Anda di halaman 1dari 91

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL


TAHUN AKADEMIK 2019-2020
EKONOMI SYARIAH (ECEU602061)

Pengajar : Tim Pengajar


Hari/Tanggal : Oktober 2019
Waktu : 120 menit
Sifat Ujian : Tutup Buku/Catatan (Closed Books/Notes)
Instruksi : Kerjakan 4 dari 8 soal yang tersedia

No. 1 Bobot soal 25 %


Jelaskan beberapa konsep berikut :
a. Aqidah c. Akhlak e. Huquq
b. Syariah d. Fiqh Muammalah

a. Aqidah
Kata akidah atau i’tiqod secara bahasa berasal dari kata al ‘aqdu yang
artinya berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Adapun secara istilah
umum, kata akidah bermakna keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada
keraguan. Jika keyakinan tersebut sesuai dengan realitas yang ada maka
akidah tersebut benar, namun jika tidak sesuai maka akidah tersebut bathil.
b. Syariah
Syariah membahas tentang aturan-aturan hukum Allah. Hukum yang
sifatnya ritual seperti ibadah dan juga aturan-aturan seperti pernikahan,
pendidikan, kenegaraan dan sebagainya.
c. Akhlaq
Akhlak adalah berpikir tentang prilaku, baik prilaku hati maupun anggota
badan.
d. Fiqh Muammalah
Fiqh Muamalah dalam pendefinisiannya dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Dalam Arti Luas:
Aturan-aturan/hukum Allah yang mengatur manusia berkaitan dengan
pergaulan duniawi dalam interaksi social.
2. Dalam Arti Khusus/Sempit: Aturan-aturan/hukum Allah yang wajib
ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hal
perolehan harta benda, pengembangan dan pendayagunaan harta
e. Huquq
Konsep hak (al-huquq), meliputi hak, sumber hak, perlindungan dan
pembatasan hak dan pembagian jenis- jenis hak.
Dari segi literal kita sudah dapat memaknai bahwa huquq memiliki dua
dimensi hak dan kewajiban. Dengan demikian manusia tidak hanya memiliki
kepentingan pribadi untuk dilayani tetapi juga tanggung jawab sosial secara
bersamaan.
Huquq meliputi seluruh dimensi tidak hanya individu tetapi juga Tuhan,
sosial, dan alam. Dengan demkian segala keputusannya dalam mengalokasikan
sumber daya yang terbatas akan menciptakan Maslahah dan menurunkan
mafsadah.
No. 2 Bobot soal 25 %
a. Jelaskan mengapa ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan
normatif perekonomian?

1. Konflik antara Worldview dan Tujuan

Tujuan ekonomi konvensional


Positivism: membangun teori yang bisa memprediksi secara valid tentang
fenomena yang belum diobservasi
• Menitikberatkan pada realisasi maksimisasi, efisiensi, dan equity pada
ekonomi
(cost-benefit analysis)
• Definisi sangat dipengaruhi oleh teori pareto optimum di mana setiap
kebijakan harus mampu membuat situasi menjadi better-off tanpa mempuat
individu manapun worse-off.

Normativism: menitikberatkan pada tercapainya tujuan-tujuan sosial ekonomi


seperti kesejahteraan sosial yang dapat direpresentasikan oleh: Full employment,
equal income distribution, ecological balance, dll.
• Untuk tercapainya tujuan normative diperlukan adjusment dan harmonisasi
dari individu dengan kepentingan social.

Ekonomi positif mengklaim bahwa efisiensi dan equity dapat ditentukan tanpa
“value judgment”. Sementara secara normatif harus merefleksikan dan
mewujudkan nilai-nilai yang diyakini baik oleh masyarakat. Fakta kegagalan
ekonomi konvensional disebabkan karena terjadi konflik antara tujuan-tujuan
ekonomi secara normatif yang diturunkan dari paradigma agama seperti
brotherhood (kebersamaan) dan nilai moral, sedangkan pada sisi lain analisa
ekonomi positif dipengaruhi oleh paradigma sekuler bahwa definisi sebuah
kesejahteraan sangat bergantung pada preferensi individu.

2. Inkonsistensi antara Mikroekonomi dan Makroekonomi


Mikro: utility maximization, profit maximization, self-interest.
Makro: social welfare, income equality, ecological friendly.
Tujuan-tujuan makroekonomi tidak akan tercapai tanpa didukung framework
mikroekonomi yang konsisten dan searah dengan tujuan makroekonomi.

b. Jelaskan konsep Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan


implikasinya pada perekonomian.

Islamic Worldview: Sebuah gambaran yang komprehensif atau absolut tentang


Islam yang tujuannya adalah untuk menjelaskan secara holistik prinsip-prinsip
Islam dasar secara komprehensif sehingga menjadi dasar untuk pandangan hidup
dan mengakar dalam diri seseorang.

Tuhan menciptakan alam untuk kebaikan seluruh manusia, manusia sebagai


khalifah bertanggungjawab atas penggunaan sumber daya tanpa merusak ciptaan-
Nya. Manfaat ekonomi dan sosial dari sebuah aktivitas harus lebih besar dari biaya
ekonomi dan sosial. Namun barang dan jasa yang diharamkan tidak dapat
diproduksi atau dikonsumsi meskipun manfaat-nya melebihi biaya-nya, asumsi
more is better than less tidak dapat diberlakukan disini.
No. 3 Bobot soal 25%
a. Falah, maslahah, dan maqashid syari’ah adalah konsep kunci dalam tujuan
ekonomi Islam. Jelaskan definisi masing-masing dan keterkaitan antar ketiga
konsep tersebut

Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti
kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah
kemuliaan dan kemenangan dalam hidup.

Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang
mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.
Maslahah dasar bagi kehidupan manusia adalah sesuai maqashid syariah yang
terdiri dari lima hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (’aql), keturunan
(nasl), dan material (maal).

Maqashid Syariah
- Dien: dibutuhkan oleh manusia untuk menuntun keyakinan, memberikan
ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas.
- Nafs: sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan, yang
mengancam kehidupan harus dijauhi
- ’Aql: Islam mewajibkan menuntut ilmu karena tanpanya manusia akan
mengalami kesulitan dan penderitaan.
- Nasl: Kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting
- Maal: Ia dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan
sebagai sarana untuk ibadah
Dengan terjaganya lima komponen maqashid syariah maka akan mendorong
terciptanya maslahah bagi umat manusia yang kemudian akan membawanya
kepada falah.

b. Dengan menggunakan perspektif ekonomi Islam, bagaimana membedakan


keinginan dan kebutuhan ? berikan contoh

Keinginan manusia jika dituruti bisa menjadi tak terbatas. Namun terkait
kebutuhan sejatinya terbatas pada hal-hal mendasar yang telah dijelaskan
melalui konsep maslahah. Berikut ini tingkatan maslahah terkait pemenuhan
kebutuhan:
• Dharûriyyât: hal-hal yang mendasar dimana tanpa-nya akan menimbulkan
kerusakan yang besar bahkan kepunahan kehidupan manusia dan
kebahagiaan akhirat-pun akan hilang.
Contoh: pemenuhan hak-hak dasar manusia yang menjamin
terjaganya maqashid syariah
• Hâjiyyât: segala kebutuhan manusia yang melengkapi hal mendasar
dimana tanpa-nya akan menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam kehidupan
manusia.
Contoh: kebolehan akad mudharabah dan aktivitas ekonomi lainnya
untuk memudahkan kehidupan.
• Tahsiniyyât: segala hal etis yang bernilai baik yang memperbaiki atau
memperindah hal mendasar.

No. 4 Bobot soal 25%


a. Jelaskan argumentasi pelarangan Riba!
Jenis dan definisi Riba dengan merujuk pada al-Qur’an, as-Sunnah, bisa
disimpulkan bahwa riba terbagi dua :riba qardh dan riba al-buyu’, dan riba al-
buyu’ tersebut mencakup riba al-fadhl dan riba nasi’ah.

Alasan pelarnagan Riba menurut Al-Fakhr al-Raazii (544-606/1149-1209). Al-


Tafsiir al-Kabiir :
(i) Riba memungkinkan seseorang memaksakan pemilikan harta dari orang lain
tanpa ada imbalan. Keuntungan yang akan diperoleh pihak peminjam masih
“dalam perjudian”, belum tentu datang, sedangkan pemungutan “tambahan”
dari peminjam adalah hal yang pasti, tanpa resiko;
(ii) Riba menghalangi pemilik modal ikut serta berusaha mencari rizki, karena ia
dengan mudah membiayai hidupnya cukup dengan bunga. Hal ini akan
membawa kemunduran masyarakat;
(iii) Bila riba diperbolehkan, masyarakat dengan maksud memenuhi kebutuhannya,
tidak segan-segan meminjam uang walau berapapun tinggi bunga-nya. Hal ini
akan merusak tata hidup tolong-menolong, saling menghormati, sifat-sifat baik
manusia dan perasaan berhutang budi;
(iv) Dengan riba, pemilik modal menjadi semakin kaya, peminjam semakin miskin.
Jika riba dibenarkan, orang kaya akan menindas orang miskin dengan cara ini;
(v) Larangan riba sudah ditetapkan oleh nash, dimana tidak harus seluruh rahasia
tuntutannya diketahui manusia

b. Jelaskan mengapa dalam Islam profit diperbolehkan sedangkan riba terlarang.

Dalam transaksi-transaksi berbasis jual beli, seperti Murabahah, ijarah, salam dan
istisna, rate of return adalah positif dan ditetapkan diawal.
Pre-determined rate of return dari transaksi-transaksi berbasis jual beli ini
membuat mereka terlihat sangat mirip dengan instrument berbasis bunga. Hasil
akhir keduanya adalah identik. Namun dalam kenyataannya tidak demikian,
terdapat perbedaan signifikan antara keduanya.
Transaksi jual-beli tidak mengandung pembiayaan langsung dan pinjaman. Mereka
adalah transaksi pembelian, penjualan atau sewa yang mengandung barang dan
jasa riil.
Syariah menerapkan sejumlah kondisi untuk validitas transaksitransaksi ini untuk
menjamin bahwa penjual (financier) juga berbagi resiko dan untuk menjamin
bahwa transaksi ini tidak berubah menjadi transaksi pembiayaan dan pinjaman
berbasis bunga, seperti adanya ketentuan bahwa penjual harus memiliki dan
menguasai barang yang dijual. Dengan demikian pembiayaan melalui akad Islam
hanya bisa ekspansi seiring dengan kenaikan perekonomian riil.

Yang ditetapkan diawal adalah harga dari barang dan jasa yang dijual, bukan
tingkat bunga. Sekali harga telah ditetapkan, maka hal tersebut tidak bisa dirubah
meskipun terdapat keterlambatan pembayaran terkait hal-hal yang tidak
diperkirakan.

No. 5 Bobot soal 25%


a. Jelaskan preferensi konsumen dalam perspektif Islam

Teori perilaku konsumen dalam Islam menganalisis empat tingkatan pilihan


konsumsi.
– Tingkatan pilihan ke-1, seberapa besar konsumsi untuk kebutuhan dunia dan
kebutuhan akhirat.
– Tingkatan pilihan ke-2, untuk kebutuhan dunia, berapa yang dikonsumsi
sekarang dan berapa untuk masa depan.
– Tingkatan pilihan ke-3, untuk kebutuhan sekarang, ditentukan prioritas-nya.
Prioritas tertinggi adalah pemenuhan 5 kebutuhan pokok (dharuriyyat), kemudian
yang melengkapi-nya (hajiyyat) dan yang memperbaiki-nya (tahsiniyat).
– Tingkatan pilihan ke-4, pilihan di masing-masing kelompok.
Ekonomi konvensional hanya membahas pilihan tingkat ke-2 dan ke-4 saja, dan
mengabaikan pilihan tingkat ke-1 dan ke-3.
– Alat analisis konvensional, hanya dapat diterapkan untuk tingkatan pilihan ke-4
saja.
No. 6. Bobot soal 25%
a. Jelaskan beberapa unsur yg diabaikan dlm teori Perilaku Konsumen yg
konvensional bila ditinjau dari perspektif Ekonomi Islam. Unsur apa yg
terpenting menurut anda? Mengapa?
• Karena perilaku konsumsen Islami berdasarkan rationalitas Islam , maka perilaku
konsumsinya menjadi berbeda dengan konsumsi konvensional
• Rationalitas islam dibangun atas tujuan dan dasar yang lebih baik, maka perilaku
konsumsi akan mencerminkan hal yang lebih baik
• Axioma yang ada tidak cukup sehingga diperlukan axioma tambahan
Berikut axioma yang membedakan:
1. Non-Haram Items : seorang konsumen Islami tidak akan mengkonsumsi
barang haram.
2. Maslahah Oriented : konsumen hanya akan memilih items yang memberikan
maslahah terbaik
3. Higher Income represents higher mashalah : harta/income sebagai unsur
maqashid mencerminkan maslahah yang lebih baik
4. Non-Haram Items :
(i) Aturan Syariah membedakan jenis barang halal dan haram, sehingga
konsumen mengetahui mana barang dan jasa yang boleh dikonsumsi dan
mana yang tidak.
(ii) Maka sangat rasional bagi individu tersebut untuk hanya mengkonsumsi
barang halal
(iii) Jika x = halal , y = haram. Konsumen hanya akan memilih x sehingga
yang terbentuk adalah sebuah equilibrium “corner solution “
b. Dengan memperhatikan unsur tsb, apa implikasinya terhadap Fungsi
Permintaan yang konvensional? Jelaskan.

1. Non-Haram Items :
• Aturan Syariah membedakan jenis barang halal dan haram, sehingga
konsumen mengetahui mana barang dan jasa yang boleh dikonsumsi dan
mana yang tidak.
• Maka sangat rasional bagi individu tersebut untuk hanya mengkonsumsi
barang halal
• Jika x = halal , y = haram. Konsumen hanya akan memilih x sehingga
yang terbentuk adalah sebuah equilibrium “corner solution “

2. Maslahah Oriented
• Prilaku konsumsi sesorang yang diasumsikan rasional “Islamic Man” di
mana prilaku konsumsinya tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan
manfaat atau utility dari barang dan jasa yang dikonsumsinya tetapi
juga memperhitungkan maslahah dari barang dan jasa tersebut,
• Jika y hanya memberikan manfaat, sedangkan x juga memberikan
maslahah, maka keranjang basket konsumen akan lebih banyak memilih
x.
3. Higher Income represents higher mashalah
• Ingat bahwa maslahah terealisasi dengan penjagaan maqashid syariah.
• Analisis ekonomi membatasi pada salah satu elemen maqashid :
harta/pendapatan.
• Tapi konsep keseimbangan maqashid tetap berlaku untuk 4 elemen lain
tetap dijaga agar penggunaan harta juga terikat pada 4 elemen lain.
• Jika y hanya memberikan manfaat, sedangkan x juga memberikan
maslahah, maka kenaikan pendapatan akan membuat konsumen
memperbanyak konsumsi x, dan mengurangi konsumsi y.
No.7 Bobot soal 25%
a. Bagaimana Ekonomi Islam memandang asumsi rasionalitas ?

Satisfaction of wants vs fullfilment of need :


• The right minded man will make a judgement which of his desires "need" to
be satisfied first and which do not need to be satisfied at all
• Sehingga seseorang yang rasional akan memenuhi keinginan yang
merefleksikan kebutuhan , tidak sekedar keinginan
• Apakah keinginan = kebutuhan ? - Dalam menganalisa prilaku konsumsi Islam
perlu dibedakan secara jelas apa yang dimaksud degan kebutuhan (Need) dan
keinginan (want).
• Bagaimana membedakan keinginan dan kebutuhan ?
Human wants are unlimited There is practically no end to human
wants and it is also true that, we are never being able to satisfy them all. As
the Holy Prophet (pbuh) said; if god were to give man a valley full of gold,
he would ask for the second, and if he were given the second, he would ask
for the third; man would never be satisfied until he was dead (Al-Bukhari,
5992-5996).
• Kebutuhan dapat diprioritaskan mengikuti 3 level maslahah
1. Keinginan yang jika tidak dipenuhi akan mengancam kehidupan => Prioritas
utama kebutuhan
2. Keinginan yang jika tidak dipenuhi mengganggu kehidupan => Prioritas
kedua
3. Tidak mengganggu jika tidak terpenuhi => Prioritas ketiga

b. Dalam ekonomi Islam, sifat memaksimumkan tujuan secara seimbang adalah


sebuah perilaku alami. Jelaskan!
Manusia rasional akan berusaha mencapai suatu preferensi yang memaksimumkan
kesejahteraan, kesejahteraan ini bisa utilitas/profit/dll. Dalam konteks individu
islam, ini berarti individu tersebut akan berusaha memaksimalkan maslahah untuk
mencapai falah.
• Utilitas dan maslahah

Utilitas: terkait dengan ukuran nilai guna suatu benda, subjektif, bisa
sama/berbeda antar individu
Maslahah: subjektif tapi bisa dibandingkan,konsisten dengan maslahah sosial,
ditetapkan oleh syariah, mengikat, menyatukan seluruh pembangunan ekonomi
• Maslahah dan manfaat

Maslahah lebih obyektif karena diturunkan dari syariah, dan lebih luas karena
mencakup dimensi diluar diri sendiri. Maslahah pasti mengandung unsur manfaat
(utilitas).
• Komponen Maslahah

Maslahah terdiri dari interaksi 4 komponen yakni, (1) Manfaat, (2) Berkah, (3)
Rahmat, dan (4) Pahala. Ekonomi islam berfokus pada komponen dunia
(komponen 1 dan 2) karena komponen akhirat (3 dan 4) adalah hasil dari
aktivitas dunia.
• Maslahah = f (Manfaat, Berkah, Rahmat, Pahala)

Maksimalisasi maslahah dilakukan dengan meningkatkan level maqasid (harta,


jiwa, keturunan, akal, agama). Namun maksimisasi maslahah saja belum cukup
karena perlu juga keseimbangan semua elemen maqashid.
Ayat-ayat tentang keseimbangan: Ar-Rahman (55):7-9, Al-Hijr (15): 19-21,
Al- Furqan (25): 67.
Manusia pada umumnya cenderung mencari keseimbangan pada aktivitas hidup,
sehingga menjaga keseimbangan merupakan sikap positif. Contohnya adalah pola
hidup sehat ala Rasul dengan mengisi perut dengan udara, air, dan makanan.
Manusia akan cenderung untuk kearah keseimbangan dalam aktivitasnya, tapi
manusia juga bisa tidak seimbang, contohnya sikap hedonis dan destruktif.

No.8 Bobot soal 25%


a. Apakah konsep scarcity dalam ekonomi Islam sama dengan scarcity dalam
ekonomi konvensional? Jelaskan

Scarcity memainkan peranan sangat penting di dalam ilmu ekonomi


konvensional. Keterbatasan akan sumber daya seperti waktu, sumber daya alam,
serta teknologi menjadi landasan bagi individu untuk mengambil pilihan dan
keputusan terbaik bagi dirinya untuk dapat memaksimalkan utilitas yang ingin
dicapainya. Scarcity juga menghantarkan setiap pengambil keputusan untuk
memperhitungkan setiap biaya (cost) yang harus dikorbankan untuk mencapai
keuntungan (benefit) atau tujuan tertentu.
Secara makro, eksistensi sumber daya diciptakan cukup dan bahkan
berlebih untuk kehidupan manusia di dunia. Jadi tidak ada scarcity secara agregat.
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah)” (QS. Ibrahim: 34)
. ”Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS: Asy-Syuura Ayat: 27)

b. Analisa ekonomi akan tetap ada walaupun misalkan tidak ada scarcity.
Jelaskan, dan tunjukkan juga mengapa hal ini begitu penting dalam ekonomi
Islam ?

Masalah mendasar ekonomi di dalam Islam adalah bagaimana mendorong


individu ke arah taqwa agar setiap keputusan-keputusan yang diambilnya di dalam
aktifitas ekonomi dapat menjamin teralisasinya maqasid syariah. Ekonomi Islam
muncul pada akhirnya untuk menjawab dan menganalisa bagaimana agar tujuan-
tujuan syariah dapat terealisasi dalam aktivitas ekonomi.

Ilmu ekonomi Islam seharusnya tidak hanya membahas penyebab sebuah


keputusan tercipta tetapi juga harus membahas apakah keputusan yang diambil
benar-benar dapat menciptakan masalahah. Preferensi yang cenderung
menciptakan maslahah pada tiap-tiap individu dapat muncul ketika perilaku
individu tersebut selalu cenderung kepada menghindari apa yang dilarang Tuhan
dan mengerjakan apa yang diperintahkanya (Taqwa).
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN


AKADEMIK 2017-2018
EKONOMI SYARIAH (ECEU602061)-B

Pengajar : Yusuf Wibisono / Banu M. Haidhir


Hari/Tanggal : Kamis, 29 Maret 2018
Waktu : 120 menit
Sifat Ujian : Tutup Buku/Catatan (Closed Books/Notes)
Instruksi : - Kerjakan 2 soal bagian A dan 2 soal
bagian
B.
- Jawablah soal secara akademis
dan komprehensif !
- Kumpulkan makalah anda bersama lembar
jawaban.

Alokasikan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya!

SOAL BAGIAN A (Kerjakan 2 dari 7 Soal yang Tersedia)

No. 1 Bobot soal 40%


a. Jelaskan mengapa ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan normatif
perekonomian? Kaitkan jawaban anda dengan worldview, peranan dan
implikasinya dalam kehidupan! Jelaskan dampak secular worldview terhadap
perekonomian
Riba berasal dari dua sumber, utang piutang dan jual beli. Utang piutang
yang dapat menyebabkan riba adalah utang yang pengembaliannya melebihi dari
pinjamannya, baik dalam bentuk manfaat material/immaterial (yang diperjanjikan
pada awal akad) atau denda karena terlambatnya pengembalian. Sedangkan jual
beli yang menyebabkan riba adalah jual beli tidak tunai dan tidak seimbang dari
enam barang ribawi, emas, perak, garam, gandum, kurma, dan syair.
Murabahah merupakan akad jual beli yang nilai pokok barangnya dan
keuntungan penjualannya diketahui oleh pembeli (bersifat tijari‒mencari
keuntungan). Keuntungan yang diperoleh dari murabahah bukan merupakan riba
karena keuntungan tersebut tidak didapatkan dari kelebihan pengembalian
pinjaman ataupun akibat dari penangguhan dan ketidakseimbangan penjualan
barang-barang ribawi, namun merupakan keuntungan dari penjualan barang secara
murabahah.
b. Jelaskan Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan implikasinya pada
perekonomian. Jelaskan pula kaitan Islamic worldview dan Islamisasi ilmu.
Islamic worldview dapat didefinisikan sebagai “sebuah gambaran yang
komprehensif atau absolut tentang Islam yang tujuannya adalah untuk menjelaskan
secara holistik prinsip-prinsip Islam dasar jujur dan komprehensif sedemikian rupa
sehingga menjadi dasar untuk pandangan hidup dan mengakar dalam diri
seseorang.” Implikasi Islamic Worldview terhadap Ekonomi:
• Aspek dunia dipandang sebagai persiapan untuk aspek akhirat.
• Aspek akhirat memiliki signifikansi yang utama dan final.
• Tidak kesemuanya menunjukkan perilaku pengabaian atau tidak menghiraukan
aspek dunia.

Cara nilai-nilai Islamic Worldview bisa berjalan di perekonomian yang kapitalis:


Ilmu ekonomi konvensional merupakan ilmu yang sudah berevolusi
selama kurang lebih 3 abad. Sebagai sebuah ilmu, ilmu ekonomi konvensional
lebih maju daripada ilmu ekonomi Islam dalam beberapa hal. Oleh karenanya, ada
beberapa “keuntungan” yang bisa kita pelajari dari kemajuan ilmu ekonomi
konvensional untuk mengembangkan ilmu ekonomi Islam. Keuntungan bisa
didapatkan oleh ekonomi Islam dengan cara meninjau kembali teori ekonomi
konvensional yang sudah ada. Hal ini untuk mengetahui bagaimana teori-teori
tersebut dikembangkan sebagai respons terhadap permasalahan ekonomi yang
berlangsung sepanjang waktu. Cara ini akan menarik untuk memeriksa
bagaimana persoalan ini dibahas dalam konteks asumsi yang mencerminkan
filosofi sekuler dalam satu sisi dan kondisi yang berlaku dalam pelaksanaannya.
Dengan demikian, kita bisa mendapatkan beberapa ide tentang bagaimana
menganalisis dan menawarkan solusi terhadap permasalahan ekonomi yang
kita hadapi hari ini dari perspektif Islam.
Cara lain untuk mendapatkan manfaat dari ekonomi konvensional adalah
dari hubungan antara asumsi-asumsi yang diberikan dalam teori dan filosofi
sekuler yang mendasarinya. Hubungan antara asumsi tersebut dapat digunakan
untuk membangun ilmu ekonomi Islam. Asumsi-asumsi yang basis filosofisnya
tidak selaras dengan prinsip dan nilai Islam, akan ditolak. Asumsi lain yang
dasarnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, dapat memenuhi syarat
atau, disesuaikan kapan saja dapat berguna bagi pengembangan ekonomi Islam.
Ekonom Islam dapat juga memperoleh manfaat dari mempelajari seni analisis yang
digunakan dalam ekonomi konvensional. Seni ini termasuk techniques or tools
yang yang dapat meningkatkan keterampilan dan pengalaman dalam berurusan
dengan permasalahan ekonomi yang berbeda. Contohnya kita bisa belajar dari
ekonomi konvensional dari segi klasifikasinya, analisisnya, dan bagaimana
mengukur variabelnya. Contoh dari teknik analisis termasuk juga penggunaan
dari matematika dan statistik untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat.

No. 2 Bobot soal 40%


a. Jelaskan hakikat ilmu dalam Islam! Jelaskan peran akal dalam Islam! Jelaskan pula
rasionalitas dari Islamisasi ilmu ekonomi
Dalam islam, Ilmu seharusnya menuntun kita pada Tuhan, bukan justru
menyesatkan kita dari-Nya. Ilmu semestinya mendekatkan kita pada kebenaran,
bukan justru menjauhkan kita darinya.
“Diantara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu
pengetahuan …” (QS Al-Hajj: 3).
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya …” (Qur’an 17:36)

Dalam Islam, pengetahuan adalah kebenaran tentang hakikat Tuhan, ciptaan-


Nya dan seluruh fenomena kehidupan, yang diperoleh melalui wahyu, pemikiran
dan pengalaman manusia. Setiap ide dan gagasan harus didukung dengan bukti
kebenarannya, bukan sekedar prasangka dan hawa nafsu. Tanpa meyakini
kebenarannya, kita hanya akan berdusta.
“… Adakah kamu memiliki pengetahuan sehingga kamu dapat
mengemukakannya kepada Kami? Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan
belaka dan kamu tidak lain hanyalah berdusta”. (QS Al-An’âm: 148)

Maka, esensi mendasar dari ilmu dan pengetahuan adalah ia harus membawa kita
kepada kebenaran. Untuk menjamin hal ini maka ilmu yang dipelajari dan
dikembangkan harus diperoleh dari sumber yang diyakini pasti kebenarannya,
yaitu Tuhan.
“ … dan (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS An-Nisâ: 126)

Peran Akal dalam Islam sangatlah diperhatikan, ada 3 sumber pengetahuan


dalam Islam dan dua diantaranya (rasionalisme dan empirisme) menggunakan dan
menghendaki manusia berpikir dengan akalnya, yaitu : - Wahyu (Pengetahuan
yang diperoleh dari wahyu adalah pengetahuan absolut (haqq al-yaqin), bentuk
pengetahuan yang paling dapat dipercaya)
- Rasionalisme (Pemikiran rasional dapat digunakan untuk mendapatkan
pengetahuan, namun intelektualitas manusia memiliki keterbatasan sehingga tetap
membutuhkan wahyu untuk memastikan kebenarannya)
-Empirisme (Panca indera dapat digunakan untuk mendapatkan pengetahuan (ayn
al yaqin), namun juga memiliki keterbatasan)

Dalam hal ini, rasionalisme dan empirisme semata tidak cukup untuk
menjamin kita sampai pada kebenaran. Keterbatasan akal dan panca indera
manusia akan membuat kebenaran dari pengetahuan manusia selalu bersifat relatif.
Ketika kita bergantung sepenuhnya pada akal dan pada saat yang sama
mengabaikan pengetahuan dari wahyu Tuhan, maka hal itu akan menyesatkan kita
dari kebenaran.
“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tidak
berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.” (QS An-Najm: 28)

Rasionalitas dari Islamisasi Ilmu Ekonomi


Dalam Islam, ilmu, karena bersumber dari Tuhan, seharusnya sempurna,
permanen, netral dan universal. Namun mitos, ketidaksempurnaan akal, serta nilai-
nilai dan paradigma yang tidak benar, telah mengotori ilmu sehingga menjadi tidak
sempurna, yang menghalangi kita dari kebenaran tentang Tuhan, ciptaan-Nya,
serta seluruh fenomena hidup dan kehidupan.

Islamisasi ilmu dibutuhkan agar manusia tidak tersesat oleh mitos atau
ketidaksempurnaan akal. Ketika ilmu sempurna, maka ia akan netral dan universal,
sehingga tidak membutuhkan Islamisasi. Berbagai disiplin ilmu modern juga
bersifat tidak bebas nilai: filosofi dan isi pengetahuan merefleksikan paradigma,
nilai dan kepentingan tertentu. Islamisasi dibutuhkan untuk membebaskan ilmu
dari worldview yang tidak Islami ini.

Islamisasi ilmu adalah kebutuhan, bukan kemewahan, intelektual. Ia


bertujuan untuk menjamin isi dan kandungan ilmu tidak bertentangan dengan
semangat dan ajaran Islam, memastikan prosedur, metodologi, dan cara
memperoleh, memvalidasi dan menerapkan ilmu sejalan dengan aturan Islam, serta
membuat sasaran dan tujuan dari upaya memperoleh dan menerapkan ilmu sesuai
dengan ajaran Islam. Ilmu ekonomi dalam Islam harus dimulai dengan nilai-
nilai dan tujuan-tujuan kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan dan tidak
akan dapat dimaknai tanpa hal tersebut. Ilmu ekonomi dalam Islam, sebagaimana
ilmu lainnya dalam Islam, harus ilmu yang bermanfaat dengan secara pragmatis
mampu memecahkan masalah dan mempromosikan
kesejahteraan umat manusia baik di dunia dan terlebih di akhirat

b. Jelaskan metodologi dan sifat dasar ilmu ekonomi Islam! Gunakan contoh untuk
menguatkan argumentasi anda.
Ilmu Ekonomi Islam berupaya mewujudkan kesejahteraan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang langka sesuai dengan maqashid,
tanpa mengekang kebebasan individu secara berlebihan, menimbulkan
ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi, atau melemahkan keluarga dan
solidaritas sosial dan jalinan moral dari masyarakat. Ekonomi Islam berfokus pada
pemenuhan kebutuhan hidup umat manusia dan menjaga keberlangsungan-nya.
Hal ini berbeda secara signifikan dari ekonomi konvensional yang hanya
menitikberatkan pada analisa sisi produksi dan sisi pertukaran yang efisien.
Dengan demikian, ilmu ekonomi Islam mengemban tugas yang jauh lebih
berat dibandingkan ilmu ekonomi konvensional. Dengan tugas berat yang
disandangnya, ilmu ekonomi Islam membutuhkan pendekatan yang menyeluruh,
bergerak menembus batas-batas ilmu ekonomi konvensional, dengan
mempertimbangkan semua variabel yang relevan dalam pencapaian maqashid
syariahmeliputi variabel moral, sosial, ekonomi, politik, dan sejarah.

Dengan ruang lingkup analisis yang lebih luas dan tujuan yang lebih sulit,
pluralisme metodologi nampak menjadi pilihan yang paling banyak dipilih para
ekonom Islam, dengan lebih berfokus pada makna dan tujuan. Meskipun demikian,
sejumlah langkah perlu diambil untuk menerima atau menolak suatu proposisi atau
hipotesis tertentu.
(1) melihat apakah proposisi yang dikemukakan sesuai dengan inti atau struktur
logis dari paradigma Islam?
(2) mengevaluasi kebenaran logis dari proposisi melalui analisis rasional
(ijtihad).
(3) menguji berbagai proposisi yang diturunkan, sejauh mungkin, terhadap catatan
historis dan data statistik yang tersedia bagi masyarakat.
Sifat Dasar Ekonomi Islam
Ilmu ekonomi Islam dapat menjadi disiplin ilmu pengetahuan baru karena
religious worldview and vision yang dimilikinya, tidak menghalanginya
untuk secara objektif menentukan hubungan kausal antar variabel yang berbeda
(hipotesis).
Hipotesis dalam ilmu ekonomi Islam sepenuhnya bersumber dan atau
diderivasikan dari Al Qur‟an dan As Sunnah.

Contoh hipotesis ekonomi Islam adalah sebagai berikut :


Kesejahteraan adalah fungsi dari ketaatan terhadap ketentuan Tuhan,
kesejahteraan = f (ketaatan pada Tuhan). – “Jika sekiranya penduduk
negerinegeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-
A‟râf: 96)
Sebaliknya, penurunan kesejahteraan sosial secara terusmenerus (mahq) adalah
fungsi dari perilaku ekonomi tidaetis, seperti riba, mahq = f (riba). –
“Allah memusnahkan riba …” (QS Al-Baqârah: 276). Mahq (musnah) = a
continuous process of diminishing.– “Sekalipun riba itu banyak, ia akan
berakhir dengan sedikit” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

No. 3 Bobot soal 40%


a. Jelaskan pendekatan Islam terhadap ekonomi! Jelaskan peran kesejahteraan non
material dan moralitas dalam perekonomian Islam.
Pendekatan Islam terhadap ekonomi salah satunya melalu pendekatan
perilaku. Konsep perilaku ekonomi dalam Islam akan sangat memperngaruhi
keputusan seseorang dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga memiliki
kecenderungan untuk mengerjakan aktivitas ekonomi yang dianjurkan Islam dan
menjauhi aktivitas ekonomi yang dilarang oleh Islam

Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai


kesejahteraan, meskipun manusia memaknai ’kesejahteraan’ dengan prespektif
yang berbeda-beda. Sebagian besar paham ekonomi (konvensional) memaknai
kesejahteraan sebagai kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai
’kesejahteraan’ dengan istilah falah. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata
kerja aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan.
Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan kemenangan dalam
hidup. Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan holistik dan seimbang antara
dimensi:
(1) material-spiritual;
(2) individual-sosial;
(3) kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.

Sejahtera dunia diartikan sebaga segala yang memberikan kenikmatan


hidup inderawi, baik fisik, intelektual, biologis maupun material, sedangkan
kesejahteraan akhirat diartikan sebagai kenikmatan yang yang diperoleh setelah
kematian manusia. Prilaku manusia di dunia diyakini akan berpengaruh
terhadap kesejahteraan di akhirat yang abadi.
Dalam konteks dunia, falah merupakan konsep yang multidimensi. Ia
memiliki implikasi pada aspek mikro maupun makro. Falah dapat terwujud apabila
terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia secara seimbang sehingga
tercipta maslahah. Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material
maupun non material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia.

b. Jelaskan harmonisasi self-interest dan sacrifice sebagai sumber motivasi oleh


pelaku ekonomi dan dampaknya terhadap alokasi sumber daya dalam
perekonomian Islam.

Dalam perekonomian Islam definisi kesejahteraan bukan berfokus


pada alokasi sumber daya yang habis digunakan secara maksimal dalam suatu
wilayah pada periode tertentu, karena bisa saja mengindikasikan eksploitasi
sumber daya oleh satu pihak tanpa memberi manfaat kepada pihak yang lain.
Ekonomi Islam meletakan perhatian kepada alokasi sumber daya yang
mampu meningkatkan utilitas banyak pihak dengan pendistribusian sumber
daya yang adil, hal ini dapat tercipta oleh bantuan pemerintah sebagai
pengatur negara, namun terdapat alternatif yang lebih efektif yang dapat
dilakukan oleh masyarakat diantaranya dengan meningkatkan social interest
masyarakat berupa secrifice dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Islam telah memiliki isntrumen dalam memfasilitas peningkatan social interest
ini diantaranya melalui aktivitas zakat, wakaf, sedekah dll. Guna meningkatan
kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi mauapun non ekonomi.

No. 4 Bobot soal 40%


a. Jelaskan maqashid al-syari’ah, definisi, komponen dan tingkatan prioritas-nya!
Maqashid syariah adalah nilai-nilai dan sasaran syara yang dipandang
sebagai tujuan hukum Islam untuk menciptakan suatu maslahah dan menghindari
mafsadah (kerusakan). Dalam konsep Maqasid-al shari’ah maslahah terdiri dari
beberapa tingkatan untuk dicapai:

1. Daruriyat:
Daruriyah adalah penegakan kemaslahatan agama dan dunia. Artinya ketika
daruriyah itu hilang maka kemaslahatan dunia dan bahkan akhirat juga akan
hilang –munculnya kerusakan. Lima poin penting yang perlu dijaga agar
kebutuhan dasar manusia dapat tercapai dan menjegah terjadinya kerusakan:
Dien : dibutuhkan oleh manusia untuk menuntun keyakinan, memberikan
ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas.
Nafs : sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan, yang
mengancam kehidupan harus dijauhi.
’Aql : Islam mewajibkan tholabul ilm -> karena tanpanya manusia akan
mengalami kesulitan dan penderitaan.
Nasl : kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting
Maal : Ia dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan sebagai
sarana untuk ibadah (banyak ibadah membutuhkan harta)

Mashlahah dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok kehidupan (ushûl al-
khamsah) dapat diwujudkan dan dipelihara, yaitu agama (dîn), jiwa (nafs), akal
(‘aql), keturunan (nasl), dan harta (mâl).

2. Hajiyat:
Tahap kedua dari Maqasid al-Shari’ah adalah hajiyah yang didefinisikan sebagai
“hal-hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemudahan dan menghilangkan
kesulitan yang dapat menyebabkan bahaya dan ancaman. Bahaya yang
ditimbulkan jika hajiyah tidak ada tidak akan berdampak atau mengganggu
kemaslahatan umum Hajiyah juga dimaknai sebagai kebutuhan sekunder.

3. Tahsiniyat
Tahsiniyah berarti melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menghindari
yang buruk sesuai dengan apa yang telah diketahui oleh akal sehatnya. Seseorang
jika sudah mencapai tahap tahsiniyah berarti telah mencapai keadaan puas
meskipun tidak menambah efisiensi.

b. Jelaskan peran penting dan dampak maqashid al-syari’ah terhadap alokasi sumber
daya dan struktur perekonomian Islam.
Dalam struktur perekonomian Islam, aktivitas konsumi dan produksi
menjadi bagian yang harus sesuai dengan tujuan syariat Islam, maka manusia
sebagai trustee to manage nature (Q.S Al-An‘am : 95-103) yang memiliki tujuan
untuk pembangunan/kesejahteraan harus melaksanakannya berdasarkan cara-
cara terbaik sesuai dengan perintahNya

Penerapan Maqasid al-Shari’ah dalam Aktivitas Produksi


Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa produksi barang-barang
kebutuhan dasar secara khusus dipanandang sebagai kewajiban sosial (fard al-
khifayah). Jika sekelompok orang sudah berkecimpung dalam memproduksi
barang-barang tersebut dalam jumlah yang sudah mencukupi kebutuhan
masyarakat, maka kewajiban seluruh masyarakat sudah terpenuhi.
Namun jika tidak ada seseorang pun yang melibatkan diri dalam kegiatan
tersebut atau jumlah yang diproduksi tidak tercukupi maka semua orang akan
diminta pertanggung jawabanya. Kuantitas produksi tidak akan berlebihan,
tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barang/jasa secara
berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan

kemubaziran (wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya


ekonomi secara cepat.

Perekonomian yang tidak berorientasikan pada maslahah kadang


melupakan ke mana produknya mengalir, sepanjang efisiensi ekonomi tercapai
dengan keuntungan yang memadai. Pun jika yang mengkonsumsi barang/jasa
tersebut hanya kalangan tertentu yang berakibat pada timbulnya konsumerisme
dan ketimpangan sosial. Hal ini berbeda dengan nilai-nilai Islam yang
mengaitkan tujuan produksi dengan kemaslahatan. Jika produksi basic needs
menjadi suatu prioritas, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat karena
segala kebutuhan pokok telah terpenuhi.

Penarapan konsep Maqasid al-Shari’ah dalam aktivitas konsumsi


Tujuan akhir dari aktivitas konsumsi dalam ekonomi konvensional adala
utility atau kepuasan. Utility dalam konteks perekonomian, dimaknai sebagai
kegunaan barang dan jasa ketika konsumen mengkonsumsi suatu barang.
Kegunaan ini bisa juga dirasakan sebagai rasa tertolong dari suatu kesulitan
karena mengkonsumsi suatu barang. Dikarenakan adanya rasa ini maka sering
kali utilitas dimaknai sebagai rasa puas yang dirasakan konsumen.Konsumsi
yang belandaskan pada keinginan dan kepuasan akan berujung pada budaya
konsumerisme. Dalam Islam tujuan konsumsi bukanlah utilitas melainkan
maslahah. Pencapaian maslahah tersebut merupakan tujuan dari Maqasid al-
Shariah. Konsep utilitas sangat subjektif karena bertolak belakang pada
pemenuhan wants. Sedangkan konsep maslahah relatif lebih objektif karena
bertolak pada pemenuhan kebutuhan atau needs.

No. 5 Bobot Soal 40%


a. Jelaskan peran dan kedudukan syariah dalam perekonomian! Jelaskan maqashid
‘ammah dari perlindungan harta dalam Islam.
Syariah atau aturan Islam adalah dasar dan filter dari setiap transasksi
dalam perekonomian. Setiap kegiatan ekonomi dalam Islam harus sesuai dengan
syariah Islam. Tujuan utama dari syarî’ah Islam (maqâshidal-syarî’ah) adalah
merealisasikan kemanfaatan untuk umat manusia (mashâlih al-’ibâd) baik urusan
dunia maupun urusan akhirat mereka. Syarî’ah tegak diatas prinsip jalb almashâlih
wa dar’u al-mafâsid (mendatangkan mashlahah dan menolak kerusakan). Para
‘ulamâ’ bersepakat tidak ada satupun ketentuan dalam syarî’ah yang tidak
bertujuan untuk melindungi mashlahah. Syarî’ah mendorong mashlahah dunia
beriringan dengan mashlahah akhirat.

Maqâshid ‘Ammah (Tujuan Umum) Perlindungan Harta (Mâl) :


• Setiap transaksi ekonomi harus jelas
Kesepakatan bisnis harus diketahui dengan jelas olehsemua pihak agar tidak
menimbulkan perselisihan, karena kontrak bisnis harus didasarkan prinsip
kerelaan. Setiap kesepakatan bisnis diikat (tautsiq) dalam akad, seperti harus
dicatat (kitabah), disaksikan (isyhad), dan boleh adanya garansi.

• Setiap transaksi ekonomi harus adil


Berbisnis dan mendapatkan harta benda harusdilakukan dengan cara yang tidak
zhalim kepada pihaklain. Dalam setiap transaksi bisnis, ada dua kesepakatan
yang harus dipenuhi: kesepakatan pasar (market equilibria) dan kesepakatan rasa
keadilan (fairness equilibria).

• Komitmen dengan kesepakatan


Wajib memenuhi setiap kesepakatan dalam akad, termasuk akad bisnis, yang
berisi hak dan kewajiban setiap peserta akad.
• Melindungi hak kepemilikan
Mengambil harta orang lain dengan cara bathil adalahharam dan merupakan
bentuk kejahatan (ta’addi ‘ala amwal) yang dikenakan hukuman.

• Harta itu harus terdistribusi


Harta harus terdistribusi (tadawul) dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Eksistensi berbagai jenis akad bisnis (mu’awadhah) maupun akad
sosial/kebajikan (tabarru’) bertujuan agar harta mudah berpindah kepemilikan.

• Kewajiban bekerja dan berproduksi


Bekerja untuk mencari rezeki Allah SWT di muka Bumi. Mencari rezeki yang
halal menjadi wajib karena hanya dengan-nya kebutuhan terhadap harta benda
akan terpenuhi.

• Kewajiban memproduktifkan harta


Setelah bekerja dan mendapatkan keuntungan danharta, kelebihan harta
(setelah memenuhi kebutuhandan infaq) tidak boleh ditimbun/didiamkan. Harta
tidak boleh ditimbun karena ia bentuk penyianyiaan harta dan merupakan
bentuk kerugian bagi masyarakat (opportunity cost). Pemilik harta harus
berbisnis jika memiliki kecakapan, atau menyerahkan pengelolaan bisnis ke
pihak lain dengan akad kemitraan (mudharabah).

b. Jelaskan secara umum transaksi-transaksi ekonomi yang terlarang dalam Islam.


Secara umum,transaksi terlarang dalam Islam dapat diidentifikasi dengan tiga hal
dibawah ini :
• Objek akad yang tidak halal
Syarat-syarat objek akad (ma’qud ‘alaih):
– (i) harta yang masyru’ (legal)
– (ii) bisa diserahterimakan saat akad
– (iii) jelas diketahui oleh para pihak dalam akad
– (iv) harus ada pada saat akad, kecuali akad salam dan ijarah
Objek akad adalah barang/jasa yang haram dzat-nya (haram li dzatihi)
transaksi dilarang
– Khamr, bangkai, babi, patung, zina
– Serupa dengan barang haram , misalnya Khamr: narkoba, opium, dll
– Tidak memenuhi kaidah syar’iyyah : makanan dan minuman kadaluarsa, media
pornografi, rokok, dll
Objek akad adalah pendapatan non-halal (haram li ghairihi) berasal dari
usaha non-halal
– Pendapatan halal > pendapatan non-halal = pendapatan halal –
Pendapatan halal < pendapatan non-halal = harus dipisahkan.

• Haram cara transaksi-nya


Melanggar prinsip “an Taradin Minkum” (kerelaan antara kedua belah pihak)–
Contoh pelanggaran: Tadlis
Melanggar Prinsip “La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun” “jangan menzalimi dan
jangan dizalimi”. – Contoh pelanggaran: Taghrir (gharar), Ihtikar, Bai’
Najasy, Riba, Maysir, Risywah

• Tidak sah/lengkap akad transaksi-nya


Akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih
berdasarkan keridhaan masing-masing pihak. Rukun dan Syarat dalam akad harus
terpenuhi. Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam sebuah transaksi (necessary
condition). Misal: pelaku, objek, dan ijab-kabul. Syarat adalah sesuatu yang
keberadaannya melengkapi rukun (sufficient condition). Misal: pelaku transaksi
haruslah orang yang cakap hukum (mukallaf).

Suatu transaksi tidak sah/lengkap akad-nya jika: (i) Tidak terpenuhi rukun dan
syarat akad; (ii) Terjadi bay’ atain fi bai’ah atau shafqatain fi al-shafqah (two in
one): dan (iii) Terjadi ta’alluq.

No. 6 Bobot soal 40%


a. Jelaskan pelarangan riba, definisi, jenis-jenis, dan praktek modern-nya.
Riba adalah tambahan (manfaat) yang disyaratkan dalam transaksi bisnis
tanpa adanya padanan yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. Dari
sejarah Arab pra-Islam, praktek riba banyak terkait dengan ketidaksanggupan
peminjam mengembalikan hutang pada waktu jatuh tempo, kemudian disepakati
penundaan pelunasan hutang dengan syarat peminjam memberi tambahan atas
jumlah pinjaman ketika pelunasan. Hal ini dikenal sebagai riba jahiliyyah.

Pelarangan riba dalam Islam terdapat pada Al-Qur’an di surat ar-Ruum:


39, surat an-Nisaa: 160-161, surat Ali Imraan: 130, dan surat al-Baqarah: 273280.
Pelarangan riba dalam Yahudi terdapat pada Kitab Exodus (Keluaran) Pasal 22
Ayat 24-25, Deuteronomy (Ulangan) Pasal 23 Ayat 19-23, dan Leviticus (Imamat)
Pasal 25 Ayat 35-37. Sedangkan pelarangan riba dalam Kristen terdapat pada Injil
Lukas Ayat 34-35.

Jenis riba selain riba jahuliyyah adalah Riba nasi’ah, yaitu riba yang
timbul dari transaksi pinjam-meminjam (qardh) dimana utang yang dibayar
melebihi dari pokok pinjaman. Riba ini Melanggar kaidah “kullu qardhin jarra
naf’an fahuwa riba” (setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba).
Memberi pinjaman adalah transaksi kebaikan (tabarru’), sedangkan meminta
kompensasi adalah transaksi bisnis (tijarah). Serta Melanggar kaidah “untung
muncul bersama resiko” (al-ghunmu bil ghurmi) dan “hasil usaha muncul bersama
biaya” (al-kharaj bi dhaman). Al-ghunmu dan al-kharaj muncul hanya dengan
berjalan-nya waktu.

Contoh praktik riba di masa kini: bunga kredit, bunga deposito (riba nasi’ah),
bunga kartu kredit yang menunggak (riba jahiliyyah).

Terakhir, ada Riba Fadhl/Buyu’, yaitu riba yang timbul dari transaksi
pertukaran antar barang ribawi (barter) dimana terdapat potensi salah satu pihak
menerima tambahan (manfaat) lebih dari yang seharusnya. Terdapat 6 jenis barang
ribawi (amwal ribawiyat) yaitu: emas dan perak (mata uang), gandum, sya’ir,
kurma, dan garam (makanan). Agar terhindar dari riba fadhl, pertukaran barang
ribawi yang sejenis harus sama kualitas - kuantitas (tamatsul) dan dibayar tunai
(taqabudh). Jika pertukaran barang ribawi berbeda jenis , boleh terdapat marjin
namun tetap harus taqabudh. Contoh praktik riba fadl saat ini adalah : jual beli
valas yang tidak tunai (spot).

b. Jelaskan pelarangan maysir dan gharar!


Maysir (qimar) adalah bertaruh/mengadu nasib, dimana peluang menang
atau kalah ditentukan oleh sesuatu yang tidak diketahui. Secara teknis ekonomi,
maysir adalah setiap permainan, baik game of chance, game of skills atau natural
events, yang menempatkan salah satu pihak harus menanggung beban pihak lain
akibat permainan tersebut ( zero sum game). Kriteria maysir: (i) adanya taruhan;
(ii) pelaku mempertaruhkan hartanya; (iii) pemenang mengambil hak pelaku lain
yang kalah; dan (iv) pelaku berniat mencari uang dengan adu nasib.
Gharar adalah ketidakpastian yang membuat objek akad (kuantitas dan
kualitas, harga, dan waktu penyerahan) menjadi tidak pasti. Contoh: menjual anak
sapi yang masih dalam kandungan, kasus ijon, menjual barang yang hilang, dll.
Secara teknis ekonomi, gharar (taghrir) adalah adanya ketidakpastian dari kedua
belah pihak yang bertransaksi (unknown to both parties), Bentuk, jenis, sifat dan
jumlah objek akad tidak diketahui secara jelas dan Objek akad tidak ada dan belum
dimiliki, atau ada namun tidak bisa diserahterimakan serta Harga (tsaman) atau
upah (ujrah) dari objek akad tidak diketahui secara jelas

No. 7 Bobot soal 40%


Peran penting ekonomi Islam dalam ekonomi modern sulit dibantah ketika kita melihat
dominan-nya peran Islam dalam kebangkitan Eropa pada abad pertengahan.
a. Jelaskan bagaimana pemikiran ekonomi Islam berbeda. Jelaskan filosofi dan
bentuk-bentuk pemikiran ekonomi Islam.
Basis filosofi pemikiran ekonomi Islam yang terpenting adalah konsep: (i) tauhid;
(ii) risalah; (iii) akhirat; dan (iv) kesejahteraan hidup. Filosofi terakhir ini memberi
kerangka untuk economic achievements, sedangkan filosofi 1 dan 3 mensyaratkan
bahwa seluruh aktivitas ekonomi harus sejalan dengan nilai dan norma Islam yang
terdapat pada filosofi ke-2. Setidaknya terdapat tiga kategori analisa ekonomi
dalam tradisi Islam.
• Pertama, norma dan nilai-nilai ideal ekonomi.
• Kedua, aspek legal dan evaluasi isu-isu ekonomi.
• Dan terakhir adalah analisa dan aplikasi historis.

Kemudian, setidaknya terdapat lima bentuk pemikiran ekonomi Islam.


• Pertama, pembahasan hal-hal ekonomi dalam disiplin Ilmu Tafsir.
• Kedua, pembahasan isu-isu ekonomi dalam disiplin Ilmu Fiqh.
• Ketiga, pemikiran ekonomi dalam konteks sistem etika Islam untuk
pembangunan.
• Keempat, pemikiran ilmuwan Islam tentang ekonomi sebagai respon dari
kebutuhan dalam pembuatan kebijakan publik.
• Kelima, analisa obyektif dari perekonomian nyata

b. Jelaskan proses dan fase-fase perkembangan pemikiran ekonomi Islam. Sejarah


pemikiran ekonomi dalam Islam berakar dari sumber hukum Islam paling utama:
Al Qur’an dan As-Sunnah. Keduanya mengandung sejumlah aturan dan prinsip-
prinsip dasar ekonomi yang dapat diterapkan pada berbagai kondisi. Dengan
demikian, pada kehadirannya yang pertama, pemikiran ekonomi Islam adalah
orisinil dan tidak dipengaruhi oleh pemikiran luar karena Al Qur’an dan As-
Sunnah adalah ber-karakter ketuhanan.
Walau demikian, aplikasi dari aturan dan prinsip-prinsip ini pada dunia nyata
berubah dari waktu ke waktu yang melibatkan interpretasi dan pemikiran manusia
sesuai dengan perubahan tempat dan peradaban. Interpretasi dan pemikiran
ilmuwan Muslim terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah inilah yang kemudian
membentuk ‘pemikiran’ ekonomi dalam tradisi Islam. Dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan ekonomi ini, para ilmuwan Muslim juga tidak pernah
menafikan pemikiran dan pengalaman dari peradabanperadaban lain, seperti
Yunani, sepanjang tidak bertentangan dengan AlQur’an dan As-Sunnah.
• Fase pembentukan (11-100 H/632-718 M)
Pemikiran-pemikiran awal ekonomi yang berbasis langsung dari sumber
internal Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
• Fase translasi (abad 2-5 H/ 8-11 M)
ketika ide-ide dari luar di terjemahkan ke dalam bahasa Arab dan
ilmuwan Muslim mendapatkan manfaat dari karya-karya intelektual
negara-negara lain.
• Fase re-translasi & transmisi (abad 6-9 H/12-15 M)
ketika pemikiran Yunani dan Muslim-Arab masuk ke Eropa melalui
penterjemahan dan jalur-jalur kontak lainnya.
• Fase imitasi & stagnasi (abad 10-11 H/16-17 M)
ketika pembentukan ide-ide baru hampir benar-benar terhenti
• Fase kebangkitan & pergerakan (abad 12-13 /18-19)
ketika pemikiran untuk reformasi dan ide-ide baru disuarakan di
berbagai belahan dunia Islam.
• Fase pemikiran ekonomi Islam modern (abad 14/20)

SOAL BAGIAN B (Kerjakan 2 dari 9 Soal yang Tersedia, Bobot


Soal @ 10%)
1. Mengapa kita membutuhkan ilmu ekonomi Islam? Jelaskan relevansi dan
signifikansi ilmu ekonomi Islam.
Sebenarnya kemapanan ekonomi konvensional mulai dipertanyakan terutama
dalam hal pencapaian kesejahteraan manusia sebagai sebuah tujuan ilmu ekonomi.
Memang ekonomi konvensional, selama beberapa abad awal sejak
kemunculannya, memberikan sebuah fakta pencapaian kesejahteraan terutama di
Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa yang menjadi pelopor ekonomi
konvensional. Tetapi mayoritas negara-negara yang mencoba menerapkan
ekonomi konvensional di gelombang berikutnya kebanyakan gagal mencapai apa
yang telah dilakukan di negara pelopor tersebut. Ada pemikiran mungkin karena
perbedaan karakteristik negara sehingga pencapaian implementasi ekonomi
konvensional tidak bisa sama disetiap negara.
Beberapa masalah yang muncul pada perekonomian global dewasa ini adalah
adanya persistensi terjadinya krisis ekonomi, dominasi sektor keuangan di atas
sektor riil, dan ketimpangan pendapatan. Krisis ekonomi yang diuraikan di atas
hanyalah segelintir akibat dari penerapan ekonomi konvensional yang cenderung
mengedepankan sikap self interest, dimana manusia lebih mengedepankan
kepentingan pribadi dengan senantiasa bersikap tamak terhadap materi, ingin
menang sendiri. Karena sifatnya yang demikian ekonomi konvensional juga sering
diasosiasikan dengan sistem kapitalisme dimana aktivitas ekonomi dikuasai
kepemilikan individu dengan tujuan utama profit yang berimplikasi pada
penumpukan kekayaan sebagai tujuan. Hal ini jelas bertentangan dengan
worldview dan tujuan normatif Islam.
Ketidaksesuaian dengan worldview Islam ini berimplikasi pada asumsi yang
terlalu menyederhanakan realitas, dan konflik tujuan dan worldview. Ekonomi
Islam di sisi lain dapat menawarkan beberapa solusi, yaitu adanya konsistensi
worldview dan tujuan, orientasi pada membangun struktur sosial, dan sifat dasar
ekonomi Islam yang merupakan goal-oriented discipline.

2. Jelaskan visi ilmu ekonomi Islam sebagai ilmu yang bermanfaat!


Ilmu ekonomi dalam Islam harus dimulai dengan nilai-nilai dan
tujuantujuan kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan dan tidak akan dapat
dimaknai tanpa hal tersebut. Ilmu ekonomi dalam Islam, sebagaimana ilmu
lainnya dalam Islam, harus ilmu yang bermanfaat dengan secara pragmatis mampu
memecahkan masalah dan mempromosikan kesejahteraan umat manusia baik di
dunia dan terlebih di akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt berikut :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi
… ( 28: 77)”

Selalu terdapat tujuan dibalik penetapan hubungan sebab-akibat. Dalam


ilmu ekonomi Islam, analisis dan prediksi adalah hal yang dibutuhkan, namun
yang jauh lebih penting adalah pencapaian visi kehidupan. Tujuan hakiki dari ilmu
pengetahuan haruslah pemecahan masalah dan mempromosikan kesejahteraan
umat manusia baik di dunia maupun di akhirat adalah ilmu pengetahuan yang
bermanfaat
3. Jelaskan model perilaku ekonomi Qur’ani yang mencoba mengintegrasikan
perilaku berbasis maksimisasi utility sebagai panduan pilihan rasional dan perilaku
berbasis maksimisasi iman sebagai prinsip rasionalitas Muslim.
Nilai moral Islam menghubungkan antara individu dengan masyarakat,
dengan menyeimbangkan antara kebebasan individual dan tanggungjawab sosial.
Islam mendorong pencapaian tujuan sosial-nya dengan menekan permintaan yang
berlebihan terhadap sumberdaya yang terbatas. Menjalankan perilaku ekonomi
secara bermoral mendorong pasokan altruisme, namun di saat yang sama Islam
mengizinkan tujuan self-interested sehingga permintaan altruisme tetap terjaga.

Moralitas memiliki dampak signifikan pada perilaku sosial dan ekonomi


individu, dan moralitas relijius jauh lebih efektif dibandingkan moralitas
konvensional. Nilai moral relijius akan menjadi panduan jika dinyatakan secara
eksplisit dan empatik. Nilai moral relijius tidak akan menjadi panduan jika
diinterpretasikan secara tidak tepat dan tidak merespon kebutuhan masyarakat.
Kebijakan publik yang pro-aktif harus menyertai moralitas individual untuk
mencapai hasil kolektif yang optimal.

Untuk menciptakan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan material


dan non material, dibutuhkan pengorbanan (sacrifice) yang lebih besar dari pelaku
ekonomi diatas self-interest. Ilmu ekonomi Islam mengakui pentingnya dua hal ini,
baik memenuhi self-interest maupun keputusan untuk berkorban untuk social-
interest. Masuknya dimensi moral tidak menghalangi self-interest, namun memberi
ruang yang luas untuk pengorbanan dalam rangka mempromosikan social-interest
dan kesejahteraan umat manusia. Selfinterest dan sacrifice keduanya dibutuhkan
untuk mencapai kesejahteraan umat manusia. Institusi terpenting dalam kehidupan
umat manusia, (pasar, keluarga, masyarakat dan pemerintah), tidak dapat
dijalankan hanya dengan self-interest, sacrifice adalah keniscayaan untuk
menjalankan institusi-institusi ini.

Jika moral menjadi bagian penting dalam menentukan perilaku ekonomi


manusia, bagaimana Islam mendorong individu untuk mengejar kepentingan
pribadi mereka di dalam kerangka kepentingan sosial dimana terdapat konflik
antara self-interest dan social interest? Islam mengeliminir hal ini dengan memberi
perspektif jangka panjang bagi kepentingan pribadi – menarik kepentingan pribadi
melebihi jangka waktu dunia ke akhirat. Dengan demikian, faktor keimanan
(spiritualitas) menjadi determinan penting dalam masalah motivasi ini.

4. Jelaskan konsep manusia sebagai ma dan ‘Abd, serta implikasi etis-nya terhadap
ilmu ekonomi dan pembuatan keputusan ekonomi.
Manusia berperan sebagai khalifah di bumi dan Abd (hamba) Allah (Q.S
Albaqarah:30). Peran khalifah menjelaskan bahwa alam semesta beserta isinya
yang dipercayakan kepada manusia untuk dimanfaatkan dan dikelola dengan
sebaik-baiknya, sedangkan peran Abd menjelaskan bahwa manusia tidak memiliki
otoritas independen atau hak mutlak selain mengikuti kehendak Allah sebagai
Tuhannya. Kedua peran ini harus dijalani secara bersamaan dan setiap
pengabaiannya salah satunya, mengakibatkan manusia tidak berfungsi sebagai
mana mestinya. Seperti yang dinyatakan oleh Nasr (1990):
“Tidak ada makhluk lebih berbahaya di bumi dari khalifah Allah yang tidak lagi
menganggap dirinya menjadi Abd Allah”

Dengan ini dimaksudkan bahwa jika manusia melupakan siapa dia dalam
hubungan dengan Penciptanya, ia akan berpotensi melakukan kesalahan besar
"kejahatan" karena arrogancenya dengan menjadi "pemimpin" di dunia ini, tetapi
dengan memperhatikan kedua peran tersebut terhadap Allah maka tindakan
manusia kemudian menjadi bagian dari ibadah dan penyerahan kepada Allah (Al
Qur'an 51:56). Hal ini tentu saja benar-benar berbeda dengan
"manusia ekonomi" yang modern yang tidak berkewajiban untuk
mempertimbangkan segala bentuk pengabdian untuk Tuhan.

Manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an, adalah mahluk yang


terbaik dari ciptaan Allah (Qur'an 95: 4) yang telah dijiwai dengan ruh (AlQur'an
15: 28-29). Manusia sekaligus diberkahi dengan potensi fisik, intelektual dan
spiritual yang semua harus dibina dan dikembangkan. Oleh karena itu penerimaan
aspek spiritual manusia sangat penting mendasar dalam visi ekonomi Islam dan
memiliki implikasi jauh untuk meraih epistemologi dan metodologi ekonomi Islam
dan kesejahteraan manusia. Selain itu, hanya manusia yang dianugerahi dengan
akal yang dipertimbangkan dalam Islam menjadi dasarnya substansi spiritual.
Dalam hal ini, akal bila digunakan secara maksimal dan memungkinkan manusia
untuk memahami posisinya dan tujuananya diciptakan dan bertindak sesuai dengan
syariat yang Allah tentukan.

5. Bagaimanakah cara kita melakukan identifikasi terhadap maqashid al-syari’ah


(mashlahah dan mafsadah) dan jelaskan bagaimana maqashid digunakan dalam
pembentukan hukum baru (ijtihad)?
Mashlahah pada dasarnya adalah konsep rasional dan hampir seluruh
kemanfaatan di dunia (mashâlih al-dunyâ) dapat diidentifikasi oleh intelektualitas,
pengalaman dan kebiasaan manusia. Syarî’ah hanya memberikan kriteria dan
panduan untuk mencegah kebingungan antara prasangka individu dan mashlahah.
Namun untuk kemanfaatan di akhirat dan kemanfaatan yang merupakan kombinasi
kemanfaatan di dunia dan akhirat, hanya dapat diidentifikasi oleh syarî’ah.
Kemanfaatan murni (naf’ khâlish) dan keburukan absolut (dhurr khâlish)
umumnya jarang ditemui. Yang lebih menjadi tujuan aturan syarî’ah adalah
kesadaran tentang mashlahah. Mafsadah yang tidak signifikan tidak mempengaruhi
jalannya kehidupan yang dipenuhi dengan mashlahah, dan sebaliknya mashlahah
yang tidak signifikan menjadi tidak berarti di tengah kehidupan yang dipenuhi
mafsadah.
Ketika unsur mashlahah dan mafsadah dari satu perkara saling berbenturan,
maka menolak unsur mafsadah lebih diutamakan daripada upaya mendatangkan
mashlahah, terlebih ketika unsur mafsadah jauh melebihi unsur mashlahah. Hal ini
karena syarî’ah lebih banyak memperhatikan larangan daripada perintah, sesuai
dengan kaidah dar’u al-mafâsid aula min jalb almanâfi’ (menolak kerusakan lebih
utama daripada menarik manfaat). Mashlahah harus termasuk salah satu dari ushûl
al-khamsah dalam maqâshid al-syarî’ah, yaitu memenuhi pemeliharaan dan
perlindungan agama (dîn), jiwa
(nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl), dan harta (mâl). Berdasarkan istiqra’ (telaah),
seluruh hukum-hukum furu’ (juz’iyyah) memiliki tujuan yang sama, yaitu
melindungi ushûl al-khamsah Mashlahah sebagai muatan hukum (alfaru’) tidak
boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber hukum-nya
(al-ashl). Jika terdapat beberapa mashlahah, maka mashlahah yang lebih kecil akan
dikalahkan dan batal oleh mashlahah yang lebih besar.
Shatibi menekankan pengetahuan maqasid sebagai prasyarat untuk pencapaian
pangkat menjadi seorang mujtahid. Mereka yang tidak menguasai maqasid akan
seringkali melakukan kesalahan, bahkan membahayakan diri sendiri dan orang
lain, dalam melakukan ijtihad. Mereka mengambil pendekatan yang terfragmentasi
dan teratomisasi terhadap teks Al Quran sehingga gagal mengikat bagian-bagian
yang relevan dari teks itu secara komprehensif. Para 'ulama' terkemuka
memandang Syari'ah sebagai satu kesatuan di mana aturanaturan terperinci harus
dipahami premis-premis dan tujuan-tujuannya secara lebih luas.
Pada beberapa kesempatan-kesempatan mujtahid pernah mengeluarkan
keputusan dalam hal-hal yang disengketakan dimana ditemukan bahwa sebuah
kasus sengketa tersebut tidak harmonis dengan tujuan syariah. Maqashid syariah
berperan agar sebuah kasus harmonis dengan tujuan syariah yang sebenarnya.
Peran lain dari maqashid syariah yang penting bagi sebuah ijtihad adalah perhatian
yang harus diberikan oleh mujtahid kepada hasil akhir dan konsekuensi dari
keputusannya.

6. Jelaskan konsep peran penting dalam fiqh Islam!


Harta (Maal) secara bahasa adalah apa yang diraih dan dimiliki. Kalangan
Hanafiyyah menyatakan bahwa harta adalah segala sesuatu yang disukai oleh
tabiat manusia dan bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan.
Menurut Prof. Ahmad Mushthofa Az-Zarqo: harta adalah segala sesuatu
yang memiliki nilai material di mata manusia.Dalam Islam, harta dikatakan
bernilai jika harta tersebut halal menurut syari’at. Harta yang tidak halal (seperti
babi, minuman keras, bunga riba, dsb) tidak bisa dikatakan sebagai harta yang
bernilai.
Harta bukanlah tujuan utama dalam kehidupan dunia Alloh ta’ala
berfirman: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara
kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Alloh serta keridhoan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid
[57]: 20).
Penguasa dan pemilik mutlak terhadap dunia dan segala isinya, termasuk harta
benda adalah Alloh subhanahu wa ta’ala. Kepemilikan manusia
bersifat relatif, artinya harta benda yang dimiliki oleh manusia pada hakikatnya
adalah titipan (amanah) dari Alloh untuk dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan
ketentuan syari’at. Sebagian manusia hanya fokus mencari rizki, namun tidak
mengingat Sang Pemberi Rizki Alloh Ar-Rozzaq.

Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:


a) sebagai bekal dan perhiasan hidup yang memungkinkan manusia untuk
menikmatinya dengan baik tanpa berlebihan;
b) sebagai ujian keimanan, terutama menyangkut cara mendapatkan dan
memanfaatkannya; dan
c) sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan
melaksanakan mu’amalah dengan sesama manusia.

Terdapat 3 cara untuk mendapatkan/memiliki harta:


• Menyewakan aset yang dimiliki, seperti tanah, tenaga kerja dan modal •
Menciptakan nilai tambah atau membuat keuntungan melalui aktivitas ekonomi
dengan menanggung resiko (risk-bearing) / kewirausahaan, dengan
mengkombinasikan tanah, tenaga kerja dan modal
• Melalui transfer dari pemiliknya sebagai hasil dari transaksi pertukaran,
pembayaran hak ke pihak lain, warisan dan wasiat, serta hibah tak bersyarat
seperti infâq dan wakaf.

7. Jelaskan transaksi gharar dapat diidentifikasi sebagai zero-sum game with


uncertain payoff, serta jelaskan ukuran gharar dalam nonzero-sum game.
Definisi zero sum game adalah ketika hasil yang didapatkan oleh pihak
yang menang atau untung diambil dari harta pihak yang dikalahkan atau dirugikan.
Sementara itu, gharar adalah ketidakjelasan dalam transaksi. Transaksi yang
mengandung ketidakjelasan dapat diidentifikasi sebagai zero sum game karena
informasi asimetris dari transaksi ini kemungkinan besar akan menguntungkan
salah satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Misal, ketika seseorang membeli isi
dari sebuah kotak yang tidak diketahui barang dan nilai barangnya dengan
sejumlah uang. Penjual kemungkinan mengetahui isi dari kotak tersebut dan harga
aslinya, yang bisa saja jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan oleh pembeli.

Gharar dapat diterima hanya dalam beberapa kriteria, yaitu:


a. Tidak terdapat pada objek utama akad atau merupakan bonus dari transaksi
b. Gharar bukan menjadi karakteristik transaksi dan wajar terjadi dalam
transaksi sehari-hari, misal beras dalam karung
c. Gharar pada akad yang bersifat tabarru (tolong menolong), bukan tijari
(mencari keuntungan)
8. Jelaskan bai’ al ‘inah dan tawarruq sebagai contoh dari bentuk transaksi yang
menyerupai riba.
Bai’ al ‘inah adalah akad jual beli di mana seseorang membeli barang
dengan mencicil lalu menjual kembali barang tersebut pada penjualnya dengan
harga yang lebih murah. Bai’ al ‘inah dilarang menurut hukum Islam karena sama
seperti meminjamkan uang dengan riba dengan kedok jual beli. Berikut merupakan
contoh skema dari bai’ al ‘inah yang dilakukan oleh bank.

Secara teknis, tawarruq adalah membeli barang dengan cara tidak tunai,
kemudian menjualnya kembali kepada pihak ketiga dengan harga tunai. Akad ini
dinamakan dengan bai’al-tawarruq karena pembeli ketika membeli barang tidak
bertujuan untuk memiliki dan menggunakan barang itu, tetapi bertujuan untuk
mendapatkan wariq (uang dirham) dengan cara menjualnya kembali kepada pihak
lain secara tunai.

•Menjual logam A •Membeli logam


kepada A dengan dari A dengan
•Mendapatkan
harga Rp7jt harga Rp5jt
Rp5jt dalam
secara tangguh bentuk liquid secara tuna

B C

9. Jelaskan perbedaan antara keuntungan (profit) dan riba! Jelaskan mengapa dalam
Islam profit diperbolehkan sedangkan riba terlarang.
Bunga sering dipandang sebagai laba, dan sebaliknya. Bunga sebagai
marginal productivity of capital. Marginal productivity semestinya dipisahkan dari
bunga. Marginal utiliy memperhitungkan valuasi dan harga dari barang konsumer.
Sedangkan rent dari setiap faktor produksi ditentukan oleh produktivitas-nya
dalam memproduksi barang konsumer. Bunga yang muncul dari kapitalisasi future
rent dari durable goods, sejalan dengan time preference. Marginal productivity
menjelaskan rental price dari faktor produksi. Rent ini didiscount untuk
mendapatkan nilai kapitalisasi saat ini dari faktor produksi tersebut, dengan
menggunakan prinsip time preference, social rate dimana orang memilih present
goods dibandingkan future goods.
Dalam banyak perekonomian, suku bunga ditetapkan oleh bank sentral
melalui rate pasar uang. Hal ini menciptakan distorsi antara tingkat suku bunga
uang dengan tingkat suku bunga natural yang non-observed yang terkait dengan
capital market equilibrium. Hal ini mengizinkan financial capital untuk bertambah
secara independen dari physical capital. Jika market rate dibawah natural rate, akan
terjadi ekspansi kredit bank dan ledakan harga komodistas. Gelembung spekulatif
akan selalu berakhir dengan pecahnya gelembung dengan krisis finansial. Jika
market rate diatas natural rate, akan terjadi kontraksi kredit dan turunnya harga
komoditas. Dalam krisis ekonomi yang berpanjangan, terjadi kerugian efisiensi
dan misalokasi sumber daya yang signifikan dalam perekonomian.

Terdapat 3 cara untuk mendapatkan/memiliki harta:


• Menyewakan aset yang dimiliki, seperti tanah, tenaga kerja dan modal
• Menciptakan nilai tambah atau membuat keuntungan melalui aktivitas ekonomi
dengan menanggung resiko (risk-bearing) / kewirausahaan, dengan
mengkombinasikan tanah, tenaga kerja dan modal
• Melalui transfer dari pemiliknya sebagai hasil dari transaksi pertukaran,
pembayaran hak ke pihak lain, warisan dan wasiat, serta hibah tak bersyarat
seperti infâq dan wakaf.
Uang merepresentasikan klaim yang dimonetisasi pemiliknya terhadap hak
milik yang diperoleh dari ke-tiga cara pemilikan harta. Keuntungan adalah
kompensasi / penghargaan atas aktivitas penciptaan nilai tambah ekonomi dengan
menanggung resiko. Karena itu keuntungan tidak bisa fixed dan predetermined.
Modal finansial diperbolehkan meng-klaim keuntungan jika ia bersedia terlibat
dalam aktivitas investasi, dan karenanya menanggung resiko kerugian. Mengambil
keuntungan dari meminjamkan modal finansial (utang) dimana pokok pinjaman
dijamin untuk dikembalikan, adalah tidak diperbolehkan. Setiap keuntungan atas
pokok pinjaman yang dijamin kembali adalah predetermined positive time-value of
money yang terlarang. Bunga pada pinjaman merepresentasikan penciptaan yang
tidak dapat dibenarkan dalam Islam atas hak milik secara instan.
Riba dilarang karena tidak ada padanan nilai pertukaran yang dapat
dibenarkan Keuntungan dibolehkan karena ada padanan nilai yang setara
(‘iwad)
•Effort (al-Kasb); mengambil atau mengolah tanah dan sumber daya alam lainnya
secara langsung
•Risk (al-Ghurm); keuntungan hanya dapat dibenarkan ketika faktor produksi
bersedia menanggung resiko kerugian (al-ghunm bi al-ghurm)
•Liability (al-Dhaman); hasil usaha hanya dapat dibenarkan ketika faktor produksi
menanggung beban atau kewajiban (al-kharâj bi al-dhamân)
Al-Qur‟ân 2: 275 menegaskan bahwa jual beli adalah halâl sedangkan ribâ
adalah harâm. Ketika al-Qur‟ân melarang ribâ, para pelaku ribâ awalnya menolak
ketentuan ini. Mereka menganggap bahwa jual beli dan ribâ adalah sama, dengan
alasan bahwa tambahan dari harga tunai dalam jual beli secara tangguh adalah
serupa dengan tambahan dari pokok pinjaman, yaitu adanya tambahan keuntungan
dari harga awal karena adanya penangguhan waktu.
Transaksi jual-beli tidak mengandung pembiayaan langsung dan pinjaman,
yaitu transaksi pembelian, penjualan atau sewa yang mengandung barang dan jasa
riil. Syarî’ah menerapkan sejumlah kondisi untuk validitas transaksi-transaksi ini
untuk menjamin bahwa penjual (financier) juga berbagi resiko dan untuk
menjamin bahwa transaksi ini tidak berubah menjadi transaksi pembiayaan dan
pinjaman berbasis bunga, seperti adanya ketentuan bahwa penjual harus memiliki
dan menguasai barang yang dijual. Dengan demikian pembiayaan melalui akad
jual beli hanya bisa mengalami ekspansi seiring dengan kenaikan kapasitas
perekonomian riil. Yang ditetapkan diawal adalah harga dari barang dan jasa yang
dijual, bukan tingkat bunga. Sekali harga telah ditetapkan, maka hal tersebut tidak
bisa dirubah meskipun terdapat keterlambatan pembayaran terkait hal-hal yang
tidak diperkirakan.

*** Selamat Bekerja Sendiri & Jangan Lupa Berdo’a ***

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI


UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP
EKONOMI SYARIAH (ECEU602061)-C

Pengajar : Mohammad Soleh Nurzaman, PhD


Tanggal : 2017
Waktu : 120 menit
Sifat Ujian : Closed Book
Instruksi : - Kerjakan Semua Pertanyaan (5 soal )
secara singkat, padat, dan jelas

Q1 (15%)
a. Menurut anda, apakah ada ilmu ekonomi islam ? jelaskan
Apabila dibandingkan dengan pengetahuan, maka ilmu pengetahuan terdapat tiga
perbedaan:

• Berdasarkan informasi dan fakta yang diperoleh, ilmu pengetahuan diuji secara
kritis yang berlandaskan fakta-fakta yang merujuk pada prinsip-prinsip lain yang
juga sudah teruji.
• Berdasarkan kebenaran informasi, kebenaran pada ilmu pengetahuan akan selalu
diuji melalui metode-metode seperti studi pustaka, observasi, dan eksperimen.
• Berdasarkan prosedur mendapatkan pengetahuan, ilmu pengetahuan berangkat dari
sejumlah metode ilmiah yaitu pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan
verifikasi.
Sistematika dalam ilmu pengetahuan menjadikan ilmu pengetahuan lebih dipahami.
Sisitematika tersebut merupakan kumpulan dari tahapan dalam proses mencari
kesimpulan. Dari runtutan sebuah teori dalam ilmu pengetahuan dapat disimpulkan
perlunya sebuah proses yang melalui tahapan-tahapan untuk mengeluarkan hasil akhir
berupa yang sesuai dengan keadaan fakta yang secara umum terjadi.

Berdasarkan penjelasan diatas, Ekonomi Islam saat ini dapat dikatakan belum layak
disebut sebagai ilmu pengetahuan seperti halnya ekonomi konvensional. Ekonomi
Islam masih disebut sebagai pengetahuan karena bisa merujuk pada sejarah zaman
dahulu, tetapi masih belum bisa dibuktikan pada era saat ini. Ekonomi Islam masih
sebatas pengetahuan yang relatif karena belum memiliki konsep, sistematika, dan
hubungan dengan bidang – bidang yang lain yang terstandar dan memiliki pengujian
ilmiah yang konsisten

Sementara pada sisi lain, ekonomi konvensional telah melalui proses–proses untuk
menjadi ilmu pengetahuan hal ini dikarenakan ekonomi konvensional telah melalui
empirical evidence process untuk menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Dalam
mempelajari ilmu pengetahuan ada metode riset untuk menunjukkan bahwa sebuah
pengetahuan ada ujiannya untuk mengetahui validitasnya. Karena itu untuk
menjadikan ekonomi Islam sebagai sebuah ilmu pengetahuan, harus dibuktikan
dengan kajian ataupun riset yang tidak hanya mengatakan bahwa misalnya riba itu
haram ataupun spekulasi itu haram.

b. Bagaimana worldview berperan penting dalam analisa ekonomi ?


Worldview juga sangat mempengaruhi paradigma seseorang. Worldview membentuk
kepentingan para ilmuwan dan membantu menentukan pertanyaan yang mereka
tanyakan, permasalahan yang mereka kira penting, jawaban yang mereka anggap
dapat diterima, kebenaran dari teori, pilihan mereka akan fakta yang sesuai, dan
hipotesis yang mereka ajukan.

• Contoh 1: Pilihan topik yang akan diambil dalam training, maupun pembelajaran di
kelas: buku dan cakupan periode data yang dipilih sebagai sumber rujukan oleh
dosen adalah sesuai dengan kebutuhan menurut ukuran subjektivitas dosen
• Contoh 2: Pilihan variabel dan asumsi dalam teori ekonomi : adopsi teori menuju
pada klasifikasi variable tentu akan dipilih dari sekian banyak yang tersedia.
Dalam hal ini tentu kriterianya tidak bebas nilai
• Contoh 3: Pilihan metode :kualitatif vs kuantitatif adalah judgement yang subjektif
menurut peneliti
• Contoh 4: Pilihan sarana dan tujuan : misalkan konsep efisiensi apakah ukuran
yang bebas nilai?
• Contoh 5: Pilihan rumusan kebijakan : terdapat berbagai pilihan “school of
economics” yang secara fundamental berbeda pemahaman yang mendasarinya

c. Bagaimana anda membedakan worldview islam dan worldview sekuler


Tabel 3.2. Secular Worldview vs Islamic Worldview
Secular Worldview Islamic Worldview
Al-Qur’an dan As-sunah merupakan
Menitikberatkan pada aspek
sumber rujukan yang paling utama
material dari kesejahteraan
dalam suatu masyarakat dan peran
manusia
rasionalitas merupakan subordinat dari
wahyu.
Agama merupakan masalah Menitikberatkan pada aspek material
privat dan tidak memiliki dan spirituil dari manusia
peran dalam ruang publik
Agama tidak dipahami sebagai Ekonomi merupakan bagian dari Islam
petunjuk sebagai sebuah sistem yang
menyeluruh
Penalaran manusia merupakan Islamic Man
sumber paling utama
Berorientasi tidak hanya pada diri
sendiri tetapi pada sosial dan
Self interest & market system
Tuhan (Huquq), market system and
government intervention
Agama menjadi tidak sacral
Pemilihan nilai adalah fungsi Shura (konsultasi) adalah dasar dari
dari proses demokrasi dan pemilihan nilai. Fleksibilitasnya
bersifat fleksibel secara tak terbatas pada apa yang diperbolehkan
terbatas, yang bergantung oleh syariah.
pada pandangan umum.
Penekanan pada duniawi Pertimbangan terhadap akhirat
menjadi faktor penentu. menjadi elemen utama yang mengatur
perilaku ekonomi manusia.
Dalam Islam memperturutkan dalam
mengejar materi diperbolehkan,
namun bukanlah sebuah akhir dari
pengejaran itu sendiri. Ia dimaksudkan
untuk akhir yang lebih mulia – pelipur
lara di akhirat kelak. Tujuannya tidak
sekedar memuaskan keinginan
manusia yang bersifat tidak berujung,
tapi untuk menyenangkan Allah
terlebih dahulu dan hamba-hambaNya
di muka bumi.

Q3 (20%)
a. Falah, maslahah, dan maqashid syari’ah adalah konsep kunci dalam tujuan ekonomi
Islam. Jelaskan keterkaitan ketiga konsep tersebut
Secara literal Maqashid al-syariah bermakna tujuan dari hukum Islam. Imam Al-
Ghazali memaknai Maqashid al-Syariah sebagai “penjagaan terhadap maksud dan
Tujuan syari’ah adalah upaya mendasar untuk bertahan hidup, menahan faktor-
faktor kerusakan dan mendorong terjainya kesejahteraan.” Para ulama bersepakat
bahwa setiap hukum syari’ah pasti memiliki alasan (illah) dan juga tujuan
(Maqashid). Tujuan dan alasannya adalah untuk membangun dan menjaga
kemaslahatan manusia. Ibnu Qayim berpendapat bahwa syari’ah adalah suatu
kebajikan dan tercapainya perlindungan bagi setiap orang pada kehidupan dunia
dan akhirat. Dengan ditegakkanya syariah Islam di dalam berbagai sendi
kehidupann diharapkan tujuan-tujuan atau Maqashid syariah dapat tercapai. Ide
sentral dari perlindungan terhadap tujuantujuan syariah atau Maqashid al-syariah
adalah terciptanya maslahah. Kemaslahan yang hendak dicapai oleh syari’ah
adalah bersifat umum atau universal. Maslahah sendiri bermakna segala sesuatu
yang bermanfaat bagi manusia, yang dapat diraih oleh manusia dengan cara
memperolehnya maupun menghindarinya.

Terwujudnya maslahah dalam segala aktivitas manusia dengan terealisasikanya


tujuan-tujuan syari’ah akan menciptakan kesejahteraan (well-being) yang
menyeluruh (holistik). Ada lima poin penting yang menjadi ruang lingkup
Maqashid Syariah. 5 poin ini menjadi indikator tercapainnya tujuan syariah :

• Dien (Agama) o dibutuhkan oleh manusia untuk


menuntun keyakinan, memberikan ketentuan atau aturan hidup,
dan membangun moralitas.
• Nafs (Jiwa)
o sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan, yang
mengancam kehidupan harus dijauhi
• ’Aql (Akal)
o Islam mewajibkan tholabul ’ilm karena tanpanya manusia akan
mengalami kesulitan dan penderitaan.
• Nasl (Keturunan)
o kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting
• Maal (Harta)
o Ia dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan
sebagai sarana untuk ibadah (banyak ibadah membutuhkan
harta)

Islam memaknai “kesejahteraan” dengan istilah falah. Informasi mengenai konsep


kesejahteraan ini hanya dapat diperoleh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu
melalui ajaran yang diwahyukan dalam Alquran dan Sunnah. Istilah falah
disebutkan dalam beberapa ayat Alquran sebagai ungkapan atas orang-orang yang
sukses. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflahayuflihu yang berarti
kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah
kemuliaan dan kemenangan dalam hidup.

Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan holistik dan seimbang antara dimensi:
(1) material-spiritual;

(2) individual-sosial;
(3) kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat

Sejahtera dunia diartikan sebagai segala yang memberikan kenikmatan hidup


inderawi, baik fisik, intelektual, biologis maupun material. Sedangkan
kesejahteraan akhirat diartikan sebagai kenikmatan yang yang diperoleh setelah
kematian manusia. Perilaku manusia di dunia diyakini akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan di akhirat yang abadi. Dalam konteks dunia, falah merupakan
konsep yang multidimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek mikro maupun
makro.

b. Bagaimana maslahah membantu manusia dalam menentukan prioritas kegiatan


ekonominya ? berikan contoh
Mashlahah membawa ekonomi Islam pada konsep pemenuhan kebutuhan
daripada memuaskan keinginan. Dalam ekonomi Islam, permasalahan ekonomi
tidak sekedar masalah pilihan individu untuk memuaskan keinginan, namun
bagaimana memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat.
Pada tataran kebijakan publik, konsep mashlahah memberi basis untuk
perbandingan kebutuhan interpersonal, dan karenanya memberi basis untuk
pengukuran kesejahteraan sosial, sesuatu yang sulit dilakukan ekonomi
konvensional yang menghadapi masalah dalam komparasi utility interpersonal.
Zarqa (1980) berargumen bahwa hampir semua konsep fungsi
kesejahteraan sosial yang lama dicari ekonom modern, dapat kita temukan dalam
konsep mashlahah (public/social interest) dari al-Ghazali (1058-1111). Jika
pilihan-pilihan sosial hanya terdiri dari hal-hal wajib dan haram, maka masalah
dalam pilihan sosial tidak akan terjadi dan fungsi kesejahteraan sosial dapat
dicapai dengan mudah.
Namun jika dalam pilihan sosial terdapat aktivitas mubah, maka masalah
pilihan sosial dalam masyarakat Islam dapat dimitigasi dengan mengklasifikasi
barang dan jasa sosial ke dalam kategori dharûriyyât, hâjiyyât, dan tahsiniyyât.

Q4 (15%)
a. Bagaimana Ekonomi Islam memandang asumsi rasionalitas ?
Islamic rational man adalah orang yang memilih pilihan yang tepat dalam
aktivitas ekonominya, dalam aspek self maupun social interest. Perbedaan
rasionalitas dalam islam dengan konvensional adalah social interest merupakan
bagian dari private dan self interest, berarti adanya hak bagi orang lain dalam hak
pribadi.
Ketika seseorang memiliki Worldview islam, ia akan memiliki rasionalitas
yang berbeda yang disebut dengan Huquq. Singkatnya, Huquq membentuk seorang
muslim untuk tidak hanya termotivasi oleh keinginan dirinya sendiri (self-interest)
namun juga oleh kewajiban dan pengorbanan diri untuk masyarakat dan naluri
alamiah untuk memberi, peduli, menjaga, dan membangun. Proses pembuatan
keputusan dalam huquq dibuat berdasarkan pertimbangan islami atas moral
(akhlaq), kebermanfaatan (maslahah) dan kehidupan hari akhir (akhirah) sehingga
membentuk kepentingan/keinginan pribadi (self-interest) yang tidak absolut,
melainkan dibatasi oleh kepentingan/kepentingan pihak lain (other’s interest) yaitu
Allah SWT, masyarakat umum, dan alam semesta (Furqani, 2015).

b. Dalam ekonomi Islam, sifat memaksimumkan tujuan secara seimbang adalah


sebuah perilaku alami. Jelaskan
Konsep seimbang ini juga yang membentuk konsep diminishing marginal
maslahah. Secara kasat mata mungkin kita memahami bahwa maslahah tidak
mungkin mengalami diminishing marginal karena maslahah adalah kebaikan.
Berbeda dengan utitility yang merupakan kepuasan. Secara konsep, tentu semakin
banyak seseorang mengonsumsi suatu barang, seiring barang yang dikonsumsi
bertambah, maka nilai pertambahan kepuasannya akan menurun. Jika dianalogikan
dengan maslahah, tentu maslahah dan utility adalah hal yang berbeda sehingga
tidak bisa dianalogikan.
Untuk menjelaskan lebih lanjut konsep diminishing marginal maslahah,
kita perlu memahami konsep maslahah itu sendiri. Maslahah adalah ketika kita
merealisasikan perlindungan terhadap kelima komponen maqashid syariah.
Namun maksimisasi maslahah saja belum cukup karena perlu juga keseimbangan
semua elemen maqashid. Berikut ini adalah ayat Quran yang berkaitan dengan
keseimbangan diantaranya: Ar-Rahman (55):7-9, Al-Hijr (15): 19-21, Al-Furqan
(25): 67
Jika seseorang hanya memaksimalkan satu komponen saja dari Maqashid
Syariah, sebagai contoh memaksimalkan perlindungan terhadap jiwa saja. Tentu ia
tidak seimbang dalam menjaga komponen lainnya. Melindungi jiwa tentu
menciptakan maslahah, namun membiarkan komponen lainnya tidak terlindungi
tidak menciptakan maslahah sehingga kita harus menyeimbangkan diri kita dalam
melindungi kelima komponen maqashid syariah.
Manusia pada umumnya cenderung mencari keseimbangan pada aktivitas
hidup, sehingga menjaga keseimbangan merupakan sikap positif. Contohnya
adalah pola hidup sehat ala Rasul dengan mengisi perut dengan udara, air, dan
makanan. Manusia akan cenderung untuk kearah keseimbangan dalam
aktivitasnya, tapi manusia juga bisa tidak seimbang, contohnya sikap hedonis dan
destruktif.

Q4 (30%)
Dalam kaidah muamalah yang menjadi dasar aturan transaksi ekonomi Islam, segala
aktivitas ekonomi adalah dibolehkan kecuali yang jelas dilarang. Karena itu memahami
ekonomi dan keuangan Islam lebih mudah dibentuk dengan mengetahui apa saja yang
terlarang dalam aktivitasnya.
a. Jelaskan tiga alasan atau cara identifikasi transaksi yang terlarang dalam ekonomi
Islam
Riba adalah tambahan (manfaat) yang disyaratkan dalam transaksi bisnis
tanpa adanya padanan yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut.
Riba bisa terjadi baik karena adanya faktor waktu (riba jahiliyyah/nasi’ah)
maupun perbedaan jenis barang yang dipertukarkan (riba fadhl/buyu’),
terutama pada barang ribawi (emas, perak, kurma, syair, gandum, dan
garam). Contoh dari riba nasi’ah adalah bunga yang ditetapkan pada saat
aktivitas pinjam-meminjam. Contoh dari riba fadhl adalah aktivitas
pertukaran dollar dengan rupiah yang tidak dilakukan secara spot dan
pertukaran uang rupiah dengan rupiah yang berbeda nilainya dalam jumlah
yang tidak sepadan.
Maysir adalah bertaruh/mengadu nasib, dimana peluang menang atau kalah
ditentukan oleh sesuatu yang tidak diketahui. Kemenangan didapatkan
dengan memberikan beban kepada pihak yang lain atau zerosum game.
Maysir memiliki kriteria antara lain: (i) adanya taruhan; (ii) pelaku
mempertaruhkan hartanya; (iii) pemenang mengambil hak pelaku lain yang
kalah; dan (iv) pelaku berniat mencari uang dengan adu nasib. Contoh
maysir adalah saat melakukan taruhan dari pertandingan sepak bola.
Gharar adalah ketidakpastian yang membuat objek akad (kuantitas dan
kualitas, harga, dan waktu penyerahan) menjadi tidak pasti. Contoh gharar
adalah menjual buah yang masih belum matang atau dari pohon yang
belum berbuah.
Pada dasarnya, pelarangan terhadap ketiga hal ini bertujuan untuk melindungi
manusia dari mafsadah dan menghindarkan manusia dari perselisihan karena
ketidakadilan yang dihasilkan dari transaksi. Dampak masif yang disebabkan dari
ketiga hal di atas adalah ketidakstabilan perekonomian. Yang pertama, dengan
adanya riba dalam perekonomian, artinya ada proses penciptaan uang yang tidak
didasarkan pada kegiatan sebenarnya di sektor riil sehingga kemudian dapat
menyebabkan inflasi. Selain itu, riba juga dapat menjadi penyebab distribusi yang
tidak merata karena harta orang kaya bisa bertumbuh dari kesusahan yang dialami
oleh peminjam yang notabene orang miskin. Kemudian yang kedua, maysir dapat
memiliki implikasi adanya eksploitasi dari salah satu pihak terhadap pihak yang
lain, di mana ketika maysir dilakukan dalam skala besar dan oleh institusi
keuangan, maka masyarakatlah yang menjadi korban dari kegiatan maysir ini.
Yang terakhir, transaksi yang bersifat gharar juga akan merusak perekonomian.
Dengan adanya gharar, maka ada kemungkinan para pelaku ekonomi untuk
menipu dalam transaksi yang dilakukan.

b. Dari tiga alasan tersebut, alasan yang mana yang menjadi inti pengembangan
produk keuangan Islam sehingga para ahli keuangan Islam saat ini
memfokuskannya. Jelaskan
Dari ketiga hal tersebut, yang menjadi fokus utama dalam pengembangan
produk keuangan Islam adalah riba. Alasannya, dari sisi konvensional sendiri tidak
sepenuhnya mendukung praktek maysir dan gharar, namun riba masih dianggap
menjadi satu-satunya sistem keuangan yang dapat diterapkan. Kemudian, riba
memiliki dampak yang besar, mulai dari penciptaan uang yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara output dan uang yang beredar, hingga memperparah
ketimpangan dengan memberikan peluang bagi pemilik modal untuk
mengeksploitasi masyarakat yang membutuhkan pinjaman.

c. Jelaskan dua metode transaksi yang diberikan oleh ekonomi Islam sehingga bisa
menjadi alternatif transaksi yang dilarang khususnya pada pertanyaan 2b di atas.
(1) Mudharabah
(2) Musyarakah

Q5 (20%)
Sistem finansial Islam secara umum dicirikan oleh dua karakter utama: (i) Pelarangan
riba; dan (ii) Pelarangan gharar.
a. Jelaskan argumentasi mengapa karakater utama di atas menjadi ciri sistem keuangan
Islam ?
Riba merupakan kelebihan pembayaran yang ditetapkan pada transaksi
utang piutang. Pelarangan ribâ secara efektif menghapus praktek komoditisasi
uang: mengambil keuntungan dari uang dengan cara memperdagangkannya pada
“tingkat harga” (bunga) tertentu. Ketika uang berfungsi sebagai ukuran nilai dan
alat tukar, maka menetapkan harga berupa bunga pada uang menjadi sebuah hal
yang paradoks. Bunga membuat uang yang seharusnya memfasilitasi pertukaran,
sebagai ukuran nilai bagi seluruh komoditas, justru menjadi obyek pertukaran.
Dengan melarang ribâ maka Islam melindungi fungsi dasar uang sebagai ukuran
nilai dan alat tukar. Pelarangan ribâ juga menjamin tidak akan ada ekspansi
moneter yang tidak memiliki padanan dengan penciptaan nilai tambah ekonomi di
sektor riil, sehingga secara efektif akan menjaga keterkaitan sektor moneter dengan
sektor riil, dan karenanya menjaga stabilitas harga dan inflasi.
Pelarangan Riba secara esensial bermakna pelarangan “trading in credit”.
Trading in credit bermakna pemutusan waktu dari transaksi riil. –Ketika waktu
dipisahkan dari transaksi riil melalui pinjaman berbasis bunga, Hal ini membuat
tingkat utang meningkat sehingga biaya pembiayaan lebih besar melalui cost of
debt services yang lebih tinggi. Bunga yang terakumulasi membuat utang terus
tumbuh dan menjauhkan sektor keuangan dari sektor riil. Biaya bunga yang
berlipat ganda telah membebani perekonomian jauh lebih besar dari biaya
pembiayaan riil sebenarnya.
Gharar berarti ketidakjelasan atau hal-hal yang tidak diketahui hasilnya
atau tidak diketahui hakikat dan ukurannya. Maqashid dari pelarangan gharar
sendiri adalah agar tidak ada pihak berakad yang dirugikan karena haknya yang
tidak terpenuhi dan untuk menghindari perselisihan karena terjadinya kerugian
tersebut. Pelarangan gharar, bersama-sama dengan pelarangan ribâ, membuat
demand for money sepenuhnya berasal dari kebutuhan riil perekonomian. Dengan
meminimalkan permintaan uang yang tidak riil, maka permintaan uang akan stabil,
sehingga akan menstabilkan pasokan uang. Gharar memisahkan risiko dari
aktivitas ekonomi riil karena transaksi yang mengandung gharar mendapatkan
keuntungan dari kerugian yang dialami oleh orang lain. Sehingga, keadaan
perekonomian tidak berpengaruh secara langsung terhadap untung rugi yang
dihadapi oleh pelaku transaksi gharar.
Trading in risk bermakna pemutusan resiko dari sektor riil. Pemutusan
resiko dari sektor riil membawa pada resiko yang lebih besar dan biaya manajemen
resiko lebih tinggi. Komoditisasi resiko membuat sektor keuangan berlipat ganda
dan bergerak semakin jauh dari transaksi riil. Biaya komoditisasi resiko juga
membebani perekonomian jauh lebih besar dari biaya resiko riil.

b. Jelaskan perbedaan Riba dan Profit dalam konteks keuangan Islam ?


Riba berasal dari dua sumber, utang piutang dan jual beli. Utang piutang
yang dapat menyebabkan riba adalah utang yang pengembaliannya melebihi dari
pinjamannya, baik dalam bentuk manfaat material/immaterial (yang diperjanjikan
pada awal akad) atau denda karena terlambatnya pengembalian. Sedangkan jual
beli yang menyebabkan riba adalah jual beli tidak tunai dan tidak seimbang dari
enam barang ribawi, emas, perak, garam, gandum, kurma, dan syair.
Murabahah merupakan akad jual beli yang nilai pokok barangnya dan
keuntungan penjualannya diketahui oleh pembeli (bersifat tijari‒mencari
keuntungan). Keuntungan yang diperoleh dari murabahah bukan merupakan riba
karena keuntungan tersebut tidak didapatkan dari kelebihan pengembalian
pinjaman ataupun akibat dari penangguhan dan ketidakseimbangan penjualan
barang-barang ribawi, namun merupakan keuntungan dari penjualan barang secara
murabahah.

Semoga Mendapatkan Maslahah Terbaik


Kompilasi Soal Ujian Tengah Semester Genap T.A. 2016-2017
Mata Kuliah Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Soal 1
Dalam salah satu pernyataannya, Milton Friedman menyatakan bahwa sebagai sebuah
ilmu positif, ilmu ekonomi pada dasarnya bersifat independen dari segala macam nilai-
nilai etika atau penilaian normatif (Proctor, 1991).
a. Berdasarkan pernyataan di atas, setujukan Anda bahwa ilmu ekonomi bersifat
value neutral?
b. Jelaskan bagaimana peran worldview dalam membentuk ilmu ekonomi. (Hint:
kaitkan dengan perbandingan worldview dalam ekonomi konvensional dan
ekonomi Islam)

Jawaban:

a. Ilmu ekonomi tidaklah bersifat value neutral.


Selama ini, para ekonom menganggap bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu
positif, yaitu ilmu yang didasarkan pada sesuatu yang sudah terjadi, sehingga
analisis dari kejadian tersebut dianggap objektif. Namun, hal ini memiliki
perbedaan di bidang makro dan mikro ekonomi di mana pada teori-teori mikro
ekonomi, terdapat sekulerisasi antara kehidupan manusia di dunia dan kehidupan
setelahnya. Sementara itu, pada teori-teori makroekonomi, tujuan yang ingin
dicapai bersifat normatif yang mana tentunya tujuan normatif ini didasarkan pada
nilai yang dimiliki seseorang. Hal ini didasari pada fakta bahwa pemikiran
manusia tidak dapat terbebas dari nilai-nilai yang ia anut. Fakta yang terjadi bisa
memiliki pemaknaan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Sehingga, meskipun
dikatakan ilmu ekonomi bersifat value neutral, ilmu ekonomi memiliki value dari
pemikiran yang sudah dianggap biasa atau normal, yaitu pemikiran ekonomi
konvensional dengan prinsip ekonomi profit-maximization.

b. Worldview merupakan cara pandang seseorang terhadap dunia. Worldview dari


ilmu ekonomi konvensioanl adalah bahwa kehidupan dunia berbeda dengan
kehidupan akhirat
(sekulerisasi), sehingga, aktivitas ekonomi juga tidak dapat dikaitkan dengan nilai-
nilai moral atau kepercayaan. Sementara itu, worldview Islam memandang bahwa
agama perlu dilibatkan dalam setiap kegiatan manusia di dunia karena adanya
kepercayaan pada hari akhir. Oleh karena itu, ekonomi Islam memandang penting
adanya moral dan nilai-nilai Islam dalam menjalankan aktivitas ekonomi sehari-
hari.
Soal 2
Tujuan utama dari syari’ah Islam (maqashid al-syari’ah) adalah merealisasikan
kemanfaatan untuk umat manusia (mashalih al- ‘ibad) baik urusan dunia maupun urusan
akhirat mereka. Melalui pemahaman Anda, jelaskan keterikatan antara maqashid al-
syari’ah, maslahah, serta konsep huquq yang menjadi asumsi perilaku individu dalam
ekonomi Islam.
Jawaban:
Maqashid al-syari’ah berarti tujuan syariah. Maqashid al-syari’ah yang diajukan
oleh AlGhazali terdiri dari lima komponen, yaitu perlindungan terhadap agama (dien),
jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl), dan harta (maal), di mana ketika ada salah satu
komponen yang tidak terjaga, maka maqashid al-syari’ah tidak tercapai. Maqashid
memiliki peran penting dalam alokasi dan distribusi sumber daya karena seluruh barang
dan jasa yang mempromosikan maslahah merupakan kebutuhan manusia. Sementara itu,
maslahah adalah substansi dari maqashid al-syari’ah, yaitu kemanfaatan untuk manusia
baik di dunia maupun akhirat di mana maslahah dapat diwujudkan dengan terpeliharanya
kelima maqashid al-syari’ah. Huquq merupakan kata jamak dari hak, yang berarti bahwa
dalam kegiatan manusia terdapat hak-hak yang harus dipenuhi, antara lain hak terhadap
Tuhan, hak terhadap diri sendiri, hak terhadap masyarakat, dan hak terhadap lingkungan.
Asumsi perilaku individu dalam ekonomi Islam adalah bahwa manusia bertujuan
untuk mencapai maslahah yang artinya Islam membawa manusia pada konsep pemenuhan
kebutuhan, baik individu maupun masyarakat, daripada memuaskan keinginan. Maka
dalam hal ini, maqashid alsyari’ah dan huquq memberikan koridor tentang hal-hal apa
saja yang perlu dipenuhi oleh manusia untuk dapat mencapai maslahah. Dengan tujuan
pencapaian maslahah, manusia akan memilih untuk mementingkan kebutuhan sosial
daripada dirinya, sehingga preferensi individu tidak berbenturan dengan preferensi sosial.

Soal 3
Riba, Maysir, dan Gharar merupakan beberapa contoh transaksi terlarang dalam Islam.
Menurut pemahaman Anda, berikan pengertian serta contoh dari transaksi ekonomi dan
keuangan yang mengandung unsur terlarang tersebut serta jelaskan mengenai dampak
transaksi terlarang tersebut kepada perekonomian!
Jawaban:

Riba adalah tambahan (manfaat) yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa
adanya padanan yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. Riba bisa terjadi baik
karena adanya faktor waktu (riba jahiliyyah/nasi’ah) maupun perbedaan jenis barang yang
dipertukarkan (riba fadhl/buyu’), terutama pada barang ribawi (emas, perak, kurma, syair,
gandum, dan garam). Contoh dari riba nasi’ah adalah bunga yang ditetapkan pada saat
aktivitas pinjam-meminjam. Contoh dari riba fadhl adalah aktivitas pertukaran dollar
dengan rupiah yang tidak dilakukan secara spot dan pertukaran uang rupiah dengan rupiah
yang berbeda nilainya dalam jumlah yang tidak sepadan.
Maysir adalah bertaruh/mengadu nasib, dimana peluang menang atau kalah
ditentukan oleh sesuatu yang tidak diketahui. Kemenangan didapatkan dengan
memberikan beban kepada pihak yang lain atau zero-sum game. Maysir memiliki kriteria
antara lain: (i) adanya taruhan; (ii) pelaku mempertaruhkan hartanya; (iii) pemenang
mengambil hak pelaku lain yang kalah; dan (iv) pelaku berniat mencari uang dengan adu
nasib. Contoh maysir adalah saat melakukan taruhan dari pertandingan sepak bola.
Gharar adalah ketidakpastian yang membuat objek akad (kuantitas dan kualitas,
harga, dan waktu penyerahan) menjadi tidak pasti. Contoh gharar adalah menjual buah
yang masih belum matang atau dari pohon yang belum berbuah.
Pada dasarnya, pelarangan terhadap ketiga hal ini bertujuan untuk melindungi
manusia dari mafsadah dan menghindarkan manusia dari perselisihan karena
ketidakadilan yang dihasilkan dari transaksi. Dampak masif yang disebabkan dari ketiga
hal di atas adalah ketidakstabilan perekonomian. Yang pertama, dengan adanya riba
dalam perekonomian, artinya ada proses penciptaan uang yang tidak didasarkan pada
kegiatan sebenarnya di sektor riil sehingga kemudian dapat menyebabkan inflasi. Selain
itu, riba juga dapat menjadi penyebab distribusi yang tidak merata karena harta orang
kaya bisa bertumbuh dari kesusahan yang dialami oleh peminjam yang notabene orang
miskin. Kemudian yang kedua, maysir dapat memiliki implikasi adanya eksploitasi dari
salah satu pihak terhadap pihak yang lain, di mana ketika maysir dilakukan dalam skala
besar dan oleh institusi keuangan, maka masyarakatlah yang menjadi korban dari kegiatan
maysir ini. Yang terakhir, transaksi yang bersifat gharar juga akan merusak
perekonomian. Dengan adanya gharar, maka ada kemungkinan para pelaku ekonomi
untuk menipu dalam transaksi yang dilakukan.

Soal 4
a. Jelaskan perbedaan motivasi dan preferensi konsumsi dalam perspektif Islam dengan
perspektif konvensional!
b. Dalam pola produksi dalam Islam, kegiatan produksi diarahkan kepada produksi
barang-barang kebutuhan dasar (atau dharuriyyat). Dengan demikian, apakah Anda
setuju bahwa sektor produksi dalam perekonomian Islam hanya ‘terjebak’ dalam
barang-barang primer saja? Selain itu, apakah motif profit-maximization oleh produsen
menjadi terlarang dalam Islam? Berikan argumen Anda yang disertai dengan
penjelasan grafik yang mendukung.

Jawaban:

a. Dalam ekonomi konvensional, konsumsi ditentukan oleh keinginan (wants) yang


ditentukan oleh manfaatnya (utility) sebagai indikator dari kepuasan konsumsi
seseorang. Sehingga, tujuan dari konsumsi adalah mendapatkan kepuasan yang
sebesar-besarnya dengan batasan berupa pendapatan dan ketersediaan barang.
Prinsip konsumsi dalam ekonomi konvensional antara lain completeness,
transitivity, dan more is better than less. Dari motivasi yang berupa maksimisasi
utilitas, konsumsi dalam ekonomi konvensional menjadi susah diukur. Alasannya,
utilitas merupakan sesuatu yang subjektif, ambivalen, tidak terukur, dan tidak
terbatas. Sehingga, untuk menilai keoptimalan dari konsumsi menjadi sesuatu yang
incomparable. Lebih jauh lagi, dalam konvensional terdapat perspektif positive
time preference theory, yaitu bahwa konsumsi saat ini dipengaruhi oleh konsumsi
di masa depan melalui perhitungan tingkat tabungan dengan rate of time
preference dan rate of interest.
Sementara itu, menurut ekonomi Islam, motivasi dari konsumsi adalah
pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan pemenuhan maqashid al-syari’ah yaitu
maslahah dan berkah, yaitu kebaikan dari Tuhan yang diberikan dalam sesuatu.
Keberkahan ini menjadi preferensi dari konsumsi seorang muslim. Dengan adanya
maqashid al-syari’ah yang memberikan kerangka pola konsumsi, maka kepuasan
dan keberkahan yang didapatkan dari konsumsi menjadi lebih mudah diukur dan
diperbandingkan karena maqashid al-syari’ah bersifat objektif, positif, terukur,
dan terbatas. Selanjutnya, konsumsi tidak boleh dilakukan dengan berlebih-
lebihan, boros, mubadzir, dan tidak bermewah-mewahan. Perbedaan lain dengan
konvensional adalah pada intertemporal consumption, manusia mendasarkan
pilihannya pada adanya zakat, ajaran moderasi konsumsi, dan larangan riba, yaitu
manusia tidak memperhitungkan bunga tabungan.

b. Sesuai dengan kebutuhannya, maka konsumsi yang dilakukan harus berdasarkan


urutan kepentingannya, mulai dari dharuriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat.
Kebutuhan dharuriyyat menjadi kebutuhan yang perlu tersedia terlebih dahulu,
karena ketiadaan barang dharuriyyat dapat membahayakan kelangsungan hidup
seseorang. Kemudian, apabila kebutuhan dhariyyat dapat terpenuhi, maka
seseorang dapat meningkatkan konsumsinya menjadi pola konsumsi hajiyyat, yaitu
barang-barang yang sifatnya hanya untuk mempermudah kehidupan manusia.
Terakhir, setelah barang tahsiniyyat bisa terjangkau, maka diperbolehkan untuk
mengonsumsinya.
Dari pola konsumsi seperti ini, maka pola produksi juga akan mengikuti.
Ketika barang dharuriyyat dibutuhkan, maka produksi yang paling mendesak
adalah produksi barang dharuriyyat. Namun, apabila barang-barang
dharuriyyat telah dapat dipenuhi, maka industri untuk menghasilkan barang
hajiyyat dan tahsiniyyat diperbolehkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan
manusia yang diatur dengan maqashid al-syariah’ah. Selama barang yang
diproduksi sesuai dengan kebutuhan dan dapat memelihara serta tidak
bertentangan dengan maqashid al-syari’ah dan maslahah yang lebih besar,
maka kegiatan produksi tersebut diperbolekan.
Profit maximization yang menjadi motif utama kegiatan produksi tidak
relevan dengan ekonomi Islam. Dengan pola produksi yang mengikuti pola
konsumsi, maka single goal dari maksimalisasi profit rentan untuk memproduksi
barang yang tidak sesuai dengan kriteria Islam (sisi haram-halalnya), barang
tahsiniyyat menjadi produksi utama, dan kurangnya produksi barang dharuriyyat.
Oleh karena itu, kegiatan produksi dalam pandangan Islam bertujuan untuk
mencapai maslahah, yaitu hanya memproduksi yang halal dan lebih banyak fokus
pada produksi barang yang bersifat dharuriyyat.

Soal 5
a. Dalam suatu hadits dikatakan bahwa:

Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, harga mulai mahal. Patoklah harga untuk
kami!” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga,
yang menyempitkan dan yang melapangkan rizki, dan aku sungguh berharap untuk
bertemu Allah dalam kondisi tidak seorangpun dari kalian yang menuntut kepadaku
dengan suatu kezhaliman-pun dalam darah dan harta.” HR Abu Dawud, at-Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan asy-Syaukani)
Dari hadits di atas, apakah dapat dikatakan bahwa Islam melarang adanya segala
bentuk intervensi dan membiarkan market mechanism berjalan dengan sepenuhnya?
Berikan argumen Anda.

b. Jelaskan pandangan Islam mengenai struktur pasar yang bersifat monopoli. Apakah
struktur pasar monopoli diperbolehkan dalam Islam? Berikan argumen Anda.

Jawaban:

a. Hadits di atas menerangkan bahwa Islam mendukung mekanisme pasar dan melarang
adanya intervensi pada harga pasar. Namun demikian, Islam tidak melarang adanya
intervensi pemerintah dalam pasar. Bentuk intervensi yang diperbolehkan adalah
intervensi dalam kuantitas barang di pasar untuk memengaruhi harga, contohnya
melakukan impor untuk menambah kuantitas di pasar sehingga harga barang bisa
turun. Intervensi dalam bentuk penentuan harga dilarang karena hal tersebut
merupakan hal yang dzalim dengan merugikan orang lain (bisa pembeli maupun
penjual) yaitu
memaksakan harga yang tidak sesuai sehingga dapat menimbulkan perasaan tidak
ikhlas dan tidak adil dalam bertransaksi.
Mekanisme pasar didukung dalam Islam karena dalam penentuan harganya,
pembeli dan penjual dapat melakukan kesepakatan harga sehingga kedua belah pihak
sama-sama merasa ikhlas dan ridha atas transaksi yang mereka lakukan. Hal ini sesuai
dengan kaidah sukarela (antaradim minkum) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
mekanisme pasar yang sesuai dengan Islam, maka kondisi-kondisi yang harus
terpenuhi antara lain:
(1) harmoni antara kepentingan individu dan sosial
(2) terdapat distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang merata
(3) pencerminana dari urgensi keinginan oleh harga
(4) persaingan sempurna
Namun, merujuk pada Ibnu Taimiyyah, intervensi harga diperbolehkan hanya
apabila produsen menjual harganya lebih tinggi dari harga pasar, sehingga diperlukan
ketegasan pemerintah untuk pedagang/produsen menurunkan harganya.

b. Struktur pasar monopoli merupakan struktur pasar di mana hanya ada 1 produsen,
dengan barang yang unik dan tidak memiliki subtitusi, terdapat barrier to entry, dan
memiliki kontrol terhadap harga. Kelebihan pada industri yang bersifat monopoli
adalah harga yang lebih rendah dan output lebih besar karena tercapainya economics
of scale dan perbaikan kualitas produk dengan teknologi. Menurut pandangan Islam,
pasar monopoli pada dasarnya diperbolehkan, namun tidak diperbolehkan untuk
mengambil keuntungan di atas keuntungan normal, apalagi bila dikombinasikan
dengan perilaku ihtikar atau menimbun agar harga pasar menjadi naik. Dengan
menggunakan worldview Islam bahwa dalam pasar tidak diperkenankan untuk
memberikan mafsadah pada masyarakat sehingga monopoli akan hilang karakter
anti-sosialnya dan menggunakan kekuatan pasarnya untuk kebaikan masyarakat.
Kompilasi Soal Ujian Tengah Semester Tahun 2015-2016
Mata Kuliah Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

1. Jelaskan mengapa ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan normatif


perekonomian! Kaitkan jawaban anda dengan worldview ,peranan dan implikasinya
dalan kehidupan ! Jelaskan dampak secular worldview terhadap perekonomian !
2. Jelaskan mengenai Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan implikasinya
pada perekonomian! Bagaimana caranya nilai-nilai Islamic Worldview bisa berjalan di
perekonomian yang kapitalis ? Jelaskan pula kaitan Islamic Worldview dan Islamisasi
ilmu!
3. Jelaskan pendekatan Islam terhadap ekonomi ! Jelaskan peran kesejahteraan non
material dan moralitas dalam perekonomian Islam !
4. Jelaskan harmonisasi self-interest dan sacrifice sebagai sumber motivasi oleh pelaku
ekonomi dan dampaknya terhadap terhadap alokasi sumber daya dalam perekonomian
Islam!
5. Jelaskan maqashid al-syariah, defenisi, komponen dan tingkatan prioritasnya!
6. Jelaskan peran penting dan dampak maqashid al-syariah terhadap alokasi sumber
daya dan struktur perekonomian Islam! Jelaskan bagaimana maqashid al-syariah
digunakan dalam pembentukan hukum baru !
7. Jelaskan transaksi-transaksi ekonomi yang terlarang dalam Islam ! Jelaskan
pelarangan riba,definisi,jenis dan praktek modern-nya ! Jelaskan pelarangan maysir
dan gharar !
8. Jelaskan homo economicus sebagai model perilaku ekonomi manusia dalam ekonomi
konvensional ! Bedakan dengan homo ethicus dan homo Islamicus !
9. Jelaskan konsep produksi konvensional ! Jelaskan bagaimana mereka bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam!
10. Jelaskan filosofi dari kewajiban bekerja dan motivasi melakukan aktivitas ekonomi
produktif dalam Islam! Jelaskan apakah motivasi profit maximization mendapatkan
pembenaran dalam Islam!
11. Jelaskan intervensi pasar dalam Islam ! Bedakanlah market intervention dan price
intervention dalam perekonomian Islam!
12. Jelaskan cara identifikasi mashlahah dan mafsadah dalam perekonomian Islam!
13. Jelaskan dampak pelarangan riba dan perintah zakat terhadap konsumsi agregat dalam
perekonomian Islam!
14. Jelaskan mengapa Islam tidak melarang monopoli namun melarang ihktikar
(monopoly’s rent-seeking behaviour) !
15. Apakah konsep rasionalitas dalam ekonomi Islam dapat diterima ? Jelaskan !
16. Apakah aksioma dalam konsumsi Islam ? Jelaskan !
JAWABAN
1) Jelaskan mengapa ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan normatif
perekonomian! Kaitkan jawaban anda dengan worldview ,peranan dan implikasinya
dalam kehidupan ! Jelaskan dampak secular worldview terhadap perekonomian !

Alasan ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan normatif perekonomian:

1. Konflik antara Worldview dan Tujuan

Tujuan ekonomi konvensional terdiri dari 2 hal yakni tujuan positif dan normative.
Positivism bertujuan membangun teori yang bisa memprediksi secara valid
tentang fenomena yang belum diobservasi, menitikberatkan pada realisasi
maksimisasi, efisiensi dan equity pada ekonomi (cost-benefit analysis). Sedangkan
normativism bertujuan menitikberatkan pada tercapainya tujuan-tujuan sosial
ekonomi seperti kesejahteraan sosial yang dapat direpresentasikan oleh Full
employment, equal income distribution, ecological balance dll

Untuk tercapainya tujuan normative diperlukan adjusment dan harmonisasi dari


individu dengan kepentingan social karena kkonomi positif mengklaim bahwa
efisiensi dan equity dapat ditentukan tanpa “ value judgment”. Sementara secara
normatif harus merefleksikan dan mewujudkan nilai-nilai yang diyakini baik oleh
masyarakat. Fakta kegagalan konvensional disebabkan terjadi konflik antara
tujuan-tujuan ekonomi yang diturunkan dari paradigma agama seperti brotherhood
(kebersamaan) dan nilai moral, sedangkan pada sisi lain analisa ekonomi positif
dipengaruhi oleh paradigma sekuler bahwa definisi sebuah kesejahteraan sangat
bergantung pada preferensi individu.

Dampak dari Konflik:

1. Disharmoni antara Peferensi Individu dan Preferensi Sosial


Dengan dikedepankanya paradigma sekuler dalam mewujudkan tujuan normatif
yang direpresentasikan oleh konsep homo economicus di mana manusia cenderung
untuk memuaskan kepentingan pribadinya (self interest) di dalam analisa positif
maka sulit untuk mendapatkan suatu kondisi di mana terjadi harmoni antara
preferensi pribadi dan sosial.
2. Inequality of Distribution of Income and Wealth
Dengan mengedepankan kepentingan pribadi dan pemuasan preferensi pribadi,
maka kondisi equal distribution and wealth relatif sangat sulit untuk dicapai.
Karena setiap individu terutama yang kaya akan terus menerus untuk cenderung
memuasakan preferensi pribadinya sehingga mempengaruhi setiap keputusan
yang diambil oleh produsen. Karena hanya si kaya yang memiliki daya beli dan
memiliki akses yang luas terhadap kredit.
3. Refleksi Wants dari Majority Citizen di dalam Pembentukan Harga
Dengan terjadinya ketimpangan pendapatan dan harta yang sangat mencolok
diakibatkan dua faktor sebelumnya maka harga tidak lagi mencerimkan keinginan
masyarakat luas terhadap barang dan jasa. Harga yang tinggi terhadap suatu
produk bisa jadi hanya merepresentasikan seglinter elit masyarakat.
4. Tidak Terwujudnya Pasar Persaingan Sempurna
Dengan ketimpangan yang tinggi serta distorsi terhadap pembentukan harga maka
tujuan mikroekonomi untuk mencipatakan pasar bersaing yang sehat sulit untuk
dapat terwujud. Hal ini disebabkan karena hanya segelintir elit masyarakat yang
memiliki sumber daya untuk melaksanakan aktivitas produksi maupun konsumsi.

2. Inkonsistensi antara Mikroekonomi dan Makroekonomi

Kegagalan ekonomi konvensional dalam mewujudkan kerangka mikroekonomi


yang benar berdampak luas terhadap tujuan-tujuan ekonomi pada level makro.
Kondisi full empolyment, ecological sustainable, serta equal income distribution
tidak akan dapat terjadi karena inkonsistensi antara Mikroekonomi dan
Makroekonomi di mana tujuan-tujuan Makroekonomi tidak akan tercapai dengan
mengandalkan kebebasan individu dan peran pasar bebas .

Dampak secular worldview terhadap perekonomian !


Secular worldview yang berfokus pada kehidupan saat ini saja (duniawi) mengakibatkan
kondisi pemilik world view tersebut hanya menitikberatkan pada aspek material dari
kesejahteraan manusia dan aktivitas ekonomi dihayati sebagai transaksi cost and benefit
semata, oleh sebab itu tak heran jika menumpukan harta/kekayaan menjadi tujuan utama
dari secular worldview yang terwujud dalam perekonomian dengan istilah dominasi
financial economy atas real economy. Dampak Luas Dominasi Sektor Keuangan terhadap
Ekonomi adalah sebagai berikut:
-Dominasi sektor keuangan terhadap perekonomian membuat sistem ekonomi begitu
rentan terhadap gejolak krisis keuangan seperti yang terjadi tahun 1997 (asian
financial crisis) dan krisis keuangan global 2008.
-Selain itu, ketimpangan pendapatan antara sektor keuangan dan sektor riil

2) Jelaskan mengenai Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan implikasinya


pada perekonomian! Bagaimana caranya nilai-nilai Islamic Worldview bisa berjalan
di perekonomian yang kapitalis ? Jelaskan pula kaitan Islamic Worldview dan
Islamisasi ilmu!

Islamic worldview dapat didefinisikan sebagai “sebuah gambaran yang komprehensif atau
absolut tentang Islam yang tujuannya adalah untuk menjelaskan secara holistik prinsip-
prinsip Islam dasar jujur dan komprehensif sedemikian rupa sehingga menjadi dasar
untuk pandangan hidup dan mengakar dalam diri seseorang.”

Implikasi Islamic Worldview terhadap Ekonomi:


• Aspek dunia dipandang sebagai persiapan untuk aspek akhirat.
• Aspek akhirat memiliki signifikansi yang utama dan final.
• Tidak kesemuanya menunjukkan perilaku pengabaian atau tidak menghiraukan aspek
dunia.

Cara nilai-nilai Islamic Worldview bisa berjalan di perekonomian yang kapitalis:

Ilmu ekonomi konvensional merupakan ilmu yang sudah berevolusi selama kurang
lebih 3 abad. Sebagai sebuah ilmu, ilmu ekonomi konvensional lebih maju daripada
ilmu ekonomi Islam dalam beberapa hal. Oleh karenanya, ada beberapa “keuntungan”
yang bisa kita pelajari dari kemajuan ilmu ekonomi konvensional untuk
mengembangkan ilmu ekonomi Islam. Keuntungan bisa didapatkan oleh ekonomi
Islam dengan cara meninjau kembali teori ekonomi konvensional yang sudah ada. Hal
ini untuk mengetahui bagaimana teori-teori tersebut dikembangkan sebagai respons
terhadap permasalahan ekonomi yang berlangsung sepanjang waktu. Cara ini akan
menarik untuk memeriksa bagaimana persoalan ini dibahas dalam konteks asumsi
yang mencerminkan filosofi sekuler dalam satu sisi dan kondisi yang berlaku dalam
pelaksanaannya. Dengan demikian, kita bisa mendapatkan beberapa ide tentang
bagaimana menganalisis dan menawarkan solusi terhadap permasalahan ekonomi
yang kita hadapi hari ini dari perspektif Islam.
Cara lain untuk mendapatkan manfaat dari ekonomi konvensional adalah dari
hubungan antara asumsi-asumsi yang diberikan dalam teori dan filosofi sekuler yang
mendasarinya. Hubungan antara asumsi tersebut dapat digunakan untuk membangun
ilmu ekonomi Islam. Asumsi-asumsi yang basis filosofisnya tidak selaras dengan
prinsip dan nilai Islam, akan ditolak. Asumsi lain yang dasarnya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Islam, dapat memenuhi syarat atau, disesuaikan kapan saja dapat
berguna bagi pengembangan ekonomi Islam. Ekonom Islam dapat juga memperoleh
manfaat dari mempelajari seni analisis yang digunakan dalam ekonomi konvensional.
Seni ini termasuk techniques or tools yang yang dapat meningkatkan keterampilan
dan pengalaman dalam berurusan dengan permasalahan ekonomi yang berbeda.
Contohnya kita bisa belajar dari ekonomi konvensional dari segi klasifikasinya,
analisisnya, dan bagaimana mengukur variabelnya. Contoh dari teknik analisis
termasuk juga penggunaan dari matematika dan statistik untuk mendapatkan hasil
analisis yang akurat.

Jelaskan pula kaitan Islamic Worldview dan Islamisasi ilmu!

Ekonomi konvensional tidak bebas nilai juga tidak bebas bebas ideologi dan
memiliki ’foundations' yang mewakili sejarah dan pengalaman Eropa (sekuler).
Aspek ini mungkin tidak sejalan dengan beberapa worldview Islam, oleh sebab itu
dilakukanlah Islamisasi ilmu yang bertujuan sebagai “Proses penyusunan kembali
ilmu pengetahuan, yang berhubungan dengan Islam” (Faruqi 1982). IOE (Islamization
of Economics) berimplikasi adanya “critical interaction” dengan ekonomi
konvensional
Bagian dari agenda besar Islamization of knowledge adalah pengembangan ekonomi
islam sebagai sebuah disiplin tidak dimulai dari nol, tetapi akan mengutilisasi konsep
ekonomi mainstream yang memang lebih maju secara teori dan praktik, dan
mengadjust compatibilitinya dengan kerangka dan prinsip Islam. “de-westernisasi”
ekonomi konvensional dan kemudian menanamkan nilai-nilai / prinsip Islam.
Sehingga membentuk kembali ekonomi modern dengan menghilangkan, mengubah,
menafsirkan dan menyesuaikan komponen sesuai dengan pandangan Islam dan nilai-
nilainya. Fokus IOE (Islamization of Economics) sepatutnya pada proses
epistemologis dan metodologis yang memerlukan semacam integrasi pengetahuan.

Secara umum proses interaksi dan integrasi akan mengambil dua area:
3) Jelaskan pendekatan Islam terhadap ekonomi ! Jelaskan peran kesejahteraan non material
dan moralitas dalam perekonomian Islam !

Pendekatan Islam terhadap ekonomi salah satunya melalu pendekatan perilaku.


Konsep perilaku ekonomi dalam Islam akan sangat memperngaruhi keputusan
seseorang dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga memiliki kecenderungan
untuk mengerjakan aktivitas ekonomi yang dianjurkan Islam dan menjauhi aktivitas
ekonomi yang dilarang oleh Islam

NILAI PERILAKU EKONOMI

Mencari Menabung berdasarkan motif


keuntungan bunga

Profit
Peduli masa Menabung hanya untuk
depan simpanan
/

keluarga

Ketaatan Menabung untuk Ibadah


haji
Agama

Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan,
meskipun manusia memaknai ’kesejahteraan’ dengan prespektif yang berbeda-beda.
Sebagian besar paham ekonomi (konvensional) memaknai kesejahteraan sebagai
kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah
falah. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti
kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah
kemuliaan dan kemenangan dalam hidup. Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan
holistik dan seimbang antara dimensi:
(1) material-spiritual;
(2) individual-sosial;
(3) kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.

Sejahtera dunia diartikan sebaga segala yang memberikan kenikmatan hidup


inderawi, baik fisik, intelektual, biologis maupun material, sedangkan kesejahteraan
akhirat diartikan sebagai kenikmatan yang yang diperoleh setelah kematian manusia.
Prilaku manusia di dunia diyakini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan di akhirat
yang abadi.
Dalam konteks dunia, falah merupakan konsep yang multidimensi. Ia memiliki
implikasi pada aspek mikro maupun makro. Falah dapat terwujud apabila terpenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia secara seimbang sehingga tercipta maslahah.
Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang
mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.

4) Jelaskan harmonisasi self-interest dan sacrifice sebagai sumber motivasi oleh pelaku
ekonomi dan dampaknya terhadap terhadap alokasi sumber daya dalam perekonomian
Islam!
Dalam perekonomian Islam definisi kesejahteraan bukan berfokus pada alokasi
sumber daya yang habis digunakan secara maksimal dalam suatu wilayah pada periode
tertentu, karena bisa saja mengindikasikan eksploitasi sumber daya oleh satu pihak tanpa
memberi manfaat kepada pihak yang lain. Ekonomi Islam meletakan perhatian kepada
alokasi sumber daya yang mampu meningkatkan utilitas banyak pihak dengan
pendistribusian sumber daya yang adil, hal ini dapat tercipta oleh bantuan pemerintah
sebagai pengatur negara, namun terdapat alternatif yang lebih efektif yang dapat
dilakukan oleh masyarakat diantaranya dengan meningkatkan social interest masyarakat
berupa secrifice dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Islam telah memiliki
isntrumen dalam memfasilitas peningkatan social interest ini diantaranya melalui
aktivitas zakat, wakaf, sedekah dll. Guna meningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi
ekonomi mauapun non ekonomi.

5) Jelaskan maqashid al-syariah, defenisi, komponen dan tingkatan prioritasnya!

Maqashid syariah adalah nilai-nilai dan sasaran syara yang dipandang sebagai tujuan hukum
Islam untuk menciptakan suatu maslahah dan menghindari mafsadah (kerusakan)

Dalam konsep Maqasid-al shari’ah maslahah terdiri dari beberapa tingkatan untuk di capai:

(1) Daruriyat:
Daruriyah adalah penegakan kemaslahatan agama dan dunia. Artinya ketika
daruriyah itu hilang maka kemaslahatan dunia dan bahkan akhirat juga akan
hilang –munculnya kerusakan-

Lima poin penting yang perlu dijaga agar kebutuhan dasar manusia dapat tercapai dan
menjegah terjadinya kerusakan:
Dien dibutuhkan oleh manusia menuntun keyakinan, memberikan
ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas.
Nafs sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan, yang
mengancam kehidupan harus dijauhi
’Aql Islam mewajibkan tholabul ilm karena tanpanya manusia akan mengalami
kesulitan dan penderitaan.
Nasl kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting
Maal Ia dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan sebagai
sarana untuk ibadah (banyak ibadah membutuhkan harta)
Mashlahah dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok kehidupan (ushûl al-
khamsah) dapat diwujudkan dan dipelihara, yaitu agama (dîn), jiwa (nafs), akal
(‘aql), keturunan (nasl), dan harta (mâl).
2. Hajiyat:
Tahap kedua dari Maqasid al-Shari’ah adalah hajiyah yang didefinisikan sebagai
“hal-hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemudahan dan menghilangkan
kesulitan yang dapat menyebabkan bahaya dan ancaman. Bahaya yang
ditimbulkan jika hajiyah tidak ada tidak akan berdampak atau mengganggu
kemaslahatan umum Hajiyah juga dimaknai sebagai kebutuhan sekunder.

3. Tahsiniyat
Tahsiniyah berarti melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menghindari
yang buruk sesuai dengan apa yang telah diketahui oleh akal sehatnya. Seseorang
jika sudah mencapai tahap tahsiniyah berarti telah mencapai keadaan puas
meskipun tidak menambah efisiensi

6) Jelaskan peran penting dan dampak maqashid al-syariah terhadap alokasi sumber
daya dan struktur perekonomian Islam! Jelaskan bagaimana maqashid al-
syariah digunakan dalam pembentukan hukum baru !

Dalam struktur perekonomian Islam, aktivitas konsumi dan produksi menjadi


bagian yang harus sesuai dengan tujuan syariat Islam, maka manusia sebagai
trustee to manage nature (Q.S Al-An‘am : 95-103) yang memiliki tujuan untuk
pembangunan/kesejahteraan harus melaksanakannya berdasarkan cara-cara
terbaik sesuai dengan perintahNya

Penerapan Maqasid al-Shari’ah dalam Aktivitas Produksi

Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa produksi barang-barang kebutuhan dasar


secara khusus dipanandang sebagai kewajiban sosial (fard al-khifayah). Jika
sekelompok orang sudah berkecimpung dalam memproduksi barang-barang
tersebut dalam jumlah yang sudah mencukupi kebutuhan masyarakat, maka
kewajiban seluruh masyarakat sudah terpenuhi. Namun jika tidak ada seseorang
pun yang melibatkan diri dalam kegiatan tersebut atau jumlah yang diproduksi
tidak tercukupi maka semua orang akan diminta pertanggung jawabanya.

Kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang
wajar. Produksi barang/jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi
sumber daya ekonomi dan kemubaziran (wastage), tetapi juga menyebabkan
terkurasnya sumber daya ekonomi secara cepat.
Hirarki Aktivitas Produksi … Imam Al-Ghazali (1058-
1111)

Perekonomian yang tidak berorientasikan pada maslahah kadang melupakan ke mana


produknya mengalir, sepanjang efisiensi ekonomi tercapai dengan keuntungan yang
memadai. Pun jika yang mengkonsumsi barang/jasa tersebut hanya kalangan tertentu
yang berakibat pada timbulnya konsumerisme dan ketimpangan sosial. Hal ini
berbeda dengan nilai-nilai Islam yang mengaitkan tujuan produksi dengan
kemaslahatan. Jika produksi basic needs menjadi suatu prioritas, maka kesejahteraan
masyarakat akan meningkat karena segala kebutuhan pokok telah terpenuhi.
Penarapan konsep Maqasid al-Shari’ah dalam aktivitas konsumsi

Tujuan akhir dari aktivitas konsumsi dalam ekonomi konvensional adala utility atau
kepuasan. Utility dalam konteks perekonomian, dimaknai sebagai kegunaan barang
dan jasa ketika konsumen mengkonsumsi suatu barang. Kegunaan ini bisa juga
dirasakan sebagai rasa tertolong dari suatu kesulitan karena mengkonsumsi suatu
barang. Dikarenakan adanya rasa ini maka sering kali utilitas dimaknai sebagai rasa
puas yang dirasakan konsumen.Konsumsi yang belandaskan pada keinginan dan
kepuasan akan berujung pada budaya konsumerisme. Dalam Islam tujuan konsumsi
bukanlah utilitas melainkan maslahah. Pencapaian maslahah tersebut merupakan
tujuan dari Maqasid al-Shariah. Konsep utilitas sangat subjektif karena bertolak
belakang pada pemenuhan wants. Sedangkan konsep maslahah relatif lebih objektif
karena bertolak pada pemenuhan kebutuhan atau needs.

7) Jelaskan transaksi-transaksi ekonomi yang terlarang dalam Islam !

Riba

Secara bahasa, riba ( ‫ ) اا بررللاا‬berarti ziyadah ( ‫ ) ةةدداا يززللاا‬yaitu tambahan, bisa juga
diartikan sebagai kelebihan, atau pertumbuhan. Dari sudut pandang teknis, riba adalah
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Sedangkan dari
segi istilah, menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi riba adalah ‘Setiap pinjaman yang di
dalamnya disyaratkan adanya tambahan tertentu.’

Secara garis besar riba terbagi dua:


1. Riba Nasi’ah
Nasi’ah berasal dari kata nasa’a yang berarti menunda, menangguhkan atau
menunggu dan merujuk pada waktu yang diberikan kepada peminjam untuk
membayar kembali pinjamannya dengan imbalan ‘tambahan’ atau premium. Jadi
Riba Nasi’ah sama dengan bunga yang dikenakan atas pinjaman
2. Riba Fadhl
Dari segi bahasa, fadhl adalah ‘lebihan’. Sedangkan dari istilah riba fadhl adalah,
lebihan atau penambahan kuantitas dalam transaksi pertukaran atau jual beli
barang yang jenisnya sama, seperti emas dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum dsb, yang jumlahnya tidak sama.
Hukum Pelarangan Riba ( Q.S AL-Baqarah:278-279)

Serta Hadist:

Riba al-Qardh dan Bunga Bank

Dilihat dari illat pengharaman riba al-qardh:


– Illat dari riba al-qardh adalah tambahan atas pinjaman, bukan besar
kecilnya tambahan
– Bank dengan debitur diikat dengan transaksi pinjaman dimana bank
bertindak sebagai pemilik dana (pemberi pinjaman) dan debitur sebagai
peminjam
Dengan menggunakan illat dan kaidah fiqh dapat disimpulkan bahwa bunga bank
adalah tambahan (manfaat) atas pinjaman dan oleh karena itu diharamkan
Terdapat beberapa pendapat para ulama atau cendekiawan muslim yang
mengatakan bahwa bunga bank bukan riba dengan argumentasi sebagai berikut:
1. Bunga bank tidak berlipat ganda sehingga tidak termasuk dalam cakupan
dalil riba (Al-Baqarah ayat 275) dan tidak termasuk dalam riba jahiliyyah
2. Riba al-qardh yang diharamkan adalah tambahan atas pinjaman konsumsi.
Tambahan atas pinjaman yang digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi tidak diharamkan karena investasi menghasilkan keuntungan
yang besar
3. Bunga pinjaman adalah suatu tuntutan kebutuhan riil sehingga
diperbolehkan meskipun mengandung kemudharatan dengan menggunakan
kaidah maslahat yang lebih besar lebih diutamakan ketimbang
kemudharatan. Maslahat riba dianggap lebih besar dari mudharatnya
4. Bank adalah sebuah kebutuhan penting dalam sistem perekonomian
sehingga tidak mungkin dihilangkan
5. Bunga bank menjadi kompensasi atas terjadinya inflasi

Sanggahan atas argumentasi tersebut:


1. Nash dalam surat Al-Baqarah: 275 berlaku untuk seluruh riba, baik yang
sedikit ataupun yang banyak. Dan dalam ayat 279 dikatakan “Tetapi jika
kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu”. Yang dihalalkan
hanya pokok harta dan bukan tambahan meskipun nilainya kecil. Selain
itu, besar kecilnya tambahan bukan merupakan illat riba al-qardh dan oleh
karenanya tidak bisa dijadikan landasan dalam menentukan hukum
2. Dalil pelarangan riba oleh Al-Qur’an dan Sunnah mencakup seluruh jenis
riba, tanpa kecuali.
3. Illat riba adalah tambahan atas pinjaman, baik itu pinjaman konsumsi
maupun investasi. Sifat dan peruntukan dari pinjaman bukan merupakan
illat dari riba. Bedakan hikmah dengan illat, hikmah tidak dapat dijadikan
landasan hukum
4. Kaidah yang benar adalah “mencegah kemudharatan lebih diutamakan
daripada menarik kemaslahatan”. Dan sebuah maslahat diambil hanya jika
tidak bertentangan dengan syariat

Gharar

Imam Isnawi dari mazhab Syafi’i mengatakan bahwa gharar adalah jual beli
yang mengandung dua kemungkinan dan kemingkinan besarnya adalah adanya
ketidakjelasan di dalamnya. Imam Ibnu Taimiyah mendefinisikan gharar sebagai
jual beli yang tidak diketahui akibatnya. Ibnu Qayyim mengatakn bahwa gharar
adalah jual beli dimana barang tidak bisa diserahkan baik barang itu ada maupun
tidak ada, seperti menjual budak yang lari atau unta yang terlantar. Ibnu Hazm
mendefinisikan gharar sebagai transaki dimana pembeli tidak tahu barang apa
yang dijualnya.

Mayoritas ulama fiqh sepakat bahwa transaksi yang mengandung gharar dianggap
tidak sah. Syarat-syarat dari gharar yang dapat menjadikan sebuah akad menjadi
tidak sahih:
1 Gharar terjadi pada kontrak transaksi finansial
2 Tingkat gharar cukup tinggi (gharar fahisy)
3 Gharar terjadi pada objek akad
4 Transaksi tersebut tidak ada kepentingan yang melatarbelakanginya

Qimar dalam arti aslinya adalah taruhan dengan menggunakan instrumen khusus
Maysir merupakan salah satu jenis permainan yang marak pada masa jahiliyah,
dan sering disebut sebgai qimar jahiliyah. Sehingga, qimar memiliki cakupan
yang lebih besar dari maysir. Al-Dareer melihat bahwa qimar dan maysir menjadi
bagian dari gharar karena gharar memiliki arti yang lebih luas dari keduanya.

8) Jelaskan homo economicus sebagai model perilaku ekonomi manusia dalam ekonomi
konvensional ! Bedakan dengan homo ethicus dan homo Islamicus !

Homo economicus dalam kerangka ekonomi konvensional adalah keinginan manusia


akan barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dan mencapai kesejahteraan, dalam
praktiknya homo economicus dibagi menjadi 2, yakni yang bermoral (homo eticus)
dan yang tidak bermoral.

Sedangkan homo Islamicus adalah peran manusia yang meliputi komponen hamba,
kholifah (peneglola bumi), besaudara dan memiliki sifat rasional serta spiritual.
9) Jelaskan konsep produksi konvensional ! Jelaskan bagaimana mereka bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam!

Dalam ekonomi konvensional, perusahaan/ produsen selalu diasumsikan untuk


memaksimumkan keuntungan (profit maximization assumption) dalam produksi=
profit sebagai motif tunggal. Ada hubungan kuat antara profit maximization dengan
propensity to monopolize, baik di pasar barang maupun di pasar faktor.

Berkut adalah konsep produksi dalam ekonomi konvensional dan evaluasinya:

Evaluasi Konsep Pareto Optimality


Adanya “Pareto Optimality” yang berimplikasi pada pengabaian masalah
distribusi pendapatan.
Kriteria pareto tidak dapat diterapkan untuk setiap rencana meningkatkan output
diatas level maximum profit yang akan menguntungkan orang kaya diatas beban orang
miskin.

Evaluasi Konsep Given Demand Hypothesis


Ekonomi konvensional secara implisit mengasumsikan bahwa demand bersifat
given (as it is).
Dalam perekonomian dengan distribusi pendapatan yang tidak merata dimana
sebagian besar masyarakat adalah miskin, kebutuhan riil masyarakat sering tidak
tercermin dalam permintaan pasar. Misalnya, produksi lebih ditekankan pada
luxury goods yang hanya dapat dijangkau oleh the rich, dan justru yang menjadi
kebutuhan dasar bagi masyarakat secara keseluruhan tidak diproduksi secara
optimal.
Permintaan pasar juga tidak selalu mencerminkan permintaan masyarakat yang
sesungguhnya.
Perusahaan besar memiliki kemampuan dan kekuatan yang dibutuhkan untuk
memanipulasi permintaan pasar seperti melalui iklan hingga mengkooptasi
kebijakan pemerintah.

Profit maximization sebagai motivasi tunggal produksi adalah inconsistent with islamic
rationality karena produksi tidak hanya semata-mata untuk untuk mencapai kepuasan
materi/profit tetapi juga sebagai sarana untuk tujuan lain (huquq)

Berkut adalah prinsip produksi dalam islam:


1. Kegiatan produksi harus dilandasi dari nilai-nilai Islam, yaitu sesuai dengan
Maqashid Syari’ah Maslahah
2. Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan, yaitu dharuriyah,
hajiyah, dan tahsiniyah.
3. Kegiatan produksi harus memperhatikan keadilan, aspek sosial, kemasyarakatan,
memenuhi kewajiban zakat, sedekah, infaq dan waqaf (huquq)
4. Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, berlebihan, dan merusak
lingkungan.
5. Distribusi keuntungan yang adil antara pemiliki, pengelola, manajemen dengan
buruh sehingga tidak ada ketimpangan pendapatan

10) Jelaskan filosofi dari kewajiban bekerja dan motivasi melakukan aktivitas ekonomi
produktif dalam Islam! Jelaskan apakah motivasi profit maximization mendapatkan
pembenaran dalam Islam!

Manusia adalah khalifah di muka bumi ini, sehingga tujuan dari manusia (termasuk
perusahaan) adalah untuk mencapai maslahah. Produsen Islami akan tetap
memproduksi dengan kerangka profit maximization. Namun, keputusan
berproduksinya juga akan berdasarkan konsep maslahah bagi society. Oleh karena itu,
opportunity cost memproduksi barang kebutuhan pokok adalah kecil (karena
maslahah-nya besar) dan opportunity cost untuk memproduksi barang kebutuhan
tersier adalah tinggi (karena seharusnya faktor produksi bisa digunakan untuk
memproduksi barang kebutuhan pokok yang lebih penting untuk kemaslahatan umat).
Fungsi profit (π) = π (q) = R (q) – C (q) ;
Total Revenue (R) = R (q) = P (q) . (q) ;
Total Economic Cost (C) = C = E (q) + I (q) ;

dimana E = total explicit cost dan I = total implicit cost atau opportunity cost.
Opportunity Cost untuk Produsen Konvensional (Ic) = Ic (q)
Opportunity Cost untuk Produsen Islami (Is) = Is (q) = α (q) + Ic (q)
dimana α adalah Islamic valuation dari opportunity cost of the good berdasarkan
maslahah. Untuk produksi barang primer, α’(q) < 0 dimana q > 0. Untuk produksi
barang kebutuhan tersier, α’(q) > 0 dimana q > 0.

11) Jelaskan intervensi pasar dalam Islam ! Bedakanlah market intervention dan
price intervention dalam perekonomian Islam!

Direct Tools dalam Intervensi Pasar:

1. Pricing
- Protecting economic freedom and justice in fair play of market forces is a
major criterion of market regulation in the Islamic system
- Intervensi harga dan minimum wage
2. Licensing and Registration
Restrict import, export, or entry to certain markets
3. Subsidies
4. Pengaturan Currency Stabilitas Harga
12) Jelaskan cara identifikasi mashlahah dan mafsadah dalam perekonomian Islam!

Identifikasi mashlahah dan mafsadah parameternya adalah melalui Maqashid syariah.


Apabila terjadi pemenuhan atas 5 maqashid syariah yang terdiri dari agama, jiawa, akal,
harta dan keturunan maka akan tercapai kondisi maslahah, Begitu pula sebaliknya jika
satu dari kelima maqashid syariah ada yang tidak terpenuhi atau terabaikan makan
kondisi tersebut masuk dalam kondisi mafasadah (kerusakan).

13) Jelaskan dampak perintah zakat terhadap konsumsi agregat dalam perekonomian
Islam!

Zakat yang dikenakan kepada Muzakki mengakibatkan


dispossible income muzakki menjadi berkurang,
ditandai dengan berkurangnya konsumsi sebesar rate
dari zakat. Akibatnya Kurva konsumsi muzakki
berotasi dari C menjadi Caz.

Zakat yang diterima oleh mustahik menyebabkan meningkatnya autonomous


comsumption dari mustahik. Dengan asumsi bahwa zakat yang diterima berupa fixed
transfer of income (Bo-B1), kurva kurva konsumsi mustahik bergeser dari C menjadi
C+Z
Secara agregat (Mustahik dan Muzakki), kurva konsumsi berotasi dari C menjadi C+Z
atau telah terjadi peningkatan konsumsi agregat. Dalam jangka menengah, hal ini juga
akan mendorong peningkatan output.

14) Jelaskan mengapa Islam tidak melarang monopoli namun melarang


ihktikar
(monopoly’s rent-seeking behaviour) !

Islam membolehkan siapapun berusaha, sesuai prinsip kebebasan ekonomi, tanpa


melihat apakah dia satu-satunya produsen (monopoli) atau ada produsen lain..
Monopoli menjanjikan banyak manfaat bagi perekonomian, diantaranya perusahaan
menjadi monopolist karena karena mencapai economices of scale dimana biaya
produksi yang lebih rendah dan skala produksi yang besar sehingga : Harga lebih
rendah dan output lebih banyak, dampak terusannya adalah perbaikan kualitas
produk, perbaikan teknologi melalui R&D, dan efisiensi.

Tetapi Dalam banyak kasus monopoli diciptakan oleh hambatan dan praktik
yang tidak adil diantaranya;
Suap
membeli pesaing
kampanye iklan palsu
pemaksaan dari pemasok bahan baku
Diskriminasi harga
Ini terjadi ketika profit maximization sebagai tujuan tunggal akan membuat
monopolis memproduksi lebih sedikit dengan harga lebih tinggi dari apa yang ada di
pasar persaingan sempurna. Kondisi seperti ini membuat struktur monopoli menjadi
merugikan masyarakat. Dalam Islam, mengambil keuntungan diatas keuntungan
normal dengan cara menjual barang lebih adalah seperti perilaku ikhtikar. Ikhtikar
adalah terlarang
Syarat ikhtikar:
(i) objek penimbunan merupakan barang-barang kebutuhan masyarakat
kriteria kebutuhan adalah sesuai maqashid
(ii) tujuan penimbunan adalah untuk meraih keuntungan diatas
keuntungan normal bukan sebagai sekedar persediaan

Ihtikar: mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual


lebih sedikit barang untuk harga lebih tinggi (monopoly’s rent seeking).
Sebenarnya produsen dapat produksi pada tingkat harga S=D (atau MC=AR).
Selisih Kotak PmXYZ dan ABCD – monopoly’s rent seeking yang diharamkan
15) Apakah konsep rasionalitas dalam ekonomi Islam dapat diterima ? Jelaskan !

Dalam ekonomi konvensional dilandasi oleh motivasi self interest untuk mencapai
utilitas yang merepresentasikan preferensi terbaik. Islamic rational man (right
minded/ rashiid/berakal) is a person who applies right judgment with respect to his
economic activities and economic decision-making. Application of right judgments
refers to both private and social interest as well as to observance of Shariah rules.
Karena itu One distinguishing feature of islamic rationality compared to
conventional concept of rationality is that pursuit of social interest is part of private
and selfish interest. There is right of others within one’s own private property right

Self interest adalah hal yang mungkin terjadi pada manusia sebagaimana di sebutkan
dalam QS Hud/11 :87 dan QS Al Isra/17: 100. Tapi adanya social interest adalah
lebih baik (QS Al Imran/3 : 14, 17)

16) Apakah aksioma dalam konsumsi Islam ? Jelaskan !

Karena perilaku konsumsen Islami berdasarkan rationalitas Islam , maka perilaku


konsumsinya menjadi berbeda dengan konsumsi konvensional. Rationalitas islam
dibangun atas tujuan dan dasar yang lebih baik, maka perilaku konsumsi akan
mencerminkan hal yang lebih baik Axioma yang ada dalam ekonomi
konvensional tidaklah cukup dan diperlukan axioma tambahan

Berikut axioma dalam konsumsi Islam:


1. Non-Haram Items : seorang konsumen Islami tidak akan mengkonsumsi
barang haram.

Aturan Syariah membedakan jenis barang halal dan haram, sehingga konsumen
mengetahui mana barang dan jasa yang boleh dikonsumsi dan mana yang tidak.
maka sangat rasional bagi individu tersebut untuk hanya mengkonsumsi barang
halal

2. Maslahah Oriented : konsumen hanya akan memilih items yang


memberikan maslahah terbaik

Prilaku konsumsi sesorang yang diasumsikan rasional “Islamic Man” di mana


prilaku konsumsinya tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan manfaat atau
utility dari barang dan jasa yang dikonsumsinya tetapi juga memperhitungkan
maslahah dari barang dan jasa tersebut,

3. Higher Income represents higher mashalah : harta/income sebagai unsur


maqashid mencerminkan maslahah yang lebih baik
Ingat bahwa maslahah terealisasi dengan penjagaan maqashid syariah
Analisis ekonomi membatasi pada salah satu elemen maqashid : harta/pendapatan
Tapi konsep keseimbangan maqashid tetap berlaku
UNIVERSITAS
INDONESIA
FAKULTAS
EKONOMI

UJIAN TENGAH
SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK
2014/2015

EKONOMI SYARIAH (ECON 12061)


Pengajar • Yusuf Wibisono
Hari/Tanggal Kamis, 2 April 2015
Waktu 1 50 menit
Sifat Ujian Tutup Buku/Catatan (Closed Books/Notes)
Instruksi - Kerjakan 4 soal dari soal yang tersedia.
- Jawablah soal secara sistematis dan akademis!
Alokasikan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya!

No. I Bobot soal 25%


Ekonomi konvensional gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar, efisiensi
penggunaan sumber daya, memberi kesejahteraan secara merata, dan melindungi
lingkungan hidup.
a. Jelaskan Islamic worldview, peranannya dan implikasinya bagi
perekonomian! Bandingkan U/ pula dengan secular worldview.
b. Jelaskan pendekatan Islam terhadap ekonomi! Jelaskan peran kesejahteraan
non material, moralitas dan sacrifice terhadap pelaku ekonomi dan alokasi
sumber daya dalam sistem Islam.

No. 2 Bobot soal 25%


a. Jelaskan moqashid al-syari'ah, definisi, komponen dan tingkatan-
tingkatannya!
b. Jelaskan peran penting dan dampak maqashid al-syari'ah terhadap alokasi
sumber daya dan struktur perekonomian Islam.
No. 3 Bobot soal 25%
a. Jelaskan dan bandingkan konsep utility/profit dan mashlahah!
Tunjukkan perbedaan dan superioritas maksimisasi mashlahah
sebagai motivasi konsumsi/produksi dibandingkan dengan maksimisasi
utility/profit.
b. Jelaskan bagaimana anda membedakan antara keinginan (wants) dan
kebutuhan (needs) berdasarkan konsep mashlahah.

No. 4 Bobot soal 25%


Aturan mu'amalah Islam, termasuk ekonomi dan bisnis di dalamnya, sangat
fleksibel sehingga selalu relevan di setiap waktu dan tempat.

a. Jelaskan secara umum transaksi-transaksi ekonomi yang terlarang dalam


Islam. b. Jelaskan pelarangan riba dan gharar dalam hukum Islam.

No. 5 Bobot Soal 25%


Konsumsi dalam ekonomi Islam ditujukan untuk mencapai mashlahah.
a. Jelaskan 4 tingkatan preferensi konsumsi dalam Islam! Jelaskan bagaimana
preferensi tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan

b. Jelaskan determinan konsumsi dalam perekonomian Islam!


Bandingkan pula dengan determinan konsumsi konvensional.

No. 6 Bobot soal 25%


Produksi dalam ekonomi Islam dibebankan tugas untuk memenuhi
kebutuhan individu dan membangun peradaban ummat.
a. Jelaskan konsep produksi konvensional dan bagaimana ia bertentangan
dengan prinsipprinsip Islam.
b. Jelaskan prinsip bekerja dan motivasi produksi dalam Islam! Jelaskan
apakah profit maximization mendapat pembenaran dalam Islam.

No. 7 Bobot soal 25%


Mekanisme pasar adalah salah satu instrument yang paling efektif dalam
mengalokasikan dan mendistribusikan sumber daya secara efisien.
a. Jelaskan mekanisme pasar Islam! Jelaskan prasyarat yang harus
dipenuhi agar mekanisme pasar konvensional mampu memenuhi
tujuan-tujuan normatif.
b. Jelaskan bagaimana ukuran efisiensi dan pemerataan pasar
didefinisikan dalam Islam! Keseimbangan pasar seperti apakah yang
dapat diterima dalam Islam?
No. 8 Bobot soal 25%
Peran penting ekonomi Islam dalam ekonomi modern sulit dibantah ketika
kita melihat dominannya peran Islam dalam kebangkitan Eropa pada abad
pertengahan.
a. Jelaskan bagaimana pemikiran ekonomi Islam berbeda dari
pemikiran ekonomi konvensional! Jelaskan dan berikan contoh
yang relevan tentang pemikiran-pemikiran ekonomi dalam Al-
Qur'an dan Hadits.
b. Jelaskan proses dan fase-fase perkembangan pemikiran ekonomi
Islam! Tunjukkan peran peradaban Islam dalam rantai sejarah
pemikiran ekonomi dari masa Yunani klasik ke asaEropa modern,

SOAL BONUS (Kerjakan jika hanya ada sisa waktu): Bobot soal @ 5%
a. Jelaskan produksi dalam kerangka institusi Islam! Jelaskan
bagaimana supply of labor alam perekonomian Islam merupakan hasil
dari proses memilih antara menjadi+FP atau EFP.
b. Jelaskan intervensi pasar dalam sistem Islam! Bedakanlah market
intervention dan price intervention dalam perekonomian Islam.
c. Jelaskan perbedaan antara keuntungan (profit) dan riba! Jelaskan
mengapa dalam Islam profit diperbolehkan sedangkan riba terlarang.
d. Jelaskan mengapa Islam tidak melarang monopoli namun melarang
ihtikar (monopoly's rent seeking behaviour)!
e. Jika konsumsi dan produksi berbasis mashlahah, bagaimanakah
struktur perekonomian Islam yang akan tercipta? Bedakan dengan
struktur perekonomian konvensional yang berbasis utiliy dan profit
(sektor primer, sekunder dan tersier).
SUNSHINE JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
EKONOMI SYARIAH
No.
1 a.
Aspek Islamic World View Secular World View

Islamic Worldview (ru’yat al- Perspektif dunia yang sekuler


Islam li al-wujud) berbasis berbasis pada scientific
pada pandangan hidup bahwa worldview yang memandang
Tuhan menciptakan manusia alam semesta sebagai mesin
hanya untuk beribadah pada- yang bekerja secara otomatis
Nya, mencakup seluruh mengikuti hukum alam
tujuan dan aktivitas manusia (deterministik) bahkan ketika
sebagai bagian dari bentuk Tuhan tetap dipertahankan
ibadah sebagai Sang Pencipta.
(penghambaan diri).
Tujuan utama aktivitas Mengejar tujuan spiritual; Mengejar self-interest dengan
ekonomi ketaatan kepada aturan rasionalitas sempurna sebagai
Tuhan sebagai bentuk kondisi dan kriteria yang
penghambaan tidak dapat diganggu gugat.
tertinggi (falah)
Penggerak utama Kerjasama dan semangat Individualisme
persaudaraan

Perhatian utama Kesejahteraan seluruh umat Maksimisasi keuntungan


manusia personal
b. Dalam perspektif Islam, kesejahteraan manusia tidak dipandang sebagai sesuatu yang
sepenuhnya bergantung pada maksimisasi kekayaan, namun dibutuhkan kepuasan
yang seimbang antara kebutuhan material dan spiritual dari manusia. Ekonomi Islam
berbasis pada paradigma dimana keadilan ekonomi-sosial menjadi tujuan utama.
Semua sumber daya ekonomi pada hakikatnya adalah titipan dari Sang Pencipta yang
penggunaannya harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Nilai moral Islam
menghubungkan antara individu dengan masyarakat, dengan menyeimbangkan antara
kebebasan individual dan tanggungjawab sosial. Self-interest dan sacrifice keduanya
dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan umat manusia. Institusi terpenting dalam
kehidupan umat manusia, (pasar, keluarga, masyarakat dan pemerintah), tidak dapat
dijalankan hanya dengan self-interest, sacrifice adalah keniscayaan untuk
menjalankan institusiinstitusi ini.
No. 2
a. Tujuan utama dari syarî‟ah Islam (maqâshid al-syarî’ah) adalah merealisasikan
kemanfaatan untuk umat manusia (mashâlih al-’ibâd) baik urusan dunia maupun
urusan akhirat mereka. Mashlahah dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok
kehidupan (ushûl al-khamsah) dapat diwujudkan dan dipelihara, yaitu agama (dîn),
jiwa (nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl), dan harta (mâl).
b. Peran penting dan dampak maqashid syariah dalam alokasi sumber daya dan struktur
perekonomian adalah melindungi lima perkara yang disebutkan sebelumnya (agama,
jiwa, akal, keturunan, harta) di mana apa saja yang menjamin terlindunginya lima
perkara ini berarti melindungi kepentingan umum (maslahah) dan dikehendaki.
Seluruh barang dan jasa yang mempromosikan mashlahah maka dikatakan sebagai
kebutuhan manusia.
No. 3

a. Maslahah bersifat subyektif dalam arti masing-masing individu yang menentukan


apakah sebuah barang/jasa memiliki maslahah untuk-nya. Namun kriteria
maslahah ditentukan secara obyektif oleh syariah. Sedangkan utility tidak
memiliki kriteria yang jelas, sepenuhnya subyektif. Konsep maslahah mendasari
seluruh aktivitas ekonomi, tidak hanya konsumsi namun juga produksi dan
perdagangan. Utility
hanya tujuan konsumsi, sedangkan tujuan produksi adalah laba.
b.
Ekonomi Konvensional Ekonomi Syariah

Konsumsi ditentukan oleh keinginan Konsumsi ditentukan oleh kebutuhan


(want), dan keinginan ditentukan oleh (need), dan kebutuhan ditentukan oleh
Utility Maslahah.

No. 4

a. Transaksi yang dilarang dalam Islam


• Riba: Tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya
padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
• Maysir: Salah satu pihak harus menanggung beban pihak yang lain (zero sum
game)
• Risywah: Memberi sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang
bukan hak-nya
•Taghrir (gharar): Adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang
bertransaksi (unknown to both parties)
• Ikhtikar : Seorang produsen/penjual mengambil keuntungan diatas keuntungan
normal dengan cara mengurangi supply agar harga produk yang dijualnya
naik.
• Bai’ Najasy: Seorang produsen (pembeli) menciptakan permintaan palsu,
seolah-olah ada banyak permintaan sehingga harga jual produk akan naik.
b. Ayat pertama yang berbicara tentang riba adalah surah ar-Ruum: 39, turun pada
periode Makkah. Ayat-ayat riba lainnya turun pada periode Madinah yaitu surah
an-Nisaa: 160-161, surah Ali Imraan: 130, dan surah alBaqarah: 273-280. Terlihat
bahwa pelarangan riba datang secara bertahap.
No. 5

a. Teori perilaku konsumen dalam Islam menganalisis empat tingkatan pilihan


konsumsi.
• Tingkatan pilihan ke-1, seberapa besar konsumsi untuk kebutuhan dunia dan
kebutuhan akhirat.
• Tingkatan pilihan ke-2, untuk kebutuhan dunia, berapa yang dikonsumsi
sekarang dan berapa untuk masa depan.
• Tingkatan pilihan ke-3, untuk kebutuhan sekarang, ditentukan prioritas-nya.
Prioritas tertinggi adalah pemenuhan 5 kebutuhan pokok (dharuriyyat),
kemudian yang melengkapi-nya (hajiyyat) dan yang memperbaiki-nya
(tahsiniyat).
• Tingkatan pilihan ke-4, pilihan di masing-masing kelompok.
b.
Determinan Konsumsi Konvensional Determinan Konsumsi Islam

Dalam teori konsumsi Keynesian Islam memiliki jawaban berbeda terkait


tradisional, konsumsi semata-mata penentuan alokasi pendapatan untuk
ditentukan oleh tingkat pendapatan konsumsi saat ini dan untuk konsumsi
saat ini (“absolute income hypothesis”). masa depan, yang tidak berbasis positive
time preference theory.
Dalam teori konsumsi modern, Perbedaan konsumsi dalam
konsumen dianggap rasional penuh dan perekonomian konvensional dan Islam
akan menjaga pola konsumsi yang antara lain dipengaruhi oleh beberapa
relatif stabil sepanjang hidup mereka. hal antara lain:

– Penerapan Zakat
– Ajaran moderasi konsumsi
yang sangat kuat dalam Islam
– Larangan Riba
Dalam menentukan berapa pendapatan ini dan berapa yang ditabung
yang dialokasikan untuk konsumsi saat untuk konsumsi masa depan, teori
konvensional menjelaskannya dalam Dalam perekonomian Islam dimana
perspektif positive time preference terdapat larangan israf (berlebih-
theory. lebihan) dan tabdhir (pemborosan),
maka MPC dan APC akan lebih rendah
dibandingkan dengan perekonomian
konvensional. Lebih jauh lagi, Islam
melarang konsumsi barangbarang
tertentu.

No. 6

a.
Konsep Produksi Konvensional Konsep Produksi Islam

Profit maximization assumption Aktivitas ekonomi termasuk bagian dari


ibadah dan menjadi tugas manusia di
Dalam ekonomi konvensional, laba
muka Bumi.
adalah motif tunggal dari kegiatan
produksi. Motif laba maksimum secara
alamiah akan membuat laba normal.

Dalam pasar persaingan sempurna akan


terakumulasi melalui proses profit
multiplication sehingga perusahaan
menjadi
besar dan akan mentransformasi
pasar persaingan sempurna
menjadi monopoli.

Terdapat hubungan yang kuat antara


profit maximization dengan propensity
to monopolize, baik di pasar barang
maupun di pasar faktor
Given Demand Hypotesis Kerja merupakan unsur produksi
terpenting, dengannya Bumi diolah dan
Ekonomi konvensional implisit
dikeluarkan segala kebaikan dan
mengasumsikan bahwa produsen akan kemanfaatan hidup.
dan harus selalu merespon permintaan
pasar.

Dalam perekonomian dengan distribusi


pendapatan yang tidak merata dimana
sebagian besar masyarakat adalah
miskin, kebutuhan riil masyarakat
sering tidak tercermin dalam
permintaan pasar.

Permintaan pasar juga tidak selalu


mencerminkan permintaan masyarakat
yang sesungguhnya.
Pareto Optimality Kerja merupakan unsur produksi
terpenting, dengannya Bumi diolah dan
Di definisikan sebagai kondisi
dikeluarkan segala kebaikan dan
pencapaian efisiensi (efisiensi alokatif) kemanfaatan hidup.
yang terwujud ketika “no one can be
made better off without making
someone else worse off”

Secara teoritis hal ini berimplikasi pada


pengabaian masalah distribusi
pendapatan.

Kriteria pareto tidak dapat di terapkan


untuk setiap rencana menaikkan output
diatas level laba maksimum yang akan
menguntungkan orang miskin diatas
beban orang kaya.

b. Prinsip bekerja dalam Islam


• bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sendiri
• bekerja untuk kemashlahatan keluarga
• bekerja untuk kemashlahatan masyarakat
• bekerja untuk kehidupan dan untuk semua yang hidup
• bekerja untuk memakmurkan Bumi
• bekerja untuk pekerjaan itu sendiri
Motivasi produksi dalam Islam dimana profit maximization sebagai motivasi
tunggal produksi, sulit diterima, tidak rasional dan tidak realistis. Keuntungan
hanya salah satu motivasi, yang lebih dominan adalah motivasi untuk melayani
masyarakat dan Tuhan dengan memproduksi barang dan jasa yang mengandung
mashlahah. Semakin tinggi mashlahah yang dikandung, semakin tinggi motivasi
produksi. Tingkat keuntungan yang lebih rendah yang dikombinasikan dengan
serangkaian tujuan sosial yang disepakati (maqashid), adalah dimungkinkan.

No. 7

a. Alternatif Mekanisme Pasar Islami: perpaduan konsep effective need based


demand dan potential capacity based supply (Mannan 1992)
– effective need based demand dibentuk dari:
effective demand (sebagaimana dikenal pada sistem pasar konvensional),
dan; basic need dari masyarakat miskin.
– potential capacity based supply bersumber dari:
penawaran produsen sebagaimana dalam sistem pasar konvensional,
ditambah dengan
supply yang harus diadakan terkait dengan tujuan-tujuan produksi islami.
b. Permintaan dan Penawaran dalam Islam adalah semua barang dan jasa yang
merupakan kondisi penting bagi terpenuhinya tujuan akhir kehidupan manusia di
dunia dan akhirat, yang berakar pada konsep Islam tentang keadilan sosial dan
pemerataan (Maqashid Syari‟ah). Keseimbangan pasar terjadi ketika permintaan
bertemu penawaran secara bebas („antaradin minkum). Ibn Taymiyyah selalu
membedakan dua jenis harga keseimbangan, yaitu : [i] harga yang tidak adil dan
terlarang; [ii] harga yang adil dan disukai

No. 8

a. Basis filosofi pemikiran ekonomi Islam yang terpenting adalah konsep: (i) tauhid;
(ii) risalah; (iii) akhirat; dan (iv) kesejahteraan hidup.
Setidaknya terdapat lima bentuk pemikiran ekonomi
Islam. – Pertama, pembahasan hal-hal ekonomi
dalam disiplin Ilmu Tafsir – Kedua, pembahasan isu-isu
ekonomi dalam disiplin Ilmu Fiqh.
– Ketiga, pemikiran ekonomi dalam konteks sistem etika Islam untuk
pembangunan.
– Keempat, pemikiran ilmuwan Islam tentang ekonomi sebagai respon dari
kebutuhan dalam pembuatan kebijakan publik.
– Kelima, analisa obyektif dari perekonomian nyata
b. Fase pembentukan (11-100 H/632-718 M)
pemikiran-pemikiran awal ekonomi yang berbasis langsung dari sumber
internal Islam, yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Fase translasi (abad 2-5 H/ 8-11 M)

ketika ide-ide dari luar di terjemahkan ke dalam bahasa Arab dan ilmuwan
Muslim mendapatkan manfaat dari karya-karya intelektual negara-negara lain.
Fase re-translasi & transmisi (abad 6-9 H/12-15 M)

ketika pemikiran Yunani dan Muslim-Arab masuk ke Eropa melalui


penterjemahan dan jalur-jalur kontak lainnya.
Fase imitasi & stagnasi (abad 10-11 H/16-17 M)

ketika pembentukan ide-ide baru hampir benarbenar terhenti


Fase kebangkitan & pergerakan (abad 12-13 /1819)

ketika pemikiran untuk reformasi dan ide-ide baru disuarakan di berbagai


belahan dunia Islam.
Fase pemikiran ekonomi Islam modern (abad 14/20)

Anda mungkin juga menyukai