Anda di halaman 1dari 28

KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL BELI ONLINE MENURUT

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG?


UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK

Parinda Dewi
D10117574
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
TADULAKO
2022
TOPIK PRESENTASI
BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

BAB III HASIL DAN


PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP
I Latar Belakang
2 Tr a n s a k s i jual beli online
d i l a k u k a n t a np a t a t a p m u k a a n t a r a 3 Berdasarkan pengertian di atas adanya
persamaan yaitu menimbulkan

1 p a r a p i h a k ( p e n j u a l d a n p e m be l i ) , hubungan hukum antar pihak dalam


Int ernet sebagai suat u media b e r t r a n s a k s i . U n d a n g - u n d a n g N o . 11
informasi dan komunikasi d a n b a r a n g y a ng d i p e r j u a l b e l i k a n Ta h u n 2 0 0 8 Te n t a n g I T E a d a k a r e n a
elektroni k telah banyak h a n y a b e r b e n t u k ga m b a r a t a u perkembangan dari KUHPerdata dan
dimanfa atkan untuk be rbagai t u l i sa n yang menjelaskan untuk mengakomodir kebutuhan
masyarakat yang sekarang serba penuh
kegiatan, ant ara lain untuk sp e si f i k a si d a r i b a r a n g ya n g a k a n dengan transaksi, karena pada transaksi
menjelaj ah (browsing,surfi ng), dijual. jual beli online yang dilakukan secara
mencari dat a dan berita, sal ing elektronik, sehingga kesepakatan maupun
perjanjian yang tercipta adalah melalui
mengiri m pe san me lalui e mail transaksi elektronik juga.
dan perdagangan.

4 Hal ini telah dipertegas dalam 5


pasal 1 ayat (17) Undang- Syarat sahnya suatu perjanjian jual
undang No.11 beli, pada pasal 1320 KUHPerdata
Tahun 2008 tentang ITE yaitu: mengatur bahwa “pejanjian harus
“kontrak elektronik adalah memenuhi syarat sahnya perjanjian
perjanjian para yaitu sepakat mereka yang mengikat
pihak yang dibuat melalui dirinya, kecakapan untuk membuat
sistem elektronik”. suatu perikatan, suatu hal tertentu
dan suatu sebab yang halal.”
I Rumusan
Tujuan
Masalah Penelitian
1. Bagaimana keabsahan perjanjian 1. Untuk mengetahui keabsahan
jual beli online menurut Kitab perjanjian jual beli online menurut
Undang-Undang Hukum perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 perdata dan Undang-Undang No. 11
tentang informasi dan transaksi Tahun 2008 tentang informasi dan
elektronik? transaksi elektronik

2. Bagaimana tanggung jawab penjual 2. . Untuk mengetahui tanggung


atas wanprestasi dalam jual beli jawab penjual atas wanprestasi
melalui transaksi elektronik? dalam jual beli melalui transaksi
elektronik.
I
Manfaat
Penelitian

Memperluas pemikiran dan pendapat


hukum, memberi kontribusi dalam
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan Menambah wawasan dan referensi
dalam bidang ilmu hukum pada umumnya, sebagai bahan acuan bagi penelitian
dan hukum Perdata khususnya yang TEORITIS lanjutan
berkaitan dengan akibat hukum dari
Transaksi Secara Online.

PRAKTIS
Memperkaya wawasan dan
Memberikan informasi kepada pengetahuan penulis dalam bidang
masyarakat luas agar mengetahui ilmu hukum, khususnya hukum perdata
pentingnya pengetahuan tentang dan khususnya yang berkaitan dengan
pemahaman terkait dengan hukum.
akibat hukum dari Transaksi Secara
Online.
METODE PENELITIAN BAB III

Jenis Penelitian Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini Bahan Hukum Primer Yaitu dikumpulkan dari telaah


Bahan Hukum Skunder arsip atau studi pustaka seperti,
mempergunakan metode
Bahan Hukum Tersier buku-buku, makalah, artikel,
pendekatan secara majalah, jurnal, koran atau karya
Yuridis Normatif. para pakar.
BAB I
SUMBER DATA
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Kitab Undang
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE)

Bahan hukum skunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan


mengenai bahan hukum primer seperti misalnya peraturan perundang-undangan, buku-
buku, literatur-literatur, karya tulis ilmiah, pendapat para ahli atau doktrin atau teori-teori
maupun sumber dari internet yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

Bahan Hukum Tersier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan sekunder, seperti kamus hukum,
ensiklopedia dan sebagainya.
ANALISIS BADAN HUKUM
Penggunaan teknik analisis secara kualitatif mencakup semua
bahan hukum penelitian yang telah diperoleh dari hasil penelitian
dan kajian kepustakaan dengan cara mengumpulkan dan
menyelesaikan bahan hukum sesuai dengan permasalahan yang
diteliti kemudian dapat dihasilkan suatu deskripsi yang lebih
objektif dan sistematis sehingga menghasilkan jawaban yang
sesuai terhadap permasalahan yang diteliti.
II Kajian
Pustaka
HAK DAN KEWAJIBAN
JUAL BELI ONLINE JENIS” TRANSAKSI DALAM PERJANJIAN JUAL
JUAL BELI BELI ONLINE

PIHAK” DALAM WANPRESTASI DALAM


DASAR HUKUM JUAL BELI
TRANSAKSI JUAL BELI
JUAL BELI ONLINE ONLINE
JUAL BELI ONLINE
Jual beli online adalah persetujuan
saling mengikat melalui internet antara
penjual sebagai pihak yang menjual
barang dan pembeli sebagai pihak yang
membayar harga barang yang dijual.
Jual beli secara online menerapkan
sistem jual beli di internet. Tidak ada
kontak secara langsung antara penjual
dan pembeli. Jual beli dilakukan
melalui suatu jaringan yang terkoneksi
dengan menggunakan handphone,
komputer, tablet, dan lain-lain
DASAR HUKUM JUAL BELI ONLINE
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

BAB 2
Pasal 1 ayat Pasal 1338
Pasal 3 Pasal 4 UU
ayat (1)
2 UU ITE UU ITE ITE KUHPerdata
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Jual beli adalah Buku III


perjanjian yang KUHPerdata
diatur mengenai
berarti perjanjian
perikatan yang
sebagaimana menganut asas
dimaksud dalam terbuka atau
pasal 1313 asas kebebasan
KUHPerdata berkontrak
JENIS-JENIS TRANSAKSI JUAL BELI

TRANSFER KARTU KREDIT POTONGAN


ANTAR BANK PULSA

COD REKENING
BERSAMA
PIHAK-PIHAK DALAM TRANSAKSI BAB II

Penjual (merchant) produsen Konsumen atau card holder yaitu Acquirer yaitu perantara penagihan
yang menjual barangnya melalui calon pembeli atau orang yang atau pihak yang melanjutkan
media internet ingin memperoleh produk penagihan berdasarkan tagihan yang
di bebankan oleh penjual

Issuer yaitu: perusahaan Certification Authorities pihak ke


penerbit kartu tiga yang mengeluarkan sertifikasi
kepada merchant
Hak dan Kewajiban Dalam Perjanjian
Jual Beli Online
Kewajiban Penjual
Adapun kewajiban dari penjual terdapat Kewajiban Pembeli
pada pasal 1437 KUHPerdata bahwa Kewajiban pembeli diterangkan dalam pasal
“penjual wajib mengatakan dengan jelas, 1513 KUHPerdata, bahwa “kewajiban utama
untuk apa ia mengikatkan dirinya, janji pembeli adalah membayar harga pembelian
pada waktu dan di tempat yang telah
yang tidak jelas dan dapat diartikan dalam
diperjanjikan”
berbagai pengertian, harus ditafsirkan
untuk kerugiannya”.

Hak Pembeli
Hak Penjual

Pihak penjual sebagaimana diterangkan


Apabila pembeli tidak membayar harga barang
pada pasal 1474 KUHPerdata, yaitu:
tersebut, si penjual dapat menuntut
pembatalan perjanjian sebagaimana halnya a. Menyerahkan barang atas barang yang
pembeli dapat menuntut pembatalan diperjualbelikan
perjanjian jika penjual tidak menyerahkan b. Menanggung atau menjamin barang
barangnya tersebut.
II WANPRESTASI
Suatu perjanjian jual beli apabila salah satu pihak, baik itu
pihak penjual maupun pihak pembeli tidak melaksanakan
perjanjian yang mereka sepakati, berarti pihak tersebut
telah melakukan wanprestasi. Berdasarkan pasal 1266
KUHPerdata diisyaratkan apabila salah satu pihak
wanprestasi maka pihak yang dirugikan dapat
menempuh upaya hukum dengan menuntut
pembatalan perjanjian kepada hakim.

Terjadinya wanprestasi, maka pihak lain sebagai pihak yang


menderita kerugian dapat memilih antar beberapa
kemungkinan yaitu:
a. Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian
b. Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan ganti rugi
c. Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian
disertai ganti rugi
d. Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian
e. Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian
disertai dengan rugi .
III
HASIL DAN PEMBAHSAN

Keabsahan Perjanjian Jual Beli online


menurut Kitab Undangundang Hukum
Perdata dan Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.

Tanggung jawab penjual atas wanprestasi


dalam jual beli melalui transaksi elektronik
I Keabsahan Perjanjian Jual Beli online menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah “suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih meningkatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih”. Dalam pasal 1320 KUHPerdata
disebutkan bahwa syarat sahnya sebuah perjanjian adalah:
A. K e s e p a k a t a n
B. K e c a k a p a n
C. S u a t u h a l t e r t e n t u m e n u r u t K U H P e r d a t a
D. S u a t u s e b a b y a n g h a l a l

Suatu perjanjian jual beli harus memenuhi keempat syarat tersebut, ada
2 (dua) syarat yang digolongkan kedalam syarat sahnya suatu perjanjian
yang terdiri dari:
1) Syarat subyektif terdiri dari kesepakatan antara kedua belah pihak
yang melakukan perjanjian dan kecakapan hukum
2) Syarat obyektif terdiri dari suatu hal tertentu dan suatu sebab yang
halal,
I Keabsahan Perjanjian Jual Beli online menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.

Pelayanan prima (excellence service) adalah satu bentuk


pemberian layanan yang sangatmemuaskan bagi para
penerima pelayanan. Dalam kualitas layanan yang
KUHPerdata
membandingkan anatara persepsi (pelayanan yang dirasakan KUHPerdata
pasal 1457
atau diterima denganharapan (ekspektasi), pelayanan yang KUHPerdata pasal 1458
prima adalah apabila apa yang dirasakan jauh melebihi
harapan dari penerima layanan pasal 1313
(Semil, 2018:49)
2 Keabsahan Perjanjian Jual Beli online menurut Undang-Undang
No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
K e a b sa h a n Tra n sa k si E l e k t ro n ik a d a la h p e rb u a t a n h u k u m y a n g
d i l a k u k a n d e n g a n m e n g g u n a k a n k o m p u t e r, j a r i n g a n k o m p u t e r, d a n
media elektronik lainnya dalam pasal 1 ayat (2) undang-undang
Informasi dan Transaksi Elektronik

Berdasarkan Undang-undang N o . 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Tra n sa k si


Elektronik (UU ITE) dalam pasal 5 s/d. pasal 12 dinyatakan bahwa Informasi
Elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti
hukum yang sah, yang merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan
Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. Undang-undang ITE memberikan pengakuan
kontrak elektronik ini pada pasal 1 ayat 17 dengan “perjanjian para pihak yang dibuat
melalui sistem elektronik”. Selanjutnya mengenai sistem elektronik disebutkan dalam
pasal 1 ayat 5 dengan serangkaian prangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,
mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.
III Tanggung jawab penjual atas wanprestasi dalam
jual beli melalui transaksi elektronik
Transaksi Proses
Jual Beli Dalam proses ini, prinsip penjual adalah mencari
dan menjaring calon pembeli sebanyak-banyaknya,
sementara prinsip pembeli adalah berusaha
sedapat mungkin mencari produk atau jasa yang
diinginkan dan mencoba untuk mencari tahu
penilaian orang lain terhadap produk atau jasa
tersebut.

1. Transaksi Proses Jual Belia) Flow of goods (aliran


produk);
• a) Flow of goods (aliran produk);
• b) Flow of information (aliran informasi);
• c) Flow of money (aliran uang);
• d) Flow of documents (aliran dokumen),
Keabsahan
BAB I Perjanjian Jual Beli online menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Transaksi Proses Jual Pada tahapan ini penjual dan pembeli melakukan berbagai
Beli aktivitas atau komunikasi, seperti :
a) Keluhan terhadap kualitas produk;
b) Pertanyaan atau permintaan informasi mengenai
produk-produk lain;
c) Pemberitahuan akan produk-produk baru yang
ditawarkan;
d) Diskusi mengenai cara menggunakan produk dengan
baik
e) Dan sebagainya

Transaksi online dalam e-commerce menurut Cavanilas dan Nadal


dalam Research Paper On Control Law; seperti yang dikutip oleh M.
Sanusi Arsyad, memiliki banyak tipe dan variasi yaitu:

a) Transaksi melalui chatting dan video conference

b) Transaksi melalui e-mail

c) Transaksi melalui web atau situs


Keabsahan Perjanjian Jual Beli online menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Sebelum menguraikan mengenai akibat hukum yang timbul apabila penjual dalam jual beli
melakukan wanprestasi perlu dijelaskan mengenai macam-macam wanprestasi dan tanggung
jawab penjual terhadap pembeli dalam jual beli melalui transaksi elektronik. Wanprestasi
dapat berupa empat macam yaitu:
a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
b) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
c) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian yang tidak boleh dilakukannya

Kewajiban membayar ganti kerugian bagi debitur atau pihak yang mempunyai kewajiban
melaksanakan prestasi dalam perjanjian tetapi melakukan wanprestasi baru dapat
dilaksanakan jika telah memenuhi 4 (empat) syarat yaitu:
a. Dia memang telah lalai melakukan wanprestasi
b. Dia tidak berada dalam keadaan memaksa
c. Dia tidak melakukan pembelaan untuk melawan tuntutan dalam ganti kerugian
d. Dia telah menerima pernyataan lalai
Keabsahan Perjanjian Jual Beli online
menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
Apabila penjual tidak bertanggung jawab dalam hal melakukan wanprestasi pada transaksi elektronik, maka pembeli dapat
menempuh jalur hukum sesuai yang diatur dalam pasal 38 dan 39 UU ITE Nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang
penyelesaian sengketa. Sesuai pasal 39 ayat (2) UU ITE yang menjelaskan bahwa selain penyelesaian gugatan perkara,
penjual dan pembeli dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitase, atau lembaga lainnya, namun tidak ditemukan titik
terang setelah adanya negoisasi antara ketika penjual mencoba menawarkan penyelesaian melalui ganti rugi dengan
pengembalian uang jika barang telah dikirim ke penjual, namun pihak pembeli menolak dan ingin mentrasnfer uang dulu ke
pembeli baru barang dikirim kembali ke penjual, karena hal tersebut para pihak kukuh atas komitmen mereka.

Jual beli melalui transaksi elektronik selalu ada dua macam subyek hukum, yang masing-masing subyek hukum tersebut
mempunyai hak dan kewajiban timbal balik dalam pelaksanaan perjanjian yang mereka perbuat. Dimana perjanjian jual
beli merupakan suatu perjanjian timbal balik antara kedua subyek hukum yaitu pihak pembeli dan penjual mempunyai hak
dan kewajiban secara satu sama lain

Pada pasal 21 ayat 1 huruf a undang-undang ITE menyebutkan “jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam
pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi”. Dengan demikian, dalam transaksi
elektronik, pihak yang bertanggung jawab adalah pihak yang melakukan wanprestasi yang didalam hal ini jika dilakukan
oleh penjual
PENUTUP
KESIMPULAN
Keabsahan perjanjian jual beli dapat dibuktikan dan memenuhi ketentuan dalam pasal 1320 KUHPerdata. Dasar keabsahan
terjadi apabila keduanya sama-sama sepakat dan adanya kata kesepakatan antara pembeli dan penjual dalam berkomunikasi
1 mengenai penawaran barang dan pemilihan barang yang diinginkan serta keduanya telah menyetujui bahwa adanya
kesepakatan. Adapun dalam Undangundang Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE didefinisikan sebagai perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan alat elektronik seperti komputer, jaringan komputer, atau media elektronik lainnya. Pada
transaksi elektronik ini, para pihak yang terkait didalamnya melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu
bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai ketentuan pasal 1 ayat 17 dan pasal 17 ayat 2
UU ITE tersebut.

Wanprestasi yang terjadi dalam transaksi jual beli pada umunya dilakukan oleh penjual. Dalam hal terjadinya wanprestasi
tersebut penjual. Wajib ganti rugi terhadap kerugian yang diderita oleh pembeli. Apabila penjual tidak bertanggung jawab
2 terhadap perbuatan wanprestasi nya tersebut, maka pembeli dapat menempuh jalur hukum dengan mengajukan gugatan
terhadap penjual sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perbuatan tersebut, yakni
KUHPerdata dan UU ITE.
SARAN

Perlu dilakukan sosialisasi UU ITE sehingga masyarakat dapatmemahami dan


mengetahui perihal tentang Keabsahan Perjanjian Jual Beli Online tersebut. Dalam hal
ini sosialisasi dimaksudkan juga agar masyarakat dapat memahami, memperhatikan,
dan melakukan kewajibannya dalam perjanjian jual beli online melalui media internet
ini sehingga nantinya akan mendapatkan haknya secara baik.

Bagi masyarakat yang berlaku sebagai pembeli mestinya lebih fokus terhadap apa yang
menjadi kewajibannya dan bertanggung jawab seperti haknya penjual yang memenuhi
kewajibannya dengan baik agar nantinya tidak terjadi bentuk-bentuk wanprestasi yang
pada akhirnya akan menimbulkan kerugian pada salah satu atau kedua belah pihak
dalam perjanjian jual beli online melalui media internet
Terima
Metode Importance Performance
Analysis (IPA) pertama kali
diperkenalkan olehMartilla dan Jams

Kasih
(1977) dengan tujuan untuk mengukur
hubungan antara persepsikonsumen dan
perioritas peningkatan kualitas produk
atau jasa yang dikenal pula
sebagaiquadrant analysis
(Munandar, 2020).
Pelayanan prima (excellence service) adalah satu bentuk
pemberian layanan yang sangatmemuaskan bagi para
penerima pelayanan. Dalam kualitas layanan yang
membandingkan anatara persepsi (pelayanan yang dirasakan
atau diterima denganharapan (ekspektasi), pelayanan yang
prima adalah apabila apa yang dirasakan jauh melebihi
harapan dari penerima layanan
(Semil, 2018:49)

Anda mungkin juga menyukai