Anda di halaman 1dari 16

“ANALISIS FINANCIAL DISTRES PADA LAPORAN KEUANGAN

MENGGUNAKAN MODEL S-SCORE SPRINGATE STUDI KASUS PADA PT.


BANK SYARIAH MANDIRI (2017-2019) DAN BANK SYARIAH Indonesia (2020-
2021)”

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan Bank Syariah

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Sri Dewi Yusuf, SE., MM.

Oleh:

Moh. Rendi M. Sama

Mahmud Adam

Rolanda Mantu

Britza Valerina Botutihe

Yumita Damopolii

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul analisis financial
distres pada laporan keuangan menggunakan model s-score springate studi kasus
pada pt. Bank syariah mandiri (2017-2019) dan bank syariah indonesia (2020-2021)
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dr. Hj. Sri
Dewi Yusuf, SE., MM.  pada mata kuliah Analisis laporan keuangan bank syariah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Financial
Distress bagi pembaca dan juga para penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Sri Dewi Yusuf, SE., MM. selaku
dosen pengajar mata kuliah Analisis laporan keuangan bank syariah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. 

Gorontalo, 8 Desember 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

DAFTAR TABEL...............................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang........................................................................................................6
2. Rumusan Masalah...................................................................................................8
3. Tujuan.....................................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan keuangan ...............................................................................................................10

Kebangkrutan ......................................................................................................................10

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan..................................................................................11

Model prediksi kebangkrutan ..............................................................................................11

1. X₁ (Aset lancar-Liabilitas lancar/Total Aset)..........................................................12


2. X₂ (.........................................................................................................................13
3. X₃ (.........................................................................................................................14
4. X₄ (.........................................................................................................................14
5. Model Springet (S-Score) .......................................................................................16

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................................................................24
2. Saran.......................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Risiko terburuk bagi setiap perusahaan adalah kebangkrutan. Bagi


industri perbankan, kebangkrutan bisa terjadi di sebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah disebabkan adanya krisis. (Muhammad, 2005). Potensi
kebangkrutan bisa terjadi kapan saja, sehingga diperlukan mitigasi dan
pencegahan yang preventif dan berkelanjutan demi menjaga keberlangsungan
perusahaan, dalam hal ini industri perbankan. 1

Kegagalan suatu perbankan dapat menyebabkan efek domino bagi


perusahaan-perusahaan ataupun perbankan lain. Dampak sistemik menjadi
perhatian karena sesungguhnya apabila terlihat ada potensi kebangkrutan
dari suatu bank. Keresahan nasabah akan mudah menyebar dan akan
berakibat juga pada bank-bank yang sehat. Apabila suatu bank dinyatakan
sebagai bank gagal, ada 2 pilihan yang dapat dilakukan, yaitu diselamatkan atau
tidak diselamatkan. Penangannya diserahkan kepada Lembaga Penjamin
Simpanan (Kusdiana, 2014).

Kebangkrutan sebuah bank dapat dipicu oleh berbagai faktor. Bank


dapat bangkrut dan harus ditutup kalau kinerjanya buruk akibat naiknya kredit
macet, atau aset bermasalah secara signifikan. Penyebab lain adalah banyaknya
pemilik bank yang ikut campur tangan dalam operasional bank sehari-hari.
Pemberian kredit yang tidak hati-hati, sehingga kurang memperhatikan sama
sekali aspek manajemen risiko, good governa nce, dan kehati-hatian. Jadi, jelas
bahwa pemicu bangkrutnya sebuah bank bisa datang dari internal bank itu
sendiri maupun faktor eksternal sebagai dampak dari kondisi ekonomi yang
memburuk.

Dengan melihat fenomena-fenomena kebangkrutan perbankan yang


sebelumnya telah terjadi, peneliti tertarik untuk meneliti prediksi kebangkrutan
perbankan. Peneliti menganggap bahwa kebangkrutan suatu perbankan

1
Rais Sani Muharrami, Sinta. Analisis Prediksi Kebangkrutan dan Rasio Keuangan Bank
Umum Syariah Dengan Metode Altman Z-Score Pada Tahun 2011-2015, (Journal Of Islamic
Economics, Finance, and Banking. Vol. 1, No. 1&2. Edisi Juni-Desember 2018), h. 52-53

4
merupakan hal yang harus dihindari karena dampak kebangkrutan suatu bank
dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangannya. Pengukuran tersebut
dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
bank yang bersangkutan. Perusahaan dapat mengetahui keadaan serta
perkembangan finansial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu
lampau dan diwaktu yang sedang berjalan. Selain itu dengan melakukan
analisis keuangan di waktu lampau, maka dapat diketahui kelemahan-
kelemahannya serta hasil-hasilnya yang dianggap telah cukup baik, dan
mengetahui potensi kebangkrutan perbankan tersebut.

Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan operasi suatu perusahaan


di masa yang akan datang dapat berakibat fatal yaitu kehilangan
pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan pada suatu perusahaan.
Dengan kemampuan manajerial yang dimiliki, para manajer perusahaan
diharapkan mampu mengubah ancaman lingkungan yang tidak menentu ini
menjadi berbagai peluang usaha yang menguntungkan.

Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan
keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan
dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar prediksi
kebangkrutan. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu
mengintepretasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat
memberikan dasar pertimbanganmengenai prediksi masa depan bank apakah
dapat bertahan atau tidak (Munawir, 2002).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Cara Analisis Financial Distres Pada Laporan Keuangan
Menggunakan Model S-Score Springate Studi Kasus Pada Pt. Bank Syariah
Mandiri (2017-2019) Dan Bank Syariah Indonesia (2020-2021)

C. Tujuan
Untuk mengetahui Bagaimana Cara Analisis Financial Distres Pada Laporan
Keuangan Menggunakan Model S-Score Springate Studi Kasus Pada Pt. Bank
Syariah Mandiri (2017-2019) Dan Bank Syariah Indonesia (2020-2021)

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Fahmi (2011), laporan keuangan yaitu mrupakan suatu informasi yang
menggambarkan keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. 2

Menurut Hermanto dan Agung (2012), laporan keuangan atau yang biasa disebut
Financial Statement berisikan informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan
dapat memberikan petunjuk untuk menetapkan kebijakan dimasa yang akan datang.
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan informasi kegiatan usaha perusahaan yang
dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut.3

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu
ringkasan transaksi yang dilakukan dari perusahaan yang terjadi selama satu periode
akuntansi atau satu tahun buku.

Kebangkrutan

Penelitian yang dilakukan Luciana (2004) mengartikan kondisi financial


distress sebagai suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih
dan nilai ukur ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut telah
dimerger. Sementara Kahya dan Theodossiou (1999), mengkategorikan kondisi
financial distress berdasarkan kriteria debt default, yaitu terjadinya kegagalan membayar
utang atau terdapat indikasi kegagalan membayar utang (debt default) dengan melakukan
negosiasi ulang dengan kreditur atau institusi keuangan lainnya, dimana informasi
mengenai debt default dan indikasi debt default diambil dari informasi Wall Street
Journal Index (WSJI). Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan

2
Fahmi, I., (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo : ALFABETA.
3
Hermanto dan Agung, (2012). Analisis Laporan Keuangan; Cetak Kesatu, Jakarta:
Lentera Ilmu Cendekia.

6
dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga
dapat disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan insolvabilitas.

Kebangkrutan merupakan suatu keadaan dimana perusahaan gagal atau tidak


mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajibannya baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Hal tersebut karena ketidakcukupan dana yang dimiliki oleh
perusahaan untuk menjalankan usahanya. Sehingga untuk mengembalikan pinjaman,
membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa
ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.4

Kebangkrutan biasa diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi


perusahaan untuk mengahasilkan laba. Martin et.al (1995:376) dalam Fakhrurozie
(2007:5) berpendapat bahwa kebangkrutan sebagai kegagalan dapat didefinisikan dalam
bebrapa arti :

1) Kegagalan ekonomi (economic distress) Perusahaan kehilangan uang atau pendapatan


perusahaan tidak menutup biayanya sendiri.Dengan demikian tingkat laba kecil daripada
biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari
kewajiban.Kegagalan terjadi bila arus kas yang sebenarnya jatuh di bawah arus kas yang
diharapkan.

2) Kegagalan Keuangan (Financial distress) Pengertian financial distressed mempunyai


arti kesulitan dana, baik dana dalam pengertian ks atau dalam pengertian modal kerja.
Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga
agar tidak terkena financial distress.

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan

Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kebangkrutan suatu perusahaan menurut
(Janch dan Glueck, 1995:97) dalam Muhammad Adnan dan Eka Kurniasih (2000:139)
antara lain :

Faktor umum :

4
Rais Sani Muharrami, Sinta. Analisis Prediksi Kebangkrutan dan Rasio Keuangan Bank
Umum Syariah Dengan Metode Altman Z-Score Pada Tahun 2011-2015, (Journal Of Islamic
Economics, Finance, and Banking. Vol. 1, No. 1&2. Edisi Juni-Desember 2018), h. 55

7
1. Sektor Ekonomi Penyebab kebangkrutan dalam sektor ekonomi adalah seperti
gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku
bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing
serta neraca pembayaran, surplus atau deficit dalam hubungannya dengan
perdagangan luar negeri.
2. Sektor sosial Perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi pemintaan
terhadap produk dan jasa atau cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.
Faktor social lain yang berpengaruh yaitu kekacuan di masyarakat
3. Sektor teknologi Penggunaan teknologi informasi yang meyebabkan baiaya yang
ditanggung oleh perusahaan membengkak untuk pemeliharaan dan implementasi
yang tidak terencana, sistem yang tidak terpadu dan para manajer yang kurang
professional
4. Sektor pemerintah Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsisdi pada
perusahaan dan industry, pengenaan tarif ekspor da impor barang yang berubah,
kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja lain.

Faktor Eksternal Perusahaan

1. Sektor Pelanggan Perusahaan perlu mengidentifikasi sifat konsumen untuk


menghindari kehilangan konsumen juga untuk menciptakan peluang, menemukan
konsumen baru dan menghindari menurunnya penjualan dan mencegah
konsumen berpaling ke pesaing
2. Sektor Pemasok Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik
karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan
pembelinya tergantung pada seberapa besar pemasok ini berhubungan dengan
perdagangan bebas.
3. Sektor pesaing Perushaan juga jangan melupakan persaingan karena jika produk
pesaing lebih diterima masyarakat maka perusahaan akan kehilangan konsumen
dan hal tersebut akan berakibat menurunnya pendapatan perusahaan

Faktor Internal Perusahaan

1. Faktor-faktor internal merupakan hasil dri keputusan dan kebijakan yang tidak
tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu pada saat

8
yang diperlukan seperti terlalu besarnya kredit yng diberikan pelanggan dan
manajemen yang tidak efisien.5

Model-model prediksi kebangkrutan

1. Model Altman

Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan Multiple


Discriminant Analysis.Analisis diskriminan berguna bagi perusahaan untuk
mendapatkan peringatan dini kebangkrutan dan kelangsungan usaha. Perusahaan
yang memperoleh peringatan kebangkrutan sebelumnya, akan semakin baik
pengelolaannya karena manajemen dapat melakukan perbaikan dan dapat
memberikan gambaran dan harapan yang solid akan nilai masa depan perusahaan.

Analisis diskriminan ini merupakan suatu teknik statistik yang


mengidentifikasikan beberapa macam rasio keuangan yang dianggap memiliki nilai
paling penting dalam mempengaruhi suatu kejadian, lalu mengembangkannya dalam
suatu model dengan maksud untuk memudahkan menarik kesimpulan dari suatu
kejadian.Analisa diskriminan ini kemudian menghasilkan suatu dari beberapa
pengelompokan yang bersifat apriori atau mendasarkan teori dari kenyataan yang
sebenarnya.6

Dasar pemikiran Altman menggunakan analisa diskriminan bermula dari


keterbatasan analisa rasio yaitu metodologinya pada dasarnya bersifat suatu
penyimpangan yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah sehingga pengaruh
kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada pertimbangan para analis
keuangan.Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan dari analisa rasio maka perlu
kombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti.

Kebangkrutan suatu perusahaan dapat diramalkan jauh sebelum perusahaan


mengalami kebangkrutan.Kemungkinan kebangkrutan tidak dapat diketahui dalam
waktu sesaat tetapi diperlukan waktu yang berkelanjutan.Waktu yang digunakan

5
Lintang Kurniawati, Nur Kholis. Analisis Model Predeksi Financial Distress Pada
Perusahaan Perbankan Syariah Di Indonesia, h. 148.
6
Johar Arifin, Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan (Aspek Finansial dan Non
Finansial) Berbasis Komputer, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), hlm. 95.

9
biasanya 2 sampai 5 tahun sebagai batas toleransi penurunan kinerja untuk
mendeteksi kemungkinan kebangkrutan perusahaan.7

Penggunaan model Altman sebagai salah satu pengukuran kinerja


kebangkrutan tidak bersifat tetap atau stagnan melainkan berkembang dari waktu
kewaktu, dimana pengujian dan penemuan model terus diperluas oleh Altman hingga
penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur publik saja tapi sudah
mencakup perusahaan manufaktur non publik, perusahaan non manufaktur, dan
perusahaan obligasi korporasi. Berikut perkembangan model Altman:

1. Model springate
Model Springate adalah model rasio yang menggunakan multiple
discriminat analysis (MDA). Dalam metode MDA diperlukan lebih dari satu
rasio keuangan yang berkaitan dengan kebangkrutan perusahaan untuk
membentuk suatu model yang baik. Untuk menentukan rasio-rasio mana saja
yang dapat mendeteksi kemungkinan kebangkrutan, Springate menggunakan
MDA untuk memililh 4 rasio dari 19 rasio keuangan yang populer dalam
literatur-literatur, yang mampu membedakan secara terbaik antara sound business
yang pailit dan tidak pailit. Model ini menghasilkan tingkat keakuratan sebesar
92,5% dengan menggunakan 40 perusahaan yang diuji oleh Springate. 8 Model
Springate ini dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

S-Score = 1,03X1 + 3,07X2 +0,66X3 +0,4X4

Keterangan:

X1 = Working capital / total asset

X2 = Net profit before interest and taxes / total asset

X3 = Net profit before taxes / current liability

X4 = Sales / total asset

7
Muhammad Akhyar Adnan dan Muhammad Imam Taufiq, “Analisis Ketepatan Prediksi
Metode Altman terhadap Terjadinya Likuidasi pada Lembaga Perbankan”, (Jurnal Akuntansi dan
Auditing Indonesia Vol. 5. No. 2., 2001), hlm. 189.
8
Hafiz Adnan dan Dicky Arisudhana, “Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score dan
Springate pada Perusahaan Industri Property”, JurnalUniversitas Budi Luhur Jakarta, hlm. 94-95

10
Dengan kriteria penilaian apabila nilai S < 0,862 maka menunjukkan
indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius (bangkrut),
apabila nilai 0,862 < S < 1,062 maka menunjukkan bahwa pihak manajemen
harus hati-hati dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi
kebangkrutan (daerah rawan), apabila nilai S > 1,062 maka menunjukkan
perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai
permasalahan dengan keuangan (tidak bangkrut).9

HASIL DAN PEMBAHASAN (MENGGUNAKAN MODEL SPRINGET)

1) X₁ (Aset lancar-Liabilitas Lancar/Total Aset)

Nama Bank Tahun Aset Lancar Liabilitas Total Asset Hasil


Lancar
PT. BANK 2017 37.369.347 14.519.535 87.915.020 0,260
SYARIAH 2018 39.679.216 15.525.165 98.341.116 0,246
MANDIRI 2019 41.762.241 19.364.329 112.291.867 0,199
PT. BANK 2020 93.024.829 67.029.723 239.581.524 0,108
SYARIAH 2021 105.805.463 62.495.030 265.289.081 0,163
INDONESIA
sumber: data sekunder diolah

Berdasarkan hasil dari perhitungan pada tabel diatas, menunjukkan bahwa setiap
tahunnya terus mengalami fluktuasi. persentase yang tertinggi terdapat pada Bank
Syariah Mandiri di tahun 2017 dengan 0,260. Sedangkan persentase terendah terdapat
pada Bank Syariah Indonesia di tahun 2020 dengan nilai 0,108.

2) X₂ (EBIT/TOTAL ASET)

Nama Bank Tahun EBIT Total Aset Hasil


PT. BANK 2017 0 87.915.020 0

9
Kokyung dan Siti Khairani, “Analisis Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk
Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada PT. Bakrie Telecom Tbk”, JurnalSTIE MDP, hlm. 4.

11
SYARIAH 2018 0 98.341.116 0
MANDIRI 2019 0 112.291.867 0
PT. BANK 2020 0 239.581.524 0
SYARIAH 2021 0 265.289.081 0
INDONESIA
sumber: data sekunder diolah

Berdasarkan pada perhitungan diatas rasio laba sebelum bunga dan pajak
terhadap total aset. persentase yang dihasilkan oleh kedua bank tersebut adalah 0. Karena
Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Indonesia merupakan bank yang berbasis
syariah, dalam bank syariah bunga diharamkan. Perbankan syariah dalam peristilahan
internasional dikenal dengan Islamic Banking atau juga disebut dengan Interesert Free
Banking. Istilah dari Islamic tidak lepas dari hukum-hukum islam yang berlaku.
Transaksi yang dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri maupun Bank Syariah Indonesia,
harus sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah islam. Utamanya yang
berkaitan dengan larangan pratik riba.

3) X₃ (Laba sebelum pajak/liabilitas lancar)

Nama Bank Tahun Laba Liabilitas Hasil


sebelum Lancar
pajak
PT. BANK 2017 121.894 14.519.535 0,008
SYARIAH 2018 210.520 15.525.165 0,013
MANDIRI 2019 439.972 19.364.329 0,023
PT. BANK 2020 3.005.197 67.029.723 0,045
SYARIAH 2021 3.960.524 62.495.030 0,063
INDONESIA
sumber: data sekunder diolah

Berdasarkan pada perhitungan diatas menunjukkan bahwa hasil dari perhitungan


tersebut terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Persentase tertinggi terdapat pada

12
bank Bank Syariah Indonesia di tahun 2021 dengan nilai 0,063. Sedangkan persentase
terendah terdapat pada bank syariah mandiri di tahun 2017 dengan nilai 0,008.

4) X₄ (Penjualan (pendapatan)/total aset)

Nama Bank Tahun Penjualan Total Aset Hasil


(Pendapatan
)
PT. BANK 2017 8.229.926 87.915.020 0,094
SYARIAH 2018 9.293.848 98.341.116 0,095
MANDIRI 2019 10.283.988 112.291.867 0,092
PT. BANK 2020 19.706.293 239.581.524 0,082
SYARIAH 2021 20.820.678 265.289.081 0,078
INDONESIA
sumber: data sekunder diolah

Berdasarkan pada perhitungan diatas menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi setiap


tahunnya. Persentase tertinggi terdapat pada Bank Syariah Mandiri di tahun 2018 dengan
nilai 0,095. Sedangkan persentase terendah terdapat pada Bank Syariah Indonesia di
tahun 2021 dengan nilai 0,078.

5) Model Springet (S-SCORE)


Bank Syariah Mandiri
Tahun 2017 : S = 1,03 . 0,260 + 3,07 . 0 + 0,66 . 0,008 + 0,4 . 0,094 = 0,311
Tahun 2018 : S = 1,03 . 0,246 + 3,07 . 0 + 0,66 . 0,013 + 0,4 . 0,095 = 0,211
Tahun 2019 : S = 1,03 . 0,199 + 3,07 . 0 + 0,66 . 0,023 + 0,4 . 0,092 = 0,257
Bank Syariah Indonesia
Tahun 2020 : S = 1,03 . 0,108 + 3,07 . 0 + 0,66 . 0,045 + 0,4 . 0,082 = 0,174
Tahun 2021 : S = 1,03 . 0,163 + 3,07 . 0 + 0,66 . 0,063 + 0,4 . 0,078 = 0,241

13
Hasil Prediksi Kebangkrutan PT. Bank Syariah Mandiri (2017-2019) dan PT. Bank
Syariah Indonesia (2020-2021

Nama Bank Tahun HASIL Ket.

PT. BANK 2017 0,311 Mengkhawatirkan


SYARIAH 2018 0,211 Mengkhawatirkan
MANDIRI 2019 0,257 Mengkhawatirkan
PT. BANK 2020 0,174 Mengkhawatirkan
SYARIAH 2021 0,241 Mengkhawatirkan
INDONESIA
sumber: data sekunder diolah

berdasarkan ketentuan dengan menggunakan springate (S-Score), perusahaan


akan terindikasi bangkrut jika memperoleh skor kurang dari 0,862 (S < 0,862). Apabila
nilai 0,862 < S < 1,062 maka menunjukkan bahwa pihak manajemen harus hati-hati
dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (daerah rawan),
apabila nilai S > 1,062 maka menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang
sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan maka perusahaan tersebut
dapat dikatakan sehat secara keuangan atau finansial.

Dari kriteria tersebut maka bisa kita lihat bahwa hasil yang telah diperoleh diatas
menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Indonesia dapat dikatakan
bangkrut, karena hasil yang telah diperoleh semuanya menunjukkan bahwa nilainya
kurang dari 0,862 (S < 0,862).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

kondisi financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan


mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai ukur ekuitas negatif
berturut-turut serta perusahaan tersebut telah dimerger. merger itu juga
merupakan salah satu faktor perusahaan mengalami finansial distress.

Berdasarkan pada hasil prediksi kebangkrutan dengan menggunakan


springate (S-Score) dapat disimpulkan bahwa pada Bank Syariah Mandiri ditahun
2017 sampai dengan tahun 2019 dan Bank Syariah Indonesia ditahun 2020
sampai dengan 2021, keduanya bank tersebut telah terindikasi terancam
kebangkrutan yang serius. Karena hasil yang diperoleh setiap tahunnya berada
pada kisaran kurang dari 0,862. Maka menunjukkan bahwa pihak manajemen
harus hati-hati dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi
kebangkrutan (daerah rawan).

B. Saran

Untuk mengantisipasi terjadinya finansial distress (Kebangkrutan)


pihakk bank harus memperhatikan jumlah aset yang akan diperoleh setiap
tahunnya dan juga memperhatikan jumlah liabilitas dari bank itu sendiri

15
DAFTAR PUSTAKA

Muharrami, Rais Sani. Sinta. (2018). Analisis Prediksi Kebangkrutan dan Rasio
Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Metode Altman Z-Score Pada Tahun
2011-2015. Journal Of Islamic Economics, Finance, and Banking. Vol. 1, No.
1&2.

Fahmi, I., (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo : ALFABETA.

Hermanto dan Agung, (2012). Analisis Laporan Keuangan; Cetak Kesatu, Jakarta:
Lentera Ilmu Cendekia

Kurniawati, Lintang. Nur Kholis. (2019) Analisis Model Predeksi Financial Distress Pada
Perusahaan Perbankan Syariah Di Indonesia,

Arifin, Johar. (2007). Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan (Aspek Finansial dan Non
Finansial) Berbasis Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Adnan, Muhammad Akhyar. Muhammad Imam Taufiq. (2001). Analisis Ketepatan


Prediksi Metode Altman terhadap Terjadinya Likuidasi pada Lembaga
Perbankan. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 5. No. 2.

Adnan, Hafiz. Dicky Arisudhana. Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score dan
Springate pada Perusahaan Industri Property. Jurnal Universitas Budi Luhur
Jakarta.

Kokyung dan Siti Khairani. Analisis Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk
Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada PT. Bakrie Telecom Tbk. Jurnal STIE
MDP.

16

Anda mungkin juga menyukai