategorikan sebagai bukti tertulis. dengan tanda tangan manual pada umumnya
Tetapi, terdapat suatu prinsip hukum yang yang memiliki kekuatan hukum dan akibat
menyebabkan sulitnya pengembangan hukum. Persyaratan sebagaimana dimaksud
penggunaan dan dokumen elektronik (digital dalam Pasal ini merupakan persyaratan
signature), yakni adanya syarat bahwa minimum yang harus dipenuhi dalam setiap
dokumen tersebut harus dapat dilihat, dikirim Tanda Tangan Elektronik.
dan disimpan dalam bentuk kertas. Keabsahan transaksi dan kekuatan
Permasalahan akan muncul ketika seseorang pembuktian, transaksi elektronik tidak
hendak melakukan transaksi misalnya saja memerlukan hard copy atau warkat kertas,
pembelian barang, maka para pihak sudah namun demikian setiap transaksi yang
mulai dihadapkan pada berbagai melibatkan eksekusi diberikan tanda bukti
permasalahan hukum seperti keabsahan berupa nomor atau kode yang dapat disimpan
dokumen yang dibuat, tanda tangan digital atau direkam di komputer atau dicetak. Alat
(digital signature) yang dibuat saat orang bukti utama dalam hukum pembuktian
tersebut menyatakan sepakat untuk keperdataan adalah bukti tertulis yang bagi
bertransaksi, kekuatan mengikat dari kontrak perdagangan melalui electronic commerce
tersebut serta pembatalan transaksi dan menjadi masalah aktual karena electronic
sebagainya. Salah satu isu yang crucial commerce menggunakan alat yaitu informasi
dalam transaksi e-commerce adalah yang elektronik dan electronic signature. Oleh
menyangkut keamanan dalam mekanisme karena itu penelitian ini dilakukan dengan
pembayaran (payment mechanism) dan menginventarisir, mensistematisasi,
jaminan keamanan dalam bertransaksi menganalisis dan mengevaluasi peraturan
(security risk) seperti Informasi mengenai perundangan yang menyangkut masalah
transfer data kartu kredit dan identitas pribadi pembuktian perdata di Indonesia dengan
konsumen, yang dalam hal ini ada dua pengembangan hukum atas informasi
permasalahan utama yaitu: pertama mengenai elektronik dan electronic signature dengan
Identification Integrity yang menyangkut rumusan masalah; 1) Bagaimana keabsahan
identitas pengirim yang di kuatkan lewat tanda tangan elektronik dalam pembuktian
tanda tangan digital (digital signature), kedua hukum acara perdata Indonesia? 2)
mengenai message integrity yang Bagaimana upaya hukum penyelesaian
menyangkut apakah pesan yang dikirimkan sengketa perdata terhadap dokumen
oleh pengirim benar-benar diterima oleh elektronik yang ditandatangani dengan tanda
penerima yang dikehendaki (Intended tangan elektronik?
Recipient).
Perjanjian e-comerce yang dibuat oleh
para pihak yang berkepentingan dalam
Husnul Hudzaifah, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ««««««196
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan bahkan kekuatan pembuktiannya sama
dalam Undang-Undang ini. dengan akta otentik yang dibuat oleh pejabat
Terdapat satu hal yang patut yang berwenang. Kecuali yang ditentukan
dipertimbangkan dalam pengakuan suatu dalam Pasal 5 Ayat (4) UU ITE tidak berlaku
dokumen elektronik yang ditandatangani untuk:
dengan tanda tangan elektronik, yaitu 1. Surat yang menurut Undang-Undang harus
keamanan suatu sistem dan keterlibatan dari dibuat dalam bentuk tertulis; dan
orang terhadap sistem komputer tersebut. 2. Surat beserta dokumennya yang menurut
Sedangkan eksistensi tanda tangan elektronik Undang-Undang harus dibuat dalam
dalam sebuah dokumen elektronik harus bentuk akta notaril atau akta yang dibuat
diakui memiliki kekuatan hukum dan akibat oleh pejabat pembuat akta.
hukum yang sama dengan tanda tangan pada Penjelasan Pasal tersebut di atas bahwa
dokumen tertulis lainnya. Hal ini berangkat surat yang menurut Undang-Undang harus
dari pemahaman bahwa dokumen elektronik dibuat dalam bentuk tertulis itu meliputi
memiliki kekuatan hukum sebagai alat bukti namun tidak terbatas pada surat berharga,
dan akibat hukum yang sama sebagaimana surat yang berharga, dan surat yang
dokumen tertulis lainnya. digunakan dalam proses penegakan hukum
Agar tanda tangan elektronik pada suatu acara perdata, pidana dan administrasi negara.
dokumen elektronik dapat mempunyai
kekuatan pembuktian di pengadilan, maka Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa
harus mendaftarkan tanda tangan elektronik Perdata Terhadap Dokumen Elektronik
tersebut pada badan Certification Authority Yang Ditandatangani Dengan Tanda
(CA). Maka CA tersebut dapat bertindak Tangan Elektronik
sebagai pejabat umum, sehingga dengan Penyelesaian sengketa oleh pihak yang
memanfaatkan infrastruktur yang diberikan dirugikan dapat mengajukan gugatan,
CA khususnya keamampuan untuk menurut ketentuan Pasal 144 RBg atau Pasal
mengetahui kapan transaksi elektronik itu 120 HIR, cara mengajukan gugatan itu dapat
ditandatangani. Tanda tangan digital yang diajukan secara tertulis maupun secara lisan
telah memperoleh sertifikat dari lembaga kepada Ketua Pengadilan Negeri.
Certification Authority akan lebih terjamin a. Secara Tertulis
keotentikannya, dan tanda tangan digital 1) Dibuat secara tertulis oleh penggugat
sangat sulit dipalsukan. (atau pihak yang dirugikan dari
Berdasar pada azas lex specialis perjanjian yang sudag disepakati) atau
derogate lex generalis, ketimpangan hukum kuasanya;
yang terjadi serperti UU ITE dan UU Jabatan 2) Ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Notaris, maka hakim dapat berpatokan pada Negeri yang berwenang mengadilinya;
Undang-Undang yang bersifat khusus yang 3) Ditanda tangani oleh Penggugat atau
dalam hal ini adalah UU ITE. Sehingga kuasanya atau di cap jempol/domo;
kekuatan pembuktian dokumen elektronik 4) Dicantumkan tanggal gugatan dan
yang ditandatangani dengan tanda tangan diberi materai;
elektronik sama dengan akta otentik. 5) Dibuat dalam beberapa rangkap (aslinya
Pengakuan dokumen dengan digital untuk Pengadilan Negeri, salinanya
signature, setelah dikeluarkan UU ITE untuk penggugat dan tergugat).
merupakan perluasan dari pembuktian hukum b. Secara Lisan
acara perdata di Indonesia. Sehingga seluruh 1) Penggugat datang kepada Panitera
transaksi elektronik dengan tanda tangan Pengadilan Negeri dan menjelaskan
elektronik dapat dianggap sebagai akta, duduk perkaranya/persoalan;
Husnul Hudzaifah, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ««««««200
2) Penjelasan penggugat tadi dicatat oleh dibuat dengan akta otentiik, dan pelaksanaan
Panitera Pengadilan; perdamaian bisa melalui pengadilan, yaitu
3) Kemudian ditulis dan dibacakan diakhiri dengan putusan perdamaian.
kembali kepada penggugat; Arbitrase seringkali menjadi pilihan
4) Selanjutnya diajukan/diteruskan pada dalam penyelesaian sengketa perdata, bahkan
Ketua Pengadilan Negeri saat ini arbitrase tidak hanya bisa
5) Ketua Pengadilan Negeri (sebagai dilaksanakan melalui pertemuan fisik semata,
penanggung jawab perkara tersebut), karena sekarang telah ada Arbitrase online.
menandatangani catatan yang dicatat Arbitrase online tidak berbeda dengan
oleh Panitera Pengadilan Negeri arbitrase konvensional, yang berbeda
tersebut. hanyalah tata cara pelaksanaannya. Namun,
Persyaratan mengenai isi gugatan timbul permasalahan menyangkut syarat sah
berisi: identitas para pihak, fundamentum dari perjanjian arbitrase yaitu tertulis dalam
petendi (positum) dan petitum atau gugatan. suatu dokumen dan ditandatangani.
Perjanjian dengan transaksi elektronik yang Permasalahannya adalah bagaimana cara
sangat rawan akan pemalsuan dengan pemenuhan syarat tersebut dalam arbitrase
identitas pihak yang melakukan transaksi online. Untuk itu perlu dijelaskan sebagai
elektronik, maka para pelaku transaksi berikut:
elektronik harus benar-benar yakin akan a. Perjanjian Arbitrase, Tertulis Tidak Selalu
identitas pihak lain yang menjalin Harus Tercetak
kesepakatan dengan dirinya untuk melakukan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999
perbuatan hukum dengan mengguganakan memang menentukan perjanjian arbitrase
transaksi elektronik. harus tertulis. Timbul suatu pertanyaan,
Pelaku transaksi elektronik yang apakah yang dimaksud dengan tertulis
dirugikan akan meminta ganti rugi atas berarti tulisan diatas media kertas.
kerugian dari tidak dilaksanakan perjanjian Undang-undang tidak menjelaskan lebih
tersebut. Setelah surat gugatan dibuat dan lanjut. Penyelesaian sengketa melalui
ditandatangani, selanjutnya penggugat arbitrase konvensional mendasarkan
memasukan surat gugatan disertai dengan kegiatannya pada pertukaran dan
salinannya kepada kepaniteraan Pengadilan pemeriksaan dokumen bermedia kertas
Negeri yang bersangkutan. Salinan gugatan (paperbase). Sedangkan, dalam arbitrase
dimaksdukan untuk disampaikan kepada online, media kertas telah digantikan oleh
tergugat bersama dengan surat panggilan dari data digital sehingga tidak lagi diperlukan
Pengadilan Negeri. Pada waktu memasukan adanya dokumen berbentuk kertas
gugatan, penggugat harus pula membayar (paperless). Jika isu orisinalitas yang
biaya perkara yang meliputi : biaya menjadi acuan harus digunakannya
kepaniteraan, biaya pemanggilan dan dokumen cetak bermedia kertas, saat ini
pemberitahuan kepada para pihak. sudah tidak relevan lagi. Masyarakat sering
Penyelesaian gugatan acara perdata ini, memahami bahwa suatu dokumen yang
dapat dilaksanakan dengan perdamaian asli adalah dokumen yang tertulis di atas
terlebih dahulu dengan cara perdamaian kertas, padahal untuk suatu sistem
dibuat sendiri oleh pihak yang bersangkutan dokumentasi yang menggunakan
tanpa bantuan pejabat yang berwenang. komputer, dokumen yang asli sebenarnya
Perdamain ini dibuat dengan akta di bawah adalah dalam bentuk data elektronik
tangan atau perdamaian dibuat dengan (softcopy) yang tersimpan dalam hardisk
melibatkan atau bantuan pejabat yang komputer bukan dalam bentuk cetaknya
berwenang, seperti notaris, perdamaian ini (hardcopy).
201 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019
Digital signatures designed in such a way Agung. Pada kondisi yang demikian tentunya
that the authenticity and integrity of the data penyelesaian melalui lembaga peradilan
to which they are attached can be assured. In memerlukan waktu yang cukup lama,
essence, the key issues for data which have tentunya juga menyangkut masalah biaya dan
been signed digitaly are: tenaga yang tidak sedikit jumlahnya.
1) Whether those data have been altered Penyelesaian melalui jalur lembaga
between their being signed and being read peradilan, selain memakan waktu cukup
or received by the intended recipient; and lama yang dilanjutkan dengan banyaknya
2) Whether those data were actually signed tenaga dan biaya yang dikeluarkan oleh
by the person by whom the data purport to pihak-pihak berperkara. Penyelesaian melalui
have been signed or whether the signature jalur hukum, pada prinsipnya yang
attached to them is forged in some way. digunakan sebagai dasar pertimbangan
Jadi, apabila keperluan tanda tangan pengambilan keputusan adalah hukum
dalam perjanjian arbitrase adalah untuk nasional negara Indonesia, namun hal
pembuktian, perlindungan keotentikan suatu tersebut dapat dikehendaki apabila dalam
dokumen yang menggunakan tanda tangan sengketa itu kedua belah pihaknya berasal
digital jauh lebih kuat, karena sebuah tanda dari Indonesia, kemudian bagaimana jika
tangan digital memiliki karakter yang sangat salah satu pihaknya berasal dari luar
unik dan telah tersandikan (encrypted). Indonesia, tentu saja semakin memperumit
Berdasarkan hal tersebut, seharusnya proses penyelesaian sengketa dalam hal
penggunaan tanda tangan digital dalam litigasi, karena faktor pemilihan hukum apa
perjanjian arbitrase, khususnya perjanjian yang dijadikan dasar putusan nantinya
arbitrase online tidak perlu dipermasalahkan. menjadi hal yang paling penting sekaligus
Justru dengan adanya tanda tangan digital rumit bagi pihak yang berperkara, hal ini
seluruh data dalam proses arbitrase akan telah di jelaskan dalam Undang-Undang No
terlindung kerahasiaan dan keotentikannya, 11 Tahun 2008 Sebagaimana disebutkan
karena yang dapat membuka data tersebut dalam Pasal 18 Ayat (2), (3), (4) dan Ayat (5)
hanyalah pihak yang tanda tangannya telah UU ITE menentukan sebagai berikut:
di-accept dalam dokumen saja yang dapat (2)Para pihak memiliki kewenangan untuk
membuka dokumen. memilih hukum yang berlaku bagi
Penyelesaian perkara perdata melalui Transaksi Elektronik internasional yang
lembaga peradilan tidak cukup hanya pada dibuatnya.
lembaga peradilan dalam arti Pengadilan (3)Jika para pihak tidak melakukan pilihan
Negeri saja, karena jika dengan putusan hukum dalam Transaksi Elektronik
peradilan tingkat pertama tersebut terdapat internasional, hukum yang berlaku
pihak yang merasa dirugikan, dapat didasarkan pada asas Hukum Perdata
mengajukan upaya hukum pada peradilan Internasional.
yang lebih tinggi yaitu upaya banding pada (4)Para pihak memiliki kewenangan untuk
Pengadilan Tinggi. Jika putusan Pengadilan menetapkan forum pengadilan, arbitrase,
Tinggi tersebut mengakibatkan salah satu atau lembaga penyelesaian sengketa
pihak merasa keberatan karena dirugikan, alternatif lainnya yang berwenang
maka dapat mengajukan upaya hukum kasasi menangani sengketa yang mungkin timbul
pada Mahkamah Agung, dan demikian juga dari Transaksi Elektronik internasional
jika salah satu pihak merasa keberatan yang dibuatnya.
terhadap putusan Mahkamah Agung pada (5)Jika para pihak tidak melakukan pilihan
tingkat kasasi, dapat mengajukan upaya forum sebagaimana dimaksud pada ayat
hukum peninjauan kembali pada Mahkamah (4), penetapan kewenangan pengadilan,
203 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019
arti proses pembuktian di pengadilan tidak Halim, Abdul, dan Prasetyo, Barkatullah
terikat pada alat bukti yang ditentukan dalam Teguh, Bisnis E-commerce Study
undang-undang secara terbatas, sehingga System Keamanan dan Hukum di
saran saya dalam Undang-Undang Acara Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Perdata yang akan datang hendaknya alat 2006.
bukti diatur dalam pasal yang bersifat terbuka, Makarim, Edmon, Pengantar Hukum
tidak ditentukan secara terbatas tentang apa Telematika: Suatu Kompilasi Kajian,
saja yang dapat diajdikan alat bukti. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase 2005.
atau alternative penyelesaian sengketa lainnya Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
sudah seharusnya menjadi pilihan yang lain Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi
bagi pihak yang berperkara, untuk itu Elektronik.
pemerintah sudah semestinya lebih Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri,
mendukung pelaksanaan alternative Penelitian Hukum Normatif Suatu
penyelesaian sengketa dengan membentuk Tinjauan Singkat, Cetakan ke-11,
lebih banyak lembaga penyelesaian sengketa Penerbit: Raja Grafindo Persada,
dan memberikan akses yang mudah bagi Jakarta, 2009.
masyarakat yang ingin menggunakan lembaga Subekti, R. dan Tjitrosudibio, R., (terj), Kitab
penyelesaian tersebut, dengan harapan tidak Undang-undang Hukum Perdata
menumpuknya perkara di pengadilan karena dengan Tambahan Undang-undang
telah ada solusi lain dalam penyelesaiannya. Pokok Agraria dan Undang-undang
Perkawinan, cet. 33, Jakarta: Pradnya
UCAPAN TERIMAKASIH Paramita, 2003.
Tandiabang, Ronald Makaleo, dkk.,
Terimakasih kepada Bapak Dr. Sahlan, Otentikasi Dokumen Elektronik
S.H., S.E., M.H., yang telah banyak Menggunakan Tanda Tangan Digital,
memberikan motivasi, perhatian, bimbingan artikel jurnal ilmiah,
dan waktu untuk konsultasi dalam rangka Taylor, Mark, Uses of Encryption: Digital
penyelesaian studi penulis. Terimakasih juga Signatures,
kepada Bapak Dr. Muhammad, S.H., M.H., Tjahjono, Jusuf Patrianto, 2008, Dengan
yang dengan ikhlas dan banyak bersabar Berlakunya Undang-undang Nomor 11
untuk meluangkan waktu membimbing, tahun 2008 Tentang Informasi Dan
memberi masukan, saran, dan mengarahkan Tanda Tangan Elektronik, www. Legal-
penulis. hukum.co.id.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
DAFTAR RUJUKAN tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Ahmaturrahman, Hukum Acara Perdata Di Undang-undang Tentang Arbitrase dan
Indonesia, Palembang: Universitas Pilihan Penyelesaian Sengketa, UU No.
Hukum Universitas Sriwijaya, 2005. 30, LN. No. 138 Tahun 1999, TLN. No.
Fakhriah, Eksistensi Alat Bukti Elektronik 3872.
dalam Penyelesaian Sengketa Perdata
Di Pengadilan Negeri Bandung Pasca
Berlakunya UU No.1 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik. Laporan Penelitian Ilmiah.