Anda di halaman 1dari 11

KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN

HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA


Husnul Hudzaifah
huznulhudzaifah@gmail.com
(Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
The use of electronic documents signed with electronic signatures as evidence different from
the evidence set in the Civil Code, because the level of originality or authenticity still need to be
proven in advance, or in other words to have some reservations to the electronic evidence has the
force of law, This study aims to determine the validity of electronic signatures in the proof of
Indonesian civil procedure law, as well as to determine the civil dispute resolution efforts towards
electronic document signed by electronic signature. Writing this using normative legal research,
making use of existing legal library materials and the linkage with the issues to be investigated.
The conclusions of this research is said to be valid electronic signature when using electronic
systems in accordance with the applicable legislation, namely the Law on Information and
Electronic Transactions Article 16 Paragraph (1), the expert testimony is also one of the elements
that are considered essential for the process examination because it provides an explanation
regarding the authenticity or the authenticity of the evidence that an electronic signature
submitted.
Keyword: electronic signature

Hukum positif Indonesia menentukan yang harus ditanggung oleh orang-orang baik
bahwa hanya satu cara untuk memberikan yang mengirim, membutuhkan, ataupun
kekuatan hukum dan akibat hukum terhadap sekedar melihatnya, dikarenakan penggunaan
suatu akta, yaitu dengan tanda tangan informasi elektronik ini, menggunakan
manuskrip. Namun, dalam praktek jaringan publik, dimana setiap orang dapat
perdagangan khususnya, tanda tangan mengetahui informasi elektronik tersebut,
manuskrip sudah kian tergeser dengan atau apabila salah satu pihak tidak
penggunaan tanda tangan elektronik yang melaksanakan prestasi dari transaksi
melekat pada akta terdematerialisasi atau elektronik yang telah disepakati dengan pihak
GHQJDQ NDWD ODLQ ³DNWD HOHNWURQLN´ VHhingga yang lain, hal ini merugikan pihak yang
timbul perdebatan tentang pengakuan, berkepentingan yang menggunakan teknologi
kekuatan hukum dan akibat hukum dari informasi untuk penjualan suatu barang atau
sebuah tanda tangan elektronik. jasa.
Transaksi elektronik bersifat non face Permasalahan hukum yang seringkali
(tanpa bertatap muka), non sign (tidak dihadapi adalah ketika terkait dengan
memakai tanda tangan asli) dan tanpa batas penyampaian informasi, komunikasi,
wilayah (seseorang dapat melakukan dan/atau transaksi secara elektronik,
Transaksi elektronik dengan pihak lain khususnya dalam hal pembuktian dan hal
walaupun mereka berada di Negara yang yang terkait dengan perbuatan hukum yang
berbeda) dengan menggunakan teknologi dilaksanakan melalui sistem elektronik.
informasi. Dalam, perkembangannya, aspek Permasalahan yang lebih luas terjadi pada
keamanan dalam informasi sudah mulai bidang keperdataan karena transaksi
diperhatikan. Ketika informasi ini menjadi elektronik untuk kegiatan perdagangan
rusak atau maka akan terdapat resiko-resiko melalui sistem elektronik (electronic

194
195 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019

commerce) telah menjadi bagian dari bentuk dokumen elektronik, bila salah satu
perniagaan nasional dan internasional. pihak melanggar kesepakatan tersebut atau
Kenyataan ini menunjukkan bahwa wanprestasi dari salah satu pihak, maka pihak
konvergensi di bidang teknologi informasi, yang dirugikan dapat mengugat ke
media, dan informatika (telematika) Pengadilan dengan alat bukti dokumen
berkembang terus tanpa dapat dibendung, elektronik. Pada pasal 11 UU ITE dibahas
seiring dengan ditemukannya perkembangan mengenai Tandatangan elektronik dimana
baru di bidang teknologi informasi, media, Undang-Undang ini memberikan pengakuan
dan komunikasi. secara tegas bahwa meskipun hanya
Dalam kegiatan e-commerce, dokumen merupakan suatu kode, Tanda Tangan
elektronik dengan sebuah digital signature, Elektronik memiliki kedudukan yang sama
dapat dikategorikan sebagai bukti tertulis. dengan tanda tangan manual pada umumnya
Tetapi, terdapat suatu prinsip hukum yang yang memiliki kekuatan hukum dan akibat
menyebabkan sulitnya pengembangan hukum. Persyaratan sebagaimana dimaksud
penggunaan dan dokumen elektronik (digital dalam Pasal ini merupakan persyaratan
signature), yakni adanya syarat bahwa minimum yang harus dipenuhi dalam setiap
dokumen tersebut harus dapat dilihat, dikirim Tanda Tangan Elektronik.
dan disimpan dalam bentuk kertas. Keabsahan transaksi dan kekuatan
Permasalahan akan muncul ketika seseorang pembuktian, transaksi elektronik tidak
hendak melakukan transaksi misalnya saja memerlukan hard copy atau warkat kertas,
pembelian barang, maka para pihak sudah namun demikian setiap transaksi yang
mulai dihadapkan pada berbagai melibatkan eksekusi diberikan tanda bukti
permasalahan hukum seperti keabsahan berupa nomor atau kode yang dapat disimpan
dokumen yang dibuat, tanda tangan digital atau direkam di komputer atau dicetak. Alat
(digital signature) yang dibuat saat orang bukti utama dalam hukum pembuktian
tersebut menyatakan sepakat untuk keperdataan adalah bukti tertulis yang bagi
bertransaksi, kekuatan mengikat dari kontrak perdagangan melalui electronic commerce
tersebut serta pembatalan transaksi dan menjadi masalah aktual karena electronic
sebagainya. Salah satu isu yang crucial commerce menggunakan alat yaitu informasi
dalam transaksi e-commerce adalah yang elektronik dan electronic signature. Oleh
menyangkut keamanan dalam mekanisme karena itu penelitian ini dilakukan dengan
pembayaran (payment mechanism) dan menginventarisir, mensistematisasi,
jaminan keamanan dalam bertransaksi menganalisis dan mengevaluasi peraturan
(security risk) seperti Informasi mengenai perundangan yang menyangkut masalah
transfer data kartu kredit dan identitas pribadi pembuktian perdata di Indonesia dengan
konsumen, yang dalam hal ini ada dua pengembangan hukum atas informasi
permasalahan utama yaitu: pertama mengenai elektronik dan electronic signature dengan
Identification Integrity yang menyangkut rumusan masalah; 1) Bagaimana keabsahan
identitas pengirim yang di kuatkan lewat tanda tangan elektronik dalam pembuktian
tanda tangan digital (digital signature), kedua hukum acara perdata Indonesia? 2)
mengenai message integrity yang Bagaimana upaya hukum penyelesaian
menyangkut apakah pesan yang dikirimkan sengketa perdata terhadap dokumen
oleh pengirim benar-benar diterima oleh elektronik yang ditandatangani dengan tanda
penerima yang dikehendaki (Intended tangan elektronik?
Recipient).
Perjanjian e-comerce yang dibuat oleh
para pihak yang berkepentingan dalam
Husnul Hudzaifah, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ««««««196

METODE proses, yaitu dari pihak penandatangan


serta dari pihak penerima. Secara rinci
Penelitian ini adalah penelitian hukum kedua proses tersebut dapat dijelaskan
yuridis normatif (normatif legal research). sebagai berikut:
Penelitian hukum normatif merupakan 1) Pembentukan tanda tangan digital
metode atau cara yang dipergunakan dalam menggunakan nilai hash yang
penelitian hukum dengan cara meneliti bahan dihasilkan dari dokumen serta kunci
pustaka hukum yang ada. Penelitian yuridis privat yang telah didefinisikan
normatif membahas doktrin-doktrin atau sebelumnya. Untuk dapat menjamin
asas-asas dalam ilmu hukum, dalam hal ini keamanan nilai hash maka seharusnya
penulis mengkaji tentang keabsahan tanda terdapat kemungkinan yang sangat
tangan elektronik dalam pembuktian hukum kecil bahwa tanda tangan digital yang
acara perdata Indonesia, sekaligus membahas sama dapat dihasilkan dari dua
penyelesaian sengketa perdata terhadap dokumen serta kunci privat yang
dokumen elektronik yang ditandatangani berbeda.
dengan tanda tangan elektronik. 2) Verifikasi tanda tangan digital adalah
Bahan hukum yang digunakan dalam proses pengecekan tanda tangan digital
penulisan ini adalah dengan bahan hukum dengan mereferensikan ke dokumen
primer yang berupa peraturan perundang- asli dan kunci publik yang telah
undangan, bahan hukum sekunder yang diberikan, dengan cara demikian dapat
terdiri dari buku teks, jurnal hukum, kamus ditentukan apakah tanda tangan digital
hukum, hasil penelitian hukum, serta dibuat untuk dokumen yang sama
dokumen penunjang lainnya dan bahan menggunakan kunci privat yang
hukum tersier khususnya yang berkaitan berkorespondensi dengan kunci publik.
dengan akibat hukum kedudukan anak luar
nikah dan perlindungannya di Indonesia. Untuk menandatangani sebuah
dokumen atau informasi lain, penandatangan
HASIL DAN PEMBAHASAN pertama-tama membatasi secara tepat bagian-
bagian mana yang akan ditandatangani.
Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Informasi yang dibatasi tersebut dinamakan
Dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ³PHVVDJH´. Kemudian aplikasi tanda tangan
Indonesia digital akan membentuk nilai hash menjadi
a. Atribut dan Cara Kerja Teknologi Tanda tanda tangan digital menggunakan kunci
Tangan Digital privat. Tanda tangan digital yang terbentuk
Tanda tangan digital dibuat dengan adalah unik baik untuk message dan juga
menggunakan teknik cryptography, dan kunci privat.
public key cryptography, dimana
algoritmanya menggunakan dua buah b. Keabsahan dan Kekuatan Hukum Tanda
kunci, yang pertama adalah kunci untuk Tangan Elektronik Sebagai Alat Bukti
membentuk tanda tangan digital, dan Tanda tangan elektronik diperoleh
kunci kedua digunakan untuk verifikasi dengan adanya suatu transaksi yang
tanda tangan digital ataupun didahului dengan perjanjian, yang mana
mengembalikan pesan ke bentuk semula. hal ini berdasar pada Pasal 1320
Konsep ini juga dikenal sebagai KUHPerdata yang menyatakan bahwa
assymmetric cryptosystem (sistem sahnya suatu perjanjian diperlukan 4
kriptografi non simetris). Penggunaan (empat) syarat, yakni:
tanda tangan digital memerlukan dua
197 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019

1) kesepakatan mereka yang mengikatkan elektronik. Berdasarkan Pasal 11 UU ITE,


dirinya; tanda tangan elektronik memiliki kekuatan
2) kecakapan untuk membuat suatu hukum dan akibat hukum yang sah selama
perikatan; memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu:
3) suatu pokok persoalan tertentu; 1) Data pembuatan tanda tangan elektronik
4) suatu sebab yang tidak terlarang. terkait hanya kepada penanda tangan.
Ketentuan di atas tidak mensyaratkan 2) Data pembuatan tanda tangan elektronik
bentuk dan jenis media yang digunakan dalam pada saat proses penanda tangan
bertransaksi. Jadi apapun bentuk dan media elektronik hanya berada dalam kuasa
dari kesepakatan tersebut yang dalam hal ini penanda tangan.
adalah transaksi elektronik yang 3) Segala perubahan terhadap tanda tangan
ditandatangani dengan tandatangan elektronik yang terjadi setelah waktu
elektronik, tetap berlaku dan mengikat para penandatanganan dapat diketahui.
pihak karena perikatan tersebut merupakan 4) Segala perubahan terhadap informasi
undang-undang bagi yang membuatnya. elektronik yang terkait dengan tanda
Berdasarkan ketentuan di atas maka tangan elektronik tersebut setelah waktu
tanda tangan elektronik memiliki keabsahan penanda tanganan dapat diketahui.
dalam hukum, demikian pula menurut Pasal 5) Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk
15 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun mengidentifikasi siapa penanda-
1997 tentang Dokumen Perusahaan (UU tangannya.
Dokumen Perusahaan) tanda tangan 6) Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan
elektronik juga merupakan alat bukti yang bahwa penanda tangan telah memberikan
sah. Pasal 15 UU Dokumen Perusahaan persetujuan terhadap informasi elektronik
tersebut menyatakan bahwa: ³GRNXPHQ yang terkait.
perusahaan yang telah dimuat dalam Undang-Undang ini memberikan
microfilm atau media lainnya dan atau hasil pengakuan secara tegas bahwa meskipun
FHWDNQ\D PHUXSDNDQ DODW EXNWL \DQJ VDK´ hanya merupakan suatu kode, tanda tangan
Karena dokumen elektronik yang elektronik memiliki kedudukan yang sama
disertai dengan tanda tangan elektronik yang dengan tanda tangan manual pada umumnya
esensinya adalah mengenai perjanjian, atau yang memiliki kekuatan hukum dan akibat
dengan kata lain perjanjian elektronik dari hukum. Persyaratan sebagaimana dimaksud
transaksi elektronik yang ditanda tangani dalam Pasal 11 UU ITE ini merupakan
dengan tanda tangan elektronik, maka jika persyaratan minimum yang harus dipenuhi
dikaitkan dengan Pasal 1333 KUHPerdata dalam setiap tanda tangan elektronik.
bahwa pokok perjanjian berupa suatu Berbagai kemajuan teknologi telah
kebendaan yang paling sedikit ditentukan diantisipasi dengan lahirnya UU ITE.
jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa Pengaturan informasi, dokumen, dan tanda
jumlah kebendaan tidak tentu, asal saja tangan elektronik, dituangkan dalam Pasal 5
jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau sampai dengan Pasal 12 UU ITE. Secara
dihitung. umum dikatakan bahwa Informasi Elektronik
Undang-undang Informasi dan dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
Transaksi Elektronik (UU ITE) memiliki asas cetaknya merupakan alat bukti hukum yang
diantaranya netral teknologi atau kebebasan sah, yang merupakan perluasan dari alat bukti
memilih teknologi. Hal ini termasuk memilih yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang
jenis tanda tangan elektronik yang berlaku di Indonesia.
dipergunakan untuk menandatangani suatu
informasi elektronik dan/atau dokumen
Husnul Hudzaifah, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ««««««198

c. Pembuktian Hukum Perdata di Indonesia. mempunyai kekuatan hukum pembuktian.


Pada badan peradilan di Indonesia, Kemungkinan juga besar, terhadap ditolaknya
dikenal suatu hukum acara yang fungsinya hal ini sebagai alat bukti oleh hakim maupun
mengatur hal-hal yang diselenggarakan di pihak lawan.
dalam proses peradilan. Di dalam hal ini, Hakim sebagai pemutus suatu perkara
hukum positif (hukum yang berlaku saat ini) tentu saja mendapatkan perhatian terbesar
yang ada adalah HIR (Herzien Inlands dalam hal ini. Hakim dengan dibekali
Reglement) atau yang dikenal dengan sebutan pengetahuan yang cukup mengenai skema
RIB (Reglemen Indonesia yang perniagaan elektronik (e-commerce)
diperBaharui), yaitu undang-undang yang seharusnya memahami, setidaknya
termuat dalam Staatsblaad 1941 No.44. mengetahui, bagaimana proses transaksi yang
Mungkin terpikir oleh awam, inilah yang nyaris secara keseluruhan adalah non-paper
sering didengungkan oleh para ahli hukum di based, bahkan scriptless. Hakim nantinya
Indonesia, mengenai produk hukum Belanda diharapkan peranannya, apabila menghadapi
yang masih berlaku sampai sekarang ini. Hal kasus yang berkenaan dengan e-commerce
ini benar adanya, sebagaimana adanya dengan menggunakan digital signature, untuk
kekosongan hukum dan keberlakuan dari dapat mengambil langkah-langkah yang
HIR ini, juga hanya diatur dalam UU dianggap perlu.
Darurat. Kenyataan inilah yang harus kita Untuk dapat mempunyai kekuatan
hadapi bersama, mengingat sebagai produk pembuktian yang penuh dalam persidangan,
lama maka besar pula kemungkinan dimana maka selayaknya dalam mengajukan suatu
kita hanya menemui peraturan hukum yang fakta, pihak yang mengajukan fakta tersebut
mengatur mengenai hal-hal yang sifatnya sudah selayaknya mengajukan alat bukti Surat
tidak atau belum up to date, apalagi dalam Akta Otentik. Akta otentik sendiri menurut
hal ini kita membicarakan mengenai kegiatan Pasal 1905 KUHPerdata, adalah akta yang
sehubungan dengan e-commerce dengan dibuat menurut bentuk Undang-Undang oleh
penggunaan digital signature, sesuatu yang dan dihadapan seorang pegawai umum yang
baru dan belum terpikirkan oleh pembentuk berwenang di tempat itu. Dapat disarikan di
undang-undang ini pada waktu dibuatnya. luar definisi sebagai berikut: bentuknya
Sebagaimana diatur dalam 164 HIR tertulis, dibuat oleh atau dihadapan pejabat
(283 RBG) dan 1903 KUH Perdata, hanya atau pegawai umum yang berwenang. Pejabat
dikenal 5 (lima) macam alat bukti yang dapat yang dimaksudkan di sini adalah orang yang
dihadirkan di persidangan khususnya dalam berwenang karena atas dasar jabatannya yang
acara perdata, di antaranya: 1) Bukti tulisan , diangkat oleh negara, contohnya profesi
2) Bukti dengan saksi, 3) Persangkaan- notaris atau PPAT (Pejabat Pembuat Akta
persangkaan, 4) Pengakuan, dan 5) Sumpah. Tanah).
Digital Signature sebagai suatu data Hal inilah yang kemudian terjadi
elektronik di dalam hal ini mempunyai kerancuan dalam hukum, yang mana bila
masalah apabila diajukan sebagai alat bukti di dokumen elektronik mempunyai daya
dalam beracara di Badan Peradilan Indonesia. pembuktian yang sama dengan akta otentik,
Digital Signature yang digunakan dalam maka hal tersebut tidak sejalan dengan Pasal 1
transaksi e-commerce secara keseluruhan Ayat (7) Undang-Undang Jabatan Notaris
adalah merupakan paperless, bahkan Nomor 2 Tahun 2014 (UU Jabatan Notaris)
scriptless transaction. Sesuai apa yang diatur yang menyatakan bahwa: Akta Notaris yang
dalam pasal tersebut, maka dalam hal ini selanjutnya disebut Akta adalah akta autentik
berarti bukti-bukti berupa data elektronik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
yang diajukan akan dianggap tidak
199 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019

menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan bahkan kekuatan pembuktiannya sama
dalam Undang-Undang ini. dengan akta otentik yang dibuat oleh pejabat
Terdapat satu hal yang patut yang berwenang. Kecuali yang ditentukan
dipertimbangkan dalam pengakuan suatu dalam Pasal 5 Ayat (4) UU ITE tidak berlaku
dokumen elektronik yang ditandatangani untuk:
dengan tanda tangan elektronik, yaitu 1. Surat yang menurut Undang-Undang harus
keamanan suatu sistem dan keterlibatan dari dibuat dalam bentuk tertulis; dan
orang terhadap sistem komputer tersebut. 2. Surat beserta dokumennya yang menurut
Sedangkan eksistensi tanda tangan elektronik Undang-Undang harus dibuat dalam
dalam sebuah dokumen elektronik harus bentuk akta notaril atau akta yang dibuat
diakui memiliki kekuatan hukum dan akibat oleh pejabat pembuat akta.
hukum yang sama dengan tanda tangan pada Penjelasan Pasal tersebut di atas bahwa
dokumen tertulis lainnya. Hal ini berangkat surat yang menurut Undang-Undang harus
dari pemahaman bahwa dokumen elektronik dibuat dalam bentuk tertulis itu meliputi
memiliki kekuatan hukum sebagai alat bukti namun tidak terbatas pada surat berharga,
dan akibat hukum yang sama sebagaimana surat yang berharga, dan surat yang
dokumen tertulis lainnya. digunakan dalam proses penegakan hukum
Agar tanda tangan elektronik pada suatu acara perdata, pidana dan administrasi negara.
dokumen elektronik dapat mempunyai
kekuatan pembuktian di pengadilan, maka Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa
harus mendaftarkan tanda tangan elektronik Perdata Terhadap Dokumen Elektronik
tersebut pada badan Certification Authority Yang Ditandatangani Dengan Tanda
(CA). Maka CA tersebut dapat bertindak Tangan Elektronik
sebagai pejabat umum, sehingga dengan Penyelesaian sengketa oleh pihak yang
memanfaatkan infrastruktur yang diberikan dirugikan dapat mengajukan gugatan,
CA khususnya keamampuan untuk menurut ketentuan Pasal 144 RBg atau Pasal
mengetahui kapan transaksi elektronik itu 120 HIR, cara mengajukan gugatan itu dapat
ditandatangani. Tanda tangan digital yang diajukan secara tertulis maupun secara lisan
telah memperoleh sertifikat dari lembaga kepada Ketua Pengadilan Negeri.
Certification Authority akan lebih terjamin a. Secara Tertulis
keotentikannya, dan tanda tangan digital 1) Dibuat secara tertulis oleh penggugat
sangat sulit dipalsukan. (atau pihak yang dirugikan dari
Berdasar pada azas lex specialis perjanjian yang sudag disepakati) atau
derogate lex generalis, ketimpangan hukum kuasanya;
yang terjadi serperti UU ITE dan UU Jabatan 2) Ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Notaris, maka hakim dapat berpatokan pada Negeri yang berwenang mengadilinya;
Undang-Undang yang bersifat khusus yang 3) Ditanda tangani oleh Penggugat atau
dalam hal ini adalah UU ITE. Sehingga kuasanya atau di cap jempol/domo;
kekuatan pembuktian dokumen elektronik 4) Dicantumkan tanggal gugatan dan
yang ditandatangani dengan tanda tangan diberi materai;
elektronik sama dengan akta otentik. 5) Dibuat dalam beberapa rangkap (aslinya
Pengakuan dokumen dengan digital untuk Pengadilan Negeri, salinanya
signature, setelah dikeluarkan UU ITE untuk penggugat dan tergugat).
merupakan perluasan dari pembuktian hukum b. Secara Lisan
acara perdata di Indonesia. Sehingga seluruh 1) Penggugat datang kepada Panitera
transaksi elektronik dengan tanda tangan Pengadilan Negeri dan menjelaskan
elektronik dapat dianggap sebagai akta, duduk perkaranya/persoalan;
Husnul Hudzaifah, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ««««««200

2) Penjelasan penggugat tadi dicatat oleh dibuat dengan akta otentiik, dan pelaksanaan
Panitera Pengadilan; perdamaian bisa melalui pengadilan, yaitu
3) Kemudian ditulis dan dibacakan diakhiri dengan putusan perdamaian.
kembali kepada penggugat; Arbitrase seringkali menjadi pilihan
4) Selanjutnya diajukan/diteruskan pada dalam penyelesaian sengketa perdata, bahkan
Ketua Pengadilan Negeri saat ini arbitrase tidak hanya bisa
5) Ketua Pengadilan Negeri (sebagai dilaksanakan melalui pertemuan fisik semata,
penanggung jawab perkara tersebut), karena sekarang telah ada Arbitrase online.
menandatangani catatan yang dicatat Arbitrase online tidak berbeda dengan
oleh Panitera Pengadilan Negeri arbitrase konvensional, yang berbeda
tersebut. hanyalah tata cara pelaksanaannya. Namun,
Persyaratan mengenai isi gugatan timbul permasalahan menyangkut syarat sah
berisi: identitas para pihak, fundamentum dari perjanjian arbitrase yaitu tertulis dalam
petendi (positum) dan petitum atau gugatan. suatu dokumen dan ditandatangani.
Perjanjian dengan transaksi elektronik yang Permasalahannya adalah bagaimana cara
sangat rawan akan pemalsuan dengan pemenuhan syarat tersebut dalam arbitrase
identitas pihak yang melakukan transaksi online. Untuk itu perlu dijelaskan sebagai
elektronik, maka para pelaku transaksi berikut:
elektronik harus benar-benar yakin akan a. Perjanjian Arbitrase, Tertulis Tidak Selalu
identitas pihak lain yang menjalin Harus Tercetak
kesepakatan dengan dirinya untuk melakukan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999
perbuatan hukum dengan mengguganakan memang menentukan perjanjian arbitrase
transaksi elektronik. harus tertulis. Timbul suatu pertanyaan,
Pelaku transaksi elektronik yang apakah yang dimaksud dengan tertulis
dirugikan akan meminta ganti rugi atas berarti tulisan diatas media kertas.
kerugian dari tidak dilaksanakan perjanjian Undang-undang tidak menjelaskan lebih
tersebut. Setelah surat gugatan dibuat dan lanjut. Penyelesaian sengketa melalui
ditandatangani, selanjutnya penggugat arbitrase konvensional mendasarkan
memasukan surat gugatan disertai dengan kegiatannya pada pertukaran dan
salinannya kepada kepaniteraan Pengadilan pemeriksaan dokumen bermedia kertas
Negeri yang bersangkutan. Salinan gugatan (paperbase). Sedangkan, dalam arbitrase
dimaksdukan untuk disampaikan kepada online, media kertas telah digantikan oleh
tergugat bersama dengan surat panggilan dari data digital sehingga tidak lagi diperlukan
Pengadilan Negeri. Pada waktu memasukan adanya dokumen berbentuk kertas
gugatan, penggugat harus pula membayar (paperless). Jika isu orisinalitas yang
biaya perkara yang meliputi : biaya menjadi acuan harus digunakannya
kepaniteraan, biaya pemanggilan dan dokumen cetak bermedia kertas, saat ini
pemberitahuan kepada para pihak. sudah tidak relevan lagi. Masyarakat sering
Penyelesaian gugatan acara perdata ini, memahami bahwa suatu dokumen yang
dapat dilaksanakan dengan perdamaian asli adalah dokumen yang tertulis di atas
terlebih dahulu dengan cara perdamaian kertas, padahal untuk suatu sistem
dibuat sendiri oleh pihak yang bersangkutan dokumentasi yang menggunakan
tanpa bantuan pejabat yang berwenang. komputer, dokumen yang asli sebenarnya
Perdamain ini dibuat dengan akta di bawah adalah dalam bentuk data elektronik
tangan atau perdamaian dibuat dengan (softcopy) yang tersimpan dalam hardisk
melibatkan atau bantuan pejabat yang komputer bukan dalam bentuk cetaknya
berwenang, seperti notaris, perdamaian ini (hardcopy).
201 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019

Dengan demikian, nilai ataupun eksistensi Penggunaan tanda tangan dalam


suatu pernjanjian secara substansial tidak kegiatan sehari-hari secara harfiah
bergantung pada media apa yang disamakan dengan penggunaan DS dalam
digunakan sebagai fiksasinya, melainkan Internet yaitu ditujukan untuk nilai
tergantung pada proses terjadinya keotentikan suatu data atau informasi.
perjanjian itu sendiri. Contohnya, suatu Perbedaannya adalah, tanda tangan
perjanjian arbitrase yang tertulis di atas lazimnya merupakan kombinasi atau
kertas pun kalau proses penyusunannya variasi dari nama atau singkatan nama
tidak memenuhi syarat sah perjanjian maka seseorang. Di lain pihak dalam Internet
batal demi hukum. Dapat disimpulkan, tanda tangannya berupa kombinasi digital,
meskipun perjanjian arbitrase dibuat dalam yaitu kombinasi dari bilangan biner 0 dan
bentuk data elektronik dan di-online-kan, 1 yang diinterpretasikan menjadi karakter
sepanjang dapat dibuktikan prosesnya yang unik dan melalui proses penyandian
berjalan dengan baik dan dilakukan oleh (enkripsi).
pihak yang berhak, tetap memiliki Tanda tangan digital sering disalah
kekuatan mengikat para pihak yang artikan menjadi tanda tangan di atas kertas
membuatnya. Adapun dimaksud dengan lalu dengan melalui proses scanning,
proses di sini adalah proses pada tanda tangan tersebut dimasukkan (input)
memasukkan data (input), proses kedalam komputer sehingga menjadi
pengolahan data (editing), proses gambar tanda tangan yang kemudian
penyimpanan data (storing), proses dilekatkan dengan suatu dokumen untuk
keluaran data atau tampilan data (output). PHQ\DWDNDQ GRNXPHQ WHUVHEXW ³WHODK
Ouput suatu data tidak selalu harus berupa GLWDQGDWDQJDQL´ 7LGDN MDUDQJ WDQGD
wujud fisik, tampilan pada layar monitor tangan digital juga dipahami sebagai tanda
juga termasuk data output. Dalam hal ini tangan yang dibuat langsung di komputer
berlakulah ketentuan dalam Pasal 1338 menggunakan mouse sehingga berbentuk
.8+3HUGDWD \DQJ PHQ\DWDNDQ ³3HUMDQMLDQ tanda tangan seperti lazimnya tanda
yang dibuat secara sah berlaku sebagai tangan di atas kertas.
undang-undang bagi mereka yang Kembali ke pokok permasalahan yaitu
PHPEXDWQ\D ´ apakah tanda tangan yang dimaksud Pasal 4
b. Perjanjian Arbitrase Harus Ayat (2) Undang-undang Nomor 30 Tahun
Ditandatangani 1999 terbatas pada pengertian tanda tangan
Berdasarkan Pasal 4 Ayat (2) Undang- sebagai hitam di atas putih? Perlu dilihat dari
undang Nomor 30 Tahun 1999, perjanjian pentingnya tanda tangan dalam perjanjian
arbitrase dimuat dalam satu dokumen dan arbitrase. Dalam Pasal 9 Ayat (2) Undang-
ditandatangani. Artinya, suatu perjanjian undang Nomor 30 Tahun 1999 dikatakan
arbitrase sah apabila telah ditandatangai apabila para pihak tidak menandatangani
oleh para pihak yang membuatnya. perjanjian arbitrase, maka perjanjian tersebut
Timbul suatu pertanyaan, apakah tanda dibuat dalam bentuk akta notaris. Pasal ini
tangan dalam pasal tersebut hanya menjelaskan tujuan tanda tangan dalam
diartikan secara sempit yaitu sebagai tanda perjanjian arbitrase yaitu untuk keperluan
tangan hitam diatas putih? Perkembangan pembuktian keotentikan perjanjian arbitrase
teknologi telah menggeser bentuk tanda tersebut.
tangan yang sebelumnya hanya di atas Mark Taylor dalam tulisannya yang
kertas, kini tanda tangan dapat berupa berjudul Uses of Encryption: Digital
tanda tangan digital atau yang biasa Signatures mengatakan:
disebut Digital Signature (DS).
Husnul Hudzaifah, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ««««««202

Digital signatures designed in such a way Agung. Pada kondisi yang demikian tentunya
that the authenticity and integrity of the data penyelesaian melalui lembaga peradilan
to which they are attached can be assured. In memerlukan waktu yang cukup lama,
essence, the key issues for data which have tentunya juga menyangkut masalah biaya dan
been signed digitaly are: tenaga yang tidak sedikit jumlahnya.
1) Whether those data have been altered Penyelesaian melalui jalur lembaga
between their being signed and being read peradilan, selain memakan waktu cukup
or received by the intended recipient; and lama yang dilanjutkan dengan banyaknya
2) Whether those data were actually signed tenaga dan biaya yang dikeluarkan oleh
by the person by whom the data purport to pihak-pihak berperkara. Penyelesaian melalui
have been signed or whether the signature jalur hukum, pada prinsipnya yang
attached to them is forged in some way. digunakan sebagai dasar pertimbangan
Jadi, apabila keperluan tanda tangan pengambilan keputusan adalah hukum
dalam perjanjian arbitrase adalah untuk nasional negara Indonesia, namun hal
pembuktian, perlindungan keotentikan suatu tersebut dapat dikehendaki apabila dalam
dokumen yang menggunakan tanda tangan sengketa itu kedua belah pihaknya berasal
digital jauh lebih kuat, karena sebuah tanda dari Indonesia, kemudian bagaimana jika
tangan digital memiliki karakter yang sangat salah satu pihaknya berasal dari luar
unik dan telah tersandikan (encrypted). Indonesia, tentu saja semakin memperumit
Berdasarkan hal tersebut, seharusnya proses penyelesaian sengketa dalam hal
penggunaan tanda tangan digital dalam litigasi, karena faktor pemilihan hukum apa
perjanjian arbitrase, khususnya perjanjian yang dijadikan dasar putusan nantinya
arbitrase online tidak perlu dipermasalahkan. menjadi hal yang paling penting sekaligus
Justru dengan adanya tanda tangan digital rumit bagi pihak yang berperkara, hal ini
seluruh data dalam proses arbitrase akan telah di jelaskan dalam Undang-Undang No
terlindung kerahasiaan dan keotentikannya, 11 Tahun 2008 Sebagaimana disebutkan
karena yang dapat membuka data tersebut dalam Pasal 18 Ayat (2), (3), (4) dan Ayat (5)
hanyalah pihak yang tanda tangannya telah UU ITE menentukan sebagai berikut:
di-accept dalam dokumen saja yang dapat (2)Para pihak memiliki kewenangan untuk
membuka dokumen. memilih hukum yang berlaku bagi
Penyelesaian perkara perdata melalui Transaksi Elektronik internasional yang
lembaga peradilan tidak cukup hanya pada dibuatnya.
lembaga peradilan dalam arti Pengadilan (3)Jika para pihak tidak melakukan pilihan
Negeri saja, karena jika dengan putusan hukum dalam Transaksi Elektronik
peradilan tingkat pertama tersebut terdapat internasional, hukum yang berlaku
pihak yang merasa dirugikan, dapat didasarkan pada asas Hukum Perdata
mengajukan upaya hukum pada peradilan Internasional.
yang lebih tinggi yaitu upaya banding pada (4)Para pihak memiliki kewenangan untuk
Pengadilan Tinggi. Jika putusan Pengadilan menetapkan forum pengadilan, arbitrase,
Tinggi tersebut mengakibatkan salah satu atau lembaga penyelesaian sengketa
pihak merasa keberatan karena dirugikan, alternatif lainnya yang berwenang
maka dapat mengajukan upaya hukum kasasi menangani sengketa yang mungkin timbul
pada Mahkamah Agung, dan demikian juga dari Transaksi Elektronik internasional
jika salah satu pihak merasa keberatan yang dibuatnya.
terhadap putusan Mahkamah Agung pada (5)Jika para pihak tidak melakukan pilihan
tingkat kasasi, dapat mengajukan upaya forum sebagaimana dimaksud pada ayat
hukum peninjauan kembali pada Mahkamah (4), penetapan kewenangan pengadilan,
203 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 194-204 ISSN: 2302-2019

arbitrase, atau lembaga penyelesaian lebih utama adalah dengan penyelesaian


sengketa alternatif lainnya yang berwenang secara arbitrase dijamin kerahasiaan sengketa
menangani sengketa yang mungkin timbul para pihak.
dari transaksi tersebut, didasarkan pada asas
Hukum Perdata Internasional KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Memperhatikan uraian sebagaimana
pasal 18 UUITE di atas dapat dijelaskan Kesimpulan
bahwa jika dalam transaksi elektronik timbul Tanda tangan elektronik baru dapat
suatu sengketa maka instansi yang dikatakan sah apabila menggunakan sistem
menyelesaikannya tergantung pada keinginan elektronik yang sesuai dengan peraturan yang
para pihak, di mana para pihak memiliki berlaku di Indonesia. Suatu bukti elektronik
kewenangan untuk memilih hukum yang dalam hal ini tanda tangan elektronik dapat
berlaku bagi Transaksi Elektronik memiliki kekuatan hukum apabila
internasional yang dibuatnya, apabila para informasinya dapat dijamin keutuhannya,
pihak tidak melakukan pilihan hukum maka, dapat dipertanggungjawabkan, dapat diakses,
hukum yang berlaku didasarkan pada asas dan dapat ditampilkan, sehingga menerangkan
Hukum Perdata Internasional. suatu keadaan. Orang yang mengajukan suatu
Dengan kondisi sebagaimana di atas, bukti elektronik harus dapat menunjukkan
penyelesaian melalui lembaga arbitrase bahwa informasi yang dimilikinya berasal
mempunyai kelebihan-kelebihan jika dari sistem elektronik yang terpercaya.
dibandingkan dengan penyelesaian melalui Upaya hukum penyelesaian sengketa tentang
jalur peradilan umum. Kelebihan tersebut di transaksi elektronik yang dokumen
antaranya adalah: elektroniknya ditanda tangani dengan tanda
a. dijamin kerahasiaan sengketa para pihak; tangan elektronik didasarkan atas kesepakatan
b. dapat dihindari kelambatan yang kedua belah pihak mengenai pilihan hukum
diakibatkan karena hal proseduran dan dan lembaga yang menyelesaikan
administrasi; permasalahan yang terjadi. Sebagaimana
c. para pihak dapat memilih arbiter yang umumnya bahwa perselisihan dalam transaksi
menurut keyakinannya mempu-nyai terjadi karena adanya kerugian yang diderita
pengetahuan, pengalaman serta latar oleh salah satu pihak baik karena adanya
belakang yang cukup menge-nai masalah wanprestasi maupun karena adanya perbuatan
yang disengketakan, jujur dan adil; melanggar hukum. Penyelesaian melalui
d. para pihak dapat memilih hukum apa yang lembaga peradilan umum memakan waktu,
akan diterapkan untuk menyelesaikan biaya dan tenaga yang tidak sedikit.
masalahnya serta proses dan tempat Sedangkan penyelesaian melalui arbitrase
penyelenggaraan arbitrase; tidak memakan waktu, biaya dan tenaga bila
e. putusan arbiter merupakan putusan yang dibandingkan dengan penyelesaian melalui
mengikat para pihak dan dengan melalui peradilan umum.
tatacara (prosedur) yang sederhana saja
ataupun lang-sung dapat dilaksanakan. Rekomendasi
Sehingga pada hakekat perjanjian Seiring dengan tuntutan kebutuhan
arbitrase ialah untuk menyelesaikan suatu masyarakat pencari keadilan dalam era
permasalahan hubungan keperdataan yang perkembangan teknoligi informasi ini, perlu
diusahakan di luar sidang pengadilan (non adanya suatu perubahan sistem pembuktian
litigasi). Penyelesaian di luar peradilan umum dalam penyelesaian sengketa melalui
tersebut untuk menghindari penyelesaian pengadilan dari sistem yang bersifat tertutup
yang memakan waktu, biaya dan tenaga dan menjadi sistem yang bersifat terbuka. Dalam
Husnul Hudzaifah, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata ««««««204

arti proses pembuktian di pengadilan tidak Halim, Abdul, dan Prasetyo, Barkatullah
terikat pada alat bukti yang ditentukan dalam Teguh, Bisnis E-commerce Study
undang-undang secara terbatas, sehingga System Keamanan dan Hukum di
saran saya dalam Undang-Undang Acara Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Perdata yang akan datang hendaknya alat 2006.
bukti diatur dalam pasal yang bersifat terbuka, Makarim, Edmon, Pengantar Hukum
tidak ditentukan secara terbatas tentang apa Telematika: Suatu Kompilasi Kajian,
saja yang dapat diajdikan alat bukti. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase 2005.
atau alternative penyelesaian sengketa lainnya Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
sudah seharusnya menjadi pilihan yang lain Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi
bagi pihak yang berperkara, untuk itu Elektronik.
pemerintah sudah semestinya lebih Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri,
mendukung pelaksanaan alternative Penelitian Hukum Normatif Suatu
penyelesaian sengketa dengan membentuk Tinjauan Singkat, Cetakan ke-11,
lebih banyak lembaga penyelesaian sengketa Penerbit: Raja Grafindo Persada,
dan memberikan akses yang mudah bagi Jakarta, 2009.
masyarakat yang ingin menggunakan lembaga Subekti, R. dan Tjitrosudibio, R., (terj), Kitab
penyelesaian tersebut, dengan harapan tidak Undang-undang Hukum Perdata
menumpuknya perkara di pengadilan karena dengan Tambahan Undang-undang
telah ada solusi lain dalam penyelesaiannya. Pokok Agraria dan Undang-undang
Perkawinan, cet. 33, Jakarta: Pradnya
UCAPAN TERIMAKASIH Paramita, 2003.
Tandiabang, Ronald Makaleo, dkk.,
Terimakasih kepada Bapak Dr. Sahlan, Otentikasi Dokumen Elektronik
S.H., S.E., M.H., yang telah banyak Menggunakan Tanda Tangan Digital,
memberikan motivasi, perhatian, bimbingan artikel jurnal ilmiah,
dan waktu untuk konsultasi dalam rangka Taylor, Mark, Uses of Encryption: Digital
penyelesaian studi penulis. Terimakasih juga Signatures,
kepada Bapak Dr. Muhammad, S.H., M.H., Tjahjono, Jusuf Patrianto, 2008, Dengan
yang dengan ikhlas dan banyak bersabar Berlakunya Undang-undang Nomor 11
untuk meluangkan waktu membimbing, tahun 2008 Tentang Informasi Dan
memberi masukan, saran, dan mengarahkan Tanda Tangan Elektronik, www. Legal-
penulis. hukum.co.id.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
DAFTAR RUJUKAN tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Ahmaturrahman, Hukum Acara Perdata Di Undang-undang Tentang Arbitrase dan
Indonesia, Palembang: Universitas Pilihan Penyelesaian Sengketa, UU No.
Hukum Universitas Sriwijaya, 2005. 30, LN. No. 138 Tahun 1999, TLN. No.
Fakhriah, Eksistensi Alat Bukti Elektronik 3872.
dalam Penyelesaian Sengketa Perdata
Di Pengadilan Negeri Bandung Pasca
Berlakunya UU No.1 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik. Laporan Penelitian Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai