Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN KUALIFIKASI SUMBER DAYA INSANI PADA

BANK SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :

Disusun oleh:

Ahmad Daniel (1551020105)

Semester pendek (Perbankan Syariah)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2019
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat dan hidayah-
Nya atas selesainya makalah ini dengan judul “Manajemen Kualifikasi Sumber Daya
Insani Pada Bank Syariah”. Makalah ini saya susun berdasarkan materi yang telah
dipelajari dan diketahui. Saya berharap agar makalah yang saya buat ini bisa
menambah wawasan bagi pembacanya. .
Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada ALLAH SWT dan teman – teman
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah yang
saya buat ini bermanfaat baik bagi dosen, teman-teman mahasiswa dan bagi siapapun
yang telah membacanya. Meskipun makalah yang saya buat masih banyak kekurangan
didalamnya. Kritik dan sarannya saya tunggu.

Penyusun

Ahmad Daniel
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II. PEMBAHASAN


1. Bank Syariah dan Kebutuhan Sumber Daya Insani
2. Ciri-ciri Bank Khususnya yang Kredibel dan Profesional
3. Kebutuhan Humanware, Hardware, Software pada Bank Syariah
4. Manajemen Kualifikasi SDI pada Banmk Syariah
a. Pengertian manajemen SDI
b. Manajemen kualifikasi SDI pada bank syariah

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran atau pendirian lembaga keuangan syari’ah, apakah berupa sebuah
Bank Syari’ah, asuransi takaful, ataupun lembaga lain, hendaklah bertolak dari
kondisi objektif adanya keputusan umat atau tuntutan perekonomian. Kemudian agar
bisa bertahan atau langgeng dan ingin berkembang atau maju, pengelolaan
kelembagaanya haruslah kredibel dan pelaksanaan kegiatan usahanya haruslah
profesional.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sesungguhnya bisa mendatangkan
hikmah bagi umat Islam di negeri ini untuk bisa lebih serius menawarkan lembaga dan
kelembagaan alternatif dalam kancah perekonomian termasuk lembaga keuangan
syari’ah. Sebagaimana diketahui, sumber utama krisis ekonomi yang kita hadapi berasal
dari ketidak beresan di sektor keuangan, khususnya industri perbankan yang porak
poranda akibat kredit-kredit macetnya. Bank-bank konvensional yang ada ketika itu
sebetulnya sebagian besar cukup profesional mereka memadai dan cukup cekatan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya ditinjau dari segi teknis perbankan.
Akan tetapi, sebagian besar bank-bank itu tidak kredibel. Bertolak dari masalah
diatas, Maka dari pada itu, didalam makalah ini akan kami bahas mengenai bank
syari’ah dan kebutuhan sumber daya insani, ciri-ciri bank yang kredibel dan profesional,
kebutuhan humanware, hardware, software, dan kualifikasi sumber daya bank syari’ah
itu sendiri dengan terperinci dan jelas.

B. Rumusan Masalah
1. Bank Syariah dan Kebutuhan Sumber Daya Insani ?
2. Bagaimana Ciri-ciri Bank yang Kredibel dan Profesional ?
3. Apa saja Kebutuhan Humanware, Hardware dan Software pada Bank Syariah ?
4. Bagaimana Kualifikasi Sumber Daya Insani Pada Bank Syariah ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bank Syariah dan Kebutuhan Sumber Daya Insani


Bank syari’ah muncul karena tuntutan objek yang berlandaskan prinsip
efisiensi. Dalam kehidupan berekonomi, manusia senantiasa berupaya untuk selalu lebih
efisien.Berkenaan dengan konteks keuangan, tuntutan objek efisiensi tadi tampil berupa
keinginan untuk serba dan lebih praktis dalam menyimpan serta meminjam uang,
keinginan untuk lebih memperoleh kepastian untuk mendapatkan pinjaman dan
mendapatkan imbalan atas jasa penyimpanan atau meminjamkan uang, kecenderungan
untuk mengurangi resiko serta usaha untuk menekan ongkos informasi dan ongkos
transaksi.
Menurut Muhammad (2002), untuk menghadirkan dan memasyarakatkan
lembaga keuangan syari’ah di Indonesia, ada beberapa masalah yang mendasar yang
saat ini kita hadapi diantaranya adalah:
a) Kekurang yakinan atau bahkan ketidak percayaan sebagian besar umat Islam
sendiri akan “kelebihan” lembaga keuangan syari’ah untuk mendatangkan rahmatan lil
alamin.
b) Kelangkaan pengetahuan konseptual dan kekurangan informasi praktis mengenai
lembaga-lembaga keuangan Islam.
c) Kekurangan bukti empiris atau contoh nyata yang bisa dijadikan sarana keyakinan
umat mengenai keberhasilan lembaga keuangan Islam serta manfaatnya bagi umat.1
Lembaga keuangan, khususnya bank menjalankan peran sebagai perantara
keungan. Ia mengambil “posisi tengah” di antara orang-orang atau pihak yang
berlebihan dana (penyimpan, penabung, deposan) dan orang-orang atu pihak yang
membutuhkan atau kekurangan dana (peminjam, debitor, investir) diantara kalangan
pembeli dan kalangan penjual diantara pihak pembayar dan pihak peneriama.
Instrumen-instrumen keuangn yang muncul (giro, bilyet, tabungan, kredit, cek, kartu

Muhammad, Bank Syari’ah: Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman,


1

(Yogyakarta: Ekonisia FC UII, 2002), h. 145


kredit, saham penyertaan modal, bunga uang, dan sebagainya dalam segala bentuknya)
adalah hasil-hasil penemuan karena tuntutan efisien.2
Mengingat yang dikelola oleh bank adalah dana, baik dana pemilik maupun
dana masyarakat, maka sektor perbankan mengandalkan kepercayaan. Oleh karena itu,
selain membutuhkan tenaga-tenaga terampil dan professional, bank harus dikelola oleh
sumber daya manusia yang memiliki integritas moral yang baik dan terpercaya.
Menurut Maharany Reza, etika kerja yang menjadi dasar dan daya dorong
profesionalisme perbankan harus dibangun danterus dikembangkan serta menjadi
bagian penting dalam mendukung usaha perbankan. Kepercayaan orang untuk
menyimpan dan meminjam uang ataupun memanfaatkan jasa perbankan lainnya sangat
ditentukan oleh tingkat kepercayaan mereka pada bank.3
Dalam kapasitas inilah etos kerja berpengaruh untuk menciptakan karakteristik
sebuah bank serta upaya pencapaian tujuan usaha bank secara keseluruhan. Menyadari
pentingnya pengembangan SDM ini, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi
No. 23/80/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991, mewajibkan bank unuk menyediakan
dana pendidikan pegawai sekurang-kurangnya 5% dari anggaran pengeluaran SDM
setiap tahun untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai bank dalam
bidang operasional dan pengelolaan bank.
Adapun pertimbangan SK tersebut anatara lain adalah karena SDM merupakan
faktor yang sangat menentukan keberhasilan dan kesehatan bank sehingga perlu
dipersiapkan dengan baik dan cermat. Selain itu, tenaga perbankan yang profesional
perlu diciptakan dalam waktu panjang dari dan dengan biaya yang besar. Setiap wajib
mengupayakan peningkatan kemampuan dan ketrampilan pegawainya guna memenuhi
kebutuhan tenaga profesional.
Dengan demikian, perbankan diharapkan dapat memperoleh intelectal
capital yang kuat dalam mengantisipasi persaingan masa depan melalui sumber daya
manusia yang kreatif, unggul dan memiliki visi jauh kedepan.

2
Muhammad, Manajemen Perbankan Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 167
3
Maharany Reza, Peranan Sumber Daya Manusia dan Peningkatan Etos Kerja Bank Mencapai
Tujuan dalam Keberhasilan Usahanya, Pengalaman Bank Duta, Makalah pada Seminar Perbankan.
STEKPI, Jakarta, 15 Juni 1996
Menurut Maharany, pengelolaan dan pengembangan SDM dalam industri
perbankan meliputi:
Ø Perencanaan kebutuhan karyawan
Ø Proses membentuk/membangun (build) melalui tahapan training development.
Ø Proses pengembangan (development) melalui career path ad performance
management.
Ø Reward and intencives.4

2. Ciri-ciri Bank Khususnya yang Kredibel dan Profesional


Kredibilitas ialah suatu nilai idiil berwujud rasa percaya orang atau pihak lain
terhadap seseorang atau sebuah lembaga. Kredibilitas sebuah lembaga keuangan berrti
kepercayaan masyarakatkepada lembaga itu berkenaan dengan dana pinjaman yang
mereka manfaatkan.
Kredibilitas lembaga keuangan antara lain:
Ø Kejujuran dalam bertransaksi dengan nasabah
Ø Kesediaan untuk berposisi “sama menang” (win-win) dengan nasabah.
Ø Ketaatan dalam mematuhi atau memenuhi aspek-aspek lagi yang berlaku.
Ø Keterbukaan dalam menginformasikan kedudukan atau perkembangan lembaga.
Ø Kearifan dalam menangani atau menyelesaikan masalah-masalah khusus.
Ø Kesehatan struktur permodalan lembaga tersebut
Ø Perkembangan kinerja bisnis atau usahanya.5
Kendati merupakan nilai idiil, kredibilitas bukanlah sesuatu yang sekedar
bersifat fenomenal, yakni cukup bercermin melalui nama-nama besar para tokoh yang
menangani dan memiliki serta menjalankan sebuah lembaga keuangan. Juga bukan
sesuatu yang hanya bersifat konseptual, yakni bersifat dari “dokumen-dokumen diatas
kertas”.

4
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, edisi kedua. (Jakarta: GHALIA INDONESIA, 2005), h.
125-126
5
Dumairy, Lembaga Keuangan Islam: Problem, Tantangan, dan Peluang di Era Reformasi, (Bandung:
Rajawali Pers, 1997), h. 55
Profesionalitas ialah suatu nilai praktis berunjut kendalan dalam mengelola
sebuah organisasi dan kecekataan dalam menjalankan kegiatan. Lembaga keuangan
yang profesional berarti organisasi kelembagaanya terkelola dengan baik pula.
Profesionalitas lembaga keuangan meliputi antara lain unsur-unsur:
Ø Kerapian pengelolaan organisasi dan lembaga yang bersangkutan
Ø Kesepadanan struktur organisasi dalam kegiatan yang dijalankan
Ø Kepakaran dalam menangani kegiatan usaha yamg dijalankan
Ø Ketersediaan sistem dalam mekanisme kerja lembaga
Ø Kesigapan dalam menangani dan menanggapi nasabah
Ø Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai
Ø Kepakatan jajaran pimpinan dan pengelola lembaga
Ø Ketrampilan oara tenaga pelaksanaan oprasional
Ø Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung keiatanya
Profesionalitas tidak cukup diukur atau dilihat hanya berdasarkan penampilan
atau ketrampilan fisik seperti bangunan yang mewah, peralatan canggih, atau kalangan
pemimpin atau manajer yang berjas atau karyawan-karyawan berdasi serta karyawati
ber-blazer. Tampakan-tampakan fisik demikian seringkali justru menyesatkan.
Profesionalitas lebih tercipta oleh atau dana tercermin melalui kinerja nyata dari
kegiatan dan usaha yang dijalankan.6

3. Kebutuhan Humanware, Hardware dan Software pada Bank Syariah


Kredibilitas dan profesionalitas sebuah lembaga keuangan akan terbentuk
apabila ia memiliki tiga perangkat berikut secara memadai. Yaitu:
Ø Perangat-insani (humanware)
Perangkat insani maksudnya ialah orang-orang kalangan dalam lembaga, sejak dari
pemilik(owners) pimpinan (direktors) pengelola (managers) hingga
pekerja (wokers) lapis terbawah.
Perangkat insani sebuah lembaga keuangan haruslah memadai dalam hal
jumlah(quantyty) dan serasi dalam hal mutu (quality) serta terpuji dalam
kpribadian (personality).

6
Loc.id, Muhammad, h. 168
Ø Perangkat-keras (hardware)
Perangkat keras ialah produksi dan perlengkapan fisik yang menjadi wahana dan sarana
serta prasarana pelaksanaan kerja atau kegiatan lembaga.
Ø Perangkat-lunak (software)
Perangkaat lunak meliputi hal-hal non fisik atau (maya, firtual) seperti pembagian
bidang kerja prosedur pengambilan keputusan wewenang dan tanggung jawab pejabat
atau pekerja proses pelayanan nasabah sisitem yang menata dan menjalin mekanisme
kerja antar bagian, termasuk perangkat lunak dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan komputerial.

4. Manajemen Kualifikasi Sumber Daya Insani Pada Bank Syariah


a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Insani
Manajemen memiliki banyak arti sesuai dengan persfektif yang dipakai ketika
berusaha untuk mengartikannya. Menurut Taylor (1903), manajemen diartikan
sebagai “knowing exactly what you want men to do, and then seeing that they do it in
the best and cheapest way”. Pengertian seperti yang dimaksud oleh Taylor minimal
mencakup tiga hal, yaitu:
Ø Adanya tujuan yang ingin dicapai
Ø Adanya proses yang dapat menggerakkan dan mengarahkan manusia di dalam
organisasi pada suatu tujuan tertentu
Ø Adanya upaya untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efisien.
Konsep manajemen selalu berkaitan dengan organisasi, dimana di dalamnya
terdapat sekumpulan orang yang memiliki kesamaan tujuan yang akan dicapai dan
berkeyakinan bahwa tujuan tersebut tidak mungkin tercapai jika dilakuka secara
perorangan. Peranan manajemen dalam organisasi adala untuk mengatur dan
mengarahkan sumber daya manusia yang dimiliki dengan tujuan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.7
Manajemen adalah suatu seni dalam ilmu dan proses pengorganisasian
seperti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian atau pengawasan.

7
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, ISLAMIC BANKING, (Jakarta: BUMI AKSARA, 2010), h.
427.
Manjemen Sumber Daya Insani adalah bagaimana cara mengatur dan mengelola semua
sumber daya yang ada (SDM, SDA, Tekhnologi dan Modal) secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan.

b. Manajemen Kualifikasi Sumber Daya Insani Pada Bank Syariah


Lembaga keuangan syari’ah khusnya bank syariah adalah lembaga yang cukup
unik, sebab didalamnya melibatkan orang-orang yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang bukan saja ahli dalam bidang ekonomi, keuangan dan perbangkan
namun mereka harus memiliki kualifikasi dan kompetensi syariah. Dua sisi kualifikasi
dan kompetensi ini dipadukan secara integral. Oleh karena itu, seorang sumber daya
insani bank syariah harus selalu mengembangkan hal tersebut.
Keahlian seseorang dalam bidang keuangan syariah akan terbangun secara baik
yang memenuhi kriteria jika ditemukan satu diantara tiga tipe SDM berikut:
Ø Spesialis ilmu syariah yang memahami ilmu ekonomi (termasuk ahli tipe A)
Ahli tipe A diharapkan memberikan kontribusi terhadap aspek normatif dalam
area Sistem Ekonomi Islam (Lembaga Keuangan Syariah), dengan menemukan prinsip-
prinsip Islam di bidang ekonomi, serta menjawab persoalan-persoalan modern dalam
sistem ekonomi (Lembaga Keuangan )
Ø Spesialis ilmu ekonomi yang mengenal syariah (termasuk ahli tipe B)
Ahli tipe B lebih diharapkan dapat melakukan analisis ekonomi positif
terhadap operasionalisasi Sistem Ekonomi Islam (Lembaga Keuangan Syariah).
Ø Mereka yang memiliki keahlian dalam syariah atau ilmu ekonomi (termasuk ahli tipe
C).
Ahli tipe C inilah yang sebenarnya diharapkan, tetapi bera banyak manusia
yang memiliki keahlian ganda? Barangkali jika ada adalah salah satu dalam seribu.
Ketiga ahli tersebut diharapkan selalu mempelajari statement-statement dan
presumsi-presumsi positif dalam al-Qur’an dan Sunnah. Disamping itu juga melakukan
kegiatan penelitian yang mengungkapkan statement ekonomi (keuangan syariah) yang
dilakukan oleh para pemikir muslim sepanjang masa. Ini berarti bahwa pemikir Muslim
masa lalu telah menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bersifat normatif dan positif.
Para ahli ekonomi Islam (lembaga keuangan syariah) mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk merumuskan asas-asa ekonomi guna menyususn kebijakan yang
memang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi yang biasanya sangat
kompleks dan menyangkut segi agama.
Lembaga keuangan syariah harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai syariah
dan profesionalitas, maka sumber daya yang mengembangkannya harus dapat
menunjukkan nilai-nilai tersebut dalam aktivitas manajerialnya. Jika hal tersebut dapat
mewujudkan manajemen ihsan. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi agar suatu
manajemen masuk kategori ihsan, yaitu:
Ø Sederhana dalam aturan agar tercipta kemudahan (fokus)
Ø Kecepatan dalam pelaksanaan, sehingga memudahkan orang yang membutuhkan
(timely)
Ø Ditangani oleh orang yang profesional (Much. Iwan, 1998)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa profesionalitas merupakan kunci
utama dalam pengelolaan lembaga keuangan syariah. Apabila semua kriteria tersebut
dipenuhi, insyaallah setiap permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat akan
dapat diselesaikan dengan mudah, cepat dan tepat. Hal ini selaras dengan Hadist
Nabi:”Bahwa sesungguhnya Allah senang jika salah seorang di antara kamu
mengerjakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara profesional” (HR. Baihaqi).
Selanjtnya, Hadist lain menyatakan, bahwa: “Apabila suatu urusan diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kahancurannya”.
Selain masalah profesionalisme, dalam nilai-nilai ajaran Islam dikenal strategi
pengembangan SDM yang berlandaskan pada sifat Nabi SAW yaitu sifat: Siddiq,
Tabligh, Amanah, Fathonah (Karim, 2002). Dari sifat-sifat Nabi tersebut dapat
diturunkan menjadi acuan dalam pengembangan lembaga keuangan syariah, secara
baik.
Siddiq berarti benar/jujur, hendaknya dijadikan visi hidup seorang muslim. Hal
ini berimplikasi pada efektivitas (mencapai tujuan yang tepat, benar) dan efisien
(melakukan kegiatan dengan benar baik teknik dan metode yang tidak menyebabkan
kemubaziran). Amanah yang berarti dapat dipercaya, harus menjadi misi hidup seorang
muslim, bertanggungjawab, dapat dipercaya dan kredibelitas. Fathonah berarti cerdas,
cerdik dan bijkasana hendaknya menjadi strategi hidup seorang muslim. Tabligh, berarti
menyampaikan. Sifat ini harus menjadi taktik hidup seorang muslim (seorang muslim
harus komunikatif, terbuka, transaparan). Sifat-sifat Nabi SAW ini hendaknya dijadikan
proposisi, bahwa:”Segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya pasti
benar.” (Karim, 2002)
Relevansi nilai-nilai Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah dalam rangka
mendukung pengambangan sumber daya manusia di bidang lembaga keuangan syariah,
terasa menjadi begitu penting manakala permasalahan yang terjadi di bidang perbankan
dewasa ini. Dengan demikian, baik yang konsepsi manajemen modern maupun nilai-
nilai yang terkandung dalam konsepsi manajemen Islami, memiliki banyak kesamaan,
yaitu hendaknya setiap dikerjakan oleh orang-orang yang memang profesional dalam
bidangnya, tanpa kecuali SDM bidang lembaga keuangan syariah. Terlebih lagi, bahwa
SDM yang dibutuhkan oleh lembaga keuangan syariah adalah sosok SDM yang
memiliki kabilitas dalam bidang ekonomi dipadukan dengan kapabilitas syariah.
Dengan ini dapat dikatakan, bahwa secara ideal lembaga keuangan syari’ah ke
depan akan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang ihsan, yaitu:
a. Bagi pemegang saham/investor
Diperlukan sikap dan perilaku yang fokus dalam memahami dan menetapkan
pilihan pada lembaga keuangan syari’ah, termasuk jenis banknya, mengerti akan waktu
yang tepat untuk menginvestasikan dan/atau menambah modal dilembaga keuangan
syari’ah serta profesional dalam memahami batas-batas baik wewenang dan kewajiban
atau tanggung jawabnya sebagai pemilik modal.
b. Bagi pengelola lembaga keuangan syari’ah
Adalah fokus dalam menyesuaikan perkembangan lingkungan dan pasar yang
mempengaruhi roda usaha lembaga keuangan syari’ah, menghargai waktu sebagai unsur
pelayanan jasa lembaga keuangan syari’ah serta mempunyai kemampuan teknis ke
lembaga keuangan syari’ah yang tinggi dan komitmen moral etis dalam menjaga
kepentingan stake-holders.
Upaya membangun SDM lembaga keuangan syariah yang ihsan atau SDM
Tipe C di masa yang akan datang adalah tugas sangat berat. Tugas ini seharusnya
dilakukan bersama, baik oleh pemerintah maupun oleh kalangan profesi para pelaku
bisnis lembaga keuangan syariah, serta dunia pendidikan. Dengan demikian, dunia
pendidikan harus ikut berperan aktif dan proaktif dalam membentuk dan menyediakan
SDM yang berkualifikasi ihsan atau tipe C tersebut.
Lembaga keuangan syariah harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai syariah
dan profesionalitas, maka sumberdaya yang mengembangkanya harus dapat
menunjukan nilai-nilai tersebut dalam aktivitas manajerialnya. jika hal tersebut dapat
dilakukan maka dapat mewujudkan manajemen ikhsan. Ada tiga kriteria yang harus
dipenuhi agar suatu manajemen masuk dalam kategori ikhsan yaitu: pertama sederhana
dalam aturan agar tercipta kmudahan (fokus) kedua. Kecepatan dalam pelaksanan,
sehingga memudahkan orang yang membutuhkan (timely) dan ketiga. Ditangani oleh
orang yang profesional.
Dengan memahami simpul-simpul permasalahan lembaga keuangan syariah
yang terjadi dewasa ini dan kebijakan-kebijakan yang telah diambil pemerintah serta
perkiraan konfigurasi lembaga keuangan syariah masa datang, upaya pengelolaan SDM
yang dipergunakan untuk memenuhi kualifikasi yang ihsan, paling tidak perlu
difokuskan pada empat hal, yaitu:
a) Masalah peningkatan pemahaman tentang sistem lembaga keuangan syariah
meliputu:
Ø Aspek mikro, yaitu lembaga keuangn syariah sebagai individu atau lembaga usaha
bisnis. Ini meliputi masalah-masalah teknis manajemen dan produksi jasa lembaga
keuangan syariah
Ø Aspek makro, yaitu perbankan sebagai suatu sistem yang sangat setrategis atau
menentukan stabilitas ketahanan ekonomi negara, yang cakupanya meliputi: moneter,
pengawasan, hukum bank syariah, bank syariah nasional dan internasional.
b) Peningkatan pemahaman dan penerapan konsep-konsep syariah dalam
pengembangan produk, landasan moral agamis, dan etika bisnis islami.
c) Peningkatan pemahaman stakeholders bagi usaha lembaga keuangan syariah
sehingga dicapai integritas dan komitmen yang tinggi.
d) Peningkatan pendidikan teknis individual entreprenecurship,
leadership, dan managerialship
Jika empat hal tersebut ada cela yang dapat ditangkap oleh perguruan tinggi, yaitu
bagaimana pergiruan tinggi mampu menyediakan “konsumsi” pendidikan yang dapat
mengisi kebutuhan-kebutuhan tuntutan kualifikasi tersebut diatas. Oleh karena itu,
konstruksi kurikulum perlu menjadi kajian yang serius sehingga mampu melahirkan
sosok lulusan yang dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat saya simpulkan
bahwa permasalahan lembaga keuangan syari’ah kedepan masih terus perlu
pengupayaan yang maksimal, agar mampu bersaing dengan lembaga keuangan yang
lainya. Disisi lain lembaga keuangan syari’ah harus memberikan sesuatu yang lain yagn
tidak diberikan oleh lembaga keuangan lainnya.
Permasalahan di bidang sumber daya manusia lembaga keuangan syari’ah
ditenagarai lebih banyak terjadi pada level manajerial dengan berbagai indikasinya,
yang semuanya itu mengarah pada lemahnya profesionalisme dalam memahami hakekat
lembaga keuangan syari’ah sebagai lembaga kepercayaan yang bekerja atas dasar dana
masyarakat yang dititipkan serta kurangnya pemahaman moral dan etika bisnis Islami.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Bank Syari’ah: Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan


Ancaman,Yogyakarta: Ekonisia FC UII, 2002.
Muhammad, Manajemen Perbankan Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005.
Dumairy, Lembaga Keuangan Islam: Problem, Tantangan, dan Peluang di Era
Reformasi, Bandung: Rajawali Pers, 1997.
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, ISLAMIC BANKING, Jakarta: BUMI
AKSARA, 2010

Anda mungkin juga menyukai