BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
1.1 Pengertian Kapasitas.................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Kapasitas..................................................................................4
2.3 Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang dan Jangka Pendek.....................5
2.4 Metode Perencanaan Kapasitas Produksi..................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
2
3
4
1. Kapasitas bahan baku, yaitu jumlah bahan baku yang mampu disediakan
dalamwaktu tertentu. Jumlah ini dapat diukur dari kemamuan para suplier
untuk memasok maupun kemampuan penyediaan dari sumber bahan baku.
2. Kapasitas jam kerja mesin, yaitu jumlah jam kerja normal mesin yang
mampudisediakan untuk melaksanakan kegiatan produksi.
3. Kapasitas jam tenaga kerja, yaitu jumlah jam tenaga kerja normal yang
mampu disediakan. Jumlah jam tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah
tenaga kerja dan jam kerja yang berlaku apakah satu shift (8 jam), dua
shift (16 jam), atau tigashift (24 jam)
4. Modal kerja, yaitu kemampuan penyediaan dan untuk melaksanakan
proses produksi, misalnya untuk membeli bahan baku membayar upah dan
lainsebagainya.
5. Kapasitas permintaan.
Dari berbagai macam faktor tersebut, diusahakan untuk memperoleh
kombinasi jumlah dan jenis produksi yang akhirnya dapat menghasilkan
keuntungan atau biaya minimum.
Dalam perencanaan kapasitas terdapat skala produksi atau luas
produksiyakni, merupakan kuantitas unit produk yang seharusnya dihasilkan pada
satu periode tertentu, misalnya satu semester, satu tahunan dalam rangka untuk
mencapai optimalisasi keuntungan. Konsep yang paling sederhana dalam
menentukan skala operasi (luas produksi) adalah tergantung pada kemungkinan
perkembangan pangsa pasar (market share) yang dapat diraih dan kapasitas mesin
serta perlatan yang dimiliki perusahaan. Di samping itu, yang perlu diperhatikan
adalah kualitas dan kuantitas SDM dalam proses produksi, kemampuan keuangan
perusahaan dan kemungkinan adanya perubahan teknologi di masa yang akan
datang.
Metode yang dapat digunakan untuk mengkombinasikan berbagai faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode Break Event Point (BEP)
Metode break even point (BEP) dapat digunakan untuk menentukan
kapasitas produksi optimum. BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total
9
pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR = TC). Dapat pula diartikan
labasama dengan nol, atau marginal income ataucontribution margin sama dengan
biaya tetap (MI = FC), atau biaya tetap dibagi dengan marginal income per
unit(FC/MI), atau biaya tetap dibagi marginal income ratio (FC/MIR), atau biaya
tetap dibagi satu min variable cost (FC/1 – VCR).
Menurut T. Hani Handoko, untuk menghitode tung titik break-even, perlu
ditentukan terlebih dahulu biaya-biaya tetap dan variabel untuk berbagai volume
penjualan. Ini dapat dilakukan untuk operasi keseluruhan atau proyek-proyek
individual. Titik break-even merupakan titik di mana penghasilan total sama
dengan biaya total. Atau dalam bentuk rumusan menjadi:
P x Q = F + (V x Q)
Dimana:
P = harga per unit
Q = kuantitas yang dihasilkan
F = biaya tetap total
V = biaya variabel per unit
Sebagai contoh, harga penjualan produk A adalah Rp 100.000,- per
unit, dan biaya bahan mentah dan tenaga kerja langsung sebesar Rp
80.000,- per unit, dan biaya tetap per bulan Rp 20.000.000,-. Titik break-
even dalam unit keluaran dapat dihitung sebagai berikut:
20.000 .000
Q= =100unit
100.000−80.000
Istilah (P-V) disebut “kontribusi”, yaitu jumlah kelebihan atau
selisih harga jual per unit di atas biaya variabel per unit (atau penghasilan
total melebih variabel total). Dalam contoh kita, harga jual satu produk
Amemberikan kontribusi sebesar Rp 20.000,- terhadap penutupan biaya
tetapsampai titik break even tercapai. Di atas 1.000 unit, kontibusi Rp
20.000,-akan berupa laba sebelum pajak.
2. Metode Linnear Programing
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13