Anda di halaman 1dari 8

Analisa Faktor-faktor yang Menyebabkan BSI Mobile Terkena

Serangan Siber
Dinda Anggraeni1
1
Manajemen Keuangan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnsi Islam, Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung, Jalan A.H Nasution No. 105, Bandung, Jawa Barat, 40614, Indonesia
e-mail: dindaanggraeni150402@gmail.com

Abstract
This research was written with the aim of knowing how the collateral position is in
stau griya sharia mortgage financing in murabahah contracts at Bank Syariah
Indonesia KC Asia Africa. The method used in this paper is descriptive qualitative
method where the collection of information comes from observations and articles
relating to the source material under study. The position of collateral in sharia
mortgage financing or griya in murabaha contracts has an important position even
though it is not the main principle of murabahah financing. This guarantee is a form of
avoiding any irregularities on the part of the customer and so that the customer is
serious (not playing games) with his order according to what has been agreed in
advance.
Keywords: Collateral, Sharia mortgage financing or griya, murabaha contracts

Abstrak
Penelitian ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan jaminan
dalam pembiayaan KPR syariah stau griya pada akad murabahah di Bank Syariah
Indonesia KC Asia Afrika. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu metode
kualitatif deskriptif dimana pengumpulan informasi berasal dari observasi dan artikel-
artikel yang berkaitan dengan sumber materi yang diteliti. Kedudukan jaminan dalam
pembiayaan KPR syariah atau griya pada akad murabahah memiliki kedudukan yang
penting walaupun bukanlah sebagai prinsip utama dari pembiayaan murabahah.
Jaminan ini adalah sebagai bentuk dari menghindari adanya penyimpangan dari pihak
nasabah dan agar nasabah serius (tidak main-main) atas pesanannya sesuai dengan
yang telah disepakati di muka.
Kata kunci: Jaminan, KPR syariah atau griya, Akad murabahah

PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Pesatnya perkembangan
teknologi dikarenakan memang kebutuhan manusia yang semakin kesini semakin kompleks dan
perlunya bantuan teknologi. Berkembangnya teknologi akan sangat membantu manusia dalam
berbagai kegiatan, seperti kegiatan bisnis.
Perkembangan teknologi ini juga terjadi pada bank, di mana banyak bank yang sekarang
sudah bergantung pada teknologi, mulai dari layanan hingga transaksi tidak usah lagi datang ke
bank atau atm, tapi nasabah cukup dengan menggunakan handphone sudah bisa mendapatkan
layanan dan transaksi yang diinginkan.
Begitu pula dengan bank syariah, perkembangan teknologi yang ada di bank syariah
sendiri cukup pesat. Bank syariah dalam perkembangan teknologinya mengeluarkan aplikasi
mobile banking. Mobile banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank melakukan

1
2

transaksi perbankan melalui ponsel atau smartphonenya. Keunggulan dari adanya mobile banking
ini yaitu melakukan transfer uang lebih mudah serta membuat bayar tagihan jadi lebih mudah dan
cepat.
Mobile banking ini tentunya ada juga di Bank Syariah Indonesia. Bank Syariah Indonesia
mengeluarkan aplikasi dengan nama BSI mobile di mana fitur-fitur di dalamnya yaitu terdapat info
rekening, transfer, pembayaran, pembelian, QRIS, emas, dan tarik tunai.
Perkembangan teknologi saat ini selain membawa keuntungan pada perusahaan tetapi juga
membawa kerugian, apalagi jika teknologi itu terkena serangan siber seperti yang dihadapi oleh
Bank Syariah Indonesia saat ini. Para hacker ini menyerang BSI mobile sehingga segala aktivitas
finansial seluruh nasabah terganggu dan tentunya akan membuat Bank Syariah Indonesia
mengalami kerugian.

METODE
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Informasi untuk penelitian ini dikumpulkan dari observasi, data-data dan buku-buku
yang berkaitan dengan sumber materi yang diteliti, serta informasi yang diperoleh dari internet.

KAJIAN PUSTAKA
Bank Syariah
Menurut UU No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sementara itu, konsep bank
syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip Syariah Islam, yaitu mengikuti ketentuan
Syariah Islam serta menjauhi segala yang di larang seperti riba.
Sedangkan menurut Rivan (2010:31), bank syariah merupakan lembaga keuangan yang diatur
dalam undang-undang serta prosedurnya yang berkomitmen pada prinsip syariah dan melarang
menerima dan membayar bunga dari proses yang sedang berlangsung.
Bank merupakan lembaga intermediasi yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana
masyarakat kemudian menyalurkannya melalui pembiayaan. Begitu pula dengan bank syariah
yang memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi, hanya saja yang membedakannya dengan
bank konvensional ada pada kegiatan operasionalnya. Apabila bank konvensional terdapat bunga
sedangkan bank syariah harus terhindar dari unsur-unsur yang mengandung riba, gharar, maisir,
riswah dan bathil.
3

Sistem perbankan syariah memiliki cakupan yang lebih luas karena tidak hanya dituntut untuk
bisa menghasilkan keuntungan atau profit, tetapi juga dituntut untuk bisa mengimplementasikan
nilai-nilai syariah itu sendiri. Sehingga, sistem dari bank syariah memang benar sesuai dengan
prinsip syariah.
Secara umum, tujuan didirikannya bank syariah adalah untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, Syariah dan tradisi dalam keuangan dan
perbankan dan transaksi terkait lainnya sehingga masyarakat terhindar dari maisir dan riba. Prinsip
utama dari bank syariah yaitu pelarangan riba dalam berbagai transaksi, melakukan kegiatan bisnis
dan komersial berdasarkan perolehan keuntungan yang sah menurut hukum Syariah, dan
mengembangkan zakat.

Sejarah Bank Syariah di Indonesia


Perbankan syariah di Indonesia berdiri pada tahun 1991 dengan nama Bank Muamalat.
Bank ini didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI), para pengusaha Muslim dan juga pemerintah. Bank muamalat pada awalnya kurang
diminati oleh nasabah, tetapi saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, bank muamalat akhirnya
mulai banyak dilirik oleh nasabah karena bank mampu bertahan tidak seperti bank-bank
konvensional yang mengalami collapse karena kegagalan dalam sistem bunganya.
Setelah itu bank syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan, pada tahun 1999
unit bank syariah bertambah jumlahnya menjadi 3 unit dan perkembangannya makin kesini
semakin pesat, bahkan banyak bank konvensional yang akhirnya membuka cabang bank syariah.
Bank konvensional yang membuka cabang bank syariah yaitu diantaranya, Bank BRI, Bank
Mandiri, dan Bank BNI yang kemudian melakukan merger dan berganti nama menjadi Bank
Syariah Indonesia.
Bank Syariah Indonesia ini tergolong masih baru karena baru diresmikan pada tahun 2021
oleh Presiden Joko Widodo. Penggabungan ketiga bank syariah tersebut bertujuan untuk
memperkuat kinerja sistem perbankan syariah nasional, dan Indonesia bercita-cita menjadi pusat
ekonomi dan keuangan syariah dunia di masa depan.

Mobile Banking
Mobile banking merupakan sebuah layanan yang ditawarkan bank atau lembaga keuangan
kepada nasabahnya yang memungkinkan mereka melakukan berbagai transaksi perbankan melalui
berbagai fungsi smartphone. Sekilas layanan mobile banking mirip dengan layanan SMS banking,
namun pada kenyataannya layanan mobile banking memiliki lebih banyak fitur dibandingkan
4

dengan layanan SMS banking. Sementara bank SMS hanya berisi informasi tentang pesan singkat,
di mobile banking kita dapat melakukan berbagai layanan transaksi dengan fungsi yang tersedia.
Untuk menggunakan fitur tersebut kita dapat menggunakan dua cara yaitu dengan mengunduh
aplikasi layanan mobile banking dari App Store dan membuka menu penyedia layanan.
Sehubungan dengan itu, Bank Syariah Indonesia juga memiliki layanan mobile banking
bernama BSI Mobile. BSI Mobile adalah layanan mobile banking yang disediakan oleh Bank
Syariah Indonesia yang memungkinkan nasabah untuk mengakses rekening tabungan dan
melakukan transaksi secara online. Bank seluler ini dapat digunakan di mana saja dan kapan saja
dengan smartphone, baik Android maupun iOS. Seperti halnya mobile banking bank lain, BSI
Mobile Banking juga menawarkan berbagai fitur yang memudahkan nasabah untuk mengecek
detail rekening dan melakukan pembayaran penting lainnya.
Fitur-fitur yang ada pada BSI Mobile Banking, yaitu:
a) Info rekening
Fitur ini memungkinkan Anda untuk melihat seluruh detail transaksi rekening BSI Mobile
Anda, baik tabungan Wadiah, Mudharabah maupun tabungan Mabrur.
b) Transfer
Fitur ini memungkinkan Anda untuk dengan mudah mengirim uang antar rekening Bank
Syariah Indonesia dan rekening lainnya, serta transfer online dan transfer kliring.
c) Pembayaran
Fitur ini memberikan kemudahan nasabah dalam melakukan transaksi pembayaran untuk
berbagai kebutuhan.
d) Pembelian
Fitur ini memudahkan transaksi pembelian untuk berbagai kebutuhan para nasabah.
e) Qris
Qris ini memudahkan nasabah dalam melakukan berbagai transaksi dengan pemindaian QR
yang mudah diakses.
f) E-mas
Fitur ini akan memudahkan nasabah dalam kepemilikan emas batangan, dimana saldo
kepemilikan emas nasabah disimpan melalui BSI Mobile.

PEMBAHASAN DAN HASIL


KPR syariah atau Griya pada Bank Syariah Indonesia adalah pembiayaan yang ditawarkan
oleh bank kepada nasabah dengan salah satunya berdasarkan prinsip Murabahah, sehingga
memungkinkan nasabah membeli rumah dan/atau tanah untuk dimiliki, ditinggali atau ditempati.
Murabahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah dimana bank membeli rumah yang
5

dibutuhkan oleh nasabah kemudian bank menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah
margin keuntungan yang telah disepakati di awal antara bank dan nasabah. Rumah merupakan
barang atau objek jual beli murabahah yang terjadi antara nasabah dengan bank.
Akad (perjanjian) dalam pembiayaan murabahah setelah selesai tidak dapat lagi mengubah
besaran harganya dan untuk menghindari kelalaian nasabah yaitu tidak terbayarnya pembiayaan
murabahah atau keterlambatan pelunasan, maka adanya klausula (syarat) yang disepakati antara
bank dan nasabah yaitu adanya pembayaran dend yang harus dibayar nasabah atau penjualan
jaminan jika nasabah lalai dalam mengangsur. Denda yang diterima bank bukan merupakan bagian
dari Bank Syariah Indonesia karena denda yang diterima akan digunakan sebagai dana sosial yang
salah satunya disalurkan melalui Qard al-Hasan, hal ini merupakan salah satu sisi positif
perbankan syariah, selain sebagai lembaga komersial. Perbankan syariah juga berfungsi sebagai
lembaga perbankan syariah untuk kemaslahatan umat.
Salah satu syarat pembiayaan murabahah di Bank Syariah Indonesia KC Asia Afirka yaitu
adanya jaminan (dhaman) atau agunan. Jaminan (dhaman) di sini bisa berupa benda bergerak
maupun benda tidak bergerak (tetap), untuk benda bergerak dalam pengikatan jaminan (dhamman)
menggunakan jaminan (dhaman) fidusia, sedangkan untuk benda tidak bergerak atau tetap (hak
atas tanah), dalam hal pengikatan jaminan (dhaman) menggunakan hak tanggungan.
Jaminan (dhamman) atau agunan dalam pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) biasanya
cukup dengan barang yang akan dijadikan objek oleh akad tersebut. Untuk memastikan pelunasan
Utang Murabahah, Nasabah harus menyerahkan rumah yang dibiayai oleh pembiayaan murabahah
sesuai dengan syarat utama yang telah disebutkan, yaitu berupa sertifikat rumah yang merupakan
barang atau objek dari akad murabahah tersebut dan memberikan bukti kepemilikan jaminan
(dhamman) yang asli dan dianggap mengikat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Jaminan (dhaman) atau agunan dimaksud agar nasabah tidak main-main atau serius dalam
memesan barang tersebut. Jaminan (dhaman) ini juga adalah sebagai bentuk janji atau ikatan
antara nasabah pembeli) dengan bank syariah selaku penjual, karena pada prakteknya
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk nasabah melunasi hutang pembelian kepada bank
syariah secara mencicil atau diangsur. Maka dari itu, bank syariah sebagai penjual dapat meminta
jaminan (dhamman) kepada nasabah atau pembeli.
Dalam prakteknya, jaminan (dhamman) atau agunan yang dipersyaratkan oleh bank dalam
pembiayaan murabahah merupakan objek tetap (hak atas tanah), yaitu untuk memudahkan dalam
pengeksekusian jaminan (dhaman) atau agunan tersebut yaitu dengan melakukan pelelangan
apabila terjadinya kerugian dan terjadinya pembiayaan macet (non performing loan). Adanya
jaminan (dhamman) dalam pembiayaan murabahah merupakan kebutuhan mutlak (mandatory
6

requirement) dan harus disediakan oleh pemberi pinjaman. Bank tidak akan memenuhi permintaan
pembiayaan Murabahah jika nasabah tidak memiliki jaminan (dhamman) karena untuk menutupi
biaya yang dikeluarkan oleh bank. Apabila nilai jaminan (dhamman) nasabah tersebut tidak
mencukupi untuk menutup biaya yang dikeluarkan oleh bank, maka dapat dipastikan permintaan
pembiayaan nasabah tidak akan dikabulkan oleh bank.
Keberadaan jaminan (dhamman) dalam prakteknya menurut bak merupakan hal yang
sentral dalam pembiayaan murabahah dalam artian jaminan (dhaman) harus ada dan nilainya harus
mencukupi (lebih besar atau sekurang-kurangnya sama) dengan nilai pembiayaan tersebut karena
untuk menutupi biaya yang dikeluarkan oleh bank.
Menurut informasi yang diberikan oleh nasabah dalam perjanjian keuangan antara nasabah
dan bank. Adanya jaminan (dhamman) atau agunan bersifat wajib (syarat wajib). Oleh karena itu,
jika nasabah tidak memberikan jaminan (dhaman) dalam permohonan pembiayaan murabahah,
bank tidak mungkin menerima pembiayaan murabahah dan nilai jaminan harus melebihi nilai
pembiayaan yang diberikan oleh bank. Hal ini untuk menghindari potensi kerugian atas nilai
pembiayaan bank tersebut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kedua sumber tersebut (bank dan nasabah),
dapat diketahui bahwa pemberian agunan (dhaman) pada saat melakukan pembiayaan murabahah
merupakan syarat wajib yang harus ada pada setiap pembiayaan dan nilainya harus mencukupi
atau menutupi total dari nilai pembiayaan yang ditawarkan oleh bank dan resiko kerugian yang
mungkin terjadi.
Sesungguhnya jaminan (dhamman) atau agunan sebenarnya tidak dimaksudkan untuk
menutupi modal yang disediakan oleh bank dan jaminan (dhamman) bukanlah prinsip utama dari
pembiayaan murah. Artinya, pembiayaan murabahah tanpa adanya jaminan (dhamman) dapat
diterima, sehingga tujuan dari adanya jaminan (dhamman) menurut fatwa DSN MUI adalah untuk
menghindari adanya penyimpangan dari pihak nasabah dan agar nasabah serius (tidak main-main)
atas pesanannya sesuai dengan yang telah disepakati di muka. Jadi, jaminan (dhaman) bukanlah
hal yang harus ada dan syarat wajib pada setiap pembiayaan murabahah, melainkan sebagai bentuk
kehati-hatian bank.

SIMPULAN
KPR syariah atau Griya pada Bank Syariah Indonesia adalah pembiayaan yang ditawarkan
oleh bank kepada nasabah dengan salah satunya berdasarkan prinsip murabahah, sehingga
memungkinkan nasabah membeli rumah dan/atau tanah untuk dimiliki, ditinggali atau ditempati.
KPR syariah ini memiliki persyaratan salah satunya yaitu harus adanya jaminan.
7

Jaminan ini sebagai bentuk prinsip kehati-hatian bank dalam meminimalkan risiko yang
mungkin terjadi. Maka dari itu, biasanya bank akan melakukan pengecekan terhadap jaminan yang
digunakan nasabah saat akan melakukan pembiayaan murabahah. Dengan menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam mengenakan jaminan ke nasabah, bank dapat mengurangi risiko kerugian
yang mungkin terjadi dan menjaga kestabilan keuangan bank itu sendiri.
Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Bank
dapat meminta jaminan yang memiliki nilai finansial dan sesuai dengan jumlah transaksi yang
akan dilakukan sebagai simpanan bank. Jaminan timbul karena jual beli bersifat sementara,
sehingga pemberian jaminan dianggap perlu dan bank dapat mewajibkan nasabah untuk
memberikan jaminan.
Keberadaan jaminan (dhamman) dalam prakteknya menurut bak merupakan hal yang
sentral dalam pembiayaan murabahah dalam artian jaminan (dhaman) harus ada dan nilainya harus
mencukupi (lebih besar atau sekurang-kurangnya sama) dengan nilai pembiayaan tersebut karena
untuk menutupi biaya yang dikeluarkan oleh bank.
Menurut informasi yang diberikan oleh nasabah dalam perjanjian keuangan antara nasabah
dan bank. Adanya jaminan (dhamman) atau agunan bersifat wajib (syarat wajib). Oleh karena itu,
jika nasabah tidak memberikan jaminan (dhaman) dalam permohonan pembiayaan murabahah,
bank tidak mungkin menerima pembiayaan murabahah dan nilai jaminan harus melebihi nilai
pembiayaan yang diberikan oleh bank. Hal ini untuk menghindari potensi kerugian atas nilai
pembiayaan bank tersebut.
Jadi, kedudukan jaminan dalam pembiayaan KPR syariah atau griya pada akad murabahah
memiliki kedudukan yang penting walaupun bukanlah sebagai prinsip utama dari pembiayaan
murabahah. Jaminan ini adalah sebagai bentuk dari menghindari adanya penyimpangan dari pihak
nasabah dan agar nasabah serius (tidak main-main) atas pesanannya sesuai dengan yang telah
disepakati di muka. Jadi, jaminan (dhaman) bukanlah hal yang harus ada dan syarat wajib pada
setiap pembiayaan murabahah, melainkan sebagai bentuk kehati-hatian bank.

DAFTAR PUSTAKA
Fauziyah, Amirah dan Zaky, Achmad. (2016). Analisis Perbedaan Implementasi KPR
Konvensional dengan KPR Syariah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 6-12.
Halomoan, Putra. (2017). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Pembiayaan Mudharabah.
Islamic Business Law Review: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 103-104.
Heykal, Mohamad. (2014). Analisis Tingkay Pemahaman KPR Syariah pada Bank Syariah di
Indonesia: Studi Pendahuluan. Journal Binus Business Review, 522-523.
Mauluddin, M. Sholeh. (2018). Pembiayaan Murabahah dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI. Jurnal
Qawanin, 2-3.
Musjtari, Dewi Nurul, dkk. (2020). Efektivitas Penyusunan dan Implementasi Standarisasi Akad
Murabahah Pada Bank Syariah sebagai Finansial Intermediary. Jurnal Hukum Ekonomi
8

Islam, 95-103. Pramudita, Ryzwanda Enggar. (2021). BSI Griya Hasanah Financing
Procedure at BSI KCP Sidoarjo Gajah Mada. Jurnal Abdimas Perbanas, 9-11.
Nursakti, Sawitri Putri. (2018). Jaminan Hak Tanggungan Pada Produk Pembiayaan Murabahah
dan Musyarakah di Bank Muamalay Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum, 88-89.
Prabowo, Bagya Agun. (2009). Konsep Akad Murabahah pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis
terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di Indonesia dan Malaysia). Jurnal Hukum,
108-109.
Sapi’i dan Agus Setiawan. (2016). Pemilihan Pembiayaan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan
Akad Murabahah (Studi Kasus di Bank Muamalat Tbk Cabang Pembantu Samarinda
Seberang). Al-Tijary: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 18-19.
Setiady, Tri. (2014). Pembiayaan Murabahah dalam Perspektif Fiqh Islam, Hukum Positif dan
Hukum Syatiah. Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, 529-527.
Yuwono, Cinanthya. (2008). Kedudukan Jaminan dalam Akad Pembiayaan Kepemilikan Rumah
(KPR) Murabahah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Syariah
Yogyakarta. (Skripsi Pascasarjana, Universitas Islam Indonesia).
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/8900/RTS%20056.pdf?sequence=1.
https://tambara.e-journal.id/medikonis/article/view/74/59
http://repository.radenintan.ac.id/17707/1/SKRIPSI%20BAB%201%262..pdf
https://repository.uin-suska.ac.id/52806/1/GABUNGAN%20SKRIPSI%20KECUALI
%20BAB%20IV.pdf
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/view/3017/2238
https://pdfs.semanticscholar.org/0956/a55a2db5fee2122e4b60832dd031ef14d56b.pdf
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/1449/1266

Anda mungkin juga menyukai