Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP LIKUIDITAS

BMT UGT NUSANTARA CABANG PEMBANTU SOCAH BANGKALAN


TAHUN 2019 DAN 2020

Skripsi

Oleh :
Mujibar Rahman
201893290296

PROGRAM STUDI ENOMI SYARIAH


SEKOLAHTINGGIAGAMAISLAMDARULHIKMAH
LANGKAP BURNEH BANGKALAN
2022
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP LIKUIDITAS
BMT UGT NUSANTARA CABANG PEMBANTU SOCAH BANGKALAN
TAHUN 2019 DAN 2020

SKRIPSI

Diajukan Kepada Prodi Ekonomi Syariah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh :
Mujibar Rahman
201893290296

PROGRAM STUDI ENOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL HIKMAH
LANGKAP BURNEH BANGKALAN
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi dengan judul “Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap

Likuiditas Di Bmt Ugt Nusantara Capem Socah Bangkalan” yang ditulis oleh:

NAMA : Mujibar Rahman

NIM : 201893290296

Ini telah diseminarkan dan disetujui untuk dijadikan acuan pelaksana

penelitian dalam rangka menyusun skripsi.

Bangkalan, 15 Agustus 2022

Pembimbing

Mashudi, M.E.I
NIDN/NIY: 991004035

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ekonomi

M. Holil Bt.P, M.Pd.I


NIY: 2110088804
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum tugas utama perbankan umum adalah menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Kemudian dana yang telah

terkumpul tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk

pinjaman (kredit), serta memberikan jasa-jasa lembaga keuangan lainnya.

Untuk bisa menghimpun dana dari masyarakat, maka bank memiliki

keharusan untuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan

dijamin keamanannya.

Dengan demikian, agar bisa memberikan keamanan kepada para nasabah,

maka lembaga keuangan tersebut haruslah likuid atau dapat memenuhi

kewajiban jangka pendeknya yakni memiliki dana fresh atau uang cash untuk

melayani nasabah dalam pengambilan tunai dan juga memenuhi dan

merealisasikan pengajuan permohonan kredit atau pembiayaan.1

Kajian mengenai likuiditas, merupakan satu keharusan yang harus

dilakukan, baik itu di perbankan maupun lembaga keuangan secara umum.

Pentingnya penilaian atas likuiditas suatu lembaga keuangan merupakan salah

1
Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Yogyakarta: Ekonisia, FE UII, 2015),
hlm. 126.
satu cara untuk bisa menentukan apakah lembaga keuangan tersebut dalam

kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.2

Pemicu utama kebangkrutan lembaga keuangan, baik yang besar maupun

kecil, bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan lebih pada

ketidak mampuan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai.

Likuiditas penting bagi lembaga keuangan untuk menjalankan transaksi

bisnisnya sehari-hari, mengatasi dana kebutuhan mendesak, memuaskan

permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibilitas dalam

meraih kesempatan investasi menarik dan menguntungkan. Likuiditas yang

tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu

kebutuhan operasional sehari-hari, tapi juga tidak boleh terlalu besar karena

akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat liquiditas.3

Apabila lembaga keuangan menahan dana yang dimiliki maka likuiditas

lembaga keuangan tersebut akan semakin besar sedangkan apabila dana

tersebut disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan maka

liquiditas akan meningkat, akan tetapi likuiditasnya rendah4

2
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank Syariah, Edisi II, (Jakarta: Rineka Cita,
2016), hlm. 114.
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,
2011), hlm. 178.
4
Nur Laili Hidayati, “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil,
Pembiayaan Sewa, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Likuiditas Bank Umum Syariah
di Indonesia”, 2014, hlm. 4
Pembiayaan secara luas diartikan sebagai pendanaan yang dikeluarkan

untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri

maupun dijalankan oleh orang lain5

Selain menyalurkan dana lembaga keuangan syariah juga berfungsi

menghimpun dana dari masyarakat, hal ini dikarenakan lembaga keuangan

adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang

memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta lembaga yang

berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.6

Fungsi tersebut menghadapkan lembaga keuangan syariah pada risiko

likuiditas, yaitu kemungkinan terjadi penarikan dana oleh pemiliknya,

sementara pendapatan yang diharapkan dari penempatan dana yang dilakukan

antara lain dalam bentuk pembiayaan belum masuk ke kas lembaga keuangan.

Karena pembiayaan murabahah dan adalah pembiayaan terbesar pada

lembaga keuangan syariah, maka konstribusinya terhadap lembaga keuangan

syariah sangat diharapkan, salah satunya adalah terhadap likuiditas lembaga

keuangan. Oleh karena itu perlu diteliti tentang seberapa besar pengaruh

pembiayaan murabahah dan terhadap likuiditas lembaga keuangan syariah.

Pembiayaan murabahah dan tidak terlepas dari adanya risiko pembiayaan

bermasalah (Non Performing Financing/NPF). Dalam setiap pembiayaan

tentu ada risiko yang selalu di timbulkannya sebagai sebab akibat dari suatu

kegagalan pihak untuk memenuhi kewajibannya. Risiko pembiayaan adalah

risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan untuk memenuhi


5
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2015), hlm. 17
6
PSAK, No. 31, Paragraf 2, 2012
kewajibannya yang sudah disepakati. Risiko pembiayaan dapat bersumber

dari berbagai aktivitas fungsional lembaga keuangan seperti pembiayaan,

investasi dan pembiayaan perdagangan

Pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) adalah

pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor eksternal

di luar kemampuan atau kendali nasabah peminjaman. Apabila porsi

pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya

menurunkan besaran pendapatan yang diperoleh lembaga keuangan. Rasio

Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam mengelola

pembiayaan bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif

yang dimiliki oleh suatu lembaga keuangan. lembaga keuangan yang

memiliki likuiditas tinggi secara umum porsi aktivanya relatif lebih besar

pada aktiva jangka pendek, sedangkan lembaga keuangan yang likuiditasnya

rendah umumnya porsi dana yang ditanam lebih besar pada aktiva jangka

panjang.

Dari uraian latar belakang diatas, maka perlu diadakan sebuah penelitian

untuk memperoleh informasi yang jelas dan juga disertai bukti ilmiah.

Penulis tertarik untuk meneliti yang berhubungan dengan risiko pembiayaan

khususnya pada pembiayaan murabahah dan terhadap likuiditas. Untuk itu

judul yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah: ‘’Pengaruh

Pembiayaan Murabahah Terhadap Likuiditas BMT UGT Nusantara

Cabang Pembantu Socah Bangkalan tahun 2019 dan 2020.’’


B. Rumusan Masalah

Agar mempermudah dalam penyusunan, maka perlu kiranya dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pembiayaan murabahah

terhadap likuiditas BMT UGT Nusantara Cabang Pembantu Socah

Bangkalan tahun 2019 dan 2020?

2. Bagaimana pengaruh yang signifikan antara pembiayaan terhadap

likuiditas BMT UGT Nusantara Cabang Pembantu Socah Bangkalan

tahun 2019 dan 2020?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menguji pengaruh pembiayaan murabahah terhadap

likuiditas BMT UGT Nusantara Cabang Pembantu Socah Bangkalan

tahun2019 dan 2020.

b. Untuk menguji Bagaimana pengaruh pembiayaan terhadap likuiditas

BMT UGT Nusantara Cabang Pembantu Socah Bangkalan tahun

2019 dan 2020.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh adanya sebuah

kontribusi/manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran berupa wacana terkait dengan

pengaruh risiko pembiayaan murabahah dan terhadap likuiditas Bmt


di Indonesia dan juga sebagai pengembangan ilmu pengetahuan

tentang perbankan serta sumbangan ilmu di bidang ekonomi Islam.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi BMT

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana

informasi yang dapat digunakan perusahaan (BMT) untuk

mengetahui tingkat potensi risiko pembiayaan murabahah dan

terhadap likuiditas BMT Tahun 2019 dan 2020, dan dapat

dijadikan sebagai catatan atau koreksi untuk mempertahankan

dan meningkatkan kinerjanya. Sekaligus memperbaiki apabila

ada kelemahan dan kekurangan.

2) Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta

menambah wawasan dan pengetahuan. Diharapkan dapat

menambah refrensi terutama bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi

Syariah.

3) Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi maupun sebagai acuan untuk pengambilan keputusan

berinvestasi di BMT tersebut.

4) Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti

dalam bidang perbankan syariah khususnya mengenai pengaruh

risiko pembiayaan murabahah dan terhadap likuiditas BMT UGT

Nusantara Cabang Pembantu Socah Bangkalan tahun 2019 dan

2020.

D. Penegasan Istilah Judul

Untuk menghindari dari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari

tema proposal ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah yang terkandung

dalam tema ini baik secara konseptual maupun operasional.

1. Pembiayaan Murabahah, adalah transaksi jual beli dimana lembaga

pembiayaan menyebutkan jumlah keuntungan tertentu7. Ba’i

almurabahah merupakan jual beli barang yang dilakukan oleh penjual

dengan memberikan informasi kepada pembeli mengenai harga pokok

produk sebelum adanya penambahan keuntungan yang telah ditetapkan

oleh penjual sebelumnya.8

2. Likuiditas, adalah suatu istiah yang dapat dipakai untuk menunjukkan

persediaan uang tunai dan aset lain yang dengan mudah dijadikan uang

tunai atau aset lainnya, untuk memungkinkannya memenuhi kewajiban

pembayaran dan komitmen keuangan lainnya pada saat yang tepat.9

7
Veithzald Rivai dan Andria permata, Islamic Financial Management, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2018), hlm. 145.
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ........, hlm. 107.
9
Alwi Syafarudin, Alat-alat Analisis dalam Pembiayaan, (Yogyakarta: Andi Offet, 2013),
hlm. 107.
E. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian

ini, maka pnulis mencantumkan sistematika pembahasan sebagaimana

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah Judul, dan

Sistematik Pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab dua ini menjelaskan tentang landasan teori yang berisikan

Manajemen resiko, Resiko Pembiayaan, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis

Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini menjelaskan tentaang metode penelitian yang berisi

Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen

Penelitian, Uji Asumsi, Uji Validitas dan Reliabilitas, dan Uji Hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab empat ini, menjelaskan Deskripsi Lokasi Penelitian, Penyajian

Data dan Analisis Data, dan Pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini adalah bab terakhir yang menjelaskan beberapa Kesimpulan

Hasil Penelitian, dan Saran kepada Beberapa Pihak.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Kajian Tentang Menejemen Resiko

a. Pengertian Majemen Resiko

Manajemen resiko merupakan suatu pembuatan keputusan yang

berkontribusi terhadap tercapainya tujuan perusahaan dengan

penerapan baik di tingkat aktivitas individual dan dalam bidang

fungsional. Sehingga, manajemen resiko merupakan unsur penting

yang penerapannya sangat perlu diperhatikan.

Penerapan manajemen resiko dapat meningkatkan shareholder

value, memberikan gambaran kepada pengelola lembaga keuangan

mengenai kemungkinan kerugian lembaga keuangan di masa

mendatang, meningkatkan metode dan proses pengambilan

keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan

informasi, yang digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih

akurat mengenai kinerja lembaga keuangan serta menciptakan


infrastruktur manajemen resiko yang kokoh dalam rangka

meningkatkan daya saing lembaga keuangan10

Sebagai lembaga intermediary dan seiring dengan situasi

lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami

perkembangan pesat, lembaga keuangan syariah akan selalu

berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat

kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya.

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian

potensial. Risiko-risiko tesebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat

dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana lembaga

perbankan pada umumnya, lembaga keuangan syariah juga

memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang

biasa disebut sebagai manajemen risiko11

Manajemen risiko perlu mendapatkan perhatian khusus dalam

upaya memenuhi persyaratan penerapan manajemen risiko bagi

perbankan umum, selain memperhatikan rekomendasi dari basel

committee on banking supervision.

Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentiikasi,

mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha

10
Veitzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 941
11
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), hlm. 255.
perbankan dengan tingkat risiko yang wajar seara terarah,

terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen

risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early

warning system) terhadap kegiatan usaha perbankan. Tujuan

manajamen risiko itu sendiri adalah sebagai berikut.

1) Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.

2) Memastikan lembaga keuangan tidak mengalami kerugian yang

bersifat unacceptable.

3) Meminimalisir kerugian dari berbagai risiko yang bersifat

uncontrolled.

4) Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.

5) Mengalokasikan modal dan membatasi resiko.12

Diperlukan adanya pengembangan kerangka manajemen risiko

dari suatu organisasi, yang cukup komprehensif untuk melakukan

pengukuran, pelaporan, manajemen dan kontrol atas semua risiko

dan semua instrumen. Manajemen risiko yang efisien sangat penting

untuk mengurangi semua tekanan risiko

b. Jenis Jenis Resiko

Secara umum, risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungional

lembaga keuangan syaiah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis

risiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar: terdiri dari forex risk,

interest risk, liquidity risk dan price risk, serta risiko operasional;

12
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan)............., hlm. 255.
terdiri dari transactional risk, compliane risk, strategic risk,

reputation risk, dan legal risk

1) Risiko pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok perbankan,

yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Kegiatan

pembiayaan ini sangat erat dengan yang namanya risiko, tetapi

tanpa kegiatan berisiko tesebut, perbankan tidak akan

memperoleh return sebagai imbal hasilnya.

Yang dimaksud dengan risiko pembiayaan adalah risiko

yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam

memenuhi kewajibannya. Dalam lembaga keuangan syariah,

risiko pembiayaan mencakup risiko produk dan terkaait

pembiayaan koperasi. Dalam menganalisis risiko pembiayaan

perbankan umum maka risiko yang dihadapi berbeda satu sama

lain, yaitu sesuai dengan karakteristik produk-produk

pembiayaannya, yang hal itu dijelaskan sebagai berikut.

2. Kajian Tentang Resiko Pembiayaan

a. Pengertian pembiayaan bermasalah

Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana diatur dalam

ketentuan perbankan umum mengenai kualitas aset perbankan

umum. Sedangkan pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan

dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet, dan dihitung


berdasarkan nilai tercatat dalam neraca. Pembiayaan bermasalah atau

Non Performing Financing (NPF) merupakan perbandingan antara

pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan, dengan formula

berikut ini.13

Non Performing Loans (NPL) merupakan salah satu indikator

kesehatan kualitas asset perbankan umum. Penilaian kualitas aset

merupakan penilaian terhadap kondisi aset perbankan umum dan

kecukupan manajemen risiko kredit. Semakin tinggi nilai NPL maka

kondisi perbankan umum tersebut semakin tidak sehat. NPL yang

tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh

perbankan umum.

Dengan begitu hasil dari dividen juga berkurang yang

mengakibatkan return saham perbankan umum akan menurun.

Sedangkan kualitas aktiva produktif pada perbankan umum diukur

dengan Non Performing Financing (NPF). Dimana dapat diukur

dengan perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengan total

pembiayaan yang diberikan. Besarnya NPF yang ditetapkan

perbankan umum maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan

13
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014), hlm. 285.
mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan perbankan umum yang

bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperolehnya14

Adanya pembiayaan bermasalah umumnya disebabkan oleh dua

faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Dimana

keberhasilan suatu usaha bergantung pada kemampuan dan

keberhasilan pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan yang

mampu menghasilkan kegiatan yang memuaskan akan dapat

memecahkan persoalan yang dihadapinya. Sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang berada diluar kuasa manajemen

perusahaan seperti bencana alam, peperangan, perubahan kondisi

perekonomian dan perdagangan dan perubahan teknologi15

b. Penggolongan Pembiayaan Bermasalah

Dalam menetapkan golongan kualitas pembiayaan, pada masing

masing komponen ditetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk masing-

masing kelompok produk pembiayaan, maka pembiayaan

digolongkan kepada16

1) Lancar

Pembiayaan dapat dikatakan lancar apabila pembayaran

angsuran tepat waktu, tidak ada tunggakan sesuai dengan

14
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universits Indonesia, 2016), hlm. 142.
15
Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, (Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 2013), hlm 252.
16
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2012), hlm. 69.
persyaratan akad dan disertai dokumentasi perjanjian piutang

lengkap dan pengikatan agunan kuat.

2) Dalam perhatian khusus

Pembiayaan dikategorikan dalam perhatian khusus apabila

terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari, dokumentasi

perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat serta

pelanggaran terhadap perjanjian piutang yang tidak prinsipil.

3) Kurang lancar

Pembiayaan dikategorikan kurang lancar apabila terdapat

tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang

telah melewati 90 (sembilan puluh) hari sampai dengan 180

(seratus delapan puluh) hari, dokumentasi perjanjian piutang

kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat, terjadi pelanggaran

terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang, dan berupaya

melakukan perpanjangan piutang untuk menyembunyikan

kesulitan keuangan.

4) Diragukan

Pembiayaan masuk kategori diragukan apabila terdapat

tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin telah

melewati 180 (seratus delapan puluh) hari sampai dengan 270

(dua ratus tujuh puluh) hari. Dokumentasi perjanjian piutang


tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta terjadi

pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok

perjanjian piutang.

5) Macet

Pembiayaan dapat dikatakan macet apabila terdapat

tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang

telah melewati 270 (dua ratus tujuh puluh) hari, dan

dokumentasi perjanjian piutang dan atau pengikatan agunan

tidak ada.

c. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Pemberian fasilitas pembiayaan (kredit) mengandung suatu risiko

kemacetan. Akibatnya pembiayaan (kredit) tidak dapat ditagih

sehingga menimbulkan kerugian yang harus ditanggung perbankan

umum. Sepandai apapun dalam menganalisis permohonan

pembiayaan (kredit), kemungkinan pembiayaan tersebut macet pasti

ada. Dalam praktiknya kemacetan suatu pembiayaan (kredit)

disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut17

1) Dari pihak perbankan

Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang

teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi

sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan.

Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis pembiayaan

17
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 128.
(kredit) dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya

dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.

2) Dari Pihak nasabah

Dan pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat

dua hal yaitu:

a) Adanya Unsur Kesengajaan.

Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud

membayar kewajiban kepada lembaga keuangan sehingga

pembiayaan (kredit) yang diberikan macet. Dapat dikatakan

tidak adanya unsur kemauan untuk membayar, walaupun

sebenarnya nasabah mampu.

b) Adanya unsur tidak sengaja.

Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak

mampu. Jika dalam sebuah pembiayaan (kredit) mengalami

kemacetan, maka pihak perbankan umum harus melakukan

penyelamatan sehingga tidak mengalami kerugian. Menurut

Malayu Hasibuan, penyelamatan terhadap pembiayaan

(kredit) macet dilakukan dengan cara antara lain:

 Rescheduling (penjadwalan ulang)

Rescheduling adalah perubahan syarat kredit yang

hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka


waktu termasuk masa tenggang dan perubahan besarnya

amgsuran kredit. Debitor yang dapat diberikan fasilitas

penjadwalan ulang adalah nasabah yang menunjukkan

iktikad baik dan karakter yang jujur serta ada keinginan

untuk membayar serta menurut perbankan umum,

usahanya tidak memerlukan tambahan dana atau

likuiditas.

 Reconditioning (persyaratan ulang)

Reconditioning adalah perubahan sebagian atau

seluruh syarat syarat kredit meliputi perubahan jadwal

pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga,

penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan persyaratan-

persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tidak

termasuk penambahan dana dan konversi sebagian atau

seluruh kredit menjadi equity perusahaan. Persyaratan

ulang diberikan kepada nasabah yang jujur, terbuka, dan

kooperatif yang usahanya sedang mengalami kesulitan

keuangan tetapi diperkirakan masih dapat beroperasi

dengan menguntungkan, kreditnya dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang.

 Restructuring (penataan ulang) adalah perubahan syarat

kredit.
 Liquidation (Likuidasi) adalah penjualan barang-barang

yang dijadikan agunan dalam rangka pelunasan utang.

Menyerahkan penjualan agunan

Dalam hal ini, ketiga upaya penyelamatan

pembiayaan bermasalah yang disebutkan diatas yaitu

rescheduling, reconditioning dan restructuring,

dilakukan apabila nasabah masih mempunyai itikad baik

dalam arti masih mau diajak kerja sama. Akan tetapi, jika

nasabah sudah tidak beritikad baik dalam arti tidak dapat

diajak kerja sama dalam penyelamatan pembiayaan

bermasalah maka dapat dilakukan upaya yang terakhir

yaitu dengan likuidasi.18

3. Pembiayaan Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga

yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya

penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas

barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya.19

Pembiayaan ini hampir sama dengan kredit modal kerja dari lembaga

keuangan konvensional, karena itu jangka waktu pembiayaan tidak

lebih dari satu tahun. lembaga keuangan mendapat keuntungan dari

18
Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm
28
19
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financia ................, hlm. 145.
harga barang yang dinaikkan, yaitu harga jual yang terdiri dari harga

beli ditambah margin keuntungan.20

Salah satu skim fiqh yang paling populer digunakan oleh

perbankan syariah adalah skim jual-beli murabahah. Transaksi

murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para

sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan

barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang

disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjual

nya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan

tersebut dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk

persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.21

Dalam pelaksanaannya, pembiayaan murabahah juga dapat

diberikan kepada nasabah yang hanya membutuhkan dana untuk

pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu, biaya

proses produksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya

pengepakan, biaya distribusi, serta biaya-biaya lainnya, dapat ditutup

dalam jangka waktu sesuai dengan lamanya perputaran modal kerja

tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku sampai

terjualnya hasil produksi dan penjualan diterima dalam bentuk

tunai.47

20
Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Waqaf, 2012), hlm. 90.
21
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan)........, hlm. 100. 47
Muhammad Syafi’I Antonio, Islamic Banking..., hlm. 164.
Jadi, jual beli murabahah adalah akad jual-beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang

disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu

bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah

ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin

diperoleh). Dalam definisinya, dalam pembiayaan murabahah

terdapat keuntungan yang disepakati, oleh karena itu, dalam

pembiayaan ini penjual harus memberi tahu kepada pembeli terkait

harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang

ditambahkan pada biaya.

Dalam pelaksanaannya, murabahah dapat dilakukan berdasarkan

pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan

pesanan.

Melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari

nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah

untuk membeli barang yang dipesannya. Semua ketentuan ini

disepakati oleh kedua pihak, yaitu pihak lembaga keuangan dan

pihak debitur dan tertuang dalam akad.

Pembiayaan murabahah juga dapat dilakukan secara tunai

maupun cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya

perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda.

Murabahah muajjal dicirikan dengan adanya penyerahan barang di


awal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran,

maupun dalam bentuk sekaligus.50

b. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun Murabahah: Menurut Ascarya dalam bukunya

menjelaskan bahwa terdapat rukun jual beli murabahah, diantaranya

yaitu:

1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki

barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang

memerlukan dan akan membeli barang.

2) Objek akad, yaitu mabi‟ (barang dagangan) dan tsaman (harga),

dan

3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.22

c. Syarat Murabahah :

1) Syarat yang berakad (ba’i dan musytari) cukup hukum dan tidak

dalam keadaan terpaksa.

2) Barang yang diperjual belikan (mabi’) tidak termasuk barang

yang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas.

3) Harga barang (tsaman) harus dinyatakan secara transparan

(harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara

pembayarannya disebutkan dengan jelas.

4) Pernyataan serah terima (ijab qabul) harus jelas dengan

menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.23


22
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.82
23
Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum…, hal. 119
d. Aplikasi Pembiayaan Murabahah

Dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS), khususnya perbankan

syariah, bai’ al-murabahah diterapkan sebagai produk pembiayaan

untuk membiayai pembelian barang-barang konsumen, kebutuhan

modal kerja, dan kebutuhan investasi.24 Lembaga-lembaga keuangan

Islam mengambil murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka

pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun klien

tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk membayar.

Murabahah, sebagaimana digunakan dalam perbankan Islam,

ditemukan terutama berdasarkan dua sumber, yaitu harga membeli

dan harga yang terkait, dan kesepakatan berdasarkan mark-up

(keuntungan).25

4. Likuiditas

a. Pengertian Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

lembaga keuangan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka

pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar

kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat

mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar

rasio ini maka semakin likuid.26

24
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan).., hlm. 106
25
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga ......, hal. 138.
26
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 268.
Memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka

pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk

mengubah seluruh asset menjadi bentuk tunai. Sedangkan dari sudut

pasiva, likuiditas adalah kemampuan lembaga keuangan memenuhi

kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas27

Pentingnya lembaga keuangan mengelola likuiditas secara baik,

terutama ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang

disebabkan oleh adanya kekurangan dana sehingga dalam memenuhi

kewajibannya, lembaga keuangan terpaksa harus mencari dana

dengan tingkat bagi hasil yang lebih tinggi dari tingkat bagi hasil

pasar, atau lembaga keuangan terpaksa menjual sebagian asetnya

dengan resiko rugi yang relatif besar sehingga akan mempengaruhi

pendapatan lembaga keuangan. Apabila keadaan ini terus berlanjut,

tidak menutup kemungkinan akan terjadinya erosi kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga keuangan tersebut28

b. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Dalam menganalisis kinerja keuangan suatu lembaga keuangan,

penggunaan rasio likuiditas memiliki manfaat dan tujuan sebagai

berikut:

1) Untuk mengukur kemampuan lembaga keuangan dalam

membayar kewajiban atau hutang pada saat ditagih.

27
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Azkia Publisher, 2009),
hlm. 179.
28
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking.....hlm. 548.
2) Untuk mengukur kemampuan lembaga keuangan dalam

membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar.

3) Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan

yang ada dengan modal kerja perusahaan.

4) Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar utang29

c. Indikator Rasio Likuiditas

Untuk melakukan pengukuran rasio likuiditas memiliki beberapa

jenis rasio yang masing-masing memiliki maksud dan tujuan

tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas sebagai berikut:30

1) Quick Ratio

Quick ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

lembaga keuangan dalam memenuhi kewajibannya terhadap

para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan dan deposito)

dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu

lembaga keuangan.

2) Investing Policy Ratio

Investing Policy Ratio merupakan kemampuan lembaga

keuangan dalam melunasi kewajibannya kepada para deposan

dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya.

3) Cash Ratio

29
Dedi Suselo, Perbankan Syariah: Analisis Laporan Keuangan, (Tulungagung: Tidak
diterbitkan, 2016), hlm. 61.
30
Kasmir, Manajemen Perbankan… hlm. 268.
Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

bank melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan

harta likuid yang dimiliki lembaga keuangan tersebut.

4) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur

komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan

jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.

Besarnya Loan to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah

maksimum adalah 110%.

Loan to Deposit Ratio ini menyatakan kemampuan lembaga

keuangan dalam membayar kembali penarikan dana yang

dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya, atau seberapa jauh pemberian

kredit dapat mengimbangi kewajiban lembaga keuangan untuk

segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik

kembali dananya yang telah disalurkan oleh lembaga keuangan

berupa kredit.

Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi rendahnya

kemampuan likuiditas lembaga keuangan yang bersangkutan. 31

Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad, bahwa likuiditas

tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan

31
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking..., hlm. 561.
berdampak pada rendahnya tingkat liquiditas.32 Jika nilai LDR

tinggi menunjukkan bahwa lembaga keuangan meminjamkan

seluruh dananya atau menjadi tidak likuid. Sebaliknya LDR

yang rendah menunjukkan lembaga keuangan yang likuid

dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.

Dengan dana yang dipinjamkan tersebut akan bisa menambah

laba bagi bank.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan

sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual berguna untuk

mempermudah dalam memahami persoalan yang sedang diteliti serta

mengarahkan penelitian pada pemecahan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan dengan diperkuat oleh penelitian

terdahulu diduga bahwa non performing finace (NPF) murabahah dan

mempunyai pengaruh pada tingkat likuiditas. Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini sebagai

berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Penelitian

Risiko pembiayaan
murabahah (X 1)
Likuiditas (Y )

32
Muhamad, Manajemen Dana…, hlm. 157.
Dari kerangka peneliti diatas menganalisis mengenai non performing

finace (NPF) atau risiko pembiayaan murabahah sebagai X, sedangkan pada

tingkat likuiditas (FDR) sebagai variabel Y.33

C. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan untuk menguji

pengaruh risiko pembiayaan murabahah dan terhadap likuiditas

PerbankanUmum Syariah di BMT UGT adalah:

H1 : Adanya pengaruh yang signifikan X (risiko pembiayaan murabahah)

padaY (likuiditas)

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan X (risiko pembiayaan murabahah)

pada Y (likuiditas)

BAB III

33
Muhammad, Manajemen Bank Syariah....., hlm. 17
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu berupa data selama 2

tahun. Data bersumber dari BMT UGT Nusantara Capem Socah, jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk

diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian

yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (Angka), dengan

menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan

antara variable yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan

memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. yang mana dalam

penelitian ini variabel bebas mencakup risiko pembiayaan murabahah dan

sedangkan dalam variabel terikat pada tingkat likuiditas di BMT UGT

Nusantara Cabang Pembantu Socah Bangkalan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Laporan Keuangan

BMT UGT Nusantara Cabang Pembantu Socah Bangkalan.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.34 Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. 35

Apabila jumlah responden kurang dari 100 maka sampel yang di ambil

semua sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi.

C. Sumber Data

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan sekunder. Dalam penelitin ini tidak perlu menyebarkan angket

karena data utama akan diambil dari dokumen laporan keuangan di BMT

UGT Nusantara Cabang Socah Bangkalan yang olah oleh peneliti. Data

sekunder merupakan data pendukung yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.

Data yang di perlukan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan

BMT.

D. Teknik Pengumpulan Data

34
Muhlisn Ansori sri wati, Metode penelitian kuantitatif, edisi,i, (Surabaya Universita
Airlangga,2019).h,94
35
Arikunto,s.penelitian suatu pendekatan praktek.(Jakarta:reneka cipta .2010). h,109
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi, yaitu mengumpulkan beberapa data yang terkait

dengan variabel penelitian dalam penelitian ini. Data tersebut diolah kembali

sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Metode ini digunakan unuk

memperoleh data sekunder yaitu laporan keuangan bulanan yang diolah

menjadi laporan semester.

E. Instrumen Penelitian

Tabel 3.2
Instrumen Penelitian

No. Variabel Indikator Referensi

BMT UGT Nusantara


Risiko NPF (Non
Cabang Pembantu Socah
1 pembiayaan Performing
Bangkalan dari data tahun
murabahah Financing)
2019 hingga tahun 2021

BMT UGT Nusantara

FDR (Financing to Cabang Pembantu Socah


2 Likuiditas
Depsit Ratio) Bangkalan dari data tahun

2019 hingga tahun 2021

F. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal.36 Uji normalitas dapat

dilihat dari grafik Normal P-Plot of regression standardized residual,

dinyatakan bahwa dimana titik-titik menyebar ata memencar secara luas

mengikuti fungsi distribusi normal yaitu seiringnya mengikuti garis z

diagonal.37

2. Uji Autokorelasi

Autokorelsi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi antara

residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model

regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi

adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi. Metode pengujian

menggunakan uji Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl), maka hipotesis

nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

b. jika d terletak antara du dan (4-du), maka hipotesis nol diterima,

yang berarti tidak ada autokorelasi.

c. jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-du) dan (4-dl), maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.38

3. Uji Heteroskedastisitas

36
Masrukin, Op.Cit, hlm. 187
37
Renindia Maharlin, “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan
Robinson Supermarket Samarinda”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 1, No. 4, 2013, hlm. 306
38
Duwi Priyatno, Op.Cit, hlm. 87
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Salah satu uji untuk menguji heteroskedastisitas

ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.39

G. Teknis Analisis Data

Analisis data kuantitatif adalah tentang menganalisis data yang berbasis

data yang mencakup data dengan kategori dan numeric mengggunakan

berbagai teknik.

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linear sederhana adalah regresi linear dimana

variabel yang terlibat di dalamnya hanya dua, yaitu variabel terikat Y,

dan satu variabel bebas X serta berpangkat satu.40

Y = a + bX

Keterangan:

Y = Kinerja Karyawan

a. = Bilangan Konstanta

b. = Koefisien Regresi (nilai peningkatan atau penurunan)

X = Variabel Independen

2. Uji Hipotesis

39
Purbayu Budi Santosa dan Ashari, Analisis Statistic Dengan Microsoft Ecel & SPSS,
ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2005, hlm. 242
40
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hal.63
a. Uji signifikansi parsial atau Uji t

Uji signifikansi parsial atau individual adalah untuk menguji

apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap

variabel tidak bebas.

b. Uji R Square

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut

dengan koefisien determinasi yang sering disebut koefisien penentu,

karena besarnya adalah kuadrat dari kofisien korelasi (r2). Sehingga

koefisien ini berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi

pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat liquiditas, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

kd= (r)2 x 100%

Kd = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Koleras

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi tempat penelitian ini merupakan gambaran umum peneliti yang

akan diuraiakan berdasarkan hasil penelitian yang meliputi lokasi penelitian,

sejarah, visi misi, sarana dan prasarana serta tenaga kerja dan nasabah di BMT

UGT Nusantara Capem Socah.

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Deskripsi lokasi penelitian

BMT UGT Nusantara Capem Socah merupakan lembaga keuangan

non bank yang bertempat di Jl. Joko tole, Timur Pasar, Socah,

Bangkalan, yang bernuansa syariah. Berikut gambaran singkat tentang

BMT UGT Nusantara Capem Socah:

a. Nama Lembaga Keuangan : BMT UGT Nusantara Capem

Socah

b. Alamat Lembaga Keuangan : Jl. Joko tole, Timur Pasar, Socah

Bangkalan

c. Jam kerja

1. Masuk : 07.00

2. Istirahat : 11.30-12.00

3. Keluar : 14.00

2. Sejarah singkat BMT UGT Nusantara

Sejarah Koperasi BMT Unit Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri ini

diawali keprihatinan oleh Bapak KH. Nawawi Thoyib (Alm) pada tahun

1993 diwaktu maraknya praktek-praktek rentenir di Desa Sidogiri Jawa


Timur, maka beliau mengutus beberapa orang untuk mengganti hutang

masyarakat tersebut dengan pola pinjaman tanpa bunga. Program

tersebut bisa berjalan hampir 4 tahun meskipun masih terdapat sedikit

kekurangan dan praktek rentenir masih belum hilang sepenuhnya.

Semangat dan tekad itulah para pendiri koperasi yang pada waktu itu

dimotori oleh Ust. H. Mahmud Ali Zain bersama beberapa pendiri

madrasah ingin meneruskan apa yang menjadi keinginan Bpk. KH.

Nawawi Thoyib agar segera terwujud lembaga yang diatur rapi dan

tertata bagus.41

Pada tahun 1996 di Probolinggo, tepatnya di pondok pesantren Zainul

Hasan Genggog berlangsung acara seminar dan sosialisasi tentang

konsep Simpan Pinjam Syariah yang dihadiri oleh KH. Nur Muhammad

Iskandar, DR. Subiakto Tjakrawardaya, dan DR, Amin Aziz..

Dari panduan dan materi yang telah disampaikan itulah para pendiri

yang terdiri dari : Ust. H. Mahmud Ali Zain, M. Hadroli Abd. Karim, A.

Muna’i Achmad, M. Dumairi Nor, dan Baihaqi Utsman. 42 Dan Beberapa

pengurus Pesantren Sidogiri yang terlibat, berdiskusi dan bermusyawarah

yang pada akhirnya seluruh tim pendiri sepakat untuk mendirikan

Koperasi BMT yang diberinama Baitul Mal wat-Tamwil Maslahah

Mursalah Lil Ummah Pasuruan atau disingkat BMT MMU.

Ditetapkanlah pendirian Koperasi BMT MMU Pasuruan pada tanggal

12 Rabi’ul Awal 1418 H atau 17 juli 1997 yang berkedudukan di


41
BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri, Buku Panduan, h. 1
42
Ibid, h. 2
kecematan Wonorejo Pasuruan. Di saat itu kantor pelayanan pertama

BMT MMU masih sewa. Modal awal sebesar Rp. 13.500.000,- yang

terkumpul dari anggota sebanyak 148 orang, terdiri dari para pendiri,

pengurus dan pimpinan Madrasah Miftahul Ulum Pondok Pesantren

Sidogiri.

Setelah Koperasi BMT MMU berjalan selama dua tahun maka

banyak masyarakat Madrasah diniyah yang mendapat bantuan guru dari

Pondok pesantren Sidogiri lewat Urusan Guru Tugas ( UGT ) mendesak

dan mendorong untuk mendirikan koperasi dengan skop yang lebih luas

yakni skop Koperasi Jawa Timur, yang juga ikut mendorong berdirinya

koperasi itu adalah para alumni Pondok Pesantren Sidogiri yang

berdomisili di luar kabupaten Pasuruan, maka pada tanggal 05 Rabiul

Awal 1421 H atau 06 Juni 2000 M diresmikan dan di buka satu unit

Koperasi BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri di Pasuruan. 43

Mendapat Badan Hukum Koperasi dari Kanwil Dinas Koperasi, PK dan

M Provinsi Jawa Timur dengan Surat Keputusan yang telah di tetapkan

dengan No : 09/BH/KWK/13/VII/2000, tertanggal 22 Juli 2000 M.44

Koperasi BMT UGT Sidogiri pada tanggal 06 juni genap umurnya 15

tahun dengan kemajuan yang cukup pesat saat ini telah membuka 256

cabang dari 26 provinsi di indonesia, dan salah satunya berada di Socah

Bangkalan, Koperasi BMT UGT Nusantara Capem Socah berdiri pada

43
Http:// www.bmt ugt sidogiri. Co. Id, Sejarah Pendirian BMT UGT Sidogiri, di akses
pada tanggal 30 Januari 2015.
44
BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri, Buku Panduan, Op., Cit. h. 4.
tanggal 18 Juni 2013 dan Koperasi BMT UGT Nusantara Capem Socah

beralamatkan di Jl. Joko tole, Timur Pasar, Socah, Bangkalan.

3. Profil BMT UGT Nusantara Capem Socah

Nama lembaga : BMT UGT Nusantara Capem

Socah

Alamat : Jl. Joko tole, Timur Pasar, Socah ,

Bangkalan

Telp/Faks : 0343-423251/0343-423571

Badan Hukum : AHU-0002288.AH.01.28 Tahun 2020

Berdiri : 18 Juni 2013

NPWP : 02.082.190.6.651.000

SIUP/TDP : 13.26.2.64.00100

E-Mail : bmt_ugt_capemsocah@yahoo.co.id

4. Visi dan Misi BMT UGT Nusantara Capem Socah45

a. Visi

Koperasi yang Amanah, Tangguh dan Bermartabat (MANTAB)

b. Misi

1) Mengelola koperasi yang sesuai dengan jatidiri santri,

2) Menerapkan sistem syariah yang sesuai dengan standar kitab

salaf dan fatwa dewan syariah nasional (dsn),

3) Menciptakan kemandirian likuiditas yang berkelanjutan,

4) Memperkokoh sinergi ekonomi antar anggota,

45
Dokumentasi, Brosur BMT UGT Nusantara Capem Socah.
5) Memperkuat kepedulian anggota terhadap koperasi,

6) Memberikan khidmah terbaik terhadap anggota dan umat dan

7) Meningkatkan kesejahteraan anggota dan umat.

Berdasarkan visi dan misi BMT UGT NUSANTARA para

pengelola di lembaga ini, telah berupaya semaksimal mungkin

untuk melaksanakan amanah dengan baik, sehingga lembaga ini

dapat terus berkembang di era globalisasi yang penuh persaingan

dan tantangan.

5. Struktur BMT UGT NUSANTARA Capem Socah46

Kepala Capem Socah

Kasir AO SP AO AP

a. Kepala Capem Socah

Nama : As’ad Alwi

Jabatan : Kepala Capem

Deskripsi Kerja :

1) Memastikan cabang dan seluruh capem di bawahnya tercapai

2) Penghimpunan tabungan sesuai target.

3) Memastikan cabang dan seluruh capem di bawahnya tercapai

penyaluran pembiayaan sesuai target.

46
Dokumentasi, Banner Struktur Organisasi BMT UGT Nusantara Capem Socah.
4) Menjaga kestabilan likuiditas cabang dan capem di bawahnya.

5) Menjaga kualitas pembiayaan cabang dan capem di bawahnya.

6) Memastikan akuntabilitas pencatatan di cabang dan capem di

bawahnya.

7) Menjaga kedisiplinan dan kepatuhan karyawan cabang dan

capem di bawahnya pada sistem yang berjalan: Standard

Operating Procedures (SOP), Work Intructions (WI), Key

Performance Indicator (KPI), dan Job Description (JD).

8) Memastikan tercapainya SHU cabang dan capem di bawahnya

sesuai target.

b. Kasir

Nama : Abdul Halim

Jabatan : Kasir

Deskripsi Kerja :

1) Memastikan kesesuaian penerimaan dan pengeluaran kas.

2) Memastikan pencatatan seluruh transaksi secara benar sesuai

ketentuan.

3) Memastikan menjalankan fungsi kasir (KSR) dengan efektif dan

efisien.

c. AOSP

Nama : Misbahul Munir

Jabatan : AOSP

Deskripsi Kerja :
1) Mencapai target simpanan dan pembiayaan.

2) Memonitoring kelancaran pembiayaan angsuran anggota.

3) Memastikan penerimaan setoran tabungan dan pembiayaan serta

penarikan simpanan dijalankan dan dicatat sesuai dengan

ketentuan dan prosedur.

4) Memastikan pemohon pembiayaan mengetahui ketentuan dan

persyaratan pembiayaan.

d. AOSP

Nama : Nawawi

Jabatan : AOSP

Deskripsi Kerja :

1) Mencapai target simpanan dan pembiayaan.

2) Memonitoring kelancaran pembiayaan angsuran anggota.

3) Memastikan penerimaan setoran tabungan dan pembiayaan serta

penarikan simpanan dijalankan dan dicatat sesuai dengan

ketentuan dan prosedur.

4) Memastikan pemohon pembiayaan mengetahui ketentuan dan

persyaratan pembiayaan.

e. AOAP

Nama : Abdus Shomad

Jabatan : AOAP

Deskripsi Kerja :

1) Memastikan kualitas pembiayaan baik.


2) Memastikan kebenaran informasi hasil survey dan analisa

pemohon pembiayaan dan agunan

3) Memastikan tempat tinggal dan karakter pemohon sesuai

dengan pengajuan.

4) Memastikan usaha dan kemampuan pemohon sesuai dengan

prosedur.

5) Memastikan kebenaran agunan dan nilai taksasi agunan

pemohon sesuai dengan prosedur.

6) Memastikan fungsi Account Offier Survey dan Analisa berjalan

sesuai dengan ketentuan dan prosedur perusahaan.

6. Produk-produk BMT UGT NUSANTARA Cabang Arosbaya

a. Produk simpanan

1) Tabungan haji

Tabungan umum berjangka untuk membantu keinginan

anggota melaksanakan ibadah haji. Tabungan diakad

berdasarkan prinsip syariah mudharabah musytarakah dengan

nisbah 50% anggota 50% BMT.

2) Tabungan umrah

Tabungan umum berjangka untuk membantu keinginan

anggota melaksanakan ibadah umrah. Tabungan diakad

berdasarkan prinsip syariah mudharabah musytarakah dengan

nisbah 60% anggota 40% BMT.

3) Tabungan hari raya raya idul fitri


Tabungan umum berjangka untuk membantu keinginan

anggota memenuhi kebutuhan hari raya idul fitri. Tabungan

diakad berdasarkan prinsip syariah mudharabah musytarakah

dengan nisbah 40% anggota 60% BMT.

4) Tabungan pendidikan

Tabungan umum berjangka yang diperuntukkan bagi

lembaga pendidikan guna menghimpun dana tabungan siswa.

Tabungan diakad berdasarkan prinsip syariah mudharabah

musytarakah dengan nisbah 40% anggota 60% BMT.

5) Tabungan kurban

Tabungan umum berjangka untuk membantu dan

memudahkan anggota dalam merencanakan ibadah kurban dan

aqiqoh. Tabungan diakad berdasarkan prinsip syariah

mudharabah musytarakah dengan nisbah 40% anggota 60%

BMT.

6) Tabungan tarbiyah

Tabungan umum berjangka untuk keperluan pendidikan

anak dengan jumlah setoran (installment) dan dilengkapi dengan

asuransi. Tabungan diakad berdasarkan prinsip syariah

mudharabah musytarakah dengan nisbah 25% anggota 75%

BMT.

7) Tabungan berjangka
Tabungan berjangka yang setoran dan penarikannya

berdasarkan jangka waktu tertentu. Tabungan diakad

berdasarkan prinsip syariah mudharabah musytarakah dengan

nisbah sebagai berikut:

a) Jangka waktu 1 bulan nisbah 50% anggota 50% BMT

b) Jangka waktu 3 bulan nisbah 52% anggota 48% BMT

c) Jangka waktu 6 bulan nisbah 55% anggota 45% BMT

d) Jangka waktu 9 bulan nisbah 57% anggota 43% BMT

e) Jangka waktu 12 bulan nisbah 60% anggota 40% BMT

f) Jangka waktu 24 bulan nisbah 70% anggota 30% BMT

8) Tabungan MDA berjangka plus

Tabungan berjangka khusus dengan manfaat asuransi

santunan kesehatan secara gratis Tabungan diakad berdasarkan

prinsip syariah mudharabah musytarakah dengan nisbah 50%

anggota 50% BMT.

b. Produk pembiayaan

1) UGT GES (Gadai Emas Syariah)

Fasilitas pembiayaan dengan agunan berupa emas, ini sebagai

alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat dan mudah

dengan akad rahn bil ujrah.

2) UGT MUB (Modal Usaha Barokah)

Fasilitas pembiayaan modal kerja bagi anggota yang

mempunyai usaha mikro. Adapun akad yang digunakan adalah


akad yang berbasis hasil (mudharabah/musyarakah) atau jual

beli (murabahah)

3) UGT MTA (Multi Guna Tanpa Agunan)


Fasilitas pembiayaan tanpa agunan untuk memenuhi

kebutuhan anggota, dengan akad yang berbasis jual beli

(murabahah) atau berbasis sewa (ijarah dan kafalah)

4) UGT KBB (Kendaraan Bermotor Barokah)

Merupakan fasilitas pembiayaan untuk kendaraan bermotor

dengan akad jual beli (murabahah)

5) UGT PBE (Pembelian Barang Elektronik)

Fasilitas pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian barang

elektronik seperti: Hand Phone, laptop, Kulkas, TV dll.

6) UGT PKH (Pembiayaan Kafalah Haji)

UGT PKH Adalah fasilitas pembiayaan konsumtif bagi

anggota untuk memenuhi kebutuhan kekurangan setoran awal

biaya penyelenggaraan haji (BPIH) yang ditentukan oleh

kementrian agama, untuk mendapat nomor seat haji. Akad yang

digunakan adalah kafalah bil ujrah dan wakalah bil ujrah.

7) UGT MJB (Multi Jasa Barokah)

Adalah fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada anggota

untuk kebutuhan jasa dengan agunan berupa fixed asset atau

kendaraan bermotor selama jasa dimaksud tidak bertentangan

dengan undang-undang atau hukum yang berlaku serta serta


tidak termasuk kategori yang diharamkan oleh syariat islam.

Akad yang digunakan adalah akad yang berbasis jual beli dan

sewa (bai’al-wafa atau bai’) atau berbasis sewa (ijarah atau

rahan tasjili).

8) UGT MGB (Multi Griya Barokah)

Adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang

untuk membiayai pembelian tempat tinggal (konsumer), baik

baru maupun bekas dengan akad jual beli (murabahah, bai’

maushuf fiddimmah atau istisna’) atau multi akad (murabahah

dan ijarah paralel).

9) UGT MPB (Modal Pertanian Barokah)

Ialah fasilitas pembiayaan untuk modal usah pertanian

dengan akad jual beli (murabahah) atau multi akad (murabahah

dan ijarah parallel atau bai’ al-wafa dan ijarah.

B. Penyajian Data dan Analisis Data

1. Penyajian Data

a. Pembiayaan Murabahah Pada BMT UGT Nusantara Capem

Socah

Pembiayaan Murabahah Pada BMT UGT Nusantara Capem

Socah, untuk megetahui jumlah pembiayaan murabahah pada BMT

UGT Nusantara Capem Socah sebagai variabel X diperoleh dari data

laporan keuangan pembiayaan murabahah tahunan selama periode


2019 dan 2020.47 Variabel X dapat dihitung dengan cara

menjumlahkan semua pembiayaan murabahah, diantaranya adalah

pembiayaan murabahah dalam rupiah. Pembiayaan murabahah dapat

dilihat dari grafik yang disajikan dibawah ini:

Gambar: 4.1
Pembiayaan Murabahah
BMT UGT Nusantara Capem Socah Tahun 2019 dan 2020
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Januari-Juni 2019 Juli-Desember Januari-Juni 2020 Juli-Desember
2019 2020

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pembiayaan murabahah

setiap tahunnya mengalami naik turun antara yaitu Pada bulan

januari-juni 2019 Pembiayaan Murabahah yang diberikan mengalami

kenaikan sebesar 38% atau 281.500.000 (dua ratus delapan puluh

satu juta, lima ratus ribu rupiah). Pada bulan juli-desember 2019

pembiayaan murabahah mengalami kenaikan sebesar 62% atau

sebesar 471.000.000 (empat ratus tujuh puluh satu juta rupiah). Pada

bulan januari-juni 2020 pembiayaan murabahah mengalami

penurunan sebesar 63% atau sebesar 204.000.000 (dua ratus empat

juta rupiah). Pada bulan juni-desember 2020 pembiayaan murabahah

47
Buku Laporan Pembiayaan Murabahah, Bmt Ugt Nusantara Capem Socah, 2022.
mengalami penurunan sebesar 37% atau sebesar 101.000.000

(seratus satu juta rupiah).

Berdasarkan data di atas peningkatan yang paling besar terjadi

pada bulan juni-desember 2019 yaitu sebesar 62%. Sedangkan

penurunan paling besar yaitu terjadi pada bulan juni-desember 2020

sebesar 37%.

b. Tingkat Likuiditas Pada BMT UGT Nusantara Capem Socah

Untuk mengetahui besarnya Tingkat Likuiditas yang diperoleh,

sebagai variabel Y diperoleh dari data laporan laba rugi selama

periode 2019 dan 2020.48

Rasio Likuiditas atau liquidity ratio atau sering juga disebut

dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukurseberapa likuid suatu perusahaan. Caranya adalah

dengan membandingkan seluruh komponen yang ada aktiva lancar

dengan komponen pasiva lancar (utang jangka pendek)

Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendek nya yang jatuh

tempo. Atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membiayai dan memenuhi kewajiban/utang saaat dibagi.

Untuk mengukur rasio likiuditas penelitian ini menggunakan

rumus corren ration (CR), yaitu :

1) Corrent Ration (CR)

48
Buku Laporan Pembiayaan Murabahah, Bmt Ugt Nusantara Capem Socah, 2022.
Current Ratio merupakan rasio lancar mengukur

kemampuan perusahan membanyar kewajiban jangkak pendek

atau utang yang segera jatuh tempo saat di tagih. Dengan kata

lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi

jangka pendek yang segera jatuh tempo. CR dapat pula

dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat ke-amanan

(margin of safety).

Dalam peraktik nya, CR 200% terkadang sudah dianggap

ukuran yang memuaskan bagi perusahaan, sekalian ukuran yang

terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahan yang

sejenis.

Rumus untuk mencari current ration yang dapat digunakan,

sebagai berikut nya :

Curren Ratio = AKTIVA LANCAR (Current Ratio)

UTANG Lancar (Current Ratio)

Jadi Dalam Penelitian ini maka disajikan grafik liquiditas

pada BMT UGT Nusantara Capem Socah sebagai berikut:

Gambar: 4.2
Perhitungan Presentase Tingkat Likuiditas
BMT UGT Nusantara Capem Socah Tahun 2019 dan 2020

70

60

50

40

30

20

10

0
Januari-Juni 2019 Juli-Desember 2019 Januari-Juni 2020 Juli-Desember 2020
Tingkat likuiditas pada BMT UGT Nusantara Capem Socah

diperoleh dari total aset pada BMT UGT Nusantara Capem Socah

dibagi dengan total pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Data

tingkat likuiditas berasal dari laporan keuangan BMT UGT

Nusantara Capem Socah periode 2019 dan 2020 yang dibagi menjadi

setiap semester yaitu satu tahun 2 periode yakni 1 tahun dibagi

menjadi 6 bulan. Dari grafik diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada bulan januari-juli 2019 tingkat likuiditas sebesar 38%, hal ini

menerangkan bahwa tingkat likuiditas mengalami peningkatan

sebesar 38% dari total aset sebanyak 5 Miliyar. Pada bulan juli-

desember 2019 tingkat likuiditas sebesar 62%, hal ini menerangkan

bahwa tingkat likuiditas mengalami kenaikan sebesar 28% dari total

aset sebanyak 5 Miliyar. Pada bulan januari-juli 2020 tingkat

likuiditas sebesar 64% hal ini menerangkan bahwa tingkat likuiditas

mengalami peningkatan sebesar 2% dari total aset sebanyak 5

Miliyar. Pada bulan juni-desember 2020 tingkat likuditas sebesar

36% hal ini menunjukkan bahwa tingkat likuiditas mengami

penurunan sebesar 28% dari total aset sebanyak 5 Miliyar.

Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa tingkat likuiditas

setiap tahunnya mengalami naik turun tetapi masih dalam tingkat

kategori likuiditas yang sehat.

2. Penyajian Data
a. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data

(titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengembalian

keputusan adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data

menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.49 Hasil pengujian normalitas ditunjukan pada grafik

histogram berikut:

Gambar 4.3
Grafik Histogram

Dari Gambar 4.3 hasil grafik histogram didapatkan kurva

terdistribusi secara normal. Karena kurva berbentuk normal

berarti data yang diteliti dalam model regresi memenuhi syarat

asumsi normalitas. Uji normalitas juga bisa disajikan dengan


49
Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Multivariat, (Jakarta : Elex Media Komputindo,
2000), h.214
menggunakan grafik normal plot, adapun hasil uji tersebut adalah:

Gambar 4.4
Hasil Uji Grafik Normal Plot

Dari Gambar 4.4 Hasil Uji Grafik Normal Plot, terlihat titik-

titik data menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya

mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi dalam

penelitian ini memenuhi syarat asumsi normalitas.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika

terjadi autokorelasi maka dinamakan ada penyakit

autokorelasi.50 Berikut ini adalah hasil dari uji autokorelasi:

Tabel 4.2
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

50
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ketiga,
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2005), h.96
Std. Error
R Adjusted Durbin-
Model R of the
Square R Square Watson
Estimate
Akad 0,78 ,621 ,595 ,8831 1,150
Murabahah 8a

Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya

autokorelasi dengan melihat besarnya Durbin-Watson yaitu:51

a) Angka DW dibawah -2 terdapat autokorelasi positif

b) Angka DW -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi

c) Angka DW diatas -2 terdapat autokorelasi negatif

Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin-Watson.

Berdasarkan Tabel 4.2 nilai Durbin-Watson sebesar 1,150,

karena angka D-W berada antara -2 sampai +2, berarti tidak

terdapat masalah autokorelasi. Jadi dapat disimpulkan dalam

model regresi tidak ada korelasi antara akad murabahah terhadao

liquiditas BMT UGT Nusantara Capem Socah.

3) Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varians dari

residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut

homoskedasitas.52 Pengujian heteroskedasitas dilakukan

51
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ketiga, h.96
52
Imam Ghazali, Aplikasi Multivariate dengan Program IBM 19, (Semarang : BP
Universitas Diponegoro, 2011), h.125
berdasarkan scatterplot, berikut ini adalah hasil dari uji

heterokedasitas:

Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedasitas

Dari Gambar 4.5 grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik

yang ada menyebar secara acak dan tidak membentuk pola, serta

tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu

Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi

heteroskedasitas, sehingga model regresi layak digunakan.

b. Uji Hipotesis

1) Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linear sederhana adalah salah satu alat analisis

yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variable

independen X terhadap variabel independen Y. Adapun hasil

regresi sederhana sebagai berikut:

Tabel 4.3
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
Std.
B Beta
Error

(Constant) 183.493 30.437 6.029 .009


1 Pembiaya
-2.925 .873 -.888 -3.350 .044
an

Dari hasil perhitungan manual dan output dari pengolahan

data

menggunakan program SPSS versi 24 di atas, maka diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut : Y = 183,493 + (-2,925) X,

artinya nilai a dan b tersebut adalah:

a =183,493 ini menunjukkan apabila tidak ada pembiayaan

murabahah maka Tingkat Likuiditas sebesar = 183,493

b = Nilai sebesar (-2,952). Angka ini mengandung arti bahwa

setiap penambahan 1% Pembiayaan Murabahah (X),maka

Tingkat Likuditas (Y) akan menurun sebesar (-2,952).

Karena nilai koefisien regresi bernilai minus (-), maka dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pembiayaan Murabahah (X)

berpengaruh negatif terhadap Tingkat Likuiditas BMT UGT

Nusantara Capem Socah (Y), dengan persamaan regresinya

adalah Y=183,439-2,952X.

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pengaruh

pembiayaan murabahah terhadap Tingkat Likuiditas sebesar

0,044. Angka probabilitas 0,044 < dari 0,05, maka model regresi
ini layak digunakan untuk meprediksi tingkat liquiditas pada

BMT UGT Nusantara Capem Socah.

2) Uji parsial (uji t)

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Hubungan dari masing- masing variabel independen terhadap

variabel dependen dapat dilihat nilai p-value (pada kolom

signifikan) yaitu lebih keci dari 5%. Berikut ini adalah hasil dari

uji parsial (uji t):

Tabel 4.4
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa

Unstandardized Standardized T Sig.


Model Coefficients Coefficients
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) -3,809 1,080 -3,528 ,001
Akad Murabahah ,262 ,058 ,579 4,522 ,000
Liquiditas -,223 ,068 -,409 -3,303 ,002

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil uji t yang dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a) Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap Liquiditas

Berdasarkan pada Tabel 4.3 diperoleh hasil uji t sebesar

4,522 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Diketahui nilai p-

value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari 0,05 atau 0,000
< 0,05 dapat disimpulkan bahwa akad murabahah memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap liquiditas BMT UGT

Nusantara Capem Socah, bahwa setiap pertambahan akad

murabahah sebesar satu akan menyebabkan meningkatnya

liquiditas.

b) Pengaruh akad murabahah terhadap seluruh aset BMT UGT

Nusantara Capem Socah

Berdasarkan pada Tabel 4.3 diperoleh hasil uji t sebesar

6,803 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Diketahui bahwa p-

value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari < 0,05 atau

0,000 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa akad murabahah

memiliki pengaruh positif dan pengaruh yang nyata atau

signifikan terhadap seluruh aset BMT UGT Nusantara Capem

Socah, jadi setiap pertambahan akad murabahah sebesar satu

akan menyebabkan meningkatnya aset pada BMT UGT

Nusantara Capem Socah .

3) Uji R Square

Untuk mengetahui besarnya presentasi Pembiayaan

Murabahah mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Likuiditas,

digunakan koefisien determinasi. Hasil koefisien determinasi

berdasarkan program SPSS versi 24 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5
Model Summary
Model R R Square Adjusted Std. Error
R Square of the
Estimate
1 .888a .789 .719 2.41874

kd= (r)2 x 100%

KD = r2 x 100%

= (0,888)2 x 100%

= 0,788 x 100%

= 78,8 %

Dengan berdasarkan perhitungan menggunakan program SPSS

versi 24 diperoleh koefisien determinasinya yaitu, 78,8%. Dengan

demikian, pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Tingkat

Likuiditas Bank pada Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 78,8%

dan sisanya sebesar 21,2% dipengaruhi oleh faktor lain selain

Pembiayaan Murabahah.

C. Pembahasan

Dari hasil pengelolahan dan perhitungan data dapat dilihat bahwa terdapat

pengaruh antara Pembiayaan Murabahah terhadap Tingkat Likuiditas, hal ini

dapat dilihat dari jumlah pembiayaan murabahah yang meningkat dan

menurun di setiap tahunnya dan peningkatan yang paling besar terjadi pada

tahun 2019 yaitu sebesar 62%, sedangkan penurunan paling drastis yaitu

terjadi pada tahun 2020 sebesar 37%, Dan berdasarkan perhitungan

persentase tingkat likuiditas menunjukkan bahwa tingkat likuiditas setiap

tahunnya mengalami naik turun tetapi masih dalam kategori likuiditas yang

sehat.
Dari hasil pengelolahan data baik pengujian hipotesis maupun secara

manual dengan menggunakan SPSS versi 24 dapat dilihat bahwa terdapat

pengaruh antara Pembiayaan Murabahah terhadap Tingkat Likuiditas sebesar

0,888 dimana table interpretasi korelasi termasuk hubungan keeratan

(korelasi) yang sangat kuat. Karena thitung > ttabel (3,350 > 3,182) pada

tingkat signifikan 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima berarti Pembiayaan

Murabahah mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Likuiditas pada BMT

UGT Nusantara Capem Socah atau adanya korelasi searah antara varibel-

variabel yang di uji.

Sementara pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Tingkat Likuiditas

sebesar 78,8% yang artinya tingkat Likuiditas dipengaruhi oleh besarnya

Pembiayaan Murabahah yang diberikan dan sisanya sebesar 21,2%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV mengenai

Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Likuidias BMT UGT Nusantara

Capem Socah, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji hipotesis menggunakan uji T, maka ada pengaruh pembiayaan

murabahah terhadap likuidias BMT UGT Nusantara Capem Socah

Bangkalan. Maka, Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Kesimpulannya

adalah pembiayaan murabahah berpengaruh yang signifikasi terhadap

likuidias bmt ugt nusantara capem socah.

2. Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Tingkat Likuiditas BMT

UGT Nusantara Capem Socah yaitu berhubungan sangat erat dan

berlawanan arah. Artinya jika Pembiayaan Murabahah mengalami

kenaikan sebesar 1 maka Tingkat Likuiditas akan mengalami penurunan

sebesar 1 dan sebaliknya jika Pembiayaan Murabahah mengalami

penurunan sebesar 1 maka Tingkat Likuiditas akan mengalami kenaikan

sebesar 1. Pembiayaan Murabahah berpengaruh besar terhadap terhadap

Tingkat Likuiditas yaitu sebesar 78,8 % artinya besarnya Tingkat

Likuiditas dipengaruhi oleh besarnya Pembiayaan Murabahah yang

diberikan dan sissanya 21,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


B. Saran

Saran yang dapat dijadikan masukan dan kritik penulis kepada BMT UGT

Nusantara Capem Socah yaitu:

1. BMT UGT Nusantara Capem Socah, alangkah lebih baiknya untuk

melakukan sosialisasi produk-produknya khususnya produk Pembiayaan

Murabahah yang diberikan melalui media dan alat lainnya agar lebih

dikenal masyarakat serta pengebangan terhadap produk Pembiayaan

Murabahah lebih beragam dan inovatif. Hal ini dilakukan untuk menarik

calon nasabah yang memerlukan Pembiayaan Murabahah pada BMT

UGT Nusantara Capem Socah.

2. BMT UGT Nusantara Capem Socah, alangkah lebih baiknya lebih

selektif serta memperketat calon nasabah yang akan diberikan

pembiayaan dan mempertegas dalam memberikan sanksi kepada nasabah

yang lalai, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kelalaian

dari nasabah sehingga akan berdampak pada pendapatan margin

murabahah yang diterima dan akan menambah likuiditas BMT UGT

Nusantara Capem Socah.

3. BMT UGT Nusantara Capem Socah, alangkah baiknya lebih

memperhatikan tingkat likuiditas pada tiap tahunnya dan dapat

memperhitungkan antara jumlah pembiayaan yang disalurkan dan jumlah

simpanan semua aset, sehingga tingkat likuiditas BMT UGT Nusantara

Capem Socah bisa diturunkan atau dinaikkan ke interval 80-90% yang


mana berarti kondisi BMT dalam keadaan likuid. dan tidak terjadi

kerawanan apabila nasabah melakukan penarikan simpanan secara

serentak dan dalam jumlah besar


1

Anda mungkin juga menyukai