Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN MATERI

2.1 Sejarah Perbankan Syariah

Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia diawali


dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki sebuah
alternatif sistem perbankan yang islami. Perkembangan dunia terus mengalami
kemajuan yang sangat signifikan. Diawali dengan berdirinya PT. Bank Muamalat
Indonesia tahun 1992, yang dalam kurun waktu hanya 7 tahun mampu memiliki
lebih dari 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Balikpapan, Semarang, dan
Makassar. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan
disetujuinya UU No. 10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur
dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan
arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan
mengkonversikan diri secara total menjadi bank syariah.1

Perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah tergolong cepat salah


satu alasannya adalah karena keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat muslim
bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang agama
islam. Rekomendasi hasil loka karya utama bunga tentang bunga bank dan
perbankan itu ditujukkan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI), kepada
pemerintah dan seluruh umat islam.

Bank BNI Syariah Cabang Semarang merupakan lembaga keuangan yang


menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan dana. Hal utama yang membedakannya dengan
bank konvensional adalah dalam cara menghimpun dan menyalurkan dana dari
dan kepada masyarakat harus sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah.

1
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001,
cet 1, hlm. 25-26

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 15


Untuk menjalankan peranannya tersebut, maka terdapat produk produk
pendanaan yang berupa simpanan, dan produk-produk penyaluran dana yang
berupa pembiayaan. Penyaluran dana yang sesuai dengan syari’at islam yang
disesuaikan dengan kebutuhan mitra seperti Pembiayaan Mudlarabah (Bagi
Hasil), Pembiayaan Murabahah (Jual Beli), Pembiayaan Al Ijarah (Sewa
Menyewa).2

Bank BNI Syariah sebagai Bank milik Pemerintah yang sudah mendapat
kredibilitas yang baik dimata masyarakat untuk mengelola dana mereka, harus
selalu menginovasikan produk-produknya agar lebih diminati oleh masyarakat.
Saat ini dengan pangsa pasar yang sedemikian luas memberikan kemudahan
ekspansi bagi pelaku perbankan Indonesia untuk mengembangkan bisnis
perbankan. Oleh karena itu, seiring dengan maraknya pembangunan perumahan
atupun ruko, BNI Syariah mengambil kesempatan untuk menawarkan produk
Griya iB Hasanah. Praktik dalam BNI Syariah Cabang Semarang saat ini adalah
dengan pembiayaan murabahah yang pada umumnya murabahah ini diadopsi
untuk memeberikan pelayanan jangka pendek kepada para nasabah guna
pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk
membayar.3

Dalam menjalankan produk Griya iB Hasanah, Bank BNI Syariah Cabang


Semarang memadukan dan menggali skim-skim transaksi yang dibolehkan dalam
islam dengan operasional KPR Perbankan Konvensional. Adapun skim yang
banyak digunakan Bank BNI Syariah dalam menjalankan produk pembiayaan
Griya iB Hasanah adalah skim murabahah. Bank Syariah di Indonesia yang
menjalankan konsep murabahah yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli, Bank Syariah memberikan pelayanan murabahah, yang berupa
pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan konsumtif. Salah
satu produk pembiayaan konsumtif Bank BNI Syariah Cabang Semarang adalah
2
Http://www.bnisyariah.co.id
3
Andrea permana vethzal rivai, Islamic Financial Management : Panduan Praktisi Untuk
Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi Dan Mahasiswa, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008, hlm. 148

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 16


pembiayaan Griya iB Hasanah berupa pemilikan rumah, kavling atau renovasi
rumah yang lebih adil. Selama masa pembiayaan dalam bentuk pembayaran
secara angsuran dan mempunyai beberapa sistem, prosedur dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh calon penerima.Berdasarkan latar belakang diatas penulis
tertarik untuk 3 Andrea permana vethzal rivai, Islamic Financial Management :
Panduan Praktisi Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi Dan Mahasiswa,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 148 4 melakukan penelitian
dengan judul:“ANALISIS PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA
PEMBIAYAAN GRIYA iB HASANAH DI BANK BNI SYARIAH CABANG
SEMARANG”.

2.2 Definisi Bank Syariah


Bank Syariah merupakan lembaga perbankan yang dijalankan dengan
prinsip syariah. Dalam setiap aktivitas usahanya, bank syariah selalu
menggunakan hukum-hukum islam yang tercantum di dalam Al-Qur’an dan
Hadist. Berbeda dengan bank konvensional yang mengandalkan sistem bunga,
bank syariah lebih mengutamakan sistem bagi hasil, sistem sewa, dan sistem jual
beli yang tidak menggunakan sistem riba sama sekali.

Pengertian Bank Syariah Menurut Para Ahli


1. Siamat Dahlam
Menurut Siamat Dahlam, bank syariah merupakan bank yang menjalankan
usaha perbankan dengan berdasar ataupun memperhatikan prinsip –
prinsip syariah yang tertuang di dalam Al-Qur’an dan Hadist.
2. Schaik
Menurut Scahik, pengertian bank syariah adalah suatu bentuk dari bank
modern yang berlandaskan hukum-hukum agama islam, yang
dikembangkan pada abad pertengahan islam dengan jalan menggunakan
konsep bagi hasil dan bagi resiko sebagai sistem utama dan menghapuskan
sistem keuangan yang dilandasi dengan anggapan kepastian keuntungan
yang telah ditentukan sebelumnya.

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 17


3. Sudarsono
Menurut Sudarsono, bank syariah merupakan salah satu lembaga
keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa perbankan lainnya
di dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang yang beroperasi
dengan berdasarkan prinsip-prinsip agama islam atau pun prinsip syariah.
4. Perwataatmadja
Menurut Perwataatmadja, pengertian bank syariah adalah bank yang
beroperasi dengan mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun islami yang
tata cara pelaksanaannya didasarkan pada ketentuan Al-Qur’an dan Hadist.
5. Undang – Undang No. 21 Tahun 2008
Menurut UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah yaitu segala sesuatu
yang berkaitan bank syariah dan unit usaha syariah yang mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, hingga proses pelaksanaan kegiatan
usahanya.

Bank syariah merupakan bank yang menjalankan aktivitas usahanya dengan


menggunakan landasan prinsip-prinsip syariah yang terdiri dari BUS (Bank
Umum Syariah), BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah), dan UUS (unit Usaha
Syariah).4

2.3 Prinsip-prinsip Bank Syariah

Prinsip dasar perbankan syariah berdasarkan pada Al Quran dan Sunnah.


Setelah dikaji lebih dalam Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang
menjiwai seluruh hubungan transaksinya berprinsip pada tiga hal yaitu efisiensi,
keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu
secara sinergis untuk memperoleh keuntungan/margin sebesar mungkin. Keadilan
mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang
matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada

4
Adzikra Ibrahim pengertiandefinisi.com

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 18


prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan
produktivitas.5

Dalam mewujudkan arah kebijakan suatu perbankan yang sehat, kuat dan
efisien, sejauh ini telah didukung oleh enam pilar dalam Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) yaitu, struktur perbankan yang sehat, sistem pengaturan yang
efektif, system pengawasan yang independen dan efektif, industri perbankan yang
kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi, dan perlindungan konsumen.

Daya tahan perbankan syariah dari waktu ke waktu tidak pernah


mengalami negative spread seperti bank 22 konvensional pada masa krisis
moneter dan konsistensi dalam menjalankan fungsi intermediasi karena
keunggulan penerapan prinsip dasar kegiatan operasional yang melarang bunga
(riba), tidak transparan (gharar), dan (maisir) spekulatif.6
Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah
kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a) Maisir
 Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut
istilah maisir berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja
keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian karena dalam praktik
perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah.
Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi.Judi
dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan
dalam firman Allah sebagai berikut:”Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS Al-
Maaidah:90)    
   

5
Edy Wibowo, Mengapa…, h. 33
6
Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Malang: UIN Malang Press, 2009,
Hlm. 64

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 19


Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek
negative maisir. Ketika melakukan perjudian seseorang dihadapkan
kondisi dapat untung maupun rugi secara abnormal. Suatu saat ketika
seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar
ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung
seseorang dapat mengalami kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak
sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan sehingga diharamkan
dalam sistem keuangan Islam.
b) Gharar
Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar
berarti seduatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau
perjudian. Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak
berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar.
Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeli
ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi
yang bersifat gharar.  Pelarangan gharar karena memberikan efek
negative dalam kehidupan karena gharar merupakan praktik pengambilan
keuntungan secara bathil. Ayat dan hadits yang
melarang gharar diantaranya :“Dan janganlah sebagian kamu memakan
harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah :
188)
c) Riba
Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan,
pertumbuhan atau peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil.
Para ulama sepakat bahwa hukumnya riba adalah haram. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 130 yang melarang kita
untuk memakan harta riba secara berlipat ganda. Sangatlah penting bagi

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 20


kita sejak awal pembahasan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat di
antara umat Muslim mengenai pengharaman Riba dan bahwa semua
mazhab Muslim berpendapat keterlibatan dalam transaksi yang
mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan sumber utama
syariah, yaitu Al-Qur’an dan Sunah benar-benar mengutuk riba. Akan
tetapi, ada perbedaan terkait dengan makna dari riba atau apa saja yang
merupakan riba harus dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas
perekonomian dengan ajaran Syariah.7

2.4 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank syariah Bank Konvensional


1. Melakukan investasi-investasi 1. Investasi yang halal dan
yang halal saja. haram.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga.
jual beli, atau sewa. 3. Profit Oriented.
3. Profit dan falah oriented 4. Hubungan dengan nasabah
4. Hubungan dengan nasabah dalam dalam bentuk debitor-debitor.
bentuk hubungan kemitraan. 5. Tidak terdapat dewan sejenis.
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah
Sumber : Muh. Syafii Antonio (2016)8

2.5 Produk Perbankan Syariah

Secara garis besar, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah terbagi
menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penghimpunan dana (funding), produk
penyaluran dana (financing), dan produk jasa (service).9

7
http://www.ojk.go.id
8
Muh. Syafii Antonio, op.cit, hlm. 34
9
Nur Rianto, Lembaga...,h. 133

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 21


a) Produk Penghimpunan Dana (funding)
1) Tabungan
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun
2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau investasi
dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu.
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid.
Artinya, produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah
membutuhkan, tetapi bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah
penabung kecil.
2) Deposito
Deposito menurut UU Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah
penyimpan dan bank syariah dan/ atau Unit Usaha Syariah (UUS).
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai
jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu, dan bagi hasilnya lebih
tinggi daripada tabungan.
3) Giro
Giro menurut undang-undang perbankan syariah nomor 21 tahun
2008 adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi
hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, biasanya digunakan oleh
perusahaan atau yayasan dan atau bentuk badan hukum lainnya dalam

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 22


proses keuangan mereka. Dalam giro meskipun tidak memberikan bagi
hasil, pihak bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang
besarannya tidak ditentukan di awal, bergantung pada kebaikan pihak
bank.
Prinsip operasional bank syariah yang telah diterapkan secara luas
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi‟ah dan
mudharabah. Berikut ini penjelasannya :
a. Prinsip Wadi‟ah
Prinsip wadi‟ah yang diterapkan adalah wadi‟ah yad
shamanah. Bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana yang
disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap
saat oleh nasabah penyimpan dana. Namun demikian, rekening ini
tidak boleh mengalami saldo negative (overdraft). Landasan
hukum prinsip ini adalah :
1) Q.S An nisa (4) Ayat 58, yang terjemahannya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”
2) Al-hadits : “Sampaikan (tunaikanlah) amanat kepada yang
berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada
orang yang telah menghianatimu.” (H.R. Abu Dawud) 28

b. Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan dana atau
deposan bertindak sebagai shahibul mal (pemilik modal) dan bank
sebagai mudharib (pengelola). Bank kemudian melakukan
penyaluran pembiayaan kepada nasabah peminjam yang
membutuhkan dengan menggunakan dana yang diperoleh tersebut,

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 23


baik dalam bentuk murabahah, ijarah, mudharabah, musyarakah
atau bentuk lainnya. Hasil usaha ini selanjutnya akan
dibagihasilkan kepada nasabah penabung berdasarkan nisbah yang
disepakati. Apabila bank menggunakannya untuk melakukan
mudharabah kedua, bank bertanggungjawab penuh atas kerugian
yang terjadi.

b) Produk Penyaluran Dana/ Pembiayaan (financing)


Produk penyaluran dana di Bank Syari’ah dapat dikembangkan dengan
tiga model, yaitu:

1) Transaksi pembiayaan yang di tujukan untuk memiliki barang


dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini
dikembangkan menadi bentuk pembiayaan-pembiayaan
murobahah, salam, dan istisna’.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa (ijarah). Transaksi ijarah dilandasi
adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya
terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek
transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya
jasa.
3) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan
prinsip bagi hasil.10

Selain itu, secara garis besar produk pendanaan dan pembiayaan bank
syari’ah di bagikan kedalam empat kategori yang dibedakan berasarkan tujuan
penggunaannya. Keempat kategori itu adalah:

a. Pendanaan dengan prinsip bagi hasil.


b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli.
10
Sulhan, Manajemen Bank (Malang: UIN-Malang Press, 2008),  149

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 24


c. Pembiayaan dengan prinsip sewa, dan
d. Pembiayaan dengan akad pelengkap.

1. Pendanaan dengan prinsip bagi hasil.

Ini dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung


risiko dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana. Prinsip
bagi hasil dalam perbankan syari’ah diaplikasikan dalam bentuk
layanan musyarokah dan mudarabah. Kedua layanan permodalan ini, secara
umum, dimilki bank syari’ah.11

a. Musyarokah

Musyarokah adalah kerja sama antara dua belah pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
konstribusi dana dengan keuntungan dan risiko usaha akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.

Ketentuan umum pembiayaan musyarokah adalah sebagai berikut:

1) Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarokah


dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut
serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalan kan oleh
pelaksana proyek.
2) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi
kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan kontribusi
modal.
3) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.12

11
Ahmadiono, Dasar-Dasar Bank Syari’ah (Jember: STAIN Jember Press, 2013),  50
12
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2004), 102-103

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 25


b.    Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak, yaitu


pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi
pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Apabila rugi, kerugian tersebut akan ditanggung
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian
pengelola. Apabila kerugian itu bukan akibat dari kelalaian pengelola,
pengelola bertanggung jawab mengatasinya.

Dalam dunia perbankan, al-mudharabah biasanya diaplikasikan


pada produk pembiayaan atau pendanaan, seperti pembiayaan modal
kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah di ambil dari simpanan
tabungan berjangka, seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana
juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang
dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.13

Fitur dan mekanisme dalam pembiayaan atas dasar akad mudharabah:

1) Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang


menyediakan dan dengan fungsi sebagai modal kerja, dan nasabah
bertindak sebagai pengelola dan (mudharib) dalam kegiatan
usahanya;
2) Bank memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha
nasabah walaupun tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha
nasabah;
3) Pembagian hasil usaha dari pengelolahan dana dinyatakan dalam
nisbah yang disepakati
4) Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang
jangka waktu investasi, kucuali atas dasar kesepakatan para pihak;

13
Mia lasmi wardiah, Dasar-Dasar Perbankan (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 95

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 26


5) Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad mudharabah,
pengembalian dana, dan pembagian hasil usaha ditentukan
berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah;
6) Pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk
uang/atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang tagihan;
7) Pengembalian pembiayaan atas dasar mudharabah dilakukan
dalam dua cara, yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir
periode akad, sesuai dengan jangka waktu pembiayaan atas dasar
akad mudharabah.
8) Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar laporan hasil usaha
pengelola dana (mudharib) dengan disertai bukti pendukung yang
dapat dipertanggung jawabkan; dan
9) Kerugian usaha nasabah pengelola dana (mudharib) yang dapat
ditanggung oleh bank selaku pemilik dana (shahibul maal) adalah
maksimal sebesar jumlah pembiayaan yang diberikan (ra’sul
maal).14

2. Pembiayaan dengan prinsip jual beli.

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan


kepemilikan barang. Tingkat keuntungan yang diperoleh Bank ditentukan
didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar dalam pembiayaan dalam
Bank Syari’ah sebagai berikut:
a. Murabahah
1) Definisi

Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga


perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para
pihak, di mana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan
kepada pembeli.

14
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: Raja Wali Press, 2014),  42.

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 27


2) Fitur dan mekanisme
a) Bank bertindak sebagai pihak penyedia dan dalam kegiatan
transaksi murabahah  dengan nasabah;
b) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya;
c) Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan
barang yang dipesan nasabah;
d) Bank dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar
dengan tanpa diperjanjikan di muka.
3) Tujuan/Manfaat
a) Bagi Bank
 Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana;
 Memperoleh pendapatan dalam bentuk margin.
b) Bagi Nasabah
 Merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh barang
tertentu melalui pembiayaan dari bank;
 Dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang
tidak akan berubah selama masa perjanjian.
b. Salam
1) Definisi
Akad salam transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan
dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara
penuh. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual
belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh
sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli
dan nasabah sebagai penjual.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada
bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada
nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan.15
2) Fitur dan mekanisme
15
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. 99.

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 28


a) Bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam Bank kegiatan
transaksi salam dengan nasabah;
b)  Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk
perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas salam;
c)  Penyediaan dana oleh Bank kepada nasabah harus dilakukan di
muka secara penuh yaitu pembiayaan atas dasar akad salam
disepakati atau paling lambat 7 hari setelah pembiayaan atas dasar
akad salam disepakati; dan
d) Pembayaran oleh bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk
pembebasan utang nasabah kepada bank atau dalam bentuk piutang
bank.
3) Tujuan/Manfaat
a) Bagi Bank
 Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana dalam rangka
memperoleh barang tertentu sesuai kebutuhan nasabah akhir;
 memperoleh peluang untuk mendapatkan keuntungan apabila
harga pasar barang tersebut pada saat diserahkan ke bank lebih
tinggi dari pada jumlah pembiayaan yang diberikan;
 memperoleh pendapatan dalam bentuk margin atas transaksi
pembayaran barang ketika diserahkan kepada nasabah akhir.
b) Bagi Nasabah memperoleh dana dimuka sebagai modal kerja untuk
memproduksi barang.
c. Istishna’
1) Definisi
Akad istishna’ transaksi jual beli barang dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan. Produk istisna’ menyerupai produk salam, tapi dalam
istisna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 29


(termin) pembayaran. Skim istisna’ dalam bank syari’ah umumnya
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.16

2) Fitur dan mekanisme


a) Bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan
transaksi istishna’ dengan nasabah; dan
b) Pembayaran oleh bank kepada nasabah tidak boleh dalam
bentuk pembebasan utang nasabah kepada bank atau dalam
bentuk piutang bank.
3) Tujuan/manfaat
a) Bagi bank
 Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana dalam rangka
menyediakan barang yang diperlukan oleh nasabah
  memperoleh pendapatan dalam bentuk margin.
b) Bagi nasabah memperoleh barang yang dibutuhkan sesuai
spesifikasi tertentu.17
3. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah).
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ini sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya terletak pada
objek transaksinya. Bila pada jual beli transaksinya adalah barang, maka pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Aplikasi dari pola ijarah dalam perbankan syari’ah diwujudkan dalam


bentuk leasing, baik dalam bentuk opreating lease maupun finansial
lease.18Akan tetapi pada umumnya, bank-bank tersebut lebih banyak
menggunakan al-ijarah al-muntahi bittamlik, yaitu: akad sewa yang diakhiri
dengan kepemilikan barang ditangan sipenyewa. Hal ini dilakukan karena lebih
sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank juga tidak direpotkan untuk
mengurus pemeliharaan aset, baik  pada saat leasing maupun sesudahnya.

16
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.100.
17
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, 46-52
18
Mia lasmi wardiah, Dasar-Dasar Perbankan. 96

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 30


Penerapan ijaroh dalam perbankan syari’ah dapat berupa sewa
murni (ijarah tasyghiliyyah) dan sewa beli (ijarah wa iqtina/ ijarah muntahiya
bittamlik). Kedua bentuk tersebut, secara konvenional dikenal
sebagai operating lease dan financial lease, yang kedua-duanya sebagai bentuk
dari sewa guna usaha (leasing).19

4. Akad pelengkap.
Akad pelengkap ini merupakan upaya untuk mempermudah pelaksanaan
pembiayaan bank syari’ah. Pembiayaan yang dilakukan menggunakan akad-
akad ini tidak di orientasikan pada keinginan untuk memperoleh keuntungan.
Hanya saja, pihak bank dapat menetapkan biaya pengganti dari biaya yang
dikeluarkan bank.20Beberapa akad pelengkap itu adalah:

a. Rahn, merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik peminjam


sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini
dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.

Rukun dari akad rahn harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa


yaitu:

 Pelaku akad, yaitu rahin (yang menyerahkan barang),


dana murtahin (penerima barang);
 Objek akad, yaitu marhun (barang jaminan) dan marhun
bih (pembiayaan); dan
 Sighah, yaitu ijab dan qabul.

Sedangkan syarat-syarat dari akad rahn, yaitu:

 Pemeliharaan dan penyimpanan jaminan; dan


  Penjualan jaminan.21

19
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syari’ah, (Jakarta: Sinar Grafika. 2012). 158
20
Ahmadiono, Dasar-Dasar Bank Syari’ah, 60
21
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), 108

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 31


Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria:

 Milik nasabah sendiri.


 Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai
riil pasar.
 Dapat dikuasai, namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.

Atas izin bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang


digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang
digadaikan apabila barang yang digadaikan rusak atau cacat, nasabah
harus bertanggung jawab.

Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan penjualan


barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak
untuk menjual barang tersebut dengan seizin bank.apabila hasil penjualan
melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi  milik nasabah. Dalam
hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah
harus menutupi kekurangannya.22

b. Wakalah, artinya nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili


dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer, kliring, L/C
(letter of credit). Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat
meminta imbalan tertentu dari pemberi amanah.

Rukun dari akad wakalah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada


beberapa hal, yaitu:

 Pelaku akad, yaitu muwakkil (pemberi kuasa) adalah pihak


yang memberikan kuasa kepada pihak lain,
dan wakil (penerima kuasa) adalah pihak yang diberi kuasa;
  Objek akad, yaitu taukil (objek yang dikuasakan); dan
22
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004), 106

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 32


 Shighah, yaitu ijab dan qabul.
Sedangkan syarat-syarat dari akad wakalah, yaitu:
 Objek akad harus jelas dan dapat diwakilkan; dan
 Tidak bertentangan dengan syariat islam.

Bentuk-bentuk akad wakalah, antara lain:

 Wakalah muthlaqah, yaitu perwakilan yang tidak terikat syarat


tertentu; dan
  Wakalah muqayyadah¸ yaitu perwakilan yang terikat oleh
syarat-syarat yang telah ditentukaan dan disepakati bersama.23
c. Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek
perbankan fasilitas hiwalah lazimnya digunakan untuk membantu
supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan
piutang.

Rukun dari akad hiwalah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada


beberapa, yaitu:

 Pelaku akad, yaitu muhal adalah pihak yag


berhutang, muhil adalah pihak yang mempunyai
piutang, muhal ‘alaih adalah pihak yang mengambil
utang/piutang;
 Objek akad, yaitu muhal bih (utang); dan
 Shighah, yaitu ijab dan qabul.

Sedangkan syarat-syarat dari akad hiwalah, yaitu

 Persetujuan para pihak terkait; dan


 Kedudukan dan kewajiban para pihak.
d. Qard, pinjaman kebaikan. Al- Qord digunakan untuk membantu
keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. Produk ini

23
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, 104-105

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 33


digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan social. Dana ini
diperoleh dari dana zakat, infaq  dan shadaqah.
e. Kafalah, bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rohn. Bank
dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. bank dapat
ganti biaya atas jasa yang diberikan.24

c) Produk Jasa (Service)


Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, bank syariah dapat
pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara
lain sebagai berikut :
a. Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini harus dilakukan pada waktu
yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta
asing. Prinsip ini dipraktikkan pada bank syariah devisa yang memiliki
izin untuk melakukan jual beli valuta asing.
b. Wadi‟ah (titipan)
Pada dasarnya, dalam akad wadiah yad dhamanah penerima
simpanan hanya dapat menyimpan titipan, tanpa berhak untuk 30
menggunakannya. Dia tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau
kerusakan yang terjadi pada asset titipan selama hal ini bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang
titipan (karena faktor-faktor di luar batas kemampuan).25

24
Dwi Suwikno, Jasa-Jasa Perbankan Syari’ah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010), 29
25
Ibid, h. 191

SMK ZAFIRAH KOTA BOGOR 34

Anda mungkin juga menyukai