Anda di halaman 1dari 8

REKAP PERTANYAAN DAN JAWABAN KELOMPOK 1

1. Pertanyaan Habib Alwi dari kelompok 2

Bagaimana cara meyakinkan para nasabah agar bisa pindah haluan ke bank syariah
sementara saat ini mereka masih nyaman ke bank konvensional?

Jawaban

Dalam meyakinkan nasabah untuk pindah dari konvensional ke syariah menurut


pencarian kami ada 6 perbedaan

1. Segi Akad ,Dalam bank syariah akad yang dilakukan memiliki konsekuensi dunia dan
akhirat karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam

2. Investasi ,Proyek yang dibiayai oleh Bank Syariah tentunya merupakan proyek yang
jelas mengandung beberapa hal pokok antara lain:

-Proyek yang dibiayai merupakan proyek halal

-Proyek yang bermanfaat bagi masyarakat

-Proyek yang dibiayai merupakan proyek yang menguntungkan bagi bank maupun mitra
usaha

3. Return ,Return yang diberikan oleh bank syariah kepada pihak investor, dihitung
dengan menggunakan sistem bagi hasil, sehingga adil bagi kedua belah pihak

4.Orientasi bank syariah dalam memberikan pembiayaannya adalah falah dan profit
oriented.Bank syariah memberikan pembiayaan semata-mata tidak hanya berdasarkan
keuntungan yang diperoleh atas pembiayaan yang diberikan, akan tetapi juga
mempertimbangkan pada kemakmuran masyarakat.

5.Hubungan Bank dengan nasabah, Hubungan bank syariah dengan nasabah pengguna
dana merupakan hubungan kemitraan. Bank bukan sebagai kreditor, akan tetapi sebagai
mitra kerja dalam usaha bersama antara bank syariah dan debitur. Kedua pihak memiliki
kedudukan yang sama.

6.Penyelesaian sengketa ,Permasalahan yang muncul di bank syariah akan diselesaikan


dengan musyawarah. Namun apabila musyawarah tidak dapat menyelesaikan masalah
maka permasalahan antara bank syariah dan nasabah akan diselesaikan oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan agama.

2. Pertanyaan Restita Faulanda dari kelompok 5

Jelaskan apa yang menjadi daya saing utama dari bank syariah dibanding dengan bank
konvisional?

Jawaban:

Seberapa banyaknya yang menabung di bank umum dan di bank syariah, sedangkan
bank syariah itu adalah bank islam jadi. Jika ada seseorang yang menabung di bank
syariah tidak akan mendapatkan bunga dan jika meminjam uang di bank syariah itu
tidak boleh terlalu lama, dan tidak sebanyak seseorang yang menabung di bank syariah
karena penyebab tersebut. Dan bank umum itu bersifat konvensional karena jika
seseorang yang menabung di bank tersebut akan mendapatkan bunga yang lumayan
besar,dan jika meminjam uang di bank umum tersebut maka bunga kredit tersebut
bertambah lebih dari 2 kali lipat dan itu juga menjadi keuntungan bank umum.

3. Pertanyaan Agustria Handayani dari kelompok 3

Mengapa kita harus lebih memilih syariah dari konvensional?

Jawaban:

Dalam suatu perbankan tentunya lebih menguntungkan jika memilih di bank syariah.
baiklah ini penjelasannya yg lebih signifikan.

KEUNTUNGAN

Bank syariah menggunakan pendeketan bagi hasil(al-mudhorobah) untuk mendapatkan


keuntungan,sedangkan bank konvensional menggunakan konsep biaya untuk
menghitung keuntungan.Dalam setiap pinjaman atau pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah,bank syariah memberikan keterangan bagi hasil antara bank dan
nasabah.Dan pada bank konvensional,”bunga” yang diberikan kepada nasabah
sebenarnya berasal dari keuntungan bank meminjamkan dana kepada nasabah lain
dengan “bunga” yang lebih besar.
4. Pertanyaan sinarno dari kelompok 2

Seperti kita ketahui bahwa sebagian masyarakat Indonesia lebih mengenal bank dengan
sistem bunga. Uraikan secara singkat tetapi jelas, menurut Anda bagaimana prospek
perkembangan Bank Syariah di Indonesia dimasa yang akan datang?

Jawaban:

Dalam Undang-Undang

(UU) Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan UU No 23/1999 tentang Bank
Indonesia (BI). Mengatur tentang perkembangan pengembangan perbankan syariah di
Indonesia. Indonesia memiliki penduduk yang mayoritas beragama Muslim. Apalagi,
pengembangan perbankan syariah pada dasarnya, untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang selama ini tidak terlayani jasa perbankan konvensional karena masalah
keyakinan, terutama yang berkaitan bunga bank. Di samping itu, pengembangan
perbankan syariah merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan dalam
kerangka peningkatan ketahanan sistem perbankan dan meningkatkan keragaman jasa
perbankan.

Dalam usaha mendorong tumbuh dan berkembangnya perbankan syariah secara


nasional, sangat diperlukan suatu usaha untuk memperluas jangkauan dan jaringan
perbankan syariah di zona-zona yang dinilai potensial dan urgent akan jasa perbankan
syariah. Perluasan bank-bank syariah bersifat kebutuhan dan ketersediaan bank untuk
memberikan pelayanan dan jasa secara syariah. Olehnya itu dibutuhkan dan kesediaan
semua bank di indonesia untuk membangun sub syariah di lembaga bank-nya masing-
masing.

Kepada para penggiat perbankan tidak usah ragu akan prospek usaha perbankan
syariah. Karena jasa perbankan syariah tidak lama lagi akan menjadi hal utama dimata
masyarakat. Bukannkah masyarakat saat ini telah “meragukan” tentang halal-haramnya
akan bunga bank konvensional?. Olehnya itu diharapkan kepada seluruh pihak yang
bergelut didunia perbankan melihat fenomena ini. Lantas mencari jalan keluar untuk
tetap berlangsungnya usaha mereka. Dan yang paling pertama yang harus mereka
lakukan adalah mengoptimalkan jasa perbankan yang berorientasi pada keberkahan
ummat, yakni sistem perbankan syariah.
Menurut surve BI bahwa dari lebih kurang 4.000 responden yang tersebar di empat
provinsi, sebagian besar (>95 persen) berpendapat bahwa sistem perbankan penting
dan dibutuhkan dalam mendukung kelancaran transaksi ekonomi.

Kesan umum masyarakat tentang bank syariah adalah:

identik dengan bank dengan sistem bagi hasil, dan bank bagi umat Islam

Sebagian wilayah di mana telah beroperasi Bank Muamalat Indonesia (BMI), kesan
baik/buruk bank BMI tidak dapat dilepaskan dengan kesan masyarakat tentang bank
syariah, meskipun bank-bank syariah baru berdiri termasuk BPR Syariah Masih adanya
keraguan akan hukum bunga bank dalam sistem perbankan konvensional, dipandang
dari aspek pemahaman agama, maka diperlukan informasi mengenai pandangan
masyarakat mengenai sistem bunga dari aspek pemahaman agama.

Beberapa catatan khusus berkaitan dengan persepsi tentang praktik perbankan syariah
adalah bahwa sebagian besar responden (94 persen) yang telah diinformasikan
mengenai prinsip operasional dan akad perbankan syariah menyatakan bahwa sistem
bagi hasil yang menggantikan sistem bunga pada perbankan syariah dapat diterima dan
dianggap menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah. Namun demikian, 10,2
persen responden mempunyai pandangan skeptis yang menyatakan bahwa praktik bank
syariah sama saja dengan bank konvensional dan 16,5 persen responden menyatakan
bahwa bagi hasil dan mark-up dalam prinsip murabaha (jual beli) pada bank syariah
sama saja dengan bunga.

Survei menunjukkan bahwa tingkat pengenalan (awareness) masyarakat (di Pulau Jawa)
tentang keberadaan sistem perbankan syariah (di samping bank-bank konvensional)
relative tinggi (Jabar: 88,6 persen, Jateng dan DIY: 71,2 persen, Jatim: 72 persen).

Informasi media massa, kegiatan sosialiasai dan mulai tumbuhnya kantor-kantor bank
syariah baru, telah meningkatkan awareness masyarakat akan penerapan dual banking
system di Indonesia. Meskipun demikian, tingkat pemahaman mengenai bagaimana
mekanisme penentuan bagi hasil (return), karakteristik produk dan jasa, serta akad-akad
bank syariah, secara umum masih rendah.

Berdasarkan survei diatas maka selayaknya perbankan sistem syariah dioptimalkan dan
diutamakan. Karena sistem perbankan syariah disamping tetap memberi laba material,
juga yang paling utama adalah melaksanakan amal sesuai dengan petunjuk dari agama
Islam. Dengan sistem perbankan syariah, Insya Allah usaha lancar dan mendapat
keberkahan serta tidak meragukan lagi bagi ummat Muslim di Indonesia. Insya Allah.
5. Pertanyaan Dedy Evrianto Nadapdap dari kelompok 4

Ada 3 prinsip bank syariah. Bagaimana apabila salah satu dari prinsip tersebut tidak ada
apakah bank itu masih bisa dikatakan sebagai bank syariah?

dan berikan contoh dari masing- masing prinsip tersebut?

Jawaban:

Salah satu dari 3 prinsip itu tidak adaa jadi tidak lagi ada nya bank syariah.. jadi bank
syariah itu bisa dikatakan kalo prinsip nyaa lengkap dan mempunyai sub - sub yg
dijelaskan seperti di bawah ini :

1. Kegiatan Penghimpunan Dana (yang dikenal dengan istilah “Funding”)

Artinya, Bank mengumpulkan dana dari masyarakat untuk disimpan dalam bank
dimaksud. Dalam perbankan syariah, Prinsip/bentuk konkrit dari kegiatan Funding
tersebut terdiri atas:

a. Prinsip Wadi’ah (titipan).

yaitu penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang
dipercaya untuk menjaga dana tersebut.

Contoh : Jadi orang menaruh dana di dalam Bank tersebut. Bank selaku pihak yang
menerima dana dimaksud dapat menyimpan dana tersebut dalam rekening yang
berbentuk: Giro atau dalam bentuk tabungan biasa.

b. Prinsip Mudharabah (bagi hasil).

Adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal
untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.

Contoh : Jadi nasabah yang menabungkan atau mendepositokan dananya pada Bank.
Kemudian dana tersebut digunakan oleh Bank untuk membiayai suatu usaha, dan
hasilnya dibagi antara Bank selaku pengelola dan nasabah selaku pemilik dana dengan
nisbah tertentu. Bentuk Funding yang menggunakan prinsip mudharabah ini bisa
berbentuk: Deposito atau tabungan biasa.

2. Kegiatan Penyaluran Dana (yang dalam bisnis dikenal dengan istilah “Financing”)

Dana yang terdapat di Bank, dapat disalurkan kembali oleh Bank kepada masyarakat,
dengan menggunakan 3 prinsip pokok, yaitu:
a. Prinsip Jual beli, dimana bentuk akadnya bisa berupa:

√ Murabahah

adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh Bank selaku shahib al
mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan
bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan
keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembaliannya dapat dilakukan secara
tunai atau secara angsuran.

✓ Istishna

adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dengan pihak penjual.
Biasanya digunakan untuk pembiayaan manufaktur .

Contoh : pemesanan mobil pada dealer, pemesanan pembelian rumah pada developer.
dll.

✓Salam

adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembayarannya dilakukan
bersamaan dengan pemesanan barang. Biasanya jual beli yang objeknya di bidang
agribisnis.

Contoh : padi, gandum, tebu, dll.

b. Prinsip Kerjasama Bagi Hasil, dimana akadnya bisa berbentuk:

~ Mudharabah, yaitu bentuk kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal
dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah.

~Musyarakah adalah bentuk kerjasama dimana modal ditanggung bersama antara


pelaksana dengan pemilik modal. Jadi, jika ada keuntungan maupun kerugian, maka
untung rugi tersebut dibagi dua untuk bagian yang sama besarnya.

Bedanya dengan mudharabah adalah: pada musyarakah Bank tidak semata-mata


menjadi pemilik modal saja, melainkan juga bertindak sebagai pelaksana
kegiatan/pekerjaan.

c. Prinsip Sewa (Ijarah) adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan
pembayaran. Ijarah terbagi atas 2 bentuk, yaitu:
✓Sewa Menyewa murni (Ijarah murni)

✓Sewa menyewa dengan hak untuk membeli pada akhir masa sewa (Ijarah wal iqtiqna
atau lebih dikenal dengan Ijarah Muntahiyah bi al tamlik atau dikenal juga dengan
singkatan IMBT).

Bentuk IMBT ini sangat mirip dengan konsep sewa beli (leasing) pada hukum positif.

3. Prinsip Jasa Keuangan (yang dikenal dengan istilah “Sevice”)

Dalam melaksanakan tugasnya dibidang jasa keuangan, pihak Bank mengutip biaya jasa.
Bentuk jasa yang disediakan oleh pihak Bank adalah:

a. Wakalah yang artinya pemberian kuasa dari nasabah kepada Bank untuk melakukan
sesuatu. Contoh : pembelian suatu barang.

b. Kafalah Adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh penjamin kepada pihak
ketiga/ pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (peminjam)

Contoh : pemberian jaminan perorangan atau perusahaan (personal guarantee atau


company guarantee), performance bond, bid bond, bank garansi.

c. Hawalah adalah: pengalihan hutang dari muhil al-ashil kepada muhal’alaih Dalam
hukum positifnya dikenal sebagai pengalihan hutang (subrograsi). Dalam prakteknya
mengenai hiwalah ini akan dikembangkan menjadi bentuk

Contoh : pembiayaan factoring atau anjak piutang.

d. Rahn (Gadai) adalah penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman
sebagai jaminan. Jadi, seperti pada konsep gadai yang berlaku pada hukum positif,
dimana pihak pemilik barang menyerahkan barangnya kepada Bank. Bedanya adalah:
pihak pemilik barang tidak membayar bunga dari pinjaman yang diterimanya, melainkan
membayar biaya penitipan. Dimana biaya tersebut digunakan untuk sewa tempat
penitipan dan asuransi barang yang digadaikan.

e. Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan syariah
dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan
pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

f. Sharf adalah pertukaran antara emas dengan perak atau sebaliknya, atau pertukaran
antara mata uang asing dengan mata uang lainnya (baik mata uang domestic maupun
mata uang Negara lainnya).
Contoh : jasa money changer atau perdagangan valas.

Nah, dari ketiga prinsip dasar inilah yang kemudian dikembangkan menjadi berbagai
bentuk kontrak, yang dalam istilah ekonomi syariah dikenal sebagai Hybrid contract atau
kontrak multijasa.

Anda mungkin juga menyukai