Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN RESIKO BANK SYARIAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Keuangan dan Perbankan Syariah

Disusun Oleh :

1. MUTMAINAH JUNIAWATI (21170850000021)


2. LINDA YUNITA SARI (21170850000029)
3. A NUR HIKMAH NURDIN (21170850000032)

MAGISTER PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2018
Kata Pengantar

Bismillah..

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,

rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah dengan judul Manajemen Resiko perbankan Syariah.

Namun penyusun menyadari betul akan masih banyaknya kekurangan dari makalah

ini, walau telah mengusahakan sepenuhnya untuk menyempurnakannya. Maka dari itu kritik

dan saran yang membangun sangatlah penting bagi penyusun untuk menghadirkan makalah

yang jauh lebih baik lagi di kemudian hari.

Terimakasih banyak atas perhatian dan waktu luangnya.

Jakarta, 25 Mei 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN


A. Definisi Manajemen Resiko ................................................................ 2
B. Manfaat Manajemen Resiko ............................................................... 3
C. Pengertian Manajemen Resiko Perbankan Syariah ............................ 3
D. Karakter Manajemen Resiko Dalam Bank Islam ................................ 4
E. Jenis-Jenis Resiko Bank Syariah ......................................................... 5
G. Penerapan Manajemen Resiko Dalam Perbankan Syariah ................... 9

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan return.

Bank syariah adalah salah satu unit bisnis. Dengan demikian, bank syariah juga akan

menghadapi risiko manajemen bank itu sendiri. Bahkan kalau dicermati secara

mendalam, bank syariah merupakan bank yang sarat dengan risiko. Karena dalam

menjalankan aktivitasnya banyak berhubungan dengan produk-produk bank yang

mengandung banyak risiko seperti produk mudharabah, musyarakah, dan sebagainya.

Oleh karenanya para pejabat bank syariah harus dapat mengendalikan risiko seminimal

mungkin dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang optimum.

Secara spesifik, risiko-risiko yang akan dihadapi oleh perbankan syariah dalam

kegiatannya yaitu meliputi risiko likuiditas (liquidity risk), risiko pembiayaan/kredit

(credit risk), risiko hukum (legal risk), risiko pasar (market risk), risiko operasional

(operational risk), risikop reputasi (reputation risk), dan risiko modal (capital risk).

Perbankan syariah tidak akan berhadapan dengan risiko tingkat suku bunga secara

langsung, karena bank syariah tidak menggunakan instrumen bunga dalam

operasionalnya. Dalam makalah ini, akan dijelaskan meskipun tidak secara rinci tentang

pengertian, penyebab, dan manajemen dari masing-masing risiko-risiko yang telah

disebutkan di atas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen resiko pada Bank syariah ?
2. Bagaimana penerapan manajemen resiko dalam perbankan syariah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan manajemen resiko pada Bank syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen resiko dalam perbankan syariah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Risiko

 Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang

dihadapi oleh organisasi / perusahaan, keluarga, dan masyarakat.

 Menurut S. Dorfman (2004, p44) We define risk management as the logical

development and carrying out of a plan to deal with potential looses.

 Manajemen resiko menurut Djohanputro (2008,43) Manajemen resiko merupakan

proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan,

mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan

penanganan resiko.

 Manajemen resiko menurut Siahaan (Manajemen Risiko. PT Elex Media

Computindo. Jakarta. 2007) manajemen risiko adalah perbuatan (praktik) dengan

manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola risiko sebuah

proyek.

 Pengertian manajemen resiko menurut Tampubolon (Risk Management. PT Elex

Media Komputindo. Jakarta. 2004) Manajemen risiko juga dapat diartikan sebagai

kegiatan atau proses yang terarah dan bersifat proaktif, yang ditujukan untuk

mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu, atau sebagian dari sebuah

transaksi atau instrumen.

 Menurut Fahmi (2010;2) Manajemen resiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas

tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai

permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara

komprehensif dan sistematis

2
B. Manfaat Manajemen Resiko

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan

terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

a) Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

b) Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

c) Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

d) Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya

perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi

perusahaan itu.

e) Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena

kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi

maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-resiko-definisi-dan-

manfaat.html)1

C. Pengertian Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah

Secara etimologi (bahasa) manajemen adalah penertiban, pengaturan, pengurusan,

dan perencanaan.sedangkan secara terminologi manajemen adalah suatu aktivitas

menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan

pengawasan terhadap pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu

proyek.

3
Adapun risiko adalah kemungkinan penyimpangan dari hasil yang diharapkan.2[1]

Selain itu, ada pula yang mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian akan sesuatu yang

mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Risiko sangat berkaitan erat dengan return atau

tingkat keuntungan, yaitu selisih antar harga jual dan harga beli, ditambah kas lain

seperti dividen. Dalam pasar sempurna dan efisien, akan berlaku hukum hubungan

positif antara return dan risiko. Semakin tinggi risiko, maka akan semakin tinggi tingkat

keuntungan yang diharapkan, begitu pula sebaliknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko dalam perbankan

syariah adalah suatu upaya yang dilakukan oleh bank syariah untuk mengatur dan

mengawasi risiko dengan tujuan meminimalisir risiko agar hasil yang ditargetkan dapat

tercapai dengan cara efektif dan efisien. 3[2]

D. Karakter Manajemen Risiko dalam Bank Islam

Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan

bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya

pada bank-bank yang beroperasi secara syariah. dengan kata lain, perbedaan mendasar

antara bank islam dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara

mengukur, melainkan pada apa yang dinilai.4[1]

Adapun karakter manajemen risiko pada bank Islam adalah :

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai

risiko yang ada pada banl-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi risiko yang

2[1]
Mamduh M. Hanafi,Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2005

3[2]Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, Edisi Revisi, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006 hlm 82

4[1]Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet. 3, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006)

4
khas hanya ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam

hal ini, keunikan bank islam terletak pada enam hal:

a. Proses transaksi pembiayaan.

b. Proses manajemen.

c. Sumber daya manusia.

d. Teknologi.

e. Lingkunga eksternal.

f. Kerusakan.

2. Penilaian Risiko

Dalam penilaian risiko, keunikan bank islam terlihat pada hubungan antara

probability dan impact, atau yang biasa dikenal sebagai Qualitative Approach.

3. Antisipasi Risiko

Antisipasi risiko dalam bank bertujuan untuk :

a. Preventive. Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan DPS untuk

mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. di samping itu,

bank islam juga memerlukan opini bahkan fatwa DSN bila Bank Indonesia

memandang persetujuan DPS belum memadai atau berada di luar

kewenangannya.

b. Detective. Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek

perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS.]

c. Recovery. Koreksi atas suatu permasalahan dapat melibatkan Bank Indonesia

untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek syariah

5
d. Monitoring Risiko

Aktivitas dalam bank Islam tidak hanya meliputi manajemen bank Islam, tetapi

juga melibatkan Dewan Pengawas Syariah.5[2]

E. Jenis-Jenis Risiko Bank Syariah

Jenis-jenis Risiko

Bank Indonesia sebagai bank sentral pengatur kebijakan peraturan perbankan di

Indonesia juga memikirkan pentingnya suatu pengelolaan risiko bagi bank umum syariah

dan unit usaha syariah yang beroperasi di Indonesia. Untuk itu Bank Indonesia

mengeluarkan: Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/29/PBI/2011 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bank Umum Syariah dan Unit Syariah.

Tujuan Peraturan Bank Indonesia ini untuk mengakomodasi karakteristik

kegiatan usaha Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang tidak

sepenuhnya sama dengan perbankan konvensional dan dalam rangka memenuhi amanah

pasal 38 UU no. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Penerapan manajemen risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta

kemampuan bank umum syariah dan unit usaha syariah.6[5]

Agar dapat menerapkan manajemen risiko di perbankan maka perlu diketahui

jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan.Adapun jenis risiko yang wajib dikelola

bank adalah:

1. Risiko Kredit atau Pembiayaan

5[2]Ibid,

6[5]http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/381-
penerapanmanajemenrisikobagibankumumsyariahdanunitusahasyariah. 03 Mei 2012

6
Risiko kredit diartikan sebagai risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan

pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya atau risiko kerugian yang

berhubungan dengan kemungkinan bahwa suatu counterparty akan gagal untuk

memenuhi kewajiban-kewajibannya ketika jatuh tempo.

Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti

perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan;

yang tercatat dalam banking book maupun trading book.

2. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko yang muncul yang disebabkan oleh adanya pergerakan variable pasar

(adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan

bank. Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar termasuk

derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga option.

Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional bank seperti

kegiatan treasury dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun

penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk

sejenis), dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan

pembiayaan perdagangan.

3. Risiko Operasional (Operational Risk)

Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak

berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya

problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional melekat

pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan perkreditan, treasury dan

investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen

utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan

sumber daya manusia.

7
4. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi

kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:

a. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu

melakukan o_setting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas

pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption).

b. Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu

mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

5. Risiko Hukum (Legal Risk)

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan

aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan

perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak

dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

6. Risiko Reputasi (Reputation Risk)

`Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait

dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif dari masyarakat terhadap bank.

7. Risiko Strategik (Strategic Risk)

Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi

bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang

responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

8. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam prakteknya

8
risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-

undangan.7[6]

9. Risiko Modal (Capital Risk)

Unsur lain yang berhubungan dengan perbankan adalah risiko modal (capital

risk). Salah satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap

kerugian yang terjadi pada bank. jumlah modal yang dibutuhkan untuk melindungi

para penyimpan dana berhubungan dengan kualitas dan risiko dari asset bank.

Risiko modal berkaitan dengan kualitas asset. Bank yang menggunakan

sebagian besar dananya untuk mendanai asset yang berisiko perlu perlu memiliki

modal penyangga yang besar ntuk sandaran bila kinerja asset-aset itu tidak baik.

tingkat modal itu juga penting untuk menyangga risiko likuiditas.

Sumber-sumber risiko yang berkaitan dengan perbankan juga dapat dijumpai

akibat kehilangan karena pencurian, perampokan, penipuan dan kecurangan.

Sehubungan dengan itu manaajemen harus mengasuransikan beberapa jenis risiko

tertentu guna menerapkan system pengawasan untuk melindungi kerugian-kerugian

tersebut.8[7]

F. Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Syariah

Secara historis penerapan manajemen risiko pada bank, dalam hal ini BI sendiri

baru mulai menerapkan aturan perhitungan capital adequacy ratio (CAR) pada bank

sejak 1992. Sementara itu, bank dengan prinsip Syari’ah lahir pertama kali di Indonesia

7[6] Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Institution,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007)

8[7] Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Edisi Revisi, Cet. Kedua, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2011)

9
pada tahun yang sama. Jadi jika dilihat dari usia sistem perbankan Syari’ah, hal ini

merupakan tantangan yang berat.

Bank Syari’ah pun akan sangat sulit mengikuti konsep yang telah dijalankan

perbankan konvensional dalam hal manajemen risiko, mengingat perbankan

konvensional membutuhkan waktu yang panjang untuk membangun sistem dan

mengembangkan teknik manajemen risiko.

Di lain pihak, operasi bank Syari’ah memiliki karakteristik dengan perbedaan

yang sangat mendasar jika dibandingkan dengan bank konvensional, sementara

manajemen risiko juga harus diimplementasikan oleh bank Syari’ah agar tidak hancur

dihantam risiko.

Maka cara yang paling cepat dan efektif adalah mengadopsi sistem manajemen

risiko bank konvesional yang disesuaikan dengan karakteristik perbankan Syari’ah.

Inilah yang dilakukan BI sebagai regulator perbankan nasional yang akan menerapkan

juga bagi perbankan Syari’ah.

Dalam hal ini Islamic Financial Services Board (IFSB) telah merumuskan prinsip-

prinsip manajemen risiko bagi bank dan lembaga keuangan dengan prinsip Syari’ah.

Disebutkan bahwa kerangka manajemen risiko lembaga keuangan Syari’ah mengacu

pada Basel Accord II9[8](yang juga diterapkan perbankan konvensional) dan disesuaikan

dengan karakteristik lembaga keuangan dengan prinsip Syari’ah.

Secara umum, risiko yang dihadapi perbankan Syari’ah bisa diklasifikasikan

menjadi dua bagian besar. Yakni risiko yang sama dengan yang dihadapi bank

konvensional dan risiko yang memiliki keunikan tersendiri karena harus mengikuti

9[8] Komite Basel (The Basel Committee) untuk pengawasan perbankan dicetuskan pada
tahun 1974 yang diprakarsai oleh para gubernur Bank Sentral. Basel adalah sebuah kota di Swiss
tempat para gubernur bank sentral tersebut berkumpul. kesepakatan basel telah menjadi tolak ukur
bagi bank sentral seluruh dunia dalam merancang regulasi MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN yang
berlaku di Negara masing-masing termasuk Indonesia.

10
prinsip-prinsip Syari’ah. Risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas,

dan risiko hukum, harus dihadapi bank Syari’ah. Tetapi, karena harus mematuhi aturan

Syari’ah, risiko-risiko yang dihadapi bank Syari’ah pun menjadi berbeda.10[9]

Bank Syari’ah juga harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik (khas). Risiko

unik ini muncul karena isi neraca bank Syari’ah yang berbeda dengan bank

konvensional. Dalam hal ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang dilakukan

bank Syari’ah menambah kemungkinan munculnya risiko-risiko lain.

Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan displaced commercial risk merupakan

contoh risiko unik yang harus dihadapi bank Syari’ah. Karakteristik ini bersama-sama

dengan variasi model pembiayaan dan kepatuhan pada prinsip-prinsip Syari’ah.

withdrawal risk adalah risiko penarikan dana yang disebabkan oleh deposan bila

keuntungan yang mereka terimalebih rendah dari tingkat return. Fiduciary risk sebagai

risiko yang secara hukum bertanggung jawab atas pelanggaran kontrak investasi baik

ketidaksesuaiannya dengan ketentuan Syari’ah atau salah kelola (mismanagement)

terhadap dana investor. Displaced commercial risk adalah transfer risiko yang

berhubungan dengan simpanan kepada pemegang ekuitas. Risiko ini bisa muncul ketika

bank berada di bawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun bank justru harus

memberikan sebagian profitnya kepada deposan akibat rendahnya tingkat return.11[10]

Dalam pengembangannya ke depan, perbankan Syari’ah menghadapi tantangan

yang tidak ringan sehubungan dengan penerapan manajemen risiko ini, seperti pemilihan

instrumen finansial yang sesuai dengan prinsip Syari’ah termasuk juga instrumen pasar

uang yang bisa digunakan untuk melakukan hedging (lindung nilai ) terhadap risiko.

10[9]www.ifsb.org. 03 Mei 2012

11[10] Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syari’ah(terj.),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

11
Oleh karena BI dan IFSB mengacu pada aturan Basel Accord II, maka

pemahaman yang matang mengenai manajemen risiko bank konvensional akan sangat

membantu penerapan manajemen risiko di bank Syari’ah.12[11]

12[11]Ibid.

12
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan paparan makalah kami di atas, ada beberapa yang perlu dipahami

yaitu bahwa tidak ada satupun bisnis atau investasi yang tidak mengandung risiko.

Risiko yaitu ketidakpastian daripada kerugian (uncertainlt of loss).

Oleh karenanya, perlu adanya penerapan manajemen dalam rangka

meminimalisir risiko-risiko tersebut sehingga bank dapat meningkatkan

profitabilitasnya. Untuk menerapkan manajemen tersebut memang tidak mudah dan

oleh karena itu harus ada suatu kerjasama antara satu dengan yang lainnya sehingga

terbentuklah sistem manajemen yang kuat.

Tak lain dengan bank konvensional, bank syariah juga menghadapi risoko

yang tak jauh berbeda. Perbedaan yang paling mendasar yaitu bank syariah tidak akan

berhadapan langsung dengan risiko tingkat suku bunga, karena bank syariah tidak

menggunakan instrumen tersebut dalam operasionalnya.

Akan tetapi, jika di pahami dengan saksama, bank syariah lebih syarat dengan

risiko-risiko karena bank syariah menggunakan produk-produk yang rentan terhadap

risiko seperti mudharabah dan musyarakah.

Kesimpulannya, manajemen risiko disini sangatlah penting dan mendukung

berhasil atau tidaknya bank dalam melaksanakan tugasnya. Tidak hanya kerjasama

intern, kerjasama ekstern juga harus diperhatikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet. 3, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006)
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, Edisi Revisi, Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006 hlm 82
Mamduh M. Hanafi,Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2005
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Edisi Revisi, Cet. Kedua, (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2011)
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan
Syari’ah(terj.), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Institution,(Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007)
http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/381-
penerapanmanajemenrisikobagibankumumsyariahdanunitusahasyariah. 03 Mei 2012
www.ifsb.org. diakses padda tanggal 03 Mei 2012

iii

Anda mungkin juga menyukai