“Mengelola Kualitas”
Kelompok 2 :
KELAS MANAJEMEN C
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Mengelola Kualitas” untuk
memenuhi tugas mata kuliah manajemen operasional dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas dari Ibu Dra. Suci Indriati, M.si. pada mata kuliah manajemen
operasional di Universitas Jenderal Soedirman. Selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang cara mengelola kualitas bagi kami dan para pembaca.
Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Suci
Indriati, M.si. selaku dosen mata kuliah manajemen operasional. Tugas yang diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami terhadap materi yang diberikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam mendukung
dan membantu penyelesaian pembuatan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Dalam penulisan makalah ini kami sadar masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
membangun kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii
BAB I ...............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................1
BAB II ..............................................................................................................................2
2.1 Kualitas dan Strategi..............................................................................................2
2.2 Total Quality Manajemen ......................................................................................6
2.3 Alat Dari Total Quality Management (TQM) .......................................................18
2.4 Peranan Dalam Inspeksi .......................................................................................24
2.5 Total Quality Management Dalam Jasa ................................................................25
2.6 Studi Kasus ...........................................................................................................26
BAB II .................................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................30
3.2 Saran ......................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara pengelolaan kualitas dan strateginya?
2. Mengetahui cara manajemen kualitas total bekerja?
3. Mengetahui alat-alat yang bisa di gunakan dalam Total Management Quality
(TQM)
4. Mengetahui peran dari Inspeksi dalam mengelola kualitas?
5. Mengetahui cara kerja Total Management Quality (TQM) dalam jasa?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Arnold Parmer Hospital mengatakan bahwa kualitas adalah hal yang
sangat bagus untuk meningkatkan operasional. Pengelolaan kualitas dapat membantu
dalam membangun strategi yang berhasil dalam diferesiasi, biaya rendah, dan respon.
Sebagai contoh, Bose Corp berhasil membuat ekspetasi kualitas yang baik kepada
pelanggan, sehingga mendeferensisasikan stereo speaker-nya sebagai yang terbaik di
dunia. Nucor telah mempelajari cara produksi baja yang berkualitasdengan biaya yang
rendah dengan mengembangkan proses yang efisien dan menghasilkan kualitas yang
konsisten. Dell Computers secara cepat meresponspemesanan pelanggan karena system
kualitas, dengan sedikit pengolahan kembali, telah membuatnya memperoleh throughpul
di pabriknya. Kualitas memang menjadi factor kunci sukses bagi perusahaan-perusahaan
tersebut.
Perbaikan pada kualitas membantu perusahaan meningkatkan penjualan dan
mengurangi biaya-biaya, dimana keduanya dapat meningkatkan profitabilitas. Peningkatan
pada penjualan biasanya terjadi sebagai kecepatan perusahaan merespons, peningkatan
atau penurunan harga jual, dan meningkatkan reputasi mereka untuk produk yang
berkualitas. Sama halnya peningkatan kualitas dapat menurunkan biaya saat perusahaan
meningkatkan produktivitas dan menurunkan pengerjaan kembali, scrap (barang sisa), dan
biaya garansi. Suatu penelitian menemukan bahwa perusahaan dengan kualitas terbaik
adalah lima kali produktif (diukur dengan unit yang diproduksi per jam kerja) dari
perusahaan dengan kualitas yang buruk. Memang, saat implikasi biaya jangka panjang dan
potensi peningkatan penjualan perusahaan dipertimbangkan, total biaya mungkin juga akan
pada nilai minimum saat 100% barang atau jasa sempurna dan bebas cacat.
Kualitas yang baik atau buruk mempengaruhi keseluruhan organisasi mulai dari
pemasok sampai pelanggan dan mulai dari desain produk sampai ke pemeliharaan.
Mungkin lebih penting lagi, membangun sebuah organisasi yang dapat mencapai sebuah
kualitas adalah sebuah tugas yang diharuskan. Strategi kualitas yang berhasil dimulai dari
budaya organisasi yang menumbuhkan kualitas, diikuti dengan pemahaman atas prinsip –
prinsip kualitas, kemudian melibatkan karyawan dalam aktivitas-aktivitas tertentu untuk
2
mengimplementasikan kualitas. Saat cara-cara ini dilakukan secara benar, organisasi
biasanya memuaskan pelanggannya dan memperoleh keunggulan kompetitif.
Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam banyak produk dan jasa.
Suatu produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut mempunyai kecocokan
pengunaan bagi dirinya (konsumen). Jika perusahaan melakukan suatu hal yang tidak
sesuai dengan harapan konsumen berarti perusahaan tersebut tidak memberikan kualitas
yang baik. Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk
melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan
perbaikan, serta atribut bernilai lainnya.
B. Pendefinisian Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualitas berarti tingkat baik buruknya
sesuatu, derajat atau taraf mutu. Berkualitas diartikan bahwa sesuatu mempunyai kualitas
atau mutu yang baik. Terdapat juga beberapa definisi mengenai kualitas :
1. Berdasarkan pada pengguna, mereka mengusulkan kualitas tersebut “ terlihat pada
mata yang melihatnya. “ Orang pemasaran menyukai pendekatan ini begitu pula
pelanggan. Bagi mereka kualitas yang tinggi berarti kinerja yang lebih baik, fitur yang
bagus, dan peningkatan lainnya.
2. Bagi manajer produksi, kualitas adalah berdasarkan pada manufacturing. Mereka
percaya bahwa kualitas berarti sesuai dengan standar dan “ membuat pelanggan enak
pada kali pertama. “
3. Yang ketiga berdasarkan pada produk. Yang melihat kualitas sebagai variabel yang
tepat dan dapat diukur.
3
undangan seperti undang – undang perlindungan produk konsumen menyusun dan
mendorong standar produk dan melarang produk yang tidak memenuhi standar
tersebut.
3. Implikasi global. Pada era teknologi, kualitas menjadi perhatian internasional, begitu
pula OM. Untuk kedua perusahaan dannegara untuk bersaing secara efektif dalam
ekonomi global, produk harus dapat memenuhi kualitas, rencangan, dan ekspetasi
harga global . Produk inferior merusak profitabilitas perusahaan dan neraca
pembayaran negara.
D. Penghargaan Kualitas Nasional Malcolm Baldrige
Penghargaan ini diberikan oleh Kongres USA kepada organisasi – organisasi yang
telah mampu menerapkan manajemen kualitas untuk memberikan peningkatan nilai kepada
pelanggan dan meningkatkan performasi organisasi secara keseluruhan. Penghargaan
diberi nama dari mantan sekertaris perdagangan Malcolm Baldrige. Pemenang termasuk
perusahaan, seperti Motorola, Milik iken, FedEx, Ritz-Chalton Hotels, AT&T, Cadillac,
dan Texas Instuments. Baldrige Award diciptakan sebagai motivator dan keinginan setiap
organisasi untuk bersaing secara sehat dalam hal peningkatan mutu. Baldrige Award
menilai suatu organisasi dari 7 aspek, yaitu :
a. Kepemipinan
b. Perencanaan strategis
c. Konsumen dan fokus pasar
d. Informasi dan anlisis
e. Fokus sumber daya manusia
f. Manajemen proses
g. Hasil
E. Standar Kualitas Internasional ISO 9000
Pergerakan menuju rantai pasokan global telah menempatkan banyak perhatian pada
kualitas dimana dunia harus menyatukan standar kualitas tunggal, ISO 9000. ISO 9000
adalah standar kualitas dengan pengakuan internasional. Fokusnya adalah menambah sukses
melalui delapan prinsip pengelolaan kualitas : (1) Kepemimpinan manajemen strategi. (2)
Kepuasan pelanggan. (3) Perbaikan berkelanjutan. (4) Melibatkan manusia. (5) Analisa
proses. (6) Menggunakan dukungan data ( data driven) untuk pengambilan keputusan. (7)
Pendekatan sistem untuk manajemen, dan (8) Hubungan pemasok yang saling
menguntungkan.
F. Biaya Kualitas
4
Empat kategori dari biaya berkaitan dengan kualitas. Disebut biaya kualitas ( cost
of quality – COQ), yaitu sebagai berikut :
• Biaya pencegahan: biaya yang terkait dengan pengurangan potensi barang atau jasa
cacat ( contoh: pelatihan, program peningkatan kualitas).
• Biaya penilaian: biaya yang tekaitan dengan evaluasi barang, proses, bagian, dan jasa (
contoh: percobaan lab, pemeriksaan/pengawas )
• Biaya kegagalan internal: biaya yang diakibatkan dari produksi barang atau jasa yang
cacat sebelum dikirim ke pelanggan ( contoh: pengerjaan kembali, bahan sisa,
penghentian)
• Biaya kegagalan eksternal: biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang
cacat ( contoh: pengerjaan kembali, retur barang, tanggung jawab, kehilangan goodwill,
biaya untuk masyarakat (cost of society)
6
2. Six Sigma
Istilah Six Sigma (Sigma Enam), diperkenalkan oleh Motorola, Honeywell,
dan General Electric, yang memiliki dua arti dalam TQM. Dalam arti statistik,
menggambarkan proses, barang, atau jasa dengan kapabiliatas yang sangat tinggi
(99,9997%). Pengertian TQM yang kedua dari Six Sigma adalah program yang
direncanakan untuk mengurangi kecacatan, mengurangi biaya, mengnemat waktu,
dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Six Sigma adalah sistem yang
komprehensif-sebuah strategi, sebuah disiplin, dan seperangkat alat-untuk meraih
dan mempertahankan kesuksesan bisnis. Semakin tinggi suatu nilai sigma, maka
akan semakin kecil kemungkinan kecacatan pada suatu proses. Tujuannya adalah
demi meningkatkan kinerja dan meminimalisir adanya potensi kesalahan.
Metode Six Sigma:
• DMAIC
DMAIC adalah suatu metode yang bersifat data-driven. Tujuan adalah
untuk mengembangkan produk atau jasa yang sudah ada demi meningkatkan
kepuasan konsumen atau pelanggan. Pada umumnya, DMAIC dipergunakan oleh
perusahaan manufaktur produk atau perusahaan jasa pengiriman atau logistik.
Lima tahapan dalam metode ini, yakni:
o Define: Menentukan masalah, tujuan, dan proses.
o Measure: Menilai masalah, kinerja yardstick, dan evaluasi sistem
pengukuran.
o Analyze: Menganalisa efektivitas dan juga efisiensi proses demi mencapai
suatu tujuan.
o Improve: Melakukan identifikasi cara perbaikan atau mengembangkan
suatu proses.
o Control: Suatu upaya dalam mengukur kinerja implementasi pada berbagai
tahapan strategi sebelumnya.
• DMADV
DMADV adalah suatu metode yang bisa gunakan untuk menciptakan atau
membuat ulang suatu proses manufaktur produk yang baru. Metode ini sangat
cocok dipilih jika suatu proses produk yang dilakukan perusahaan saat ini tidak
mampu memuaskan pelanggan walaupun sudah semaksimal mungkin.
Perbedaan antara DMAIC dengan DMADV ada pada dua huruf sebagai
tahapan. Dalam DMADV, D diartikan sebagai design dan V untuk verify. Design,
7
diperlukan untuk mendesain proses-proses agar memenuhi kebutuhan dan
persyaratan pelanggan. Sementara, Verify diperlukan untuk melaksanakan
verifikasi terhadap kinerja proses, terlebih lagi dalam kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan dan persyaratan pelanggan.
Kedua metode ini sama-sama mengambil konsep siklus PDCA (Plan-do-
check-act) dari W. Edwards Deming. Namun dalam penerapannya, DMAIC dipakai
untuk memperbaiki proses bisnis yang sedang berjalan, sedangkan DMADV
dipakai untuk menciptakan produk baru atau desain proses bagi kinerja bebas-cacat.
3. Pemberdayaan Karyawan
Pemberdayaan (empowerment) karyawan merupakan upaya yang dilakukan
oleh perusahaan atau pimpinan dalam memberikan kesempatan, kepercayaan,
tanggung jawab dan wewenang kepada karyawan untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan rencana pekerjaan menjadi komitmen dari
karyawan itu sendiri. Tujuan dari pemberdayaan karyawan ialah untuk
mengembangkan kinerja individu dan untuk membantu karyawan dalam mencapai
tujuan mereka dengan otorisasi karyawan untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan.
• Tahapan Pemberdayaan Karyawan
Menurut Rokhman (2003), model pemberdayaan karyawan dapat
dikembangkan dalam suatu organisasi melalui beberapa tahapan berikut
o Desire
Tahap pertama dalam model empowerment adalah adanya keinginan
dari manajemen untuk mendelegasikan dan melibatkan pekerjaan. Hal-hal
termasuk dalam desire yaitu:
▪ Pekerja diberi kesempatan untuk mengidentifikasikan permasalahan
yang sedang berkembang.
▪ Memperkecil directive personality dan memperluas keterlibatan
pekerja.
▪ Mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan strategi
kerja.
▪ Menggambarkan keahlian tim dan melatih karyawan untuk
mengawasi sendiri (selfcontrol).
o Trust
Setelah adanya keinginan dari manajemen untuk melakukan
8
pemberdayaan, langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan antara
manajemen dan karyawan. Adanya saling percaya di antara anggota
organisasi akan tercipta kondisi yang baik untuk pertukaran informasi dan
saran adanya rasa takut. Hal-hal yang termasuk dalam trust yaitu:
▪ Memberi kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan kebijakan.
▪ Menyediakan waktu dan sumber daya yang mencukupi bagi
karyawan dalam menyelesaikan kerja.
▪ Menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan kerja.
▪ Menghargai perbedaan pandangan dan menghargai kesuksesan yang
diraih oleh karyawan.
▪ Menyediakan akses informasi yang cukup.
o Confident
Langkah selanjutnya setelah adanya saling percaya adalah
menimbulkan rasa percaya diri karyawan dengan menghargai terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh karyawan. Hal-hal yang termasuk tindakan
yang dapat menimbulkan confident antara lain yaitu:
▪ Mendelegasikan tugas yang penting kepada karyawan.
▪ Menggali ide dan saran dari karyawan.
▪ Memperluas tugas dan membangun jaringan antara departemen.
▪ Menyediakan jadwal job instruction dan mendorong penyelesaian
yang baik.
o Credibility
Langkah keempat menjaga kredibilitas dengan penghargaan dan
mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang sehat
sehingga terciptanya organisasi yang memiliki performance yang tinggi.
Hal-hal yang termasuk credibility antara lain yaitu:
▪ Memandang karyawan sebagai partner strategis.
▪ Peningkatan target di semua bagian pekerjaan.
▪ Memperkenalkan inisiatif individu untuk melakukan perubahan
melalui partisipasi.
▪ Membantu menyelesaikan perbedaan-perbedaan dalam penentuan
tujuan dan prioritas.
o Accountability
9
Tahap dalam proses pemberdayaan selanjutnya adalah pertanggung
jawaban karyawan pada wewenang yang diberikan. Dengan menetapkan
secara konsisten dan jelas tentang peran, standar dan tujuan tentang
penilaian terhadap kinerja karyawan, tahap ini sebagai sarana evaluasi
terhadap kinerja karyawan dalam penyelesaian dan tanggung jawab
terhadap wewenang yang diberikan. Hal-hal yang termasuk accountability
antara lain yaitu:
▪ Menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja karyawan.
▪ Memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang jelas.
▪ Melibatkan karyawan dalam penentuan standar dan ukuran.
▪ Memberikan bantuan kepada karyawan dalam penyelesaian beban
kerja.
▪ Menyediakan periode dan waktu pemberian feedbeck.
o Communication
Langkah terakhir adalah adanya komunikasi yang terbuka untuk
menciptakan saling memahami antara karyawan dan manajemen.
Keterbukaan ini dapat diwujudkan dengan adanya kritik dan saran terhadap
hasil dan prestasi yang dilakukan pekerja. Hal-hal yang termasuk dalam
communication antara lain yaitu:
▪ Menetapkan kebijakan open door communication.
▪ Menyediakan waktu untuk mendapatkan informasi dan
mendiskusikan permasalahan secara terbuka.
▪ Menciptakan kesempatan untuk cross training.
4. Tolok Ukur
Benchmarking adalah suatu standar atau tolak ukur yang dimanfaatkan
untuk membandingkan antara satu hal dengan hal lainnya yang sejenis. Dalam
bidang ilmu manajemen, pengertian benchmarking atau tolok ukur adalah suatu
upaya mengukur kebijakan dalam suatu perusahaan, produk, strategi, program, dan
hal lainnya dengan cara membandingkannya dengan kompetitor lain yang bergerak
pada bidang yang sama, agar bisa mendapatkan informasi tentang bagaimana dan
bagian apa saja yang harus di evaluasi dalam upaya meningkatkan performa
perusahaan. Tujuan dari melakukan benchmarking adalah untuk meningkatkan
nilai lebih perusahaan dengan cara memperbaiki performa usaha, meningkatkan
produktivitas, memperbaiki kualitas produk dan pelayanan, serta hal lainnya
10
dengan memanfaat performa dari kompetitor lain yang dianggap lebih baik.
• Jenis-jenis Benchmarking
o Benchmarking Berdasarkan Subjeknya
▪ Internal Benchmarking
Internal benchmarking adalah suatu kegiatan membandingkan
kegiatan atau proses yang sama dalam suatu koperasi. Biasanya, kegiatan
ini dilakukan pada perusahaan yang sudah memiliki anak perusahaan atau
cabang agar setiap perusahaan di dalamnya memiliki standarisasi yang sama
dengan induk perusahaan.
▪ Exsternal Benchmarking
External benchmarking adalah suatu kegiatan benchmarking yang
dikerjakan dengan membandingkan perusahaan miliknya dengan
perusahaan lain yang bergerak pada bidang industri yang sejenis. Dalam
jenis benchmarking eksternal pun terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
➢ Competitive Benchmarking
Competitive benchmarking adalah suatu perusahaan yang
membandingkan perusahaan tersebut dengan kompetitor atau
perusahaan lain yang dianggap sebagai kompetitor utama.
➢ Non-competitive Benchmarking
Non-competitive benchmarking adalah suatu perusahaan
yang membandingkan perusahaan tersebut dengan perusahan lain,
namun dalam bidang industri yang berbeda. Jenis non-competitive
benchmarking ini pun dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
✓ Functional Non-competitive Benchmarking, adalah kegiatan
membandingkan fungsi yang sama dari perusahaan yang
berbeda pada berbagai bidang industri
✓ Generic Non-competitive Benchmarking, adalah kegiatan
membandingkan proses fundamental bisnis yang dinilai sama
pada setiap perusahan.
o Benchmarking Berdasarkan Objeknya
Berdasarkan objeknya, benchmarking terbagi menjadi lima jenis, yaitu:
▪ Strategic Benchmarking
Strategic benchmarking adalah suatu upaya pengamatan tentang
bagaimana perusahaan lain mampu lebih unggul dari kompetitor lainnya
11
pada bidang yang sama.
▪ Process Benchmarking
Process benchmarking adalah suatu upaya dalam mengamati dan
juga membandingkan berbagai kegiatan operasional atau sistem operasional
dalam suatu perusahaan, seperti sistem pembayaran, pelayanan pelanggan,
dan perekrutan tenaga kerja.
▪ Functional Benchmarking
Functional benchmarking adalah suatu proses dalam mengamati dan
membandingkan fungsionalitas kerja pada kompetitor pada bidang industri
yang sama agar mampu meningkatkan fungsionalitas kerja pada
perusahaannya.
▪ Performance Benchmarking
Performance benchmarking adalah suatu kegiatan mengamati dan
membandingkan performa produk barang atau jasa dari kompetitor lain,
seperti harga, fitur produk, kualitas teknis, dll.
▪ Product Benchmarking
Product benchmarking adalah suatu kegiatan mengamati dan
membandingkan produk dari perusahaannya dengan produk dari kompetitor
lain untuk bisa mendapatkan informasi terkait kekuatan dan kelemahan dari
produk kompetitor.
▪ Financial Benchmarking
Financial benchmarking adalah suatu kegiatan mengamati dan
membandingkan kondisi keuangan dari perusahaan lain untuk mendapatkan
informasi tentang daya saing kompetitor.
12
o Lakukanlah perbandingan data antara perusahaan yang dimiliki dengan
perusahaan kompetitor untuk bisa mendapatkan informasi tentang
kesenjangan yang ada dalam performa perusahaan yang dimiliki.
o Terapkanlah seluruh proses dan kebijakan yang dilakukan oleh kompetitor
yang dinilai paling baik.
• Manfaat Melakukan Benchmarking
Ada beberapa manfaat utama yang bisa dirasakan, yaitu:
o Analisis Kompetitif
Dengan membandingkan performa perusahaan saat ini dengan
performa kompetitor lain, maka perusahaan akan mampu mengidentifikasi
bagian mana yang harus ditingkatkan atau diperbaiki. Selain itu, perusahaan
juga akan mendapatkan manfaat yang sangat strategis dari kompetitor, serta
mampu meningkatkan rata-rata perkembangan perusahaan yang dimiliki.
o Memantau Performa
Perusahaan akan mampu mendapatkan tren saat ini dengan
melakukan kegiatan benchmarking sehingga akan memungkinkan
perusahaan untuk menerapkan tren tersebut dan mendapatkan hasil yang
maksimal. Untuk itu, kegiatan benchmarking ini perlu dilakukan secara
berkala untuk dapat memantau keberhasilan perusahaan dalam mencapai
tujuannya.
o Perencanaan dan Penetapan Sasaran
Setelah berhasil melakukan benchmarking, maka perusahaan
nantinya akan mampu menentukan tujuan dan metrik performa untuk bisa
meningkatkan kinerja perusahaan. Nantinya, sasaran tersebut akan menjadi
target baru yang lebih kompetitif, tetapi perusahaan tetap harus menetapkan
target yang realistis.
13
memberikan dampak yang lebih baik pada perusahaan.
o Memahami Kelebihan Perusahaan
Kegiatan benchmarking mampu membantu mengidentifikasi posisi
suatu perusahaan dalam suatu bidang industri. Untuk itu, jika ingin
meningkatkan bidang apapun dalam suatu perusahaan, maka benchmarking
adalah salah satu cara yang efektif untuk mempelajari bagaimana
kompetitor lain bisa lebih unggul dan lebih sukses.
5. Tepat Waktu (Just In Time)
Dasar dibalik konsep tepat waktu adalah memproduksi produk yang
diperlukan, pada waktu yang dibutuhkan oleh pelanggan dalam jumlah sesuai
kebutuhan pelanggan pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara
yang paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan dan
perbaikan terus-menerus.
• Tujuan Penerapan Just In Time (JIT)
Menurut Arman Hakim Nasution dan Yudha Prasetyawan (2008:315),
tujuan penerapan sistem Just In Time adalah meningkatkan keuntungan dengan
mereduksi biaya dan meningkatkan kualitas. Manfaat yang paling jelas dari
penggunaan Just In Time adalah pengurangan dalam persediaan Work In Proses
(WIP). Menurut Zulian Yamit (2011:194), tujuan utama dari penerapan Just In
Time secara umum adalah sebagai berikut:
o Zero defects (meniadakan produk cacat)
o Zero inventories (meniadakan persediaan dalam pabrik)
o Zero setup time (meniadakan waktu persiapan)
o Zero handling (meniadakan penanganan bahan)
o Zero queues (meniadakan antrian)
o Zero breakdowns (meniadakan kerusakan mesin)
o Zero lead time (meniadakan waktu tunggu)
o Zero lot excesses (meniadakan kelebihan lot)
o Zero schedule interruptions (meniadakan gangguan pada jadwal produksi)
• Kelebihan dan Kekurangan Just In Time (JIT)
o Kelebihan :
▪ Tingkat persediaan yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan
biaya asuransi.
14
▪ Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja
sehingga hanya memerlukan modal kerja yang rendah.
▪ Dengan tingkat persediaan yang rendah, kemungkinan pemborosan
akibat produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak
atau using akan menjadi rendah.
▪ Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat
perubahan permintaan.
▪ Memerlukan penekanan pada mutu bahan-bahan produksi yang
dipasok oleh supplier sehingga dapat mengurangi waktu
pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
o Kelemahan:
▪ Sistem produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap
kesalahan atau “ Zero Tolerance for Mistake” sehingga akan sulit
untuk melakukan perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan
produksi ataupun produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini
dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi dan produk
jadi yang sangat minimum.
▪ Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pemasok baik dalam
kualitas maupun ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar
lingkup perusahaan manufakturing yang bersangkutan.
Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan mengakibatkan
terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
▪ Biaya transaksi akan relative tinggi akibat frekuensi transaksi yang
tinggi.
▪ Perusahaan manufakturing yang bersangkutan akan sulit untuk
memenuhi permintaan yang mendadak tinggi karena kenyataannya
tidak ada produk jadi yang lebih.
▪ Keterbatasan sumber daya manusia yang multifungsi, sedangkan
dalam penerapan Just In Time sangat membutuhkan sumber daya
manusia yang multifungsi untuk mendukung kelancaran dalam
produksi yang disebabkan permintaan yang mendadak tinggi.
• Prinsip Dasar Just In Time (JIT)
Menurut Evan Jaelani (2009) terdapat delapan prinsip yang harus dijadikan
dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem strategi produksi dengan metode
15
Just In Time sebagai berikut :
o Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan
produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah
tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat
waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu
proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan
secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari
terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
o Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot yang kecil untuk menghindari
perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi
jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena
hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan-perubahan
permintaan pasar.
o Mengurangi pemborosan
Pemborosan harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam, kerja mesin
atau orang, dan lainlain) tidak boleh melebihi batas minimal yang
diperlukan untuk mencapai taerget produksi.
o Perbaikan aliran produk secara terus-menerus
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak
produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
o Penyempurnaan kualitas produk
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time dalam
sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “zero
defects” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap
langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa
diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
o Respek terhadap semua orang / karyawan
Dengan metode Just In Time dalam sistem produksi setiap pekerja
akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil
keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan
16
karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
o Mengurangi segala bentuk ketidakpastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi
permintaan yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru
akan berubah menjadi pemborosan jika tidak segera digunakan. Begitu pula
rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti
halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan
terjadinya pemborosan jika tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena
itu dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan
dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan
ketidakpastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam
pertimbangan.
o Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time dalam sistem produksi di
atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka
waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan
merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time dalam sistem produksi
justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses
terbentuknya kurva belajar.
6. Konsep Taguchi
Metode Taguchi dicetuskan oleh Genichi Taguchi pada tahun 1949 saat
mendapat tugas untuk memperbaiki sistem komunikasi di Jepang. Tujuan metode
tersebut ialah untuk meningkatkan kualitas dari hasil produksi manufaktur,
engineering, marketing, biotechnology, dan edvertising. Ada tiga konsep yang
ditunjukan untuk memperbaiki, baik produk maupun proses kualitas:
• Produk berkualitas tangguh (quality robust)
Produk berkualitas tangguh (quality robust) adalah produk yang dapat
diproduksi secara beragam dan konsisten dalan segala kondisi manufaktur dan
lingkungan yang kurang baik dan bukan menghilangkan penyebabnya. Tujuan dari
Quality Robust adalah untuk meningkatkan produktivitas selama penelitian dan
pengembangan dilakukan sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi
dengan cepat dan dengan biaya yang rendah.
17
• Fungsi Kerugian Kualitas (quality loss function)
Kerugian Kualitas (quality loss function) mengidentifikasikan semua biaya
yang berkaitan dengan kualitas rendah dan menunjukan bagaimana biaya ini
meningkat jika kualitas produk semakin jauh dengan keinginan pelanggan. Biaya
ini tidak hanya meliputi ketidakpuasan pelanggan, tetapi juga biaya garansi dan
jasa, biaya pemeriksaan internal, perbaikan, scrap, dan biaya-biaya yang dianggap
sebagai biaya bagi masyarakat.
• Kualitas berorientasi sasaran (target-oriented quality)
Kualitas berorientasi sasaran merupakan sebuah filosofi perbaikan terus
menerus untuk membuat kualitas produk tepat sesuai dengan sasaran. Kerugian
kualitas digunakan dalam mengukur performansi karakteristik kualitas dalam
pencapaian nilai target (target value) yaitu suatu nilai yang ideal dari performansi
karakteristik tersebut. Semakin dekat penyimpangan produk dari nilai target yang
telah ditetapkan maka semakin baik mutunya.
Jam
Cacat 1 2 3 4 5 6 7 8
A III I I I I III I
B II I I I II III
18
C I II II IIII
Contoh lain misalnya dari data yang ada, diagram sebar yang muncul dari
hubungan antara harga produk dan pembelian ulang konsumen ternyata tidak berpola
(acak). Halini menunjukkan kedua faktor tersebut tidak berhubungan.
3. Diagram sebab-akibat
19
Alat lain untuk mengidentifikasi masalah kualitas dan titik inspeksi adalah diagram
sebab-akibat (cause-and-effect diagram), yang juga dikenal sebagai diagram Ishikawa
atau diagram tulang ikan (fish-bone diagram). Diagram ini merupakan sebuah alat, atau
teknik skematis, untuk mengenali atau mengidentifikasi lokasi yang mungkin pada
permasalahan kualitas, atau elemen proses (penyebab) yang mungkin memberikan
pengaruh pada hasil.
Di bawah ini adalah contoh diagram alir yang menunjukkan proses pada departemen
21
pengepakan dan pengiriman sebuah pabrik pemrosesan ayam.
Tempat Tempat
Penyegelan, penyimpana
Stasiun penyimpa Tempat
penimbangan& n
pengepakan nan (4 pengiriman
pemberian pembekuan hingga 6
label (60 menit) jam)
24
1. komponen tak berwujud dari layanan jasa adalah penting. contohnya seperti seberapa
lengkap dan akurat tagihan checkout di hotel, seberapa hangat makanan di restoran, dan
seberapa bagus kecepatan mobil anda setelah mendapat perbaikan dari bengkel.
2. Aspek lain dari jasa dan kualitas jasa adalah proses. Manajer operasional dapat
merancang proses (produk jasa) dan dapat memastikan kualitasnya melalui teknik
TQM.
3. Manajer operasional seharusnya menyadari bahwa ekspektasi pelanggan adalah standar
terhadap penilaian jasa. Dengan kata lain, kualitas jasa dinilai atas dasar apakah
pelayanan jasa tersebut memenuhi ekspektasi pelanggan. Manggar mungkin dapat
memengaruhi, baik kualitas dari jasa maupun ekspektasi. Sehingga perlu disadari
bahwa tidak boleh menjanjikan lebih dari apa yang dapat perusahaan berikan.
4. Manajer harus memiliki alternatif lain. Seperti teller bank yang menangani transaksi.
Pasti disana terdapat “ekspektasi” dan "masalah" yang di miliki oleh pelanggan atau
oleh kondisi Operasional (contoh kerusakan komputer). Ini berarti bahwa sistem
pengendalian kualitas harus mengenali dan memiliki serangkaian rencana alternatif
untuk mengatasi kondisi ini.
Dalam hal ini perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki strategi
pemulihan pelayanan jasa, dengan begitu karyawan akan dilatih secepatnya dalam
menyelesaikan masalah. Contohnya staff di Hotel Marriot menerapkan prinsip yang diberi
nama LEARN yaitu Listen (Mendengarkan), Emphase (Menekankan), Apologize
(Meminta maaf), React (Menanggapi), Notify (Memberitahukan). Kemudian staff juga
dilatih untuk tidak hanya mengucapkan kata “maaf” tetapi “mohon diterima permintaan
maaf saya”.
25
2.5 STUDI KASUS
A. KASUS
PT. X Pharma merupakan perusahaan farmasi nasional yang terletak di jalan
Semarang-Demak KM.9 Sayung Demak merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
farmasi. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 2007, merupakan perusahaan yang
bergabung dengan TSA Group salah satu perusahaan farmasi besar di Indonesia. Dalam
proses produksi, perusahaan telah berupaya untuk dapat menghasilkan produk yang
berkualitas. Sebagai perusahaan farmasi PT. X Pharma dituntut untuk menghasilkan obat
yang berkualitas tinggi yang efektif untuk menyembuhkan penyakit dan menjaga
kesehatan. Dalam kegiatan produksi pun pengendalian kualitas yang dilakukan harus lebih
intens karena menyangkut kesehatan, kesembuhan dan apabila terjadi kesalahan yang fatal
dapat menyebabkan kematian
Setiap perusahaan dalam menjalankan produksi memiliki kendala yang berbeda.
Kendala yang dialami oleh PT. X Pharma adalah dengan meningkatnya produk cacat
(reject) atau TMS (Tidak Memenuhi Syarat) pada salah satu hasil obat kemasan strip
produk Cefixime 200 mg yang berpengaruh terhadap pemborosan perusahaan karena harus
melakukan pengemasan ulang (repack) dan waktu yang digunakan menjadi tidak efisien
dan efektif sehingga perlu diminimalisasi dengan meningkatkan pengendalian kualitas
produk.
B. ANALISIS :
a. Faktor Manusia/Operator/Tenaga Kerja (Man)
Adapun faktor penyebab kerusakan yang berasal dari operator karena :
1. Settingan awal operator kurang tepat
2. Operator tidak mengikuti dengan benar metode kerja yang digunakan
3. Operator kurang mengawasi jalannya proses
b. Faktor Bahan kemas (Materials)
Adapun faktor penyebab kerusakan yang berasal dari bahan kemas karena :
1. Bahan kemas alumunium terlalu tipis/tebal
2. Cetakan tulisan tidak terbaca karena hilang ataupun warna terlalu pekat
c. Faktor Mesin (Machines)
Adapun kerusakan yang berasal dari mesin karena :
1. Usia mesin sudah tua
2. Pisau cuttingan tumpul
26
d. Faktor Metode Kerja (Methods)
Berkaitan dengan tidak jelasnya metode kerja yang digunakan sehingga operator
tidak dapat memahami metode kerja tersebut
e. Faktor Lingkungan (Environment/Media)
Adapun faktor penyebab kerusakan yang berasal dari lingkungan karena :
1. Kurang bersihnya gudang penyimpanan materials (bahan baku/bahan
kemas) dan barang jadi
2. Kebersihan ruangan proses produksi yang kurang terjaga
3. Tingkat suhu dan kelembaban ruangan produksi yang tidak stabil
27
Aktivitas pengendalian yang dilakukan perusahaan adalah dengan menjaga
kebersihan ruangan yang berhubungan langsung dengan produk, baik dari bahan baku/bahan
kemas, ruang produksi, tempat penyimpanan produk jadi serta pemantauan suhu ruangan
tempat penyimpanan bahan kemas maupun produk jadi yang dilaukan secara rutin.
D. SOLUSI
1. Faktor Manusia (Mans)
• Operator harus melakukan setting awal sebelum menjalankan proses produksi dengan
tepat sesuai metode kerja yang digunakan.
• Operator harus mengikuti tiap-tiap langkah yang tertulis dalam metode kerja secara
berurutan serta dilakukan dengan baik dan benar.
• Operator harus mengawasi jalannya proses dengan baik serta dapat tanggap apabila
terjadi gangguan dalam proses sehingga apabila ada penyimpangan dapat diperbaiki
sedini mungkin dan dilaporkan kepada supervisor.
• Operator harus melakukan prosedur pengoperasian mesin dengan benar
• Memberikan pemahaman mengenai pentingnya kualitas produk yang dihasilkan, agar
setiap operator yang menjalankan proses memiliki tanggung jawab untuk
mempertahankan kualitas yang baik.
• Mengadakan pelatihan untuk operator secara periodik baik untuk operator lama
maupun operator yang baru.
• Melakukan evaluasi berdasarkan penilaian kerja.
• Memberikan kesadaran operator untuk menjaga kesehatan agar dapat bekerja dengan
baik dan tidak lalai dalam bekerja.
• Memberikan reward kepada operator yang kinerjanya baik atau meningkat dalam
periode tertentu.
28
2. Faktor Bahan Kemas (Materials)
• Memeriksa bahan kemas yang diterima dari pemasok dengan lebih hati-hati dan teliti
agar bahan kemas yang diterima sesuai dengan standar yang tetapkan.
• Melakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok dari segi kualitas dan ketepatan waktu
datangnya bahan kemas yang telah dipesan. Apabila kinerja yang ditunjukkan oleh
pemasok buruk, maka dapat dipertimbangkan untuk mengganti pemasok yang lama
dengan yang baru.
• Apabila ditemukan ada kerusakan dari bahan kemas yang dikirim saat pemeriksaan
barang datang dapat dilakukan komplain dan meminta penggantian dengan bahan
kemas yang baik.
3. Faktor Mesin (Machines)
• Melakukan pembersihan dan perawatan mesin seara rutin.
• Melakukan perbaikan mesin secara berkala dengan mendatangkan teknik.
• Menyediakan suku cadang mesin yang penggantian komponennya cukup sering.
4. Faktor Metode (Methods)
• Metode kerja menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh operator, ditulis
secra rinci dan mencantumkan hal-hal yang mendapatkan perhatian khusus
• Apabila ada revisi metode kerja pihak supervisor dapat melakukan training kepada
operator, dengan hal tersebut operator mendapat penjelasan secara langsung, dan
apabila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan.
• Mengembangkan komunikasi yang lebih baik dan lancar baik antar operator maupun
dengan atasan.
5. Faktor Lingkungan (Environment)
• Meningkatkan dan menjaga kebersihan linkungan perusahaan, terutama yang
berhubungan langsung dengan produk seperti : gudang pneyimpanan bahan
baku/bahan kemas, area proses produksi, gudang penyimpanan produk jadi serta
ruangan pendukung lainnya.
• Memberikan pengarahan pentingnya kebersihan lingkungan kepada seluruh tenaga
kerja.
• Menjaga tingkat suhu dan kelembaban agar produk dapat terjaga kualitasnya.
29
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Kualitas yang baik atau buruk mempengaruhi keseluruhan organisasi mulai dari
pemasok sampai pelanggan dan mulai dari desain produk sampai ke pemeliharaan. Mungkin
lebih penting lagi, membangun sebuah organisasi yang dapat mencapai sebuah kualitas adalah
sebuah tugas yang diharuskan. Para konsumen tentunya akan memilih produk yang memiliki
kualitas baik, sehingga sudah merupakan kewajiban perusahaan untuk melakukan berbagai
strategi dalam meningkatkan kualitas produk dan jasanya. Salah satu strategi nya adalah
menerapkan TQM (Total Management Quality)ke dalam proses produksi nya dan didalam
TQM ini terdapat cara-cara dan alat yang dapat perusahaan pakai untuk memperbaiki kualitas.
Ketika kualitas produk atau jasa perusahaan baik maka keuntungan akan semakin banyak
didapatkan.
3.3 Saran
Sebaiknya saat ini perusahaan harus mulai banyak berbenah mengenai kualitas produk
dan jasanya, karena lebih baik mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas. Hal ini akan lebih
mengutamakan kepuasan konsumen, karena kepuasan konsumen inilah yang membuat
perusahaan menerima profibilitas.
30
DAFTAR PUSTAKA
Haizer, Jay dan Render, Barry. 2014. Manajemen Operasi. Jakarta. Kurnia, Hirson.2015.
Salemba Empat: Jakarta.
31