Anda di halaman 1dari 16

PEMBIAYAAN SYARIAH

Nama Kelompok :
1. Janita Dwi Ayu (16754013)
2. Komalasari (16754014)
3. Kurnia Ayulistari (16754015)
4. Real Irhmana (16754026)

Agribisnis Pangan
Pengertian Pembiayaan
Syariah
 Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan dalam pasal 1 ayat 12).adalah
penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil
Sejarah Pembiayaan syariah

 Lembaga pembiayaan (financing institution) di Indonesia mulai


berkembang dengan dikeluarkannya Paket Deregulasi 27
Oktober 1988 (Pakto 88) dan Paket Deregulasi 20 Desember
(Pakdes 88). Eksistensi Lembaga pembiayaan di Indonesia
diatur berdasarkan Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988
tentang Lembaga Pembiayaan yang disempurnakan dengan
Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Berdasarkan Pasal 1 butir (1) Peraturan Presiden No 9 tahun
2009 yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan adalah
‘badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal’.
kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai yang diatur
dalam Pasal 6 Peraturan Ketua BAPEPAM LK No: PER-03/BL/200

 Sewa Guna Usaha, yang dilakukan


berdasarkan: Ijarah; Ijarah Muntahiya Bittamlik;
 Anjak Piutang, yang dilakukan berdasarkan akad
Wakalah bil Ujrah.
 Pembiayaan Konsumen, yang dilakukan
berdasarkan: Murabahah; Salam; atau Istishna’.
 Usaha Kartu Kredit yang dilakukan sesuai dengan
Prinsip Syariah.
 Kegiataan pembiayaan lainya yang dilakukan
sesuai dengan Prinsip Syariah
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al–Harran (1999):
122. terbagi menjadi 3

 1) Return bearing financing, yaitu secara bentuk


pembiayaan yang secara komersial menguntungkan
ketika pemilik modal mau menanggung resikokerugian
dan nasabah juga memberikan keuntungan.
 2) Retrun free financing, yaitu bentuk pembiayaanya tidak
semata- mata mencari keuntungan yang ditujukan
kepada orang yang membutuhkan, dan tidak ada
keuntungan yang didapat.
 3) Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak
ada klaim pokok mencari keuntungan dan ditujukan
kepada orang miskin yang membutuhkan. (Ascarya :122)
Macam-Macam Pembiayaan Syariah

1. Pembiayaan Jual Beli


a Akad Murabah
b Akad Salam
c Akad Istisna'

2. Pembiayaan Investasi
3.  Pembiayaan Jasa
Menurut sifat penggunaanya pembagian
pembiayaan terbagi menjadi dua

1. Pembiayaan produktif
 Pembiayaan modal kerja
 Pembiayaan investasi
 Pembiayaan konsumtif, 

2. Agunan /Jaminan
 Menilai barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai
dengan fasilitas pembiayaan.
 2) Barang lain, surat berharga, atau garansi resiko yang
ditambahkan sebagai agunantambahan.
(Wangsawidjaja, 2012: 285)
Jenis Pembayaran Syariah

1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah


 Pembiayaan modal kerja syariah merupakan
pembiayaan dengan periode waktu pendek ataupun
panjang yang diperuntukkan bagi para pengusaha
yang membutuhkan tambahan modal kerja sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, modal
kerja biasanya digunakan untuk kebutuhan
membayar biaya produksi, membeli bahan baku,
perdagangan barang dan jasa, pengerjaan sebuah
proyek pembangunan dan lain-lain
Lanjutan
2. Pembiayaan Syariah Dengan Skema Jual Beli
 Ada 2 jenis kontrak dalam pembiayaan syariah untuk
modal kerja, yang pertama yakni pembiayaan syariah
untuk modal kerja dengan skema murabahah atau jual
beli. Dalam skema pembiayaan murabahah ini, pihak
bank syariah akan membiayai pembelian barang
kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan nasabah.
 Pembiayaan akan diberikan sebesar harga pokok dan
ditambah dengan margin keuntungan untuk bank syariah
yang mana sudah disetujui oleh pihak bank dan nasabah.
Tingkat atau besaran keuntungan bank sudah ditentukan
di awal perjanjian atau akad dan keuntungan ini menjadi
bagian dari harga atas barang yang dijual.
Jenis Pembiayaan Syariah
Skema Kerja Sama
 1. Pembiayaan Konsumtif Syariah
Pembiayaan konsumtif syariah merupakan
pembiayaan yang diperuntukkan bagi nasabah
dengan tujuan di luar usaha dan bersifat perorangan.
Berbeda dengan pembiayaan syariah untuk modal
kerja yang bersifat produktif, pembiayaan konsumtif
diperlukan oleh nasabah untuk memenuhi
kebutuhan sekunder. Jenis akad yang paling sering
digunakan dalam produk pembiayaan konsumtif
syariah ada dua yaitu akad murabahah dan akad
ijarah.
 2. Pembiayaan Syariah Untuk Kebutuhan
Konsumtif Dengan Skema Murabahah
Dalam dunia perbankan syariah di Indonesia,
akad murabahah merupakan salah satu akad
yang utama dan yang paling sering digunakan.
Dengan menggunakan akad murabahah,
kalkulasi perhitungannya lebih mudah. Hampir
di semua bank syariah di Indonesia
memberikan fasilitas pembiayaan dengan
menggunakan akad murabahah.
 3. Pembiayaan Syariah Dengan Skema Ijarah
Setelah akad murabahah, skema pembiayaan
kedua untuk kegiatan konsumtif syariah bisa
menggunakan akad ijarah, dimana akad ini
mirip dengan prinsip jual beli, namun berbeda
pada objek transaksinya. Jika dalam transaksi
jual beli obyek transaksinya adalah jenis
barang. Dalam akad ijarah, pembiayaan
diberikan untuk suatu jasa.
 4. Pembiayaan Investasi Syariah
Setelah pembiayaan modal kerja dan pembiayaan
konsumtif syariah, maka yang ketiga adalah pembiayaan
investasi syariah. Pembiayaan investasi syariah merupakan
pembiayaan jangka pendek atau jangka panjang untuk
melakukan pembelian barang-barang modal yang
diperlukan dalam membuka atau mendirikan usaha baru,
relokasi proyek, ekspansi ataupun penggantian mesin-
mesin pabrik. Dalam pembiayaan investasi, ada 2 jenis
akad yang sering digunakan, yakni akad murabahah dan
ijarah muntahia bit tamlik atau IMBT. Salah satu bank yang
menyediakan fasilitas ini adalah bank BCA Syariah.

Anda mungkin juga menyukai