Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PNS DI BSI


SINGAPARNA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Penulisan Skripsi

Dosen Pengampu : Hj. Nurjanah, M. Si.

Disusun Oleh :

YUKE ISTAMAYA ROIDA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUTE AGAMA ISLAM CIPASUNG

Singaparna-Tasikmalaya

2021
A. Judul Proposal

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PNS DI BSI


SINGAPARNA

B. Latar Belakang Penelitian


Indonesia sebagai negara mayoritas penduduknya beragama Islam, telah lama
mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak
sebatas keuangan, namun juga tuntutan moralitas. Sistem perbankan yang dimaksud
adalah perbankan yang terbebas dari praktek bunga (free interest banking). Lembaga
keuangan/ perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada
Al-Qur’an dan Hadist Nabi1 .
Sistem perbankan syariah di Indonesia dilaksanakan dengan sistem prinsip bagi hasil,
mengedepankan nilai kebersamaan, ukhuwah, dan penghindaran unsur spekulatif dalam
setiap transaksinya. Dalam menjalankan kegiatan usaha bank syariah berdasarkan prinsip
syariah demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Kegiatan usaha yang dijalankan
oleh bank syariah tidak boleh mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim,
tetapi harus mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan serta kemanfaatan2.
Sebagaimana umumnya bank yang memiliki fungsi menghimpun dana
masyarakat(funding). Dana yang telah terhimpun, kemudian disalurkan kembali kepada
masyarakat (financing atau lending). Bank syariah juga memiliki fungsi yang sama. Bank
syari’ah merupakan lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution)
yang kegiatan operasionalnya bebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh Islam, yaitu
maysir, garar, riba, risywah, dan batil. Dengan demikian, hal ini berbeda dengan bank
konvensional yang kegiatan operasionalnya menggunakan prinsip bunga yang oleh
sebagian besar ulama dikatakan sama dengan riba3 .
Jika dilihat dari fungsi bank syariah tersebut, maka bank syariah berperan sebagai
perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak surplus kepada pihak minus.
Upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syariah dalam memanajemen dana adalah
mengelolah atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk
disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap
mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitasnya4.
1
Veithzal Rivai, 2009 hlm. 679
2
Apriyantim 2018 hlm. 87
3
RahmatIlyas, 2015 hlm. 107-108.
4
Muhammad, 2014 l hlm. 107-108.
Adiwarman Karim5 mengkategorikan produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan
syariah sebagai kegiatan financial (pembiayaan) pada bank syariah termasuk Bank Syaria
Indonesia dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:
1. Produk penghimpunan dana (funding);
2. Produk penyaluran dana (financing);
3. Produk jasa (service).
Berdasarkan data Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2005
diperkirakan cukup baik. Industri perbankan syariah diprediksi masih akan berkembang
dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Salah satu lembaga yang bergerak
dibidang perbankan syariah adalah Bank Syariah Indonesia cabang Singaparna.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999(yang sekarang dirubah menjadi BSI),
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter
1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar
biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Bank Syariah Indonesia melalui produk pembiayaan PNS yang merupakan
pembiayaan dalam rupiah yang diberikan oleh Bank kepada Pegawai Negeri Sipil yang
pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok) melalui rekomendasi instansi
Pemerintah.
Pembiayaan PNS adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan
oleh Bank kepada Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil yang
pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok) melalui rekomendasi instansi
Pemerintah.
Akad pembiayaan yang digunakan dalam pembiayaan PNS adalah:
1. Untuk pembiayaan barang menggunakan akad murabahah;
2. Untuk pembiayaan manfaat atas jasa digunakan akad ijarah.
Salah satu tujuan pembiayaan (financing) perbankan yang terpenting lainnya adalah
bahwa dari pembiayaan tersebut masyarakat dapat memenuhi keperluannya dalam hal

5
Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.
97.
peningkatan usaha (produktif) ataupun untuk pemenuhan kebutuhan yang sifatnya
konsumtif seperti rumah dan kendaraan bermotor.
Bentuk nyata pembiayaan konsumtif ini adalah produk murabahah. Produk yang
ditawarkan perbankan syariah ini jelas berbeda dengan pembiayaan yang ditawarkan bank
konvensional. Murabahah adalah akad jual beli antara pihak bank dan nasabah dengan
margin (keuntungan) yang telah ditetapkan, sementara di bank konvensional produk ini
berupa pinjaman yang harus dikembalikan dengan kelebihan diatas pokok pinjaman yang
didalam Islam adalah terlarang (tergolong riba)6 .
PT. Bank Syariah Indonesia sebagai salah satu perbankan syariah di Indonesia juga
turut berperan aktif dalam fungsinya sebagai financial intermediary yaitu dalam hal
funding dan financing, melalui produk-produk perbankan yang ditawarkan. Salah satu
produk yang ditawarkan adalah produk pembiayaan Mitraguna Berkah dengan akad
murabahah.
Pembiayaan mitraguna berkah adalah produk layanan pembiayaan (financing) ragam
kebutuhan (Multiguna) dengan sumber pembayaran dari gaji/ pendapatan pegawai tetap
(payroll melalui Bank Syariah Indonesia) dan tanpa agunan. Salah satu sasarannya
pembiayaan ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai dengan fitur pembiayaan
program salam berkah untuk SKKP/BO II.
Mitraguna berkah menjadi produk yang sangat sesuai dalam mengalokasikan dana
PT. Bank Syariah Indonesia. Hal ini, karena nasabah produk ini adalah PNS yang
memiliki gaji tetap, dan payroll melalui Bank Syariah Indonesia, sehingga memenuhi dua
tujuan diatas dalam hal alokasi dana.
Sebagaimana produk-produk yang ada di PT. Bank Syariah Indonesia pusat, PT. Bank
Syariah Indonesia Kantor Cabang Singaparna juga menyediakan fasilitas layanan
pembiayaan dengan produk pembiayaan mitraguna berkah bagi PNS Kabupaten
Tasikmalaya, dengan tujuan yang sama seperti PT. Bank Syariah Indonesia Pusat.
Pembiayaan ini juga banyak diminati oleh para PNS, karena proses yang mudah cepat.
Tingkat pemahaman agama sudah baik dan benar membuat kesadaran terhadap kebutuhan
akan pembiayaan berdasarkan hukum syariah. Produk pembiayaan mitraguna berkah juga
sangat diminati dengan adanya akad murabahah dalam pembiayaannya. Produk
murabahah diminati masyarakat adalah karena pembayaran pembiayaan kepada lembaga
keuangan syariah tidak dibayar secara tunai, yang artinya nasabah/kreditur membayar

6
Husnul Khotimah, 2009 hal 110.
harga pembelian tersebut dengan cara dicicil yang skemanya tetap (flat) hingga tempo
waktu sesuai perjanjian akad.
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
a. PNS masih banyak menggunakan pembiayaan PNS di Bank konvensional.
b. Masih ada masyarakat yang belum mengetahui adanya produk pembiayaan
PNS di BSI.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, supaya jadi pandangan dalam peneliti, peneliti
membuat batasan masalah.”Implementasi Akad Murabahah Pada Pembiayaan PNS di BSI
Singaparna”.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mekanisme Pembiayaan Mitraguna Berkah untuk PNS Pada PT.
Bank Syariah Indonesia Cabang Singaparna?
b. Bagaimana Pembiayaan Mitraguna Berkah Dengan Akad Murabahah PNS
Pada PT. Bank Syariah Indonesia Cabang Singaparna?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalan untuk mengetahui:
1. Mekanisme pembiayaan Mitraguna Berkah untuk PNS pada Bank Syariah
Indonesia cabang Singaparna.
2. Pembiayaan Mitraguna Berkah dengan akad Murabahah PNS pada Bank Syariah
Indonesia cabang Singaparna.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk hal-hal berikut :
1. Teoritis
Sebagai sarana untuk mengembangkan wacana berfikir masyarakat tentang akad
murabahah dan pembiayaan PNS pada Bank Syariah Indonesia.
2. Praktis
a. Bagi Masyarakat
Agar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam melakukan akad
murabahah pada Pembiayaan PNS di Bank Syariah Indonesia .
b. Bagi penulis
Agar penulis dapat mengetahui dan memahami arti penting akad Murabahah
.
c. Bagi penulis lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau data awal dalam pelaksanaan
penelitia selanjutnya.
F. Kajian Teoritik
a. Akad Al- Murabahah
Akad Al-Murabahah adalah akad penyediaan barang berdasarkan system jual beli,
dimana bank sebagai penjual yang menyediakan kebutuhan nasabah dan menjual
kepada nasabah dengan harga perolehan ditambah keuntungan (margin) yang
disepakati. Pembayaran dapat dilakukan sekaligus saat jatuh tempo atau cicilan dalam
jangka waktu yang disepakati.
Secara bahasa, murabahah berasal dari kata ribh yang bermakna tumbuh dan
berkembang dalam perniagaan .7 Dalam istilah syariah, konsep murabahah terdapat
berbagai formulasi pengertian yang berbeda-beda menurut pendapat para ulama (ahli).
Diantaranya menurut Utsmani, pengertian murabahah adalah salah satu bentuk jual
beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok
pembelian) dan tambahan profit yang ditetapkan dalam bentuk harga jual nantinya.8
Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Kasani, pengertian murabahah adalah
mencerminkan transaksi jual beli : harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya
yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi atau harga pokok
pembelian dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin),
harga beli dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli. Artinya
pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan keuntungan yang diinginkan.
Murabahah menekankan adanya pembelian komunitas berdasarkan pemintaan
konsumen dan proses penjualan kepada konsumen dengan harga jual yang merupakan
akumulasi dari biaya beli dan tambahan profit yang diinginkan. Dengan demikian,
bila terkait dengan pihak bank diwajibkan untuk menerangkan tentang harga beli dan
tambahan keuntungan yang diinginkan kepada nasabah.
Dalam konteks ini, bank tidak meminjamkan uang kepada nasabah untuk membeli
sesuatu, akan tetapi pihak banklah yang wajib membelikan sesuatu pesanan nasabah
pada pihak ketiga dan kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang
telah disepakati oleh kedua pihak. Perlu diperhatikan, murabahah berbeda dengan

7
Dimyauddin Djuwaini,2008 hal 103-105.
8
MaskurRosyid, 2015 hal : 56
jual beli biasa. Dalam jual beli biasa terdapat proses tawar menawar antara penjual
dan pembeli untuk menentukan harga jual, penjual juga tidak menyebutkan harga beli
dan keuntungan yang diinginkan. Berbeda dengan murabahah, harga beli dan
keuntungan (margin) yang diinginkan harus dijelaskan kepada pembeli . 9
Murabahah merupakan salah satu konsep Islam dalam melakukan perjanjian jual
beli. Konsep ini telah banyak digunakan oleh bank-bank dan lembaga-lembaga
keuangan Islam .10Jadi singkatnya, Murabahah adalah akad jual-beli menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts , karena Murabahah
ditentukan beberapa require drate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).
Karena dalam definisinya disebut adanya keuntungan yang disepakati‛, karakteristik
Murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembeliaan
barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut,
pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan perdagangan para nasabahnya. Murabahah
merupakan satu bentuk perjanjian jual beli yang harus tunduk pada kaidah dan hukum
umum jual beli yang berlaku dalam Muamalah Islamiyah.
b. Pembiayaan
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.11
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, Pengertian pembiayaan secara
luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank
syariah kepada nasabah .12
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, ‘saya percaya’ atau
‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust),
berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada
9
Adiwarman A. Karim,2013 hal 116.
10
Veithzal Rivai, 2015 hal 679
11
VeithzalRivai, 2009 hal 681
12
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan
seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus
digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang
jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak .13
Definisi pembiayaan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan dalam pasal 1 ayat 12 menyebutkan bahwa: “Pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Sedangkan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah, pengertian dari pembiayaan tersebut diperjelas lagi bahwa:
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah
b. Transaksi sewa dalam bentuk ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik
dalam bentuk Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, Istishna’;
d. Ttransaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh; dan
e. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak Bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa
imbalan atau bagi hasil.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka pembiayaan dengan prinsip syariah
merupakan bentuk penyaluran dana berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa,
transaksi jual beli, transaksi pinjam meminjam, dan transaksi multijasa dengan
berlandaskan prinsip syariah kepada pihak yang memerlukan dana dalam jangka
waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan, atau bagi hasil sebagai tugas utama
bank.
Secara ringkas dapat diartikan bahwa istilah pembiayaan ini merupakan istilah
kredit yang biasa dipergunakan dalam bank konvensional, yang membedakan hanya

13
Muhammad, 2000 hal 67
bentuk imbalan pada pembiayaan adalah bagi hasil sedangkan dalam kredit adalah
bunga. Sehingga pembiayaan dan kredit adalah merupakan bentuk dari penyaluran
dana perbankan.14
f. Jenis Pembiayaan
Pembiayaan dapat dijelaskan dari berbagai segi salah satunya dari segi tujuannya,
terdapat dua pengelompokan yaitu:
a. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan Konsumtif bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau
kebutuhan-kebutuhan lainnya dalam konsumsi. Pembiayaan konsumsi dibagi menjadi
dua bagian yaitu pembiayaan konsumtif untuk umum dan pembiayaan konsumtif
untuk pemerintah. Berdasarkan uraian diatas, maka pembiayaan konsumtif memiliki
arti ekonomis juga dengan adanya penarikan pembiayaan konsumtif oleh suatu
perusahaan, maka proses produksi akan dapat berjalan lancar dan memberikan hasil
yang maksimal.
b. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif bertujuan untuk memungkinkan penerima pembiayaan
dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa pembiayaan tersebut tidak mungkin
dapat diwujudkan. Pembiayan produktif adalah bentuk pembiayaan yang bertujuan
untuk memperlancar jalannya proses produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan
mentah, pengolahan dan sampai kepada proses penjualan barang-barang yang sudah
jadi. Pembiayaan produktif di bank syariah meliputi pembiayaan investasi dan
pembiayaan modal kerja. Pembiayaan investasi adalah pembiayaan berjangka (baik
menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi,
modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru.15

g. Produk Mitraguna Berkah


Pembiayaan Mitra Guna Berkah adalah layanan pembiayaan ragam kebutuhan
(Multiguna) dengan sumber pembayaran dari gaji/pendapatan pegawai tetap (payroll
melalui Bank Syariah Mandiri) dan tanpa agunan. Salah satu nasabah dari produk
pembiayaan ini adalah CPNS/PNS. Konsep awal dari produk pembiayaan Mitraguna

14
Novita Lestari, 2015
15
VeithzalRivai, 2015 hal 715
Berkah ini yaitu untuk membantu para PNS atau CPNS dalam memperoleh fasilitas
pembiayaan dari Bank Syariah Indonesia.
Pemberian pembiayaan Mitraguna Berkah dilakukan sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan PMK No.11 /PMK.05-2016 tentang Penyaluran Gaji melalui
rekening Pegawai Negeri Sipil/ Prajurit Tentara Nasional Indonesia/ Anggota
Kepolisian Negara RI pada Bank Umum secara terpusat.
Pembayaran angsuran ditetapkan setiap tanggal tertentu setiap bulan (sesuai
dengan kesepakatan antara nasabah dengan bank). Maksimal Limit pembiayaan Mitra
Guna Berkah yaitu 500 juta rupiah dengan pilihan jangka waktu maksimal hingga 15
tahun, dan pembiayaan tanpa agunan atau tanpa adanya aset yang dijaminkan.
Adapun keunggulan dari pembiayaan Mitra Guna Berkah, yaitu:
a. Lebih berkahPrice kompetitif
b. Proses cepat dan persyaratan yang mudah.
c. Platfond pembiayaan sampai 500 juta
d. Jangka waktu sampai 15 tahun.

G. Kerangka Pemikiran

Syariah Islam menjunjung asas kebebasan berkontrak sebagaimana dapat dilihat dari
kaidah fiqh muamalah ,Yang menyatakan pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Oleh karena itu, seorang muslim
bebas untuk mengadakan berbagai macam akad sepanjang tidak mengandung unsur atau
hal-hal yang diharamkan oleh Al-Qur’an atau Sunnah.
Menurut Ahmad Azhar Basyir akad adalah suatu perikatan antara ijab dan qabul
dengan cara yang dibenarkan syara, yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada
objeknya.16Sedangkan menurut Hendi Suhendi, akad adalah perikatan ijab dan qabul yang
dibenarkan syara’ yang menetapkan keridhaan kedua belah pihak.17
Fiqih Muamalah membagi akad menjadi dua bagian, yakni akad tabarru’ dan akad
tijarah/mu’awadah. Akad tabarru’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut
non-for profit transaction (transaksi nirlaba). Akad ini dilakukan untuk tujuan tolong
menolong dalam rangka berbuat kebaikan yang mengharapkan balasan dari Allah SWT
semata, itu sebabnya akad ini tidak bertujuan untuk mencari keuntungan komersil.
Contoh akad tabarru’ adalah akad dalam meminjamkan uang (qard, rahn, hiwalah), akad
16
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Pers, 1982), hlm. 65.
17
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2011), hlm. 45.
dalam meminjamkan jasa kita (kafalah, wakalah, wadi’ah), dan akad dalam memberikan
sesuatu (hibah, waqf, shadaqah, dan lain-lain).18
Sedangkan akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit
transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu
bersifat komersil. Contoh akad tijarah adalah akad investasi (musyarakah, muzara’ah,
musaqah,mukhabarah), akad jual-beli (murabahah, istishna, salam), dan akad sewa-
menyewa (ijarah)19
Prinsip dasar muamalah adalah :
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”. Adapun akad-akad yang terlarang yaitu akad yang melanggar
prinsip (Kerelaan), akad yang melanggar prinsip , dan akad yang tidak ada rukun dan
syaratnya.
Adapun rukun dan syarat akad adalah sebagai berikut:

1. Rukun-rukun akad
a. ‘Aqid, adalah orang yang berakad terkadang masing-masing pihak terdiri dari
satu orang, terkadang terdiri dari beberapa beberapa orang.
b. Ma’qud alaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang
dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), gadai, utang yang
dijamin seseorang dalam akad kafalah.
c. Maudhu’ al-‘aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Berbeda
akad maka berbedalah tujuan pokok akad.
d. Shighat al-aqd, ialah ijab Kabul, ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar
dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam
mengadakan akad. Kabul ialah perkataam yang keluar dari pihak yang berakad
pula yang diucapkan setelah adanya ijab.
2. Syarat-syarat akad
a. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna
wujudnya dalam berbagai akad:
1) Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), maka akad orang
tidak cakap (orang gila, orang yang berada dibawah pengampuan (mahjur)
karena boros dan lainnya akadnya tidak sah.
2) Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
18
Adiwarman A. Karim, Op. Cit., hlm. 66.
19
Ibid., hlm. 70
3) Akad itu diijinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya, walaupun dia bukan akid yang memiliki barang.
4) Akad bukan jenis akad yang dilarang.
5) Akad dapat memberi faedah.
6) Ijab harus berjalan terus, maka ijab tidak sah apabila ijab tersebut dibatalkan
sebelum adanya qobul.
7) Ijab dan qobul harus bersambung, jika seseorang melakukan ijab dan berpisah
sebelum terjadinya qobul, maka ijab yang demikian dianggap tidak sah.
b. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib
ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini juga disebut dengan idhofi
(tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat
adanya saksi dalam pernikahan.
H. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis yaitu:
1. Nur Fauziah Arisca (skripsi:2020) Hasil penelitian menunjukkan mengenai
mekanisme pembiayaan pada pensiunan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Panakkukang Kota Makassar yang di lakukan oleh nasabah dengan mengajukan
pembiayaan pensiunan beserta berkas yang lengkap kebank, lalu bank mengecek
kelengkapan document serta investigasi mengenai kebenaran data. Apabila di setujui
bank, bank dapat memberikan surat persetujuan pembiayaan kepada nasabah serta
melaksanakan akad. Pencairan dilakukan setelah nasabah memberi tahukan kepada
pemberi kerja (PT TASPEN) mengenai pemindahan penyaluran manfaat pensiunan
melalui Bank Syariah Mandiri (apabila penyaluran manfaat pensiun melalui bank
lain). Penelitian ini dibuktikan melalui implementasi fatwa DSN-MUI tentang akad
murabahah pada produk pembiayaan pensiun di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
panakkukang Makassar seharusnya sejalan dalam praktiknya pada perbankan syariah
terkait produk-produk yang diberikan kepada nasabah. Namun, pada pratiknya
dilapangan sering terjadi pihak bank tidak memahami isu atau muatan dari fatwa dan
juga masih sangat minimnya pengetahuan pelaku ekonomi syariah tentang fatwa
DSN-MUI.
2. Roudathul Jannah (jurnal:2019) Dalam PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar
pembiayaan murabahah konsumtif memiliki nasabah 75% sebagai PNS dengan
fasilitas pembiayaan digunakan dengan renovasi rumah, pembelian kendaraan,
pembelian rumah hunian, pembelian alat elektronik dan sebagainya. Akad tersebut
merupakan pemberian pembiayaan secara penuh (100%) oleh PT. Bank Sulselbar
Cabang Syariah Makassar selaku pihak pertama kepada nasabahnya. Jika nasabahnya
memiliki pendapatan tetap maka yang dipakai adalah perhitungan rasio penghasilan
yaitu maksimal 60% dari pendapatan. Seperti halnya PNS yang memiliki pendapatan
yang tetap tiap bulannya maka pembayaran angsuran dipotong melalui gaji bulanan,
karena sumber pembiayaannya tetap dari potongan gaji maka keuntungan dari
pembiayaannya pun dapat ditentukan. Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga
beli/harga pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan angsuran yang
digunakan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar yaitu metode margin
anuitas. Margin anuitas adalah adalah margin keuntungan yang diperoleh dari
perhitungan secara anuitas. Perhitungan anuitas adalah suatu cara pengembalian
pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan
secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang
semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun. Adapun rumus
dalam menghitung angsuran pembiayaan dengan metode margin anuitas adalah
sebagai berikut : Anuitas = Pokok pembiayaan x x ( ( ) ) Keterangan: i = Effective
rate (Proyeksi Margin) z = Periode angsuran (Bulan) Dibawah ini akan ditampilkan
contoh transaksi pembiayaan murabahah konsumtif yang dilakukan dalam PT. Bank
Sulselbar Cabang Syariah Cabang Makassar sehingga perhitungan pembayaran
angsuran pokok dengan metode margin anuitas dapat terlihat dengan jelas.
I. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif ialah penelitian denggan
menyelidiki berbagai fenomena social agar mendapat pemahaman dari penelitian yang
dilakukan. Adapun landasan theory digunakan sebagai panduan dalam penelitian agar
sesuai dengan hal-hal yang ada di lapangan. Lebih dari itu, landasan theory digunakan
sebagai gambaran mengenai latar belakang penelitian dan untuk membahas hasil
penelitian20.Penelitian ini bersifat deskriptif ialah penelitian denggan mengumpulkan data
mengenai hal-hal yang ingin diteliti kemudian ditulis dan dijelaskan untuk menyimpulkan
analisisnya21.Deskriptif kualitatif ialah analisis data dengan menjelaskan dan mnguraikan
data ataupun informasi yang sesuai dengan theory dan didukung denan permasalahan
20
Mudrajad Kuncoro. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Ed.3. (Jakarta: Erlangga, 2009). h.145
21
Winarno Surahmat. Dasar dan Teknik Riset. (Bandung: Tarsito, 1998). h.132
yang ingin di telitisecara relevan, dengan penggunaan method kualitatif agar mendapat
kesimpulan dari penelitian yang diteliti.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di BSI KCP Singaparna jl.Raya timur N0.74, Blok Cikiray, kec.
Singaparna.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 juli 2021.

2. Metode dan Pendekatan Penelitian


a. Metode Penelitian
Dalam menyusun proposal ini penulis menggunakan penelitian kualitatif, yaitu tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasannya dan dalam peristilahannya.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian di penelitian ini ialah pendekatan deskriptif analitis. Ialah
penelitian dengan memecahkan masalah yang ditemui melalui fakta/kenyataan dimasa
sekarang dan pemusatan permasalahan pada penelitian yang akan diteliti.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Didalam penlitian ini, jenis data yang digunakan ialah kualitativ dengan mengambil
data langsung dilapangan.
b. Sumber Data
1. Data primer adalah data yng didapat dari informasi melalui wawancara
narasumber. Dalam hal ini adalah bagian pembiayaan dan nasabah yang terlibat
langsung didalamnya.
2. Data sekunder ialah kumpulan informasi yang dilakukan peneliti melalui informan
yang berhubungan pada object penelitian, seperti article, buku serta karya ilmiyah
lainnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang falid dan jelas, penulis/peneliti menggunakan
methode ialah :
a. Survei pustaka ialah prolehan hasil informasi dengan korelasinya terhadap
masalah yang diteliti baik itu dibuku, theory, hasil seminar, jurnal ataupun skripsi
yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini.
b. Observasi ialah mengumpulkan informasi dengn melakukan observsi langsung
terhadap object penelitian. Tujuannya ialah guna memperoleh informasi umum
mengenai implementasi akad murabahah pada pembiayaan pensiun.
c. Wawancara ialah method mengumpulkan data/informasi melalui narasumber,
dengan bentuk wawancara langsung dan tidak langsung.
5. Teknik Analisis Data
a. Mengumpulkan informasi dengan mengamati secara langsung. kemudian
wawancara mendalam terhadap narasumber yang compatible terhadap penelitian
untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar memperoleh data sesuai dengan
yang diharapkan. Ataupun dengan menelaah literatur-literatur yang berhubungan
dengan penelitian.
b. Meredukasi data/informasi ialah agar dapat memusatkan suatu informasi yang
diperoleh ketika mengumpulkan data/infoemasi dan memilih mana yang akan
digunakan.
c. Penyajian data ialah pengumpulan data/informasi kedalam text narrative dan
gravik dengan tujuan agar data tersebut dipertajam dan dapat diuraikan.
d. Terakhir ialah memberikan kesimpulan yang harus cermat dalam memberikan
hasil dari tinjauan dari data/informasi yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 97.
Adiwarman A. Karim, Op. Cit., hlm. 66.
Adiwarman A. Karim,2013 hal 116.
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Pers, 1982), hlm. 65
Apriyantim 2018 hlm. 87
Dimyauddin Djuwaini,2008 hal 103-105.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2011), hlm. 45.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan
Husnul Khotimah, 2009 hal 110.
MaskurRosyid, 2015 hal : 56
Mudrajad Kuncoro. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Ed.3. (Jakarta: Erlangga,
2009). h.145
Muhammad, 2000 hal 67
Muhammad, 2014 l hlm. 107-108.
Novita Lestari, 2015
RahmatIlyas, 2015 hlm. 107-108.
Veithzal Rivai, 2009 hlm. 679
Veithzal Rivai, 2015 hal 679
VeithzalRivai, 2009 hal 681
VeithzalRivai, 2015 hal 715
Winarno Surahmat. Dasar dan Teknik Riset. (Bandung: Tarsito, 1998). h.132

Anda mungkin juga menyukai