Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH MANAJEMEN OPERASIONAL

PERENCANAAN KAPASITAS

Disusun Oleh :

Alya Yasmine A. C1B021006


Stefani Rosalina C1B021018
Nurani Gita S. C1B021028
Faqieh Fadillah C1B021055
Qanita Fida H. C1B021074
Benning Sabrina S. C1B021093

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………………………….ii

Kata Pengantar………………………………………………………………….iii

BAB I……………………………………………………………………………...1

Pendahuluan……………………………………………………………………...1

A. Latar belakang…………………………………………………………...1
B. Tujuan…………………………………………………………………….1
C. Masalah…………………………………………………………………...1

BAB II…………………………………………………………………………….2

Isi………………………………………………………………………………….2

A. Pengertian Perencanaan Kapasitas…………………………………….2


B. Tujuan Perencanaan Kapasitas………………………………………...3
C. Jenis-Jenis Perencanaan Kapasitas Produksi………………………….5
D. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang………..7
E. Permintaan Kapasitas dan Mengelola Permintaan…………………..10
F. Metode Perencanaan Kapasitas Produksi…………………………….12
G. Studi Kasus……………………………………………………………...21

BAB III…………………………………………………………………………..30

Penutup………………………………………………………………………….30

A. Kesimpulan……………………………………………………………...30
B. Saran……………………………………………………………………..30

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Perencanaan Kapasitas" dengan tepat waktu. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen


Operasional I. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pengambilan keputusan bagi kami dan para pembaca.

Kami meminta maaf jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam bentuk
apapun. Dengan segala kerendahan hati kami menerima segala saran dan kritik
yang membangun supaya dalam penyusunan makalah berikutnya kami dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi
kami dan para pembaca.

Purwokerto, 10 Maret 2022

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan kapasitas merupakan konsep yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Penentuan kebutuhan kapasitas menjadi sulit jika permintaan
kebutuhan sangat dinamis yang sulit untuk dilakukan peramalan. Kapasitas
adalah suatu tingkat kuantitas keluaran dalam periode tertentu dan merupakan
kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin dalam periode waktu tersebut.
Kuantitas keluaran yang tertinggi sebagai kebutuhan kapasitas bukan
sebagai keharusan lagi dikarenakan permintaan dewasa ini dalam jumlah
yang kecil dan sangat bervariasi. Oleh karena itu ketepatan dalam peramalan
menjadi penting sehingga penentuan kapasitas dapat di tentukan sesuai
dengan peramalan. Jika hal ini dapat dilakukan maka penentuan kapasitas
akan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kapasitas?
2. Apa saja jenis-jenis kapasitas?
3. Bagaimana perhitungan kebutuhan kapasitas?
4. Bagaimana metode perencanaan kapasitas produksi?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kapasitas.
2. Mengetahui jenis-jenis kapasitas.
3. Mengetahui perhitungan perencanaan kapasitas berdasarkan waktu.
4. Mengetahui metode-metode dalam perencanaan kapasitas produksi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Kapasitas.


1. Pengertian kapasitas :
a) Chase dan Jacobs (2005) :
Sebagai kemampuan untuk menampung, menerima, menyimpan atau
mengakomodasi.
b) Menurut Chase dan Aquilano (1955), Chase serta Russel Taylor
(2000) :
Kapasitas merupakan jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh
suatu sistem produksi dalam cakrawala waktu tertentu, yaitu selama
satu tahun atau dalam beberapa tahun mendatang.
c) Berdasarkan pendapat Freddy Rangkuti (2005, p94) :
Kapasitas adalah tingkat kemampuan berproduksi secara optimum
dari sebuah fasilitas biasanya dinyatakan sebagai jumlah output pada
satu periode waktu tertentu. Manajer Operasional memperhatikan
kapasitas karena ; pertama, mereka ingin mencukupi kapasitas untuk
memenuhi permintaan konsumen. Kedua, kapasitas mempengaruhi
efisiensi biaya operasi. Ketiga, kapasitas sangat bermanfaat
mengetahui perencanaan output, biaya pemeliharaan kapasitas, dan
sangat menentukan dalam analisis kebutuhan investasi.
d) Berdasarkan pendapat Lalu Sumayang, (2003, p99) :
Kapasitas adalah tingkat kemampuan produksi dari suatu fasilitas
biasanya dinyatakan dalam jumlah volume output per periode waktu.
Peramalan permintaan yang akan datang akan memberikan
pertimbangan untuk merancang kapasitas.
e) Berdasarkan pendapat T. Hani Handoko, (1999, p297) :
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran suatu kuantitas keluaran
dalam periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi
yang mungkin selama periode waktu itu.

2
2. Pengertian Perencanaan Kapasitas
a) Secara umum :

Adalah keputusan strategi jangka panjang untuk membangun


sumber daya perusahaan secara keseluruhan. Ada dua padangan dalam
memaknai “kapasitas”. Pertama, apabila dilihat dari pandangan bisnis,
kapasitas merupakan jumlah output yang dapat dicapai oleh sebuah
sistem selama periode waktu tertentu. Kedua, dilihat dari sudut
industri jasa, kapasitas dimaknai sebagai jumlah konsumen yang dapat
ditangani selama beberapa waktu.

b) Menurut Bartal dan Martin (1999) :

Proses penentuan tujuan dan menetapkan cara – cara terbaik


untuk mencapainya.

c) Menurut G. R. Terry (1997) :

Perencanaan adalah tindakan memilih dan menghubungkan


fakta dan membuat serta menggunakan asumsi – asumsi mengenai
masa yang akan datang dalam hal memvisualisasikan dan
merumuskan aktivitas yang dianggap perlu untuk mencapai hasik
yang diinginkan. Adapun kapasitas merupakan hasil produksi atau
jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi
oleh sebuah fasilitas dalam periode tertentu.

B. Tujuan Perencanaan Kapasitas.

Sebuah keputusan yang diambil oleh seorang manajemen operasi


dalam merencanakan kapasitas akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap performa. Menurut Pycraft (2000), pengaruh-pengaruh tersebut
antara lain biaya, pendapatan, modal kerja, kualitas, dan kecepatan dalam
merespons kebutuhan konsumen.

3
1. Aspek Biaya.

Aspek biaya dipengaruhi oleh keseimbangan antara kapasitas dan


permintaan (tingkat output). Tingkat kapasitas yang melebihi permintaan
berarti terjadi under-utilization atas kapasitas, atau tingkat utilitas
kapasitasnya rendah. Hal tersebut akan menghasilkan biaya per unit yang
tinggi pendapatan juga terkena pengaruh atas keseimbangan kapasitas
dengan permintaan, tetapi berkebalikan dari aspek biaya yang telah
disebutkan sebelumnya. Jika tingkat kapasitas sama atau lebih tinggi dari
permintaan, semua permitaan terpenuhi dan tidak ada pendapatan yang
hilang.

2. Modal Kerja.

Modal kerja akan dipengaruhi apabila ada keputusan operasi


untuk memproduksi persediaan barang jadi. Hal ini berarti permintaan
akan terpenuhi, tetapi perusahaan harus mengeluarkan biaya persediaan
sampai produk tersebut terjual.

3. Kualitas Produk atau Jasa.

Kualitas produk atau jasa akan dipengaruhi oleh keputusan


perencanaan kapasitas, terutama pada perencanaan kapasitas yang
melibatkan perubahan besar di tingkat kapasitas, seperti melalui
perekrutan tenaga kerja baru untuk sementara waktu. Perlu diperhatikan
bahwa staf atau tenaga kerja yang baru, besar kemungkikan dapat
meningkatkan tingkat kesalahan dalam proses operasi.

4. Kecepatan Merespons Kebutuhan Konsumen.

Kecepatan merespons kebutuhan konsumen juga terkena


dampaknya, seperti melaksanakan kebijakan persediaan akan
menghasilkan kepuasan bagi konsumen karena konsumen dapat cepat
menikmati produk yang berasal dari persediaan, tanpa harus menunggu
produksi barang tersebut.

4
C. Jenis-Jenis Perencanaan Kapasitas Produksi

Menurut Heizer dan Render (2015), terdapat tiga jenis kapasitas


produksi, yaitu:
1. Kapasitas desain.
Kapasitas desain merupakan output yang maksimum secara teori
pada suatu sistem dalam suatu periode waktu tertentu pada kondisi
idealnya. Kapasitas desain juga bisa diartikan kapasitas yang mana suatu
perusahaan mengharapkan untuk mencapai hambatan operasional yang
tersedia saat ini.
2. Kapasitas efektif (utilization).
Kapasitas efektif menunjukan output maksimum pada tingkat
operasi tertentu. Kapasitas efektif adalah kapasitas yang diperkirakan
dapat dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang
ada sekarang. Kapasitas efektif biasanya lebih rendah daripada kapasitas
desain karena fasilitas yang ada mungkin telah dirancang untuk versi
produk sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kapasitas efektif adalah rancangan produk, kualitas bahan yang digunakan,
sikap dan motivasi tenaga kerja, perawatan mesin/fasilitas, serta rancangan
pekerjaan.
3. Kapasitas efisien (efficiency).
Kapasitas efisien adalah persentase desain kapasitas yang benar-
benar tercapai. Bergantung pada bagaimana tempat fasilitas dipergunakan
dan dikelola. Kapasitas efisien mengukur seberapa baik fasilitas atau
mesin ketika digunakan.

Sedangkan menurut Handoko (1986), kapasitas produksi dibagi


menjadi beberapa jenis ukuran, yaitu sebagai berikut:
1. Design capacity. Yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana
pabrik dirancang.
2. Rated capacity. Yaitu tingkat keluaran per satuan yang menunjukkan
bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya

5
(Biasanya lebih besar daripada design capacity karena perbaikan-
perbaikan periodik dilakukan terhadap mesin-mesin atau proses-proses).
3. Standard capacity. Yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang
ditetapkan sebagai sasaran pengoperasian bagi manajemen, supervisi, dan
para operator mesin; dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan
anggaran. Kapasitas standar adalah sama dengan rated capacity dikurangi
cadangan keperluan pribadi standar, tingkat sisa (scrap) standar, berhenti
untuk pemeliharaan standar, cadangan untuk pengawasan kualitas standar,
dan sebagainya.
4. Actual dan/atau operating capacity. Yaitu tingkat keluaran rata-rata per
satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat. Ini adalah
kapasitas standar ± cadangan-cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata, dan
sebagainya.
5. Peak capacity. Yaitu jumlah keluaran per satuan waktu (mungkin lebih
rendah daripada standard) yang dapat dicapai melalui maksimisasi
keluaran. Dan akan mungkin dilakukan dengan kerja lembur, menambah
tenaga kerja, menghapus penundaan-penundaan, mengurangi jam istirahat,
dan sebagainya.

Sedangkan Perencanaan Kapasitas dapat Dilihat dalam tiga Horizon


waktu yaitu:
1. Kapasitas jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka pendek –kurang dari tiga bulan . ini
dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut
pembuatan penyesuian –penyesuian untuk menghapus „‟ variance‟‟ antara
keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan
mencakup alternatif – alternatif seperti kerja lembur, pemindahan
personalia, penggantian routing produksi.
2. Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka menengah ( intermediet range) -
rencana- rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 18 bulan yang
atau yang akan datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena

6
alternative – alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja,
peralatan – peralatan bukan utama.
3. Kapasitas jangka panjang (>1 tahun)
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) – lebih dari satu
tahun. Dimana sumber daya produktif memakan waktu lama untuk
memperoleh atau menyelesaikan, seperti bangunan, peralatan atau
fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka panjang memerlukan partisipasi
dan persetujuan manajemen puncak.

D. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang


1. Perencanaan Kapasitas jangka Pendek (< 3 bulan)

Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk


menangani secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa
yang akan datang, misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat
mendadak atau seketika dalam jangka waktu pendek.
Kebanyakan perusahaan tidak beroperasi penuh selama 24 jam
per hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per minggu. Jika
perusahaan beroperasi penuh delapan jam per hari dan lima hari per
minggu, maka kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah 40 jam per
minggu. Namun demikian 40 jam per minggu bukanlah kapasitas
maksimum yang dimiliki. Dalam banyak kasus perusahaan
dimungkinkan untuk bekerja melebihi kapasitas normal sehingga
kapasitas output maksimumnya lebih dari 40 jam kerja.
Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau
menurunkan kapasitas mungkin perusahaan melakukan penambahan dan
pengurangan jam kerja, melakukan sub-Kontrak dengan perusahaan lain
apabila terjadi perubahan permintaan. Untuk meningkatkan kapasitas
jangka pendek terdapat lima cara yang dapat digunakan perusahaan
(krajewzki & Ritzman),

7
Penanganan kapasitas jangka pendek

a) Meningkatkan jumlah sumber daya;


1) Penggunaan kerja lembur
2) Penambahan regu kerja
3) Memberikan kesempatan kerja secara part time
4) Sub-kontrak
5) Kontrak kerja
b) Memperbaiki penggunaan sumber daya:
1) Mengatur regu kerja
2) Menetapkan skedul
c) Memodifikasi produk:
1) Menentukan standar produk
2) Melakukan perubahan jasa operasi
3) Melakukan pengawasan kualitas
d) Memperbaiki permintaan:
1) Melakukan perubahan harga
2) Melakukan perubahan promosi
e) Tidak memenuhi permintaan:
1) Tidak mensuplai semua permintaan

2. Perencanaan Kapasitas jangka Menengah (3-18 bulan)

Perencanaan kapasitas jangka menengah adalah rencana-rencana


bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 36 bulan yang atau yang akan
datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternative–
alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan–
peralatan bukan utama.

3. Perencanaan Kapasitas jangka Panjang (>1 tahun)

Perencanaan kapasitas jangka pajang merupakan strategi operasi


dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat
diperkirakan sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya

8
produksi per unit, dalam jangka pendek sangat sulit utuk dicapai karena
unit produk yang dihasilkan masih berskala kecil, tetapi dalam jangka
panjang rencana tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan kapasitas
produksi. Persoalan yang timbul biasanya adalah berapa jumlah produk
yang dihasilkan agar biaya produksi seminimum mungkin.

Penentuan jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya


minimum perlu diperhatikan berbagai faktor seperti :

a. Pola permintaan jangka panjang


b. Siklus kehidupan produk yan dihasilkan

Dalam kaitan dengan kapasitas jangka panjang, terdapat dua


strategi yang dapat ditempuh perusahaan :
Strategi Kapasitas Jangka Panjang

a. Strategi melihat dan menuggu (wait and see strategy)

Strategi ini dapat dikatakan pula sebagai strategi hati-hati,


karena kapasitas produksi akan dinaikkan apabila yakin permintaan
konsumen sudah naik. Strategi ini diperoleh dengan pertimbangan
bahwa, setiap kali terjadi kelebihan kapasitas perusahaan harus
menanggung risiko karena investasi yang dilakukan hanya ditanggung
dalam unit yang sedikit, akibatnya biaya produksi menjadi tinggi.

b. Strategi ekspansionis

Strategi ekspansionis yaitu kapasitas selalu melebihi atau


diatas permintaan. Dengan strategi perusahaan berharap tidak terjadi
kekurangan produk di pasaran yang dapat menyebabkan adanya
peluang masuknya produsen lain. Selain itu perusahaan untuk
memberikan pelayanan terbaik dengan cara menjamin tersedianya
produk di pasaran.

9
E. Permintaan Kapasitas dan Mengelola Permintaan
1. Pertimbangan Kapasitas
Keuntungan secara terus menerus diperoleh dari pembentukan
keunggulan bersaing, bukan hanya dari tingkat pengembalian keuangan
yang baik pada proses tertentu. Keputusan kapasitas haruslah dipadukan
ke dalam misi dan strategi organisasi. Investasi tidak dibuat sebagai
pengeluaran tersendiri, tetapi sebagai bagian dari rencana terpadu yang
dapat menempatkan perusahaan dalam kondisi menguntungkan.
Pertimbangan strategi sebagai tambahan integrasi yang ketat antara
strategi dan investasi, terdapat empat hal yang harus dipertimbangkan :
a. Peramalan demand yang akurat,
Peramalan yang akurat adalah puncak dari peramalan kapasitas.
Apapun jenis produk barunya, prospeknya, dan life cycle produk
yang akan sudah ada harus ditentukan. Manajemen harus
mengetahui produk yang akan ditambah dan produk yang akan
dikurangi.
b. Memahami peningkatan teknologi dan kapasitas
Jumlah alternatif pada saat awal mungkin besar, tapi begitu volume
produksi ditentukan, keputusan teknologi juga ditentukan oleh
analisis biaya, sumber daya yang digunakan, kualitas dan
kehandalan. Teknologi dapat menentukan kenaikan kapasitas.
Manajer operasi memegang tanggung jawab atas teknologi dan
peningkatan kapasitas.
c. Menemukan level operasi optimum (volume)
Menentukan teknologi dan kapasitas seringkali menentukan ukuran
optimal fasilitas, Kebanyakan bisnis memiliki ukuran optimal,
paling tidak ditemukannya satu model bisnis baru.
d. Dibuat untuk perubahan
Dalam dunia yang cepat berubah, perubahan tidak dapat
dihindarkan. Oleh karena itu, manajer operasi membuat
fleksibilitas dalam peralatan dan fasilitas. Mereka mengevaluasi
sensitivitas keputusan dengan menguji beberapa proyeksi

10
pendapatan pada kedua sisi bagian atas maupun bagian bawah
resiko. Bangunan dan peralatan dapat didesain untuk
mengakomodasi perubahan produk, bauran produk, dan proses di
masa yang akan datang.
2. Mengelola permintaan
Walaupun terdapat peramalan yang baik dan fasilitas yang dibangun
sesuai dengan peramalan tersebut, dapat terjadi ketidakcocokan antara
permintaan aktual dan kapasitas yang tersedia. Ketidakcocokan ini dapat
berarti permintaan melebihi kapasitas atau kapasitas melebihi
permintaan. Perusahaan dapat memiliki beberapa pilihan:
a. Permintaan melebihi kapasitas
Jika permintaan melebihi kapasitas, perusahaan dapat membatasi
Permintaan dengan menaikkan harga, membuat penjadwalan dengan
lead time yang panjang, dan mengurangi bisnis dengan keuntungan
marginal. Walaupun demikian, karena fasilitas yang tidak
mencukupi ini mengurangi keuntungan di bawah yang mungkin
dapat dicapai, solusi jangka panjang biasanya dilakukan dengan cara
meningkatkan kapasitas.
b. Kapasitas melebihi permintaan
Jika kapasitas melebihi permintaan, perusahaan mungkin
menginginkan untuk merangsang permintaan melalui pengurangan
harga atau pemasaran yang agresif, atau mungkin menyesuaikan diri
terhadap pasar melalui perubahan produk.
c. Penyesuaian pada permintaan musiman
Sebuah pola permintaan musiman atau siklus permintaan merupakan
tantangan yang lain pada kapasitas. Dalam beberapa kasus,
manajemen merasa terbantu jika dapat menawarkan produk dengan
pola permintaan yang saling melengkapi - yaitu, produk- produk
dimana satu jenis memiliki permintaan tinggi dan jenis lain memiliki
permintaan rendah.
Contoh : Perusahaan menambahkan sebuah lini produk mobil salju

11
agar pada saat winter tiba penjualan terhadap produknya tetap
bertahan.

Taktik untuk menyesuaikan kapasitas dengan permintaan :

a. Mengubah staf yang ada (menambah atau mengurangi jumlah


karyawan)
b. Menyesuaikan peralatan dan proses, meliputi pembelian mesin
tambahan, atau menjual atau menyewakan peralatan yang ada
c. Memperbaiki metode untuk meningkatka hasil produksi
d. Menambahkan fleksibilitas proses untuk memenuhi preferensi
produk yang berubah secara lebih baik
e. Menutup pabrik

Manajemen permintaan bertanggung jawab untuk mendistribusikan


kapasitas untuk memastikan bahwa layanan penting tidak terpengaruh,
atau setidaknya untuk meminimalkan dampak pada mereka. Untuk
melakukan tugas ini secara efisien penting bahwa manajemen kapasitas
menyadari prioritas bisnis pelanggan dan dapat bertindak sesuai.
Namun, manajemen permintaan jangka menengah hingga jangka
panjang adalah tugas yang kurang penting. Peningkatan kapasitas selalu
memerlukan biaya, dan seringkali hal ini tidak perlu. Kapasitas
pemantauan benar memungkinkan untuk mengidentifikasi kelemahan
atau hambatan dalam infrastruktur Ti dan menilai apakah mungkin untuk
mendistribusikan beban kerja dalam jangka panjang dalam rangka untuk
menawarkan layanan berkualitas tinggi tanpa meningkatkan kapasitas.

F. Metode Perencanaan Kapasitas Produksi


1. Metode BEP
a. Pengertian

Break even point adalah posisi dimana perusahaan tidak


memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas
sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk

12
menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup
anak perusahaan yang tidak menguntungkan.
Analisis impas (Break Event Point) adalah suatu cara untuk
mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain
labanya sama dengan nol). analisis break even point memerlukan
informasi mengenai penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Laba
bersih akan diperoleh bila volume penjualan melebihi biaya yang
harus dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan menderita kerugian
bila penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian biaya yang
dikeluarkan, dapat dikatakan dibawah titik impas. Analisis break
even point tidak hanya memberikan informasi mengenai posisi
perusahaan dalam keadaaan impas atau tidak, namun analisis break
even point sangat membantu manajemen dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan.Tujuan analisis titik impas adalah untuk
mengetahui tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil penjualan
sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya.
Analisa break even adalah teknik analisa untuk mempelajari
hubungan antara volume penjualan dan profitabilitas.Analisa ini
disebut sebagai analisa impas, yaitu suatu metode untuk menentukan
titik tertentu dimana penjualan dapat menutup biaya, sekaligus
menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian perusahaan jika
penjualan melampaui atau berada di bawah titik tersebut.
Analisa BEP penting dalam tahap perencanaan manajemen
keuangan, karena hubungan antara biaya-volume-laba (oleh karena
itu, analisa BEP juga disebut sebagai Cost-Profit-Volume Analysis)
dapat dipengaruhi oleh proporsi investasi dalam aktiva tetap, dan
perubahan rasio aktiva tetap terhadap aktiva variable ditentukan saat
rencana keuangan disusun. Dengan kata lain, bila perusahaan hanya
mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah
break even. Ini terkait dengan sifat dari biaya variable dan tetap itu
sendiri.

13
Analisis break even merupakan suatu teknik analisa untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan dan volume kegiatan. analisa tersebut mempelajari
hubungan antara biaya keuntungan volume kegiatan, maka analisa
tersebut sering pula disebut „Cost Profit Volume analysis” (CPV
analysis).Dalam perencanaan keuntungan, analisa break-even
merupakan “profit-planning approach” yang mendasarkan pada
hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue).

b. Manfaat Analisis Break Event Point (BEP)

1) Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.


2) Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume
penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3) Untuk mengetahui hubungan volume penjualan yang diproduksi,
harga jual dan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga laba rugi
perusahaan akan diketahui.
4) Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit
produk maupun satuan uang) agar perusahaan tidak menderita
rugi.
5) Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
6) Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah
dibaca dan dimengerti.
7) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.
8) Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan

c. Kelemahan Break Event Point (BEP)

1) Asumsi tentang linearity


Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel
cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume
penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang

14
melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan
menurunkan harga jual per unit.
2) Klasifikasi biaya
Kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya
semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat
tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik
tersebut.
3) Jangka waktu penggunaan
Jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya
digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun.
Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi
ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari
pengeluaran tersebut tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat
sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai
akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut
analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya
operasi yang bertambah besar juga.

d. Metode Perhitungan Break Even Point (BEP)

1) Metode Persamaan
Metode Persamaan (equation method) adalah metode
yang berdasarkan pada pendekatan laporan laba rugi . Dengan
persamaan dasar sebagai berikut menurut Halim:

Penghasilan total = Biaya total


Penghasilan total = Biaya variabel + Biaya tetap
Persamaan tersebut dapat diuraikan dalam rumus berikut :
px = a + bx
Keterangan:
p = Harga jual per unit produk
x= Unit produk yang dijual/yang diproduksi

15
a= Total Biaya Tetap
b= Biaya variabel setiap unit produk
Dari persamaan diatas, dapat diuraikan menjadi rumus
break even point sebagai berikut :

a) Break even point dalam satuan uang penjualan

b) Break even point dalam unit produk

Pada keadaaan titik impas laba operasinya sama dengan


nol, sehingga akan menghasilkan jumlah produk ( dalam
satuan unit maupun satuan uang penjualan ) yang dijual
mencapai titik impas ditambah biaya tetap.

2) Metode Kontribusi Unit


Menurut Simamora Metode Kontribusi Unit merupakan
variasi metode persamaan. Setiap unit atau satuan produk yang
terjual akan menghasilkan jumlah margin kontribusi tertentu
yang akan menutup biaya tetap. Metode kontribusi unit adalah
metode jalan pintas dimana harus diketahui nilai margin
kontribusi. Margin Kontribusi adalah hasil pengurangan
pendapatan dari penjualan dengan biaya variabel.Sedangkan

16
rasio margin kontribusi adalah margin kontribusi dibagi
dengan penjualan. Untuk mencari titik Impas rumusnya adalah
sebagai berikut:

3) Metode Grafis
Manajer menggambarkan titik impas melalui grafis.
Grafis titik impas akan menunjukkan volume penjualan pada
sumbu x atau garis horizontal dan biaya akan terletak pada
sumbu y atau garis vertikal. Sedangkan titik impas akan
terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan garis
biaya. Garis sebelah kiri garis impas menunjukkan sisi
kerugian, sebaliknya sisi kanan menunjukkan sisi laba usaha.
Dengan menggunakan metode grafis manajer dapat
menghindari metode matematis pada waktu tingkat penjualan
yang berbeda tengah dipertimbangkan. Metode grafis akan
membantu manajer dalam mengevaluasi akibat perubahan
volume tahun lalu dan dapat memproyeksikan volume
penjualan pada tahun yang akan datang.
Menurut Simamora grafis titik impas mempunyai
beberapa hal penting yaitu selama harga jual melebihi biaya
variabel ( margin kontribusinnya positif), maka penjualan yang
lebih banyak akan menguntungkan perusahaan, baik dengan

17
meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian. Oleh karena
itu, perusahaan lebih baik tetap beroperasi karena kerugian
mereka akan lebih besar lagi jika perusahaan menghentikan
atau menutup kegiatan usahanya, hal ini pada umumnya sering
terjadi pada bisnis musiman.

2. Metode Linear Programming

Setiap perusahaan atau organisasi memiliki keterbatasan atas


sumber dayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, mesin dan
peralatan, ruang, tenaga kerja, jam kerja, maupun modal. Dengan
keterbatasan ini, perusahaan perlu merencanakan strategi yang dapat
mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai, baik itu berupa keuntungan
maksimal atau biaya minimal. Berbagai macam teknik telah ditemukan
untuk tujuan itu, salah satu diantaranya pemrograman linear.
Linear Programming atau pemrograman linear adalah teknik
pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah pengalokasian
sumber daya yang terbatas diantara berbagai kepentingan seoptimal
mungkin. Teknik ini dikembangkan oleh LV Kantorovich, seorang ahli
matematik dari Rusia, pada tahun 1939. Pemrograman linear merupakan
salah satu metode dalam riset operasi yang memungkinkan para manajer
mengambil keputusan dengan menggunakan pendekatan analisis
kuantitatif. Teknik ini telah diterapkan secara luas pada berbagai
persoalan dalam perusahaan, untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan penugasan karyawan, penggunaan mesin, distribusi dan
pengangkutan, penentuan kapasitas produk, ataupun dalam penentuan
portofolio investasi.
Karena penggunaannya semakin meluas, teknik pemrograman
linearpun mengalami perkembangan. Sejak analisis dilakukan dengan
cara yang sederhana, baik al jabar maupun grafis untuk kasus sederhana,
kini teknik ini bisa digunakan untuk kasus yang memiliki tingkat
kompleksitas yang tinggi dengan ratusan bahkan ribuan variabel dengan
ditemukannya metode simpleks. Metode simpleks dikembangkan oleh

18
George B. Dantzig pada tahun 1947, yang merupakan metode yang
paling luas dipakai dalam pemrograman linear. Perkembangan komputer
digital elektronis dengan kemampuannya untuk melakukan kalkulasi
hitungan yang jauh lebih cepat dari cara manual sangat membantu dalam
penggunaan teknik ini. Program komputer untuk pemrograman linear
pada umumnya menggunakan metode simpleks.
Pemrograman linear (LP) menggunakan model matematis untuk
menggambarkan masalah yang hendak dianalisa. Pada dasarnya, model
pemrograman linear dinyatakan dalam bentuk fungsi tujuan dan fungsi
batasan (kendala, constraint).
Fungsi tujuan merupakan suatu persamaan fungsi linear dari
variabel tujuan, seperti pendapatan, keuntungan, atau biaya. Dalam
fungsi tujuan juga harus dijelaskan apakah tujuannya memaksimalkan
atau meminimalkan variabel. Variabel seperti keuntungan, produksi, dan
penjualan, bertujuan untuk dimaksimalkan; sedangkan variabel seperti
biaya dan risiko bertujuan untuk diminimalkan.
Fungsi batasan menggambarkan batasan yang dihadapi dalam
mencapai tujuan. Fungsi batasan biasanya terdiri dari beberapa
persamaan yang masing-masing berkorelasi dengan sumberdaya yang
berkaitan.

Karakteristik yang biasa digunakan dalam persoalan linear


programming menurut Purnomo (2004) adalah sebagai berikut:
A. Variabel keputusan. Merupakan variabel yang menguraikan secara
lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat.
B. Fungsi tujuan. Merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan
dimaksimumkan (keuntungan) atau diminimumkan (kerugian).
C. Pembatas. Merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak
bisa menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang.
D. Pembatas tanda. Pembatas yang menjelaskan apakah variabel
keputusannya diasumsikan hanya berharga non negatif atau berharga
positif.

19
Dalam model matematika, permasalahan dalam pemrograman
linear dapat digambarkan dalam bentuk umum sebagai berikut:
Fungsi Tujuan (FT) Maks/Min ∑
Dengan pembatasan (DP) ∑ ∑
Dan

Misalnya terdapat 2 variabel kegiatan/keputusan dan 3 batasan


sumber daya, persamaan matematisnya sebagai berikut:
Fungsi Tujuan Maks/Min
Dengan pembatasan

Dan

Keterangan:
Z = nilai optimal dari fungsi tujuan
= jenis kegiatan (variabel keputusan)
= kebutuhan sumber daya i untuk menghasilkan setiap unit kegiatan j
= banyaknya sumber daya I yang tersedia
= kenaikan nilai Z jika ada penambahan satu unit kegiatan j
a, b, c disebut juga sebagai parameter model
m = jumlah sumber daya yang tersedia
n = jumlah kegiatan

20
G. Studi Kasus

Perencanaan Kapasitas Produksi Dengan Metode Rought Cut


Capacity Planning (Rccp)
Pada Pembuatan Produk Kasur Busa
(PT Buana Spring Foam di Purwokerto)

PT Buana Spring Foam adalah unit perusahaan dari Cahaya Buana


Group yang berlokasi di Jl. Veteran No.234, Dusun I, Pangebatan,
Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53161. Perusahaan ini
begerak dalam bidang perdagangan dan industri manufaktur. PT Buana Spring
Foam memproduksi spring bed dan kasur busa. Namun, pembahasan kali ini
berfokus pada produksi kasur busanya. Produk kasur busa memiliki empat
jenis produk, yaitu gold, silver, standar dan ekonomi. Pada proses produksi
kasur busa terdapat kendala pada saat adanya permintaan khusus dan musim-
musim tertentu. Mutu, waktu, dan biaya dianggap sebagai tiga faktor kritis dari
beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan karena umumnya
pelanggan menilai perusahaan dalam ketiga faktor tersebut. Perusahaan akan
mampu memberikan nilai terbaik kepada pelanggannya apabila memiliki
rencana produksi yang realistis yang berarti bahwa output produksi
direncanakan berdasarkan sumber daya potensial, khususnya kapasitas
produksi.
Permintaan konsumen dapat terealisasi seluruhnya di dalam jadwal
induk produksi jika didukung oleh kapasitas produksi yang sesuai dengan
kebutuhan produksi di dalam menghasilkan persediaan produk jadi. Jadwal
induk produksi dapat dengan mudah direalisasikan apabila permintaan
konsumen bersifat konstan, namun kenyataannya perusahaan tak jarang
mengalami fluktuasi permintaan yang cenderung menurun dan tidak stabil.
Dari hasil jadwal induk produksi pada PT Buana Spring Foam, maka akan diuji
dengan metode Rought Cut Capacity Planning, sehingga perusahaan
mengetahui apakah sumber daya yang direncanakan akan cukup atau bahkan

21
kelebihan. Data yang digunakan adalah data penjualan pada bulan Januari 2017
sampai bulan Desember 2018 dan kebijakan-kebijakan perusahaan lainnya.

1. Pembahasan Dan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode Rought Cut


Capacity Planning (RCCP) yang memiliki empat langkah dasar: (1)
menentukan rencana produksi dan Jadwal Induk Produksi, (2)
menentukan standar waktu pada setiap stasiun kerja, (3) menentukan Bill
of Capacity, (4) menyusun laporan Rought Cut Capacity Planning
(RCCP).

a. Data Perusahaan

PT Buana Spring Foam memiliki tenaga kerja sebanyak 144


orang disemua bagian. Untuk bagian produksi kasur busa memiliki
tenaga kerja sebanyak 23 orang, yang terdiri dari sebagai berikut:

Pengaturan jam kerja pada PT Buana Spring Foam


berlangsung selama tujuh jam kerja dan satu jam istirahat dalam
enam hari (senin – sabtu) jadi selama satu bulan dapat dihitung
sebanyak 24 hari. Apabila waktu kerja lebih dari tujuh jam, maka
jam berikutnya akan terhitung sebagai jam lembur.
Data gaji per orang untuk kerja reguler sesuai dengan UMR
daerah Banyumas, yaitu sebesar Rp1.750.000. Sedangkan upah
lembur sebesar Rp 55.800 yang didapat dari perhitungan sesuai
dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 78 ayat (2), (4), pasal 85 dan lebih

22
lengkapnya diatur dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004
mengenia Waktu dan Upah Kerja Lembur.

b. Waktu Proses Produksi

Proses pembuatan kasur busa yang dilakukan PT Buana


Spring Foam memiliki beberapa mesin yang digunakan, adapun jenis
mesin dan jumlahnya sebagai berikut:

Proses pembuatan pada kasur busa memiliki tiga tahap, yaitu


persiapan, proses foaming, serta proses pemotongan dan
pengemasan. Waktu proses pembuatan kasur busa dan stasiun kerja
akan dijelaskan sebagai berikut:

Perhitungan konversi dilakukan pada data yang bersifat multi


item, yang bertujuan agar produk tersebut memiliki satuan produksi
yang sama, sebagai berikut:

23
c. Peramalan
Taknik analisis data peramalan menggunakan dua metode
pada setiap jenis produk. Pada jenis gold dan silver memiliki metode
peramalan yang sama, yaitu metode trend dan metode pemulusan
dengan musiman. Sedangkan jenis standar menggunakan metode
moving average dan metode pemulusan, serta jenis ekonomi
menggunakan metode moving average dengan musiman dan metode
pemulusan dengan musiman. Menetukan peramalan menggunakan
tiga ukuran kesalahan historis, yaitu Mean Absolute Deviation
(MAD), Mean Squared Error (MES), dan Mean Absolute Percent
Error (MAPE).
d. Rencana Kapasitas

Kapasitas merupakan sebagai jumlah output maksimum yang


dapat dihasilkan suatu fasilitas produksi dalam selang waktu tertentu.
Kapasitas berfokus pada batas atas atau beban maksimum yang bisa
dilakukan oleh unit produksi. Beban itu dapat berupa jumlah jasa
yang dilakukan dan jumlah unit fisik yang dihasilkan.
Kapasitas produksi untuk semua produk yang digunakan
dalam perencanaan produksi ini diperoleh dari jumlah jam kerja
setiap produk terhadap jumlah produk yang akan di produksi.
Setelah memperoleh jumlah jam kerja, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan perhitungan kapasitas waktu yang dibutuhkan
untuk setiap produk dengan cara:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 =𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 × 60 : 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 =168 × 60 : 4 = 2520 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

24
Menentukan perhitungan kapasitas produksi setiap stasiun
kerja per mesin untuk setiap item setiap periode. Data yang
digunakan adalah waktu yang tersedia, dan data kemampuan
produksi dalam 15 balok busa, adapun datanya sebagai berikut:

Setelah diketahui kapasitas produksi setiap mesin untuk


seluruh produk, maka kapasitas produksi yang tersedia adalah
kapasitas mesin yang menghasilkan output terendah. Dari hasil
perhitungan kapasitas mesin, output terendah untuk seluruh periode
dan seluruh jenis produk yang dihasilkan oleh mesin Foaming. Oleh
karena itu, data yang diambil pada setiap jenis adalah hasil dari
perhitungan stasiun kerja foaming.

e. Perencanaan Agregat

Rencana agregat adalah suatu rencana yang menyertakan


tingkat ramalan untuk kelompok produk barang jadi, persediaan,
kekurangan, dan perubahan tenaga kerja. Perencanaan agregat
penting karena dapat membantu menyelaraskan aliran di
sepanjang rantai pasokan; perencanaan ini mempengaruhi biaya,
penggunaan perlengkapan, tingkat pekerjaan dan kepuasan
pelanggan.
Untuk menghitung perencanaan agregat, maka akan
dibutuhkan data yang didapat dari perusahaan sebagai beriku: gaji
karyawan sebesar Rp 1.750.000 /tahun, upah lembur sebesar Rp
55.800 /hari, biaya penyimpanan sebesar Rp 350.000 /bulan,
persediaan awal sebesar 1230 unit tenaga kerja sebanyak 23
orang.

25
Perhitungan perencanaan agregat ini akan menggunkan
dua metode yang akan dibahas sebagi berikut:
Metode Tenaga Kerja Tetap
 Perhitungan untuk total supply adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 = 𝑅𝑒𝑔𝑢𝑙𝑒𝑟 + 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 = 2352 + 0 = 2352
 Perhitungan untuk total supply adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 = 𝑅𝑒𝑔𝑢𝑙𝑒𝑟 + 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 = 2352 + 0 = 2352

f. Proses Disagregasi

Disagregasi adalah proses memecah rencana agregat


menjadi kebutuhan produk spesifik dengan tujuan untuk
menentukan kebutuhan tenaga kerja, material, dan kebutuhan
persediaan. Proses disagregasi bertujuan untuk membuat jadwal
produksi secara terperinci pada setiap item produk.
Pada tahap perhitungan ini akan mencari presentase untuk
setiap jenis kasur busa dengan Metode Cut & Fit, berikut hasilnya:

g. Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi merupakan rencana rinci tentang


jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa satuan waktu
dalam horison perencanaan. Jadwal induk produksi menetapkan
apa yang harus dihasilkan dan waktu yang telah ditetapkan sesuai
dengan keseluruhan rencana. Jadwal induk produksi adalah suatu
pernyataan tentang produk akhir atau item apa yang direncanakan
untuk diproduksi, berapa banyak produk atau item tersebut akan

26
diproduksi pada setiap periode sepanjang rentang waktu
perencanaan.
Untuk menghitung JIP yang dikoversi, maka faktor
konversi akan diambil dari Data pembagian disagregasi dengan
faktor konversi adalah sebagai berikut:
𝐼𝑡𝑒𝑚 =𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐷𝑖𝑠𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 : 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠i
Hasil Jadwal Induk Produksi yang dikonversi

h. Rought Cut Capacity Planning

Rough Cut Capacity Planning (RCCP) adalah suatu proses


analisis dan evaluasi kapasitas dari fasilitas produksi yang tersedia
di lantai pabrik agar sesuai atau dapat mendukung jadwal induk
produksi yang akan disusun. Ada empat teknik untuk mengitung
Rough Cut Capacity Planning, yaitu: CPOF (Capacity Planning
Overall Factor), BOLA (Bill Of Labour Approach), RPA
(Resource Profile Approach), dan CRP (Capacity Requirement
Planning).
Bedasarkan hasil perhitungan dari load profile
menunjukkan bahwa hasil penelitian terhadap jadwal induk
produksi layak digunakan untuk proses produksi kasur busa.
Kelayakan ini dihitung berdasarkan kesesuaian antara total

27
kapasitas tersedia sebanayak 28224 unit dengan total kapasitas
terpakai sebanyak 19415 unit. Oleh karena itu kapasitas tersedia
dapat memenuhi kapasitas terpakai.

2. Kesimpulan

Dari hasil analisis dengan metode peramalan yang dipilih adalah


metode trend untuk gold, metode pemulusan dengan musiman untuk
silver, metode moving average untuk standar, dan metode pemulusan
dengan musiman untuk ekonomi. Hasil dari peramalan untuk dua tahun
sebelumnya mengalami penurunan, sehingga pada peramalan untuk masa
yang akan datang mengalami hal sama. Hal ini diduga karena penjualan
menurun akibat tidak stabilnya harga bahan baku akibat kurs dollar yang
meningkat. Kenaikan harga bahan baku ini berdampak pada harga jual
semakin tinggi dan bidang pemasaran mengalami kesulitan untuk
memasarkan produknya.
Perencanaan agregat yang digunakan untuk melakukan proses
produksi secara menyeluruh dilakuakan dengan metode tenaga kerja
tetap dan metode transportasi. Dari hasil perhitungan kedua metode
tersebut mendapatkan hasil yang sama, yaitu sebesar Rp 23.366.329.
Penyusunan Jadwal Induk Produksi dilakukan dengan disagregasi hasil
perencanaan agregat menggunakan metode cut & fit. Tujuan dari
disagregasi ini adalah untuk mengetahui besarnya presentase setiap jenis
kasur busa. Kemudian hasil dari Jadwal Induk Produksi dikonversikan
sesuai dengan faktor konversi yang telah ditetapkan.
Atas dasar hasil Jadwal Induk Produksi, maka dapat ditentukan
kapasitas kasar (RCCP) untuk menyesuaikan Jadwal Induk Produksi
dengan kapasitas produk yang tersedia. Rought Cut Capacity Planning
merupakan metode untuk membandingkan hasil Jadwal Induk Produksi
dengan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Metode yang digunakan
untuk menganalisis Jadwal Induk Produksi adalah Bill of Labour. Hasil
Rought Cut Capacity Planning menunjukan bahwa kapasitas produksi
dapat memenuhi kebutuhan produksi yang direncanakan untuk periode
mendatang.
28
3. Implikasi
Diharapkan PT Buana Spring Foam melakukan prediksi terhadap
permintaan produk menggunakan metode peramalan yang sesuai dengan
pola data permintaan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui jumlah
barang yang harus diproduksi dan dapat memenuhi permintaan
konsumen.

Perusahaan dapat menambah kerja sama dengan daerah diluar


dari daerah penjualan yang sekarang, sehingga perusahaan dapat
menambah daerah penjualan dan tidak mengalami penumpukan pada
gudang dan tidak melakukan slow moving.

29
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Perencanaan kapasitas merupakan proses untuk memutuskan
kebutuhan kapasitas produksi oleh perusahaan untuk mempertemukan
perubahan permintaan setiap produk. Selain itu tedapat tiga jenis kapasitas
produksi, yaitu kapasitas desain, kapasitas efektif, dan kapasitas efisien.
Perencanaan kapasitas juga memiliki beberapa jangka waktu yaitu jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Metode BEP dan metode
linear programming adalah metode yang digunakan untuk melaksanakan
perencanaan kapasitas.
B. Saran

Perencanaan kapasitas bertujuan untuk meminimalisasi kapasitas


perusahaan dengan permintaan konsumen terhadap produk. Perusahaan harus
bisa menyesuaikan kapasitas produksinya dengan tingkat permintaan agar ada
kesempatan untuk mendapat keuntungan lebih bagi perusahaan. Manajemen
operasional bertanggung jawab terhadap jalannya proses operasional,
termasuk perencanaan kapasitas.

30
Daftar Pustaka

Arripple Blogspot. Pengertian Kapasitas dan Perencanaan. Diakses dari :


http://arripple.blogspot.com/2016/04/pengertian-kapasitas-dan-perencanaan.html

Ekonomi Bung Hatta (15/10/2020). Apa Yang Dimaksud Dengan Perencanaan


Kapasitas. Diakses dari :
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/810-apa-yang-dimaksud-
dengan-perencanaan-
kapasitas#:~:text=Perencanaan%20kapasitas%20adalah%20keputusan%20strat
egi,sumber%20daya%20perusahaan%20secara%20keseluruhan.

Eddy, Herjanto. 2007. Manajemen Operasi 3. Jakarta: PT Grasindo

Hatani, La. 2008. Manajemen Operasional. Kendari: Fakultas Ekonomi


Universitas Haluoleo

Heizer, Jay, dan Barry Render. 2015. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Salemba
Empat

Purnomo, Hari. Manajemen Operasi. Yogyakarta: CV. Sigma

31

Anda mungkin juga menyukai