Anda di halaman 1dari 11

JUAL BELI ONLINE DALAM PRESFEKTIF FIQH KONTEMPORER

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh Kontemporer oleh dosen
pengampuh Dr. Rizal Darwis, M.H.I.

OLEH :

RAHAYU SAPUTRI HUSAIN

202032010

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, penggunaan teknologi pun semakin
canggih, seperti yang terjadi sekarang ini, taranksaksi perdagangan atau
penjualan pun banyak dilakukan secara online atau e-commerce. Transaksi
jual beli secara online atau e-commerce adalah bentuk penggunaan internet
yang menggunakan sebuah jaringan komputer yang saling terhubung antara
satu dengan yang lainnya. Dalam satu jaringan tersebut terdapat satu
rangkaian banyak terminal komputer yang bekerja dalam satu sistem
komunikasi elektronik. Tranksaksi jual beli online ini juga sudah diatur
dalam Undang-Undang yang berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang No
19 Tahun 2016 perubahan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang
informasi dan tranksaksi elektronik serta diatur juga dalam pasal 1320
KUHPerdata, karena dalam pelaksanaan jual beli online juga sangat
memungkinkan bisa terjadi pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh
penjual atau pembeli dalam perilaku wanprestasi, penipuan dan lain
sebagainya.
Meskipun terdapat sisi negatif dari jual beli online, namun kegiatan
jual beli online ini juga mempunyai banyak nilai positif, di antaranya
kemudahan dalam melakukan transaksi (karena penjual dan pembeli tidak
perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi). Online shop biasanya
menawarkan barangnya dengan menyebutkan spesifikasi barang, harga, dan
gambar. Pembeli memilih dan kemudian memesan barang yang biasanya
akan dikirim setelah pembeli mentransfer uang.
Dalam Islam jual beli masuk dalam kategori muamalah. Salah satu
fenomena mu'amalah dalam bidang ekonomi adalah transaksi jual beli yang
menggunakan media elektronik. Aktivitas perdagangan melalui media
internet ini populer disebut dengan electronic commerce (e-commerce).
Ecommerce tersebut terbagi atas dua segmen yaitu business to business
ecommerce (perdagangan antar pelaku usaha) dan business to consumer
ecommerce (perdagangan antar pelaku usaha dengan konsumen).

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Jual Beli Online ?
2. Bagaimana Dasar Hukum Jual Beli Online?
3. Bagaimana Prespektif Fiqh Kontemporer Mengenai Jual Beli Online ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli Online


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jual beli adalah
persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan
barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.
Menurut Rahmat Syafe’i, secara bahasa jual beli adalah pertukaran
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan Kata Online terdiri dari dua kata,
yaitu On (Inggris) yang berarti hidup atau didalam, dan Line (Inggris) yang
berarti garis, lintasan, saluran atau jaringan. Secara bahasa online bisa
diartikan “didalam jaringan” atau dalam koneksi. Online adalah keadaan
terkoneksi dengan jaringan internet. Dalam keadaan online, kita dapat
melakukan kegiatan secara aktif sehingga dapat menjalin komunikasi, baik
komunikasi satu arah seperti membaca berita dan artikel dalam website
maupun komunikasi dua arah seperti chatting dan saling berkirim email.
Online bisa diartikan sebagai keadaan dimana sedang menggunakan jaringan,
satu perangkat dengan perangkat lainnya saling terhubung sehingga dapat
saling berkomunikasi.
Jual beli online disebut juga e-commerce. E-commerce adalah satu set
teknologi dinamis, aplikasi, dan proses bisnis yang mengubugkan perusahaan,
konsumen serta komunitas tertentu melalui transaksi elektronik berupa
perdagangan jasa maupun informasi yang dilakukan melalui media elektronik.
Pengertian lainnya, e-commerce adalah pembelian, penjualan, dan
permasalahan barang serta jasa melalui sistem elektronik. E-commerce
meliputi transfer dana secara elektronik, pertukaran dan pengumpulan data.
Semua diatur dalam manajemen inventori otomatis.
Selain pengertiannya, jual beli online juga mempunya unsur yang
harus diketahui oleh masyarakat media social. Pada transaksi jual beli melalui
internet, para pihak terkait di dalamnya melakukan hubungan hukum yang
dituangkan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang dilakukan
secara elektronik dan sesuai dengan Pasal 1 butir 17 UU Informasi dan

4
Transaksi Elektronik (ITE) disebut sebagai kontrak elektronik yakni perjanjian
yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya. Pelaku
usaha yang menawarkan barang atau jasa secara elektronik wajib
menyediakan informasi mengenai syarat-syarat kontrak, produsen dan produk
secara lengkap dan benar. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik
beberapa unsur dari E-commerce, yaitu:
1. Ada kontrak dagang;
2. Kontrak itu dilaksanakan dengan media elektronik;
3 .Kehadiran fisik dari para pihak tidak diperlukan;
4. Kontrak itu terjadi dalam jaringan public;
5. Sistemnya terbuka, yaitu dengan internet atau link (WWW);
6. Kontrak itu terlepas dari batas, yuridiksi nasional.
B. Dasar Hukum Jual Beli Online
Dasar hukum merupakan suatu landasan atau tempat diambilnya suatu
aturan yang akan ditetapkan oleh penguasa atau pemerintah terhadap subjek
hukum. Dasar hukum jual beli online yang berlaku dalam hukum nasional
adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Menurut
pasal 1 ayat 2 UU ITE, transaksi elektronik, yaitu: “Transaksi Elektronik
adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer, dan/atau media elekronik lainnya.”
Dalam pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa: “Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas
kepastian hukum, manfaat, kehatihatian, iktikad baik, dan kebebasan
memilih teknologi atau netral teknologi.”
Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informasi
elektronik, yaitu: “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk: a) Mencerdaskan kehidupan
bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; b)
Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.” Transaksi Elektronik juga
diatur dalam KUHPerdata yang menganut asas kebebasan berkontrak.

5
2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Jual beli, adalah
perjanjian yang berarti perjanjian sebagaimana dimaksud dalam pasal
1313 KUHPerdata, yaitu: “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Menurut
Gunawan Wijaya, jual beli adalah suatu bentuk perjanjian yang
melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu, yang
dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual
oleh penjual dan penyerahan uang dari pembeli ke penjual.
Dalam buku III KUHPerdata diatur mengenai perikatan yang
menganut asas terbuka atau kebebasan berkontrak, maksudnya memberikan
kebebasan kepada pihak-pihak dalam membuat perjanjian asalkan ada kata
sepakat, cakap bertindak hukum, suatu hal tertentu dan suatu sebab tertentu,
dan suatu sebab yang halal.
Begitupun juga transaksi elektronik yang diatur dalam KUHPerdata
yang menganut asas kebebasan berkontrak. Sifat terbuka dari KUHPerdata ini
tercermin dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang mengandung asas
kebebasan berkontrak, yaitu: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Maksudnya
ialah setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian
asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat
sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
“Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Kemudian dalam dasar hukum Islam, jual beli online tidak begitu jelas
diatur dalam Al-Qur’an maupun Hadits, sebab tranksaksi jual beli online
muncul setelah Nabi SAW wafat. Sehingga pengaturan hukumnya ditetapkan
oleh para mujtahid dengan tetap mengambil dasar hukum dari AlQur’an dan

6
Hadits. Karena dalam Al-Qur’an dan Hadits telah terdapat dalil tentang jual
beli. Berikut ini beberapa dalil tentang jual-beli :
1. Q.S al-Baqarah : 275
Artinya : “dan Allah menghalkan jual-beli dan mengharamkan riba”
2. Q.S An-Nisa : 29
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan haeta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”
3. H.R Muslim
‫عير‬
ُ ‫الش‬ ُّ ‫ب بالذهَََ َ ب َوا ْل فضَّةُ با ْل فضَّ ة َوا ْل‬
َّ ‫برَُ با ْلب ُر َو‬ ُ َ َََ‫الذه‬
‫ح با ْل م ْلح مثلًَْ ًَ ب مث ْل‬ ُ ‫بالش عي ر َوالت ْمََ َ ُر بالت ْمََ َ ر َوا ْل م ْل‬َّ
‫يعوا‬
ُ ‫فب‬َ ‫ف‬ ْ َْْ‫اختلَََ فَتْ هَ ذ ه ال‬
ُ َ ‫صََ نا‬ ْ َ‫س َوا ء يدًََ ا بي َد ف إَذا‬
َ ‫س َوا ًء ب‬
َ
‫ْف شئتْ ْمَُ إذاَ كَانَ يدًََ ا بي َد‬
َ ‫َكي‬
Artinya : “Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama
beratnya dan langsung diserahterimakan. Apabila berlainan jenis, maka
juallah sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara
kontan” (HR. Muslim: 2970)
C. Prespektif Fiqh Kontemporer Mengenai Jual Beli Online
Dalam prespektif fiqh kontemporer mengenai jual beli online bahwa
jual beli itu sendiri masuk dalam kategori muamalah. Dalam syariat Islam
muamalah hukumya mubah atau dibolehkan selama tidak ada dalil yang
melarangnya. Dengan ketentuan barang yang dijual belikan halal dan jelas
spesifikasinya.
Jika melihat sistem jual beli online kebanyakan, dimana setelah terjadi
kesepakatan, penjual akan meminta pembayaran dilakukan terlebih dahulu,
baru setelah itu barang akan dikirimkan. Maka ini sama persis dengan akad
salam dan Istishna, dalam Islam akad salam dan Istishna ini diperbolehkan.
Berikut dalil yang membolehkan salam :

7
Artinya : “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di kota Madinah,
penduduk Madinah telah biasa memesan buah kurma dengan waktu satu dan
dua tahun. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa memesan kurma, maka hendaknya ia memesan dalam takaran,
timbangan dan tempo yang jelas (diketahui oleh kedua belah pihak).”
(Muttafaqun ‘alaih).

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar jual beli online
diperbolehkan dalam islam. Berikut beberapa syarat yang bisa dipenuhi.
Syarat yang pertama tidak melanggar ketentuan syariat islam yaitu melakukan
transaksi yang termasuk haram, melakukan penipuan, kecurangan dan
monopoli.
1. Penjual dan pembeli harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu jika
kedepannya terjadi sesuatu yang kurang diinginkan seperti pembatan dan
sepakat.
2. Harus dalam pengawasan yang berwajib dan terdapat sanksi serta hukum
yang tegas dalam menjamin transaksi jual beli secara online ini.
Bisnis online/jual beli online bisa menjadi haram apabila :
1. Sistemnya haram, seperti money gambling, sebab system tersebut seperti
judi;
2. Barang dan jasa yang menjadi objek tranksaksi merupakan barang yang
diharamkan;
3. Melanggar perjanjian atau mengandung unsur penipuan;
4. Tidak ada kemaslahatan di dalamnya dan justru mengakibatkan
kemudharatan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jual beli online disebut juga e-commerce. E-commerce adalah satu set
teknologi dinamis, aplikasi, dan proses bisnis yang mengubugkan perusahaan,
konsumen serta komunitas tertentu melalui transaksi elektronik berupa
perdagangan jasa maupun informasi yang dilakukan melalui media elektronik.
Pengertian lainnya, e-commerce adalah pembelian, penjualan, dan
permasalahan barang serta jasa melalui sistem elektronik. E-commerce
meliputi transfer dana secara elektronik, pertukaran dan pengumpulan data.
Semua diatur dalam manajemen inventori otomatis. Rukun Jual Beli menurut
islam adalah adanya penjual, pembeli, barang yang di jual dan Ucapan ijab
qabul. Dalam Islam berbisnis melalui online diperbolehkan selagi tidak terdapat
kezaliman, monopoli, serta unsur-unsur riba, dan juga penipuan. Karena dalam
alqur’an sudah dijelaskan tentang bahaya riba seperti yang terdapat didalam
Alquran surat Albaqarah, Ar Rum, dan an Nisa’.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar jual beli online
diperbolehkan dalam islam. Berikut beberapa syarat yang bisa dipenuhi.
1. Syarat yang pertama tidak melanggar ketentuan syariat islam yaitu
melakukan transaksi yang termasuk haram, melakukan penipuan,
kecurangan dan monopoli.

9
2. Penjual dan pembeli harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu jika
kedepannya terjadi sesuatu yang kurang diinginkan seperti pembatan dan
sepakat.
3. Harus dalam pengawasan yang berwajib dan terdapat sanksi serta hukum
yang tegas dalam menjamin transaksi jual beli secara online ini.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segara melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bias membangun
dari pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Candika restu.tranksaksi jual beli online dalam prespektIf ekonomi


Islam”.(2022) diakses pada selasa 05 januari 2022, 12:46 wib
https://retizen.republika.co.id/posts/25457/transaksi-jual-beli-
onlinedalam-perspektif-ekonomi-islam
Isnawati,Lc.,MA.hukum jual beli online dalam Islam.(2022). diakses pada
jumat 18 maret 2022https://an-nur.ac.id/hukum-jual-beli-online-dalam-
islam/
Muttaqin, Azhar.(2009).Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan
Hukum Islam.Malang: lp. Universitas muhamadia.

Purbo, w Onno dan Anang Arief Wahyudi.(2000). Mengenal e-Commerce.


Jakarta: Alex Media computendo.

Republik Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang


Informasi & Transaksi Elektronik, Bab I, Pasal 1, angka 2, pasal 3 & 4

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik

Wong ,Jony.( 2010).Internet Marketing for the Beginer. Jakarta: Kompas


Gramedia.

11

Anda mungkin juga menyukai