Anda di halaman 1dari 3

Nama : LUKY WINDA SAPUTRI

NIM : 1900012194

Kelas : AKUNTANSI D

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

A. Sistem Keuangan

Sistem keuangan merupakan aturan yang menjelaskan sumber dana keuangan bagi negara dalam proses
alokasi dana tersebut bagi masyarakat. Peran utama sistem keuangan ini ialah mendorong alokasi efensiensi
sumber daya keuangan dan sumber daya riil untuk berbagai tujuan dan sasaran yang beraneka ragam. Karena
sumber-sumber lembaga keuangan berasal dari deposit yang diletakkan oleh bagian yang representative
mewakili seluruh penduduk, cukup rasional kalau ia juga dianggap sebagai sumber nasional.

Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu negara yang berperan melakukan
aktivitas jasa keuangan yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan. Tugas utama sistem keuangan ialah
sebagai mediator antara pemilik dana dengan pengguna atau peminjam dana yang digunakan untuk membeli
barang atau jasa inventasi.

B. Sistem Keuangan Syariah

Sistem keuangan syariah merupakan bagian dari upaya memelihara harta agar harta yang dimiliki
seseorang dapat diperoleh sesuai dengan ketentuan syariah. Sistem keuangan syariah merupakan sistem
keuangan yang menjembatani antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana melalui
produk dan jasa keuangan. Tujuan utama sistem keuangan syariah adalah menghapuskan buangan dan dari
semua transaksi keuangan dan menjalankan aktifitasnya sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip syariah meruakan
prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dala penetapan fatwa dibidang syariah berdasarkan Al-Quran dan Sunah.

Prinsip shari’ah dalam sistem keuangan

a. Kebebasan bertransaksi, namu harus didasarkan dengan prinsip suka sama suka dan tidak ada yang
dizalimi, dengan didasarkan dengan akad yang sah. Dan transaksi tidak boleh pada produk haram. Asas
suka sama suka untuk melakukan kegiatan bisnis atau perniagaan sangat penting. Tidak ada unsur
paksaan dalam hal ini yang dapat menimbulkan kerugian masing-masing.

b. Bebas dari maghrib (masyir atau judi atau spekulatif yang berfungsi mengurangi konflik dalam sistem
keuangan, gharar atau penipuan, riba pengambilan tambahan dengan cara batil).

c. Bebas dari upaya mengendalikan, merekayasa dan memanipulasi harga.

d. Semua orang berhak mendapatkan informasi yang berimbang, memadai, akurat agar bebas dari ketidak
tahuan bertransaksi.

e. Pihak-pihak yang bertransaksi harus mempertimbangkan kepentingan pihak ketiga yang mungkin dapat
terganggu, oleh karena itu pihak ketiga diberikan hak pilihan.

f. Transaksi didasarkan oleh kerjasama dan solidaritas yang saling menguntungkan. Serta harus ada
kepastian kontrak dan manfaat untuk kedua belah pihak.

g. Setiap transaksi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemaslahatn manusia.

h. Mengimplementasikan zakat, sebagai dasar distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang merata.

Sedangkan prinsip tab’i merupakan prinsip yang dihasilkan dari interpretasi akal dan ilmu pengetahuan
dalam menjalankan bisnis seperti manajemen permodalan, dasar dan analisis teknis, manajemen chas flow,
manajemen resiko dan lainnya.

Dengan demikian sistem keuangan syariah diformulasikan dari kombinasi dua kekuatan sekaligus pertama
prinsip syariah yang diambil dari Al-Quran dan sunah, prinsip yang kedua diambil dari tab’i. Sistem keuangan
syariah merupakan aliran sistem keuangan yang didasarkan pada etika islam, jadi tidak sekedar
memperhitungkan resiko saja tetapi harus mempertimbangkan nilai-nilai islam.

Sistem keuangan Islam diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai kesejahteraan
masyarakat. Penghapusan prinsip bunga dalam sistem keuangan Islam memiliki dampak makro yang cukup
signifikan, karena bukan hanya prinsip investasi langsung saja yang harus bebas dari bunga, namun prinsip
investasi tak langsung juga harus bebas dari bunga. Target utamanya adalah kesejahteraan ekonomi, perluasan
kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan,
kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan mobilisasi serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi
yang mampu memberikan jaminan keuntungan (bagi hasil) kepada semua pihak yang terlibat. Sasaran dan fungsi
dari sistem keuangan syariah dan konvensional pada prinsipnya sama, yang membedakannya sasaran dan fungsi
sistem keuangan syariah yang tidak dapat dipisahkan dari ideologi keislaman yang didasarkan pada ajaran islam
yaitu Al-Quran dan Sunnah. Dalam praktiknya, sistem keuangan syariah menggunakan instrumen yang
bervariasi dalam melakukan pencapaian sasaran keuangan.

Karakteristik sistem keuangan syar’iah

a. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan bekerja penuh dan laju pertumbuhan yang
optimal.

b. Keadilan sosial ekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata.

c. Stabilitas mata uang sebagai alat tukar yang dapat diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran cicilan
dan alat penyimpanan yang stabil.

d. Mobilitas dan investasi tabungan untuk pembanguna perekonomian dalam suatu cara yang adil sehingga
pengambilan keuntungan dapat dijamin bagi semua pihak yang bersangkutan.

e. Memberikan semua pelayanan yang efektif yang secara nirmal diharapkan dari sistem keuangan.

Instrumen sistem keuangan syar’iah

1. Instrumen keuangan yang memelihara keadilan yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
alokasi dan distribusi sumber daya yang sesuai dengan ajaran islam.

2. Mekanisme harga yang dapat meningkatkan efesiensi dalam pemanfaatan sumber daya.

3. Intermedisiasi keuangan yang didasari oleh prinsip berbagi hasil dan resiko.

Dalam sistem keuangan konvensiaonal fungsi sistem keuangan didasarkan pada tingkat suku bunga.
Sedangkan sistem keuangan sya’riah memiliki misi mewwujudkan sistem keuangan yang berlandaskan keadilan,
kemanfaatan, kebersamaan, kejujuran, kebenaran, keseimbangan, transparasi, anti eksploitasi, anti kezaliman
melalui lembaga keuangan syar’iah.

C. Lembaga Keuangan Syariah

1. Pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan
bidang keuangan. Kegiatan usaha lembaga keuangan dapat berupa penghimpunan dana atau penyaluran
dana. Lembaga keuangan syariah ialah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan
shyariah dan mendapatkan izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah.

2. Secara umum lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan yaitu peyerapan dana
dari unit surplus ekonomi baik individu, pemerintah maupun sektor usaha untuk meyediakan dana bagi
unit ekonomi deficit. Dengan adanya lembaga keuangan maka dapat meminimalkan biaya pengadaan
atau pengolahan informasi tentang investasi, oleh karena itu investasi lebih efesien untuk kedua belah
pihak dari unit surplus maupun unit deficit.

3. Fungsi lembaga keuangan

Ditinjau dari sisi penyediaan keuangan terdiri dari

a. Fungsi tabungan

b. Fungsi penyimpanan kekayaan

c. Fungsi transmutasi kekayaan

d. Fungsi likuiditas

e. Fungsi pembayara

4. Prinsip operasional lembaga keuangan syariah

a. Bebas dari maghrib

1) Maysir (spekulasi), secara bahasa maknanya judi, secara umum mengundi nasib dan setiap
kegiatan yang sifatnya untung-untungan. Perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak
produktif karena tidak terkait dengan sector riil dan tidak memberikan dampak peningkatan
penawaran agregat barang dan jasa.

2) Gharar, secara bahasa berarti menipu, memperdaya, ketidakpastian. Gharar berarti menjalankan
suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang cukup atau suatu transaksi yang
resikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti akibat dari resiko tersebut tanpa memikirkan
konsekuensinya.

3) Haram, penegasan terhadap larangan. Larangan bisa saja berasal dari Tuhan maupun dari akal.
Dalam aktifitas ekonomi diharapkan semua umat muslim menjauhi dari transaksi yang
diharamkan.
4) Riba, secara bahasa tumbuh, berkembang. Riba adalah pendapatan penambahan secara tidak sah
baik secara kualitas, kuantitas, waktu penyerahan dan lain-lain. Secara ekonomi riba dilarang
karena membuat arus investasi pada sector produktif terhambat.

5) Batil secara bahasa batal atau tidak sah, secara ekonomi pelarangan batil akan semakin
mendorong berkurangnya moral hazard dalam berekonomi.

b. Menjalankan bisnis dan aktifitas perdagangan yang berbasis memperoleh keuntungan yang sah menurut
shari’ah.

c. Menyalurkan zakat, infak dan shadaqah.

Sumber

Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam Vol.2 No.1 Shinta Dewianty

Jurnal Of Islamic Econoic And Business Vol. 1 No 1

Anda mungkin juga menyukai