Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH

Mata Kuliah : Perbankan Syariah

Dosen Pengampu: Eni Haryani Bahri, M.E

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Eldzan Izzahara Nasution

Nur Atika Tanjung

Rija Aini

Ekonomi Islam V E

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah swt. yang maha pengasih lagi maha penyayang, kita
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inaya-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah
Perbankan Syariah tentang “Manajemen Resiko Perbankan Syariah"

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dengan berbagai macam
sumber buku, jurnal dan juga blog yang telah kami dapatkan sehingga dapat mempelancar
kami dalam menyusun makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah yang telah kami buat ini.

Pemakalah

Medan, 20 Januari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Definisi Manajemen Resiko .......................................................................................... 3

B. Karakteristik Manajemen Resiko Pada Perbankan Syariah............................................ 4

C. Jenis-Jenis Mamanjemen Resiko Pada Perbankan Syariah ........................................... 8

D. Tujuan Manajemen Resiko............................................................................................. 12

E. Penerapan Manajemen Resiko Pada Perbankan Syariah................................................ 12

F. Tahapan Manajemen Resiko........................................................................................... 14

G. Contoh Manajemen Resiko............................................................................................. 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 18

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 18

B. Saran............................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank syariah merupakan lembaga keuangan bank yang dijalankan berdasarkan prinsip-
prinsip Syariah. Dalam menjalankan bisnisnya tersebut tentu saja Bank Syariah memiliki
resiko yang dapat mendatangkan kerugian. Resiko ini tidaklah bisa selalu dihindari tetapi
harus dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi hasil yang harus dicapai. Oleh sebab itu,
manajemen resiko sangat dibutuhkan agar resiko-resiko yang berpotensi mendatangkan
kerugian bisa ditekan.

Penerapan sistem manajemen resiko pada perbankan syariah sangat diperlukan. Baik
untuk menekan kemungkinan terjadinya kerugian akibat resiko maupun memperkuat struktur
kelembagaan. Manajemen resiko sangat penting bagi stabilitas perbankan, hal ini karena
bisnis perbankan erat berhubungan dengan resiko. Manajemen resiko yang baik bagi bank
bisa memastikan bank akan selamat dari kehancuran jika keadaan terburuk terjadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari manajemen resiko?


2. Apa saja karakteristik manajemen resiko pada bank syariah ?
3. Apa saja jenis- jenis resiko pada perbankan syariah ?
4. Apa tujuan manajemen resiko pada perbankan syariah ?
5. Bagaimana penerapan manajemen resiko pada perbankan syariah ?
6. Bagaimana tahapan manajemen resiko perbankan syariah ?
7. Apa contoh manajemen resiko perbankan syariah ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui definisi dari manajemen resiko, karakteristik dari manajemen resiko,
jenis-jenis resiko pada perbankan syariah, tujuan manajemen risiko pada perbankan syariah,
penerapan manajemen risiko perbankan syariah, tahapan manajemen risiko perbankan syariah
serta contoh manajemen risiko pada perbankan syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Resiko

Manajemen risiko adalah satu teori yang harus diterapkan di dalam membangun bisnis
atau usaha. Karena tanpa manajemen yang baik, pengusaha tidak bisa mendeteksi hal-hal
buruk yang bisa menimpa perusahaan. Ironisnya perusahaan bisa mengalami penurunan atau
kolaps tanpa bisa diketahui apa penyebabnya.

Maka dari itu pengelolaan risiko adalah hal penting selain manajemen pemasaran dan
manajemen bisnis selainnya. Sayangnya masih belum banyak yang mengetahui tentang teori
manajemen ini. Termasuk pengetahuan terkait pengertian, komponen, jenis dan tujuan
manajemen risiko dalam bisnis.

Manajemen risiko adalah segala proses kegiatan yang dilakukan semata untuk
meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko perusahaan. Di dalamnya ada kegiatan
identifikasi, perencanaan, strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal
negatif yang kemungkinan akan menimpa usaha.

Bisa dibilang juga jenis manajemen ini adalah satu metode untuk mencegah perusahaan
mengalami masalah. Seperti kolaps, kerugian yang besar, gulung tikar, dijauhi klien dan
semacamnya. Tentu strategi sistematis ini perlu dijalankan terutama untuk pebisnis pemula.

Selain pengertian umum di atas, ternyata para ahli juga banyak yang mentafsirkan
pengertian manajemen risiko secara redaksional. Ini dia beberapa di antaranya:

a. Djojo Soedarso (2003)

Djojo Soedarso memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya manajemen risiko


adalah penerapan fungsi manajemen secara umum untuk memetakan masalah dan solusinya
yang terjadi di dalam sebuah organisasi perusahaan maupun keluarga dan masyarakat.

b. Bramantyo (2008)

Bramantyo berpendapat bahwa manajemen risiko adalah proses terstruktur dan


sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif
penanganan resiko.
c. Fahmi (2010)

Menurut Fahmi manajemen risiko adalah satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
tindakan-tindakan organisasi dalam mengatasi masalah berbasis manajemen yang sistematis
dan menyeluruh.

d. Darmawi (2014)

Menurut Darmawi, manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui,


menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan
untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

B. Karakteristik Manajemen Resiko

Manajemen resiko yang baik mencakup elemen-elemen berikut ini :

1. Memahami Bisnis Perusahaan

Salah satu kunci keberhasilan manajemen risiko perusahaan adalah memahami bisnis
perusahaannya. Manajemen risiko bukan hanya tanggung jawab direksi atau manajer,
melainkan semua anggota perusahaan memiliki tanggung jawab atas manajemen risiko.
Semua pihak dalam perusahaan harus menyadari bahwa pekerjaannya akan berpengaruh
terhadap risiko perusahaan.

Dengan memahami bisnis perusahaan diharapkan seluruh potensi yang dapat


menyebabkan risiko dapat diidentifikasi dengan baik sehingga dapat mendorong terciptanya
konsep manajemen risiko yang sesuai dengan perusahaan karena untuk semua model
manajemen risiko tidak bisa di terapkan sama untuk semua situasi, harus ada penyesuaian-
penyesuaian terhadap risiko-risiko yang sedang dihadapi. Disamping itu dengan memahami
bisnis perusahaan akan menghasilkan pelaksanaan manajemen risiko yang berbeda dengan
perusahaan lain yang dapat diimplementasikan dengan baik.

2. Formal dan Terintegrasi

Dalam pengelolaan risiko yang efektif, perusahaan harus membuat manajemen risiko
yang formal, yang merupakan suatu upaya khusus dan didukung oleh perusahaan. Secara
singkat, manajemen risiko formal mencakup tiga hal yaitu:
a) Infrastruktur Keras : Ruang kerja, struktur organisasi, komputer, model statistik, dan
sebagainya.
b) Infrastruktur Lunak : Budaya kehati-hatian, organisasi yang responsif terhadap risiko,
dan sebagainya.
c) Proses Manajemen Risiko : Identifikasi, pengukuran, dan pengelolaan risiko

3. Mengembangkan Infrastruktur Resiko

Dalam pelaksanaanya, manajemen risiko yang efektif membutuhkan infrastruktur risiko


yang mendukung. Infrastrktur risiko yang mendukung disini adalah struktur organisasi.
Perusahaan menggunakan struktur organisasi yang bervariasi. Disamping itu ketersediaan
sarana dan prasarana menjadi suatu kebutuhan wajib yang harus dipenuhi etrmasuk
didalamnya pengembangan SDM terkait dengan fungsi dari manajemen risiko tersebut.

4. Menetapkan Mekanisme Kontrol

Manajemen yang efektif harus memiliki sistem pengendalian yang baik, agar terjadinya
mekanisme saling mengontrol, menghindari kekuasaan yang berlebihan, dan tidak adanya
pemusatan kekuasaan. Jika terjadinya pemusatan kekuasaan maka akan menghalangi
mekanisme check and balances.

5. Menetapkan Batas (Limit)

Penentuan batas merupakan bagian dari manajemen risiko, dengan adanya batasan maka
manajer dapat menentukan batas kendali yang dimilikinya sehingga mereka mengetahui
kapan harus jalan dan kapan harus berhenti. Dalam menetapkan batas tergantung pada tipe
risikonya seperti:

a) Risiko pasar : batas risiko mencakup VAR maksimunm tertentu, pembatasan pada
jenis instrumen yang dapat diperdagangkan, kualifikasi trader, durasi, batas untuk
stop-loss.
b) Risiko kredit : batas risiko mencakup konsentrasi kredit nasabah, sektor tertentu atau
negara tertentu, tingkat risiko dari calon nasabah.
c) Risiko oprasional : batas risiko mencakup standar kualitas minimum untuk operasi,
sistem, dan proses.

6. Fokus Pada Aliran Kas


Aliran kas seharusnya menjadi perhatian perusahaan, namun banyak pihak-pihak yang
melakukan penyimpangan terhadap kas perusahaan. Oleh karena itu manajemen yang baik
harus bisa melakukan pengawasan yang memadai terhadap kas perusahaan. Perawasan
tersebut dapat berupa pengawasan sederhana contohnya adanya otorisasi untuk setiap cek
yang dikeluarkan atau untuk transfer uang. Mekanisme pengawasan lainnya contohnya
pengecekan konsistensi antara transaksi kas dengan posisi kas.

7. Sistem Insentif Yang Tepat

People respond incentives, Sistem insentif akan membuat seseorang berprilaku tertentu.
Timbulnya risiko seringkali disebabkan oleh penyalahgunaan wewenang yang dimiliki oleh
pihak internal perusahaan atau karyawan perusahaan. Maka dari itu untuk mengendalikan
karyawan agar tidak terjadinya penyalahgunaan wewenang diperlukannya suatu sistem
penghargaan atau bonus bagi karyawan. Dengan sistem ini maka dapat menurunkan
tumbuhnya keinginan untuk menyalahgunakan wewenang karena kesejahteraan karyawan
secara umum telah terpenuhi.

Sistem insentif juga dapat digunakan untuk merubah perilaku seseorang agar menjadi
lebih sadar akan risiko. Contohnya, Chase menggunakan Shareholders Valua Added (SVA)
sebagai cara untuk mendorong perilaku sadar risiko. Manajer Chase akan dinilai berdasarkan
SVA yang mereka ciptakan, SVA dihitug sebagi berikut:

SVA = Pendapatan Operasional – Beban untuk modal

Beban untuk modal dihitung berdasarkan risiko dari modal tersebut. Sebagai contoh,
jika manajer menggunakan modal untuk kegiatan yang berisiko, maka beban modal akan
lebih besar, sesuai dengan risiko yang lebih tinggi tersebut. Melalui cara tersebut, risiko
dikaitkan dengan kinerja. Jika kinerja melakukan aktivitas yang berisiko, maka ia harus bisa
menghasilkan keuntungan yang lebih besar untuk menghasilkan kompensasi risiko tersebut.

Jika manajer dibebani dnegan target penjualan tanpa memperhitungkan risiko, maka
manajer akan selalu berusaha meningkatkan penjualan. Ada kemungkinan besar bahwa risiko
perusahaan dalam situasi tersebut akan meningkat, karena secara umum ada hubungan positif
antara risiko dengan tingkat keuntungan termasuk penjualan. Manajer akan memasuki
wilayah yang lebih berisiko karena mengejar target penjualan tersebut.

8. Mengembangkan Budaya Sadar Resiko


Pada pembahasan sebelumnya telah banyak pembicarakan mengenai sisi keras dari
manajemen risiko seperti pengukuran risiko secara kuantitatif, struktur organisasi dan
sebagainya, dimana sisi keras tersebut diharapkan dapat mendorong perilaku sadar risiko dari
anggota organisasi. Disamping sisi keras terdapat sisi lunak pada manajemen risiko yang
perlu diperhatikan juga. Sisi lunak tersebut akan terlihat pada budaya yang lebih sadar akan
risiko. Dan untuk mendorong sisi lunak tersebut dapat dilakukan dengan cara:

a) Menetapkan suasana keseluruhan (setting the tone) yang kondusif untuk perilaku yang
berhati-hati, dimulai dari atas dengan menunjukan komitmen dari manajemen puncak.
b) Menetapkan prinsip-prinsip manajemen risiko yang dapat mengarahkan budaya,
perilaku, dan nilai risiko dari organisasi.
c) Mendorong komunikasi yang terbuka untuk mendiskusikan isu risiko, dampak risiko,
dan belajar bersama dari kejadian-kejadian di perusahaan sendiri atau di perusahaan
lainnya.
d) Memberikan program pelatihan dan pengembangan yang berkaitan dengan
manajemen risiko.
e) Mendorong perilaku yang mendukung manajemen risiko melalui evaluasi dan sistem
insentif yang sesuai.

C. Jenis - Jenis Resiko Pada Perbankan Syariah

Meskipun sama-sama bergerak di sektor perbankan, bank syariah memiliki perbedaan


yang khas dari bank konvensional, salah satunya adalah dalam hal penerapan prinsip syariah.
implikasi perbedaan tersebut dapat terlihat dari kemungkinan resiko yang akan dihadapi.
Berdasarkan POJK 65 tahun 2016, bank syariah memiliki 10 resiko yang harus dikendalikan,
sedang dalam POJK 18 tahun 2016, bank konvensional hanya memiliki 8 risiko. Tambahan 2
risiko merupakan turunan dari bisnis yang dijalankan oleh bank syariah dan tidak terdapat
pada bank konvensional yaitu sistem bagi-hasil pada akad syirkah. Penerapan akad syirkah
bank syariah mengakibatkan bank syariah memiliki risiko imbal hasil dan risiko invetasi.

1. Resiko Kredit

Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati, termasuk
Risiko Kredit akibat kegagalan debitur, Risiko konsentrasi kredit, counterparty credit risk,
dan settlement risk.

Risiko konsentrasi pembiayaan merupakan Risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya


penyediaan dana kepada 1 (satu) pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor, dan/atau area
geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat
mengancam kelangsungan usaha Bank.

Counterparty credit risk merupakan Risiko yang timbul akibat terjadinya kegagalan
pihak lawan dalam memenuhi kewajibannya dan timbul dari jenis transaksi yang memiliki
karakteristik tertentu, misalnya transaksi yang dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau
nilai pasar.

Settlement risk merupakan Risiko yang timbul akibat kegagalan penyerahan kas
dan/atau instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian (settlement date) yang telah
disepakati dari transaksi penjualan

2. Resiko Pasar

Risiko Pasar adalah dan/atau pembelian instrumen keuangan. Risiko pada posisi
neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko
berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.

Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko benchmark suku bunga (benchmark interest rate
risk), Risiko nilai tukar, Risiko komoditas, dan Risiko ekuitas. Penerapan Manajemen Risiko
untuk Risiko komoditas dan Risiko ekuitas wajib diterapkan oleh Bank yang melakukan
konsolidasi dengan Perusahaan Anak.

Risiko komoditas adalah Risiko akibat perubahan harga instrumen keuangan dari posisi
trading book dan banking book yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas.

Risiko ekuitas adalah Risiko akibat perubahan harga instrumen keuangan dari posisi
trading book yang disebabkan oleh perubahan harga saham

3. Resiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi


kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank.

4. Resiko Operasional

Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal
yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.

5. Resiko Hukum

Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
yuridis. Risiko Hukum timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan
yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak
atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.

6. Resiko Reputasi

Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku


kepentingan (stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Risiko
Reputasi timbul antara lain karena adanya pemberitaan media dan/atau rumor mengenai bank
yang bersifat negatif, serta adanya strategi komunikasi bank yang kurang efektif.

7. Resiko Stratejik

Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau


pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.

Risiko Stratejik timbul antara lain karena bank menetapkan strategi yang kurang sejalan
dengan visi dan misi bank, melakukan analisis lingkungan stratejik yang tidak komprehensif,
dan/atau terdapat ketidaksesuaian rencana stratejik (strategic plan) antar level stratejik. Selain
itu, Risiko Stratejik juga timbul karena kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis mencakup kegagalan dalam mengantisipasi perubahan teknologi,
perubahan kondisi ekonomi makro, dinamika kompetisi di pasar, dan perubahan kebijakan
otoritas terkait.
8. Resiko Kepatuhan

Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta Prinsip
Syariah.

9. Resiko Imbal Hasil

Resiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan tingkat
imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat
imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi
perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.

Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) timbul antara lain karena adanya perubahan
perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank yang disebabkan oleh perubahan ekspektasi tingkat
imbal hasil yang diterima dari Bank. Perubahan ekspektasi bisa disebabkan oleh faktor
internal seperti menurunnya nilai aset Bank dan/atau faktor eksternal seperti naiknya
return/imbal hasil yang ditawarkan bank lain. Perubahan ekspektasi tingkat imbal hasil
tersebut dapat memicu perpindahan dana nasabah dari Bank kepada bank lain.

10. Resiko Investasi

Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut
menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil
baik yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode
profit and loss sharing.

Risiko Investasi (Equity Investment Risk) timbul apabila Bank memberikan pembiayaan
berbasis bagi hasil kepada nasabah dengan Bank ikut menanggung Risiko atas kerugian usaha
nasabah yang dibiayai (metode profit and loss sharing). Dalam hal ini, perhitungan bagi hasil
tidak hanya didasarkan atas jumlah pendapatan atau penjualan yang diperoleh nasabah namun
dihitung dari keuntungan usaha yang dihasilkan nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami
kebangkrutan maka jumlah pokok pembiayaan yang diberikan Bank kepada nasabah tidak
akan diperoleh kembali. Sementara perhitungan bagi hasil juga dapat menggunakan metode
net revenue sharing yakni bagi hasil dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal.
D. Tujuan Manajemen Resiko Pada Perbankan Syariah

Manajemen resiko merupakan aktivitas yang utama dari suatu bank sebagai lembaga
intermediasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan trade off antara resiko dan pendapatan,
serta membantu merencanakan dan pembiayaan pengembangan usaha secara tepat, efektif
dan efisien. Setiap lembaga keuangan, termasuk bank harus dapat mengidentifikasi dan
mengontrol resiko yang melekat dalam kegiatan pengelolaan dana simpanan, portofolio
aktiva produktif, dan kontrak off balance sheet (Veitzal dan Arifin, 2010: 943).

Antisipasi risiko di dalam manajemen Bank Syariah memiliki tujuan antara lain adalah
sebagai:

1. Preventive, dimana terdapat persetujuan dan opini dari Bank Indonesia.


2. Detective yaitu adanya pengawasan di dalam Bank Syariah yang meliputi aspek aspek
antara lain adalah aspek perbankan yang diawasi dari Bank Indonesia dan juga aspek
syariah yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
3. Recovery, hal ini berhubungan apabila terdapat kesalahan, maka koreksi yang
dilakukan akan melibatkan Bank Indonesia dalam aspek perbankan dan juga akan
mempertimbangkan aspek syariah oleh Dewan Pengawas Syariah.

E. Penerapan Manajemen Resiko Pada Perbankan Syariah

Manajemen risiko merupakan suatu pembuatan keputusan yang berkontribusi terhadap


tercapainya tujuan perusahaan dengan penerapan baik di tingkat aktivitas individual dan
dalam bidang fungsional (Henz and Berg, 2010: 79-95). Sehingga, Manajemen resiko
merupakan unsur penting yang penerapannya sangat perlu diperhatikan, khususnya pada bank
sebagai salah satu lembaga keuangan (financial institution)(Umam, 2013: 134).

Penerapan manajemen resiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan


gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa mendatang,
meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan
atas ketersediaan informasi, yang digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat
mengenai kinerja bank, serta menciptakan infrastruktur manajemen resiko yang kokoh dalam
rangka meningkatkan daya saing bank (Rivai dan Arifin, 2013: 941).

Bagi perbankan dapat meningkatkan share value, memberikan gambaran kepada


pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode
dan proses pengambilan keputusan yang sistematis didasarkan atas ketersediaan informasi,
digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank, digunakan
untuk menilai risiko yang melekat pada instrument atau kegiatan usaha bank yang relatif
kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka
meningkatkan daya saing bank (Yulianti: 151-165). Praktik manajemen risiko di perbankan
dapat menggunakan berbagai alternatif penilaian profil risiko. Standar Basel II menggunakan
beberapa altenatif pendekatan macam-macam risiko dalam menghitung kebutuhan modal
yang sesuai dengan profil risiko bank. Melalui implementasi Basel II pula, Bank Indonesia
diharapkan dapat meningkatkan aspek manajemen risiko agar bank semakin resisten terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam negeri, regional maupun internasional
(Goyal, 2010: 102-109).

Penerapan manajemen resiko di bank syariah wajib disesuaikan dengan tujuan,


kebijakan usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Kompleksitas
usaha adalah keragaman dalam jenis transaksi produk/jasa jaringan usaha. Sementara itu,
kemampuan bank meliputi kemampuan keuangan, infrastruktur pendukung, dan kemampuan
sumber daya insani (Rianto, 2013: 36). Penerapan manajemen resiko paling kurang memuat:
(1) Penerapan manajemen resiko secara umum; (2) Penerapan manajemen resiko untuk
masing-masing resiko, yang mencakup 8 (delapan) resiko, yaitu resiko kredit, resiko pasar,
resiko likuiditas, resiko operasional, resiko hukum, resiko strategis, resiko kepatuhan, dan
resiko reputasi; (3) Penilaian profil resiko (Ikatan Bankir Indonesia: 342).

Dalam pelaksanaannya, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian


resiko memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Identifikasi resiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap: (a) Karakteristik


resiko yang melekat pada aktivitas fungsional; (b) Resiko dari produk dan kegiatan
usaha.
2. Pengukuran resiko dilaksanakan dengan melakukan: (a) Evaluasi secara berkala
terhadap kesesuaian asumsi, sumebr data, dan prosedur yang digunakan untuk
mengukur resiko; (b) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran resiko apabila
terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor resiko yang bersifat
material.

3. Pemantauan resiko dilaksanakan dengan melakukan:


a) Evaluasi terhadap eksposur resiko;
b) Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk,
transaksi, faktor resiko, teknologi informasi dan sistem informasi manajemen resiko
yang bersifat material.
c) Pelaksanaan proses pengendalian resiko, digunakan untuk mengelola resiko tertentu
yang dapat membahayakan keberlangsungan bank (Karim, 2013: 260).1

F. Tahapan Manajemen Resiko Pada Perbankan Syariah

Untuk menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap awal bank syariah hsarus
secara tepat megenal dan memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah
ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank. Manajemen
risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini; (1) Identifikasi risiko, (2)
Evaluasi dan Pengukuran Risiko, dan (3) Pengelolaan risiko.

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi
oleh suatu organisasi. Cara untuk mengidentifikasi risiko dengan menelusuri sumber risiko
sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Identifikasi semacam dilakukan dengan
melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke terjadinya peristiwa yang merugikan. Pada
beberapa situasi, risiko yang dihadapi oleh perusahaan cukup standar.

2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko

Tahap mengukur risiko dilakukan untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih
baik. Jika memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah
dikendalikan. Cara untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh
kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi.
Melalui probabilitas tersebut kita berusaha ‘mengukur’ risiko. Sebagai contoh, ada risiko
perusahaan terkena jatuhan meteor atau komet, tetapi probabilitas risiko semacam itu sangat
kecil (0,000000001). Karena itu risiko tersebut tidak perlu diperhatikan. Contoh lain adalah
risiko kebakaran dengan probabilitas (misal) 0,6. Karena probabilitas yang tinggi, maka

1
Muhammad Iqbal Fasa, Manajemen resiko perbankan syariah di indonesia, Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis
Islam, Volume I, Nomor 2, Desember 2016, hal 48 - 50.
risiko kebakaran perlu diberi perhatian ekstra. Contoh tersebut menunjukkan bahwa dengan
menggunakan teknik probabilitas kita bisa melakukan prioritisasi risiko, sehingga kita bisa
lebih memfokuskan pada risiko yang mempunyai kemungkinan yang besar untuk terjadi.
3. Pengelolaan risiko

Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang
diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai
cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, dan pendanaan risiko (risk
financing).

a. Penghindaran. Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah
menghindar. Sebagai contoh, jika ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka
mau tidak mau harus keluar dan menghadapi risiko tersebut.
b. Ditahan (Retention), akan lebih baik jika menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan
risiko tersebut, atau risk retention). Sebagai contoh, misalkan seseorang akan keluar
rumah membeli sesuatu dari supermarket terdekat, dengan menggunakan kendaraan
kemudian terjadi kecelakaan dalam kondisi motor dan pribadi tidak diasuransikan.
Orang tersebut merasa asuransi terlalu repot, mahal, sementara dia akan mengendarai
kendaraan tersebut dengan hatihati. Dalam kasus ini, orang akan memutuskan untuk
menanggung sendiri (menahan, retention) risiko kecelakaan.
c. Diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh, kita barangkali akan
memegang aset tidak hanya satu, tetapi pada beberapa aset, misal saham A, saham B,
obligasi C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian
tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya.
d. Pendanaan Risiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian
yang terjadi jika suatu risiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran,
bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi,
ataukah menggunakan dana cadangan? Isu semacam itu masuk dalam wilayah
pendanaan risiko.2

G. Contoh Manajemen Resiko Perbankan Syariah

2
Ahmad Mukhlisin, Aan Suhendri, Analisis Mamanjemen Risiko (Kajian Kritis Terhadap Perbankan Syariah Di
Era Kontemporer, An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah Volume 05, Nomor 01, Oktober 2018, hal 269 - 272
Bank syariah juga harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik (khas). Risiko unik ini
muncul karena isi neraca bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam hal
ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang dilakukan bank syari’ah menambah
kemungkinan munculnya risiko-risiko lain. Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan
displaced commercial risk. Dimana:

1. Withdrawal risk merupakan bagian dari spektrum risiko bisnis. Risiko ini sebagian besar
dihasilkan dari tekanan kompetitif yang dihadapi bank syariah dari nak konvesional sebagai
counterpart-nya. Bank syariah dapat terkena withdrawal risk (risiko penarikan dana)
disebabkan oleh deposan bila keuntungan yang mereka terima lebih rendah dari tingkat return
yang diberikan oleh rival kompetitornya.
2. Fiduciary risk sebagai risiko yang secara hukum bertanggung jawab atas pelanggaran
kontrak investasi baik ketidaksesuaiannya dengan ketentuan syariah atau salah kelola
(mismanagement) terhadap dana investor.

3. Displaced commercial risk adalah transfer risiko yang berhubungan dengan simpanan
kepada pemegang ekuitas. Risiko ini bisa muncul ketika bank berada di bawah tekanan untuk
mendapatkan profit, namun bank justru harus memberikan sebagian profitnya kepada
deposan akibat rendahnya tingkat return.3

BAB III

PENUTUP
3
https://www.google.com/amp/s/deoue.wordpress.com/2010/01/25/manajemen-risiko-perbankansyariah/amp/
A. Kesimpulan

Manajemen risiko adalah segala proses kegiatan yang dilakukan semata untuk
meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko perusahaan. Manajemen resiko pada
perbankan syariah memiliki karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional, terutama
karena adanya jenis-jenis resiko yang khas melekat hanya pada bank-bank bank yang
beroperasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank Islam dan bank
konvensional bukan terletak bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada
apa yang dinilai (what to measure).

Adapun jenis-jenis manajemen resiko pada perbankan syariah terdiri dari resiko kredit,
resiko pasar, resiko likuiditas, resiko operasional, resiko hukum, resiko reputasi, resiko
strategi, resiko kepatuhan dan resiko imbal hasil. Kemudian manajemen resiko memiliki
tujuan untuk mengoptimalkan trade off antara resiko dan pendapatan, serta membantu
merencanakan dan pembiayaan pengembangan usaha secara tepat, efektif dan efisien.

Penerapan manajemen resiko di bank syariah wajib disesuaikan dengan tujuan,


kebijakan usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Pada tahap awal
bank syariah harus secara tepat mengenal dan memahami serta mengidentifikasi seluruh
risiko, baik yang sudah ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis
baru bank. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini; (1)
Identifikasi risiko, (2) Evaluasi dan Pengukuran Risiko, dan (3) Pengelolaan risiko.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kami sebagai penulis memohon
maaf jikalau ada kesalahan didalam penulisan dan agar kiranya dapat memberikan kritik dan
saran kepada kami agar lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Iqbal Fasa, Manajemen resiko perbankan syariah di indonesia, Jurnal Studi
Ekonomi dan Bisnis Islam, Volume I, Nomor 2, Desember 2016
Ahmad Mukhlisin, Aan Suhendri, Analisis Mamanjemen Risiko (Kajian Kritis Terhadap
Perbankan Syariah Di Era Kontemporer, An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah Volume
05, Nomor 01, Oktober 2018

https://www.google.com/amp/s/deoue.wordpress.com/2010/01/25/manajemen-risiko-
perbankansyariah/amp/

Anda mungkin juga menyukai