Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN I

KELOMPOK 5
IMBAL HASIL, RISIKO, DAN SECURITY MARKET LINE

Disusun Oleh:

Niken Putri Sagita C1B021027

Siti Alifah C1B021038

Fitri Nur Istiana C1B021049

Bagus Destriawan Putra C1B021068

Faiz Syauqi Muljawan C1B021082

Putri Fadhila Indhirawati C1B021108

KELAS MANAJEMEN A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Imbal
Hasil, Risiko, dan Security Market Line” yang bertujuan untuk memberikan wawasan baru
mengenai mata kuliah Manajemen Keuangan I, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Jendral Soedirman.

Kami ucapkan terimakasi atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan oleh dosen
kami Bapak Dr. Ary Yunanto, S.E,M.Si. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. tak lupa ucapan terimakasipun diberikan kepada rekan-rekan yang telah bekerjasama dengan
baik untuk menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu segala
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini
sehingga dapat lebih bermanfaat bagi para pembaca.

Purwokerto, 10 Mei 2022

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 3


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Tujuan .............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

2.1. Imbal Hasil yang Diharapkan dan Varian ........................................................ 4

2.2. Portofolio ......................................................................................................... 6

2.3. Pengumuman, Kejutan, dan Imbal Hasil yang Diharapkan ............................. 9

2.4. Risiko Sistematis dan Non-Sistematis ............................................................. 11

2.5. Diversifikasi dan Risiko Portofolio ................................................................. 11

2.6. Risiko Sistematis dan Beta .............................................................................. 16

2.7. Garis Pasar Efek (Sekurity Market Line)......................................................... 17

2.8. SML dan Biaya Modal: Pratinjau .................................................................... 26

BAB III PENUTUPAN ......................................................................................... 27

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 27

3.2. Saran ................................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejauh ini, kita lebih berfokus pada perilaku imbal hasil dari beberapa portofolio
besar. Kita perlu memperluas fokus kita dengan memasukkan asset-aset individu.
Ketika kita mempelajari risiko yang terkait dengan suatu asset, kita akan
menemukan dua jenis resiko: sistematis dan non-sistematis. Perbedaan kedua risiko
tersebut sangat penting karena, risiko sistematis memengaruhi hampir seluruh asset
dalam perekonomian, setidaknya sampai pada tingkatan tertentu, sedangkan risiko non-
sistematis hanya akan memengaruhi sebagian kecil asset.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan imbal hasil yang diharapkan dan varian?
2. Apa itu portofolio?
3. Apa itu pengumuman, kejutan, dan imbal hasil yang diharapkan?
4. Apa itu risiko sistemtis dan non-sistematis?
5. Apa itu diversifikasi dan risiko portofolio?
6. Apa yang dimaksud dengan risiko sistematis dan beta?
7. Apa itu garis pasar efek?
8. Apa itu SML dan biaya modal?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui imbal hasil yang diharapkan dan varian.
2. Untuk mengetahui apa itu portofolio.
3. Untuk mengetahui pengumuman, kejutan, dan imbal hasil yang diharapkan.
4. Untuk mengetahui risiko sistematis dan non-sistematis.
5. Untuk mengetahui diversifikasi dan risiko portofolio.
6. Untuk mengetahui maksud dari risiko sistematis dan beta.
7. Untuk mengetahui garis pasar efek.
8. Untuk mengetahui SML dan biaya modal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Imbal Hasil Yang Diharapkan Dan Varian

2.1.1 Imbal Hasil Yang Diharapkan (Expected Return)

Kita mulai dengan sebuah kasus yang sederhana. Bayangkan suatu periode waktu
tunggal- katakanlah satu tahun. Kita memiliki dua saham, L dan U, yang memiliki
karakteristik sebagai berikut: Saham L diharapkan memiliki imbal hasil sebesar 25% di
tahun depan. Saham U diharapkan memiliki imbal hasil sebesar 20% untuk periode yang
sama.
Dalam situasi seperti ini, walaupun investor sudah sepakat dengan imbal hasil yang
diharapkan, akan tetapi aka nada yang memiliki Saham U, karena pada dasarnya ini
bergantung pada risiko dari dua investasi tersebut. Imbal hasil atas Saham L, meskipun
diharapkan akan sebesar 25%, sebenarnya dapat berubah menjadi lebih tinggi ataupun
rendah.
Pada dasarnya, Saham L ataupun U bisa naik atapun turun seiring dengan keadaan
ekonomi pada sistuasi tersebut, bisa saja kedua saham tersebut imbang 50-50. Dalam kasus
ini Imbal Hasil yang Diharapkan (expected return) atas Saham U,E(𝑅𝑅𝑢𝑢 ), adalah 20%:
E(𝑹𝑹𝒖𝒖) = 0,50 × 30% × 0,50 × 10% = 20%
Untuk Saham L, probabilitasnya sama, tetapi kemungkinan imbal hasilnya berbeda.
E(𝑹𝑹𝒖𝒖) = 0,50 × 30% × 0,50 × 70% = 25%

4
Untuk menghitung Premisi risiko sama seperti rumus pada bab sebelumnya, sebagai
contoh. Anggap saja pada kasus diatas imbal hasil bebas risiko 8%, maka rumusnya
adalah:

Dengan cara yang sama jika ingin menghitung Saham L, 25% - 8% = 17%

2.1.2. Menghitung Varian


Untuk menghitung varian maka terdapat beberapa langkah yang harus dikerjakan,
sebagai contoh kita akan memakai kasus Saham U di atas, dengan Imbal hasil yang
diharapkan 20%. Pada suatu tahun tertentu, imbal hasil sebenarnya dari Saham U sebesar
30% atau 10%. Deviasi dari imbal hasil yang diharapkannya menjadi 30% - 20% =
10% dan 10% - 20% = -10%. Dalam kasus ini, varian menjadi:
Varian = 𝝈𝝈𝟐𝟐 = 0,50 × (𝟏𝟏𝟏𝟏%)𝟐𝟐 + 𝟎𝟎, 𝟓𝟓𝟓𝟓 × (−𝟏𝟏𝟏𝟏%)𝟐𝟐 = 0,01
Standar deviasi adalah akar kuadrat dari varian:
Standar Deviasi = σ = √𝟎𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎 = 0,10 = 10%

Saham L memiliki imbal hasil yang diharapkan yang lebih tinggi, tetapi Saham U
memiliki risiko yang lebih rendah. Dalam bab ini, kita memperkirakan imbal hasil di
masa depan dan dari imbal hasil tersebut, sehingga informasi inilah yang akan digunakan
dalam proses hitungan.

5
2.2. Portofolio

Sebagian besar investor memegang aset dalam bentuk portofolio. investor cenderung
memiliki lebih dari satu saham, obligasi, atau aset lainnya. Berdasarkan hal tetrsebut,
imbal hasil dan risiko atas portofolio menjadi suatu hal yang relevan. Berikut ini
merupakan imbal hasil yang diharapkan dari suatu portofolio dan juga variannya.

2.2.1. Bobot Portofolio

Terdapat begitu banyak cara yang dapat digunakan untuk menggambarkan suatu
portofolio. Pendekatan yang paling mudah adalah membuat daftar persentase dari nilai
total portofolio yang diinvestasiaAn dalam setiap aset portofolio. persentase-persentase
tersebut disebut dengan bobot portofolio (portfolio weight).

Sebagai contoh. jika kita memiliki S50 pada suatu aset dan $150 dalam aset yang
lain, total portofolio kita bernilai $200. Persentase portofolio kita dalam aset yang pertama
adalah S50/$2000 = 0,25. Persentase portofolio dalam aset yang kedua adalah $150/$200,
atau 0,75. Bobot portofolio kita pun menjadi 0,25 dan 0,75. Perhatikan bahwa kedua bobot
tersebut harus dijumlahkan sehingga menjadi 1,00 karena seluruh uang kita telah
diinvestasikan di Suatu tempat

6
2.2.2. Imbal Hasil yang Diharapkan dari Portofolio

Mari kembali pada Saham L dan U. Ditempatkan setengah uang yang dimiliki untuk
masing masing saham tersebut. Bobot portofolio tentu saja menjadi 0,50 dan 0,50.
Bagaimana pola imbal hasil atas portofolio tersebut? Berapakah imbal hasil yang
diharapkan?

Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, anggap perekonomian benar-benar


memasuki kondisi resesi. Dalam kasus ini, setengah dari uang yang dimiliki (setengah
dalam Saham L) mengalami kerugian sebesar 20 persen. Setengah lainnya (setengah
dalam Saham U) memperoleh keuntungan sebesar 30 persen. Imbal hasil atas portofolio
R, dalam masa resesi menjadi

Rp = 0.50 x -20% + 0.50 x 30% = 5%

Tabel 13 berisi ringkasan sisa perhitungan. Perhatikan, ketika ekonomi mengalami


Peningkatan, porotolio yang dimiliki akan memperoleh imbal hasil sebesar 40 persen:

Rp = 0.50 x 70% + 0.50 x 10% = 40%

Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 13.5, imbal hasil yang diharapkan atas
portofolio, E(Rp) adalah 22,5 persen.

Kita dapat melewati beberapa langkah dengan menghitung imbal hasil yang
diharapkan Langsung. Berdasarkan bobot portofolio tersebut, kita berpikir bahwa kita
mengharapkan setengah dari uang tersebut dapat memperoleh imbal hasil sebesar 25
persen (setengah dalam saham L) dan setengahnya lagi memperoleh imbal hasil sebesar
20 persen (setengah dalam saham U). imbal hasil atas portofolio tersebut menjadi:

E(Rp) = 0,50 x E(RL) + 0.50 x E(RU)

= 0.50 x 25% + 0.50 x 20%

= 22,5 %

Angka tersebut merupakan imbal hasil yang diharapkan atas portotolio yang nilainya
sama seperti yang telah dihitung sebelumnya. Metode yang digunakan untuk menghitung
imbal hasil yang diharapkan atas suatu Portofolio tersebut tetap dapat digunakan berapa

7
pun jumtah aset yang terdapat dalam portofolio. Anggap dimiliki aset n dalam portofolio
dan n merupakan suatu angka tertentu. Jika kita anggap Xi mewakili persentase uang kita
dalam Aset i, imbal hasil yang diharapkan akan menjadi:

E(Rp) = X1 x E(R1) + X2 x E(R2) +...+ Xn x E(Rn)

Rumus tersebut mengungkapkan bahwa imbal hasil yang diharapkan atas suatu
portofolio adalah gabungan dari imbal hasil yang diharapkan atas aset-aset yang terdapat
dalam Portofolio. Rumus tersebut terlihat sedikit lebih mudah dimengerti tetapi,
pendekatan yang lebih mudah dimengerti belum tentu merupakan pendekatan yang paling
tepat.

2.2.3. Varian Portofolio

Dari pembahasan sebelumnya, imbal hasil yang diharapkan atas portotolio yang
terdiri atas Saham U dan Saham L dengan bobot investasi yang sama adalah 22,5 persen.
Berapakah standar deviasi dari imbal hasil portofolio tersebut? Pemikiran sederhana
mungkin akan membuat kita berpikiran bahwa karena setengah dari uang kita memiliki
standar deviasi sebesar 45 persen dan setengah lainnya memiliki standar deviasi sebesar
10 persen, standar deviasi atas portofolio dapat dihitung sebagai berikut.

SDp = 0,50 x 45% +0,50 x 10% = 27.5%

Sayangnya, pendekatan tersebut salah. Tabel 13.6 dibawah meringkas perhitungan


vang relevan. Seperti yang dilihat, varian portofolio adalah sekitar 0,031, dan standar
deviasinya lebih rendah dari yang kita pikirkan, hanya 17,5 persen. Hal yang ingin
dikemukakan di sini adalah bahwa varian dari suatu portofolio tidak semata mata
merupakan gabungan dari varians-varians untuk setiap aset yang terdapat dalam
portotolio.

hal ini dapat diilustrasikan menjadi sedikit dramatis dengan memperhitungkan


serangkaian bobot portofolio yang agak berbeda. Anggap kita berinvestasi sebesar 2/11
(sekitar 18 persen) dalam Saham L dan 9/11 lainnya (sekitar 82 persen) dalam Saham U.
Jika terjadi resesi, portofolio ini akan memiliki imbal hasil sebesar

Rp = (2/11) x -20% + (9/11) x 30% = 20,91%

8
Jika perekonomian mengalami peningkatan. portofolio tersebut akan memiliki
imbal hasil sebesar:

Rp = (2/11) x 70% + (9/11) x 10% = 20,91%

Perhatikan, imbal hasilnya akan tetap sama pada kedua kondisi ekonomi. Tidak
diperlukannya perhitungan lebih lanjut. Portofolio ini memiliki varian sebesar nol.
Tampaknya, pengabungan aset-aset dalam suatu portofolio dapat mengubah secara
substansial risiko yang dihadapi oleh investor. Hal ini merupakan tinjauan yang sangat
penting.

2.3. Pengumuman, Kejutan, dan Imbal Hasil yang Diharapkan

2.3.1. Imbal Hasil yang Diharapkan dan Imbal Hasil Tak Terduga

Imbal hasil atas setiap saham yang diperdagangkan di pasar keuangan terdiri atas dua
bagian.

1. Imbal hasil normal atau imbal hasil yang diharapkan dari saham adalah bagian
dari imbal hasil yang diperkirakan atau diharapkan dari saham di dalam pasar
keuangan. Imbal hasil tersebut bergantung pada informasi terkait saham yang
dimiliki oleh para pemegang saham dan didasarkan pada pemahaman pasar saat
ini mengenai faktor-faktor penting yang akan mempengaruhi saham di tahun
depan.
2. Imbal hasil atas saham yang tidak pasti aau beresiko. Bagian ini berasal dari
informasi tidak terduga yang terungkap pasa tahun tersebut.

9
Cara menyatakan imbal hasil dari bagian ini adalah sebagai berikut:

Total Imbal Hasil = Imbal Hasil yang Diharapkan + Imbal Hasil Tidak Terduga
R = E(R)+U

2.3.2. Pengumuman dan Berita


Suatu cara umum untuk mengatakan bahwa pengumuman bukanlah sebuah berita
adalah menyatakan bahwa pasar telah mendiskontoan pengumuman tersebut. Penggunaan
dari kaa diskonto disini berbeda dari penggunaan istilah diskonto dalam menghitung nilai
sekarang, tetapi maksudnya sama.
Ketika kita mendiskontokan satu dolar di masa depan, kita akan emnagtakan bahwa
nilai suatu dolar tersebut berkurang karena adanya nilai waktu dari uang. Ketika kita
mendiskontokan suatu pengumuman atau berita, kita mengatakan bahwa pengumuman
atau berita tersebut tidak berpengaruh pada harga saham karena para pelaku pasar sudah
diketahuinya.
Sebagi ringkasan, pengumuman dapat dibagi menjadi dua bagian: bagian yang
diantisipasi atau yang diharapkan dan bagian yang mengejutkan atau inovasi.
Pengumuman = bagian yang diharapkan + bagian yang mengejutkan
Bagian yang diharapkan dari pengumuman merupakn bagian dari informasi yang
digunakan oleh pasar untuk membentuk sebuah harapan E(R) atas imbal hasil dari saham.
Bagian yang mengejutkan adalah berita yang mempengaruhi imbal hasil yang tidak
diperkirakan atas saham atau U.
Informasi yang relevan yang diketahui pada hari ini telah tercermin dalam imbal hasil
yang diharapkan. Hal ini hampir sama dengan menyatakan bahwa harga saat ini
mencerminkan informasi relevan yang tersedia untuk publik. Denagn demikian, kita
secara implisit mengasumsikan bahwa pasar setidaknya memiliki efisiensi bentuk
semikuat. Selain itu, berita adalah bagian yang mengejutkan dari suatu pengumuman
bukan bagian yang telah diperkirakan oleh padar sehingga sudah didiskontokan.

10
2.4. Risiko: Sistematis dan Non-Sistematis
Bagian dari imbal hasil yang tidak diantisipasi, bagian yang dihasilakn dari peristiwa
yang mengejutkan merupakan resiko yang sebenarnya dari setiap investasi. Dengan kata
lain, resiko atas kepemilikan suatu aset berasal dari kejadian-kejadian yang tidak terduga
dan peristiwa yang tidak diantisipasi.
Resiko sistematis adalah resiko yang mempengaruhi sejumlah besar aset, masing-
masing dengan tingkat lebih besar atau lebih kecil. Resiko sistematis memiliki pengaruh
yang luas sehingga sering disebut dengan resiko pasar. Sedangkan resiko non sistematis
adalah resiko yang mempengaruhiii suatu ast saja atau sekelompok kecil aset. Karena
resiko non sistematis berbeda-beda untuk setiap perusahaan atau aset, terkadang disebut
resiko unikkk atau resiko yang melekat pada aset tertentu. Contoh resiko sistematis:
ketidakpastian tentang kondisi perekononomian secara umum (GDP, inflasi).

2.5. Diversifikasi dan Risiko Portofolio

Diversifikasi portofolio merupakan strategi dalam merancang portofolio dengan


menempatkan berbagai sektor dan instrumen investasi lainnya yang dapat memberikan
imbal hasil yang diinginkan. Ini dilakukan karena risiko kerugian akan lebih besar jika
hanya memiliki satu jenis investasi.

2.5.1. Pengaruh Diversifikasi: Pelajaran Lain dari Sejarah Pasar


Pada bahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa standar deviasi dari imbal hasil
tahunan atas suatu portofolio yang terdiri atas 500 saham biasa dari perusahaan-
perusahaan besar secara historis sebesar 20 persen per tahun. Apakah hal ini berarti bahwa
standar deviasi dari imbal hasil tahunan suatu saham dalam portofolio tersebut adalah 20
persen? Seperti yang dapat kita duga. jawabannya adalah tidak. Ini adalah suatu
pengamatan yang penting
Untuk mengilustrasikan hubungan antara ukuran dan risiko portofolio, Tabel 13.7
mengilustrasikan standar deviasi tahunan rata-rata untuk portofolio yang berbobot sama
yang berisi sejumlah efek-efek pada NYSE yang dipilih secara acak.

11
Pada Kolom 2 dari Tabel 13.7, kita melihat bahwa standar deviasi untuk satu
"portofolio" yang terdiri satu efek, yaitu sekitar 49 persen. Angka tersebut bahwa Kita
memilih satu saham pada NYSE secara acak dan menginvestasikan semua uang Kita pada
saham tersebut, standar deviasi Kita atas imbal hasil saham tersebut biasanya menjadi
sebesar 49 persen per tahun. Jika Kita memilih dua saham secara acak dan
menginvestasikan setengah dari uang kita untuk masing-masing saham tersebut, standar
deviasi kita akan menjadi sekitar 37% secara rata-rata, dan seterusnya

Hal penting yang perlu diperhatikan pada 13.7 adalah bahwa standar deviasi
mengalami penurunan seiring bertambahnya jumlah efek. Saat kita memiliki 100 saham
yang dipilih secara acak, Standar deviasi dari portofolio tersebut akan mengalami
penurunan sekitar 60 persen, dari 49 persen menjadi sekitar 20 persen. Dengan 300 efek,
standar deviasi adalah 19,27 persen, sama dengan standar deviasi dari portofolio saham
biasa pada perusahaan besar yang kita lihat pada bab sebelumnya. Terdapat sedikit
perbedaan karena efek portofolio dan periode waktu yang diteliti tidak sama.

2.5.2. Prinsip Diversifikasi


Gambar 13.1 mengilustrasikan topik yang sedang kita bahas. Apa yang telah
digambarkan pada diagram tersebut adalah standar deviasi atas hasil dan jumlah saham

12
dalam portofolio. Perhatikan pada gambar 13.1 bahwa manfaat dari penurunan risiko dan
penambahan efek akan menurun saat kita secara terus-menerus menambah efek ke dalam
portofolio. Pada saat kita memiliki 10 jenis efek, sebagian besar pengaruhnya sudah
diperoleh; dan pada saat kita memiliki hingga mencapai 30 efek atau kurang, hanya sedikit
manfaat yang tersisa.
Gambar 13.1 mengilustrasikan dua poin penting. Pertama, beberapa risiko yang
terkait dengan aset tunggal dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio. Proses untuk
menyebarkan investasi dalam berbagai macam aset (sehingga membentuk suatu
porlofolio) dinamakan diversifikasi. Prinsip diversifikasi (principle of diversification)
menunjukkan kepada kita bahwa menyebarkan investasi dalam berbagai macam aset akan
menghilangkan sejumlah risiko. Bagian yang diwarnai biru pada gambar 13.1, dinamakan
“risiko yang terdiversifikasi” adalah bagian yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi

Poin kedua juga sama pentingnya. Terdapat tingkat risiko minimum yang tidak dapat
dihilangkan hanya dengan melakukan diversifikasi. Tingkat minimum tersebut
dinamakan “risiko yang tidak dapat terdiversifikasi” (nondiversifiable risk) pada Gambar
13.1. Jika digabungkan, kedua poin penting tersebut merupakan pelajaran yang penting
lainnya dari sejarah pasar modal. Diversifikasi mengurangi risiko, hanya sampai pada
suatu titik tertentu. Dengan kata lain, sejumlah risiko dapat dihilangkan dengan
diversifikasi dan beberapa lainnya tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
Untuk memberi contoh terkini tentang dampak dari diversifikasi, Indeks Dow Jones
Industrial Average (DJIA), yang merupakan indeks pasar yang paling banyak diikuti yang

13
terdiri atas 30 saham perusahaan besar, di Amerika Serikat. mengalami peningkatan
hampir sebesar 9 persen pada 2007. Seperti yang kita lihat pada bab kita sebelumnya,
keuntungan pada 2007 tersebut di bawah rata-rata keuntungan yang diperoleh portofolio
yang terdiri atas saham-saham dengan kapitalisasi yang besar pada tahun yang sama.
Saham yang memiliki tingkat kenaikan terbesar pada tahun tersebut adalah Honeywell
(naik 36 persen), Merck (naik 33 persen), dan McDonald's (naik 33 persen). Namun ketiga
puluh saham yang ada dalam DJIA tidak semuanya mengalami peningkatan: Perusahaan
yang mengalami penurunan meliputi Citigroup (turun 47 persen), Home Depot (turun 33
persen), dan General Motors (turun 19 persen). Sekali lagi, pelajaran yang diperoleh dari
contoh tersebut sangat jelas. Diversifikasi akan mengurangi pengaruh munculnya hasil-
hasil yang ekstrem, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.

2.5.3. Diversifikasi dan Risiko Non-Sistematis


Dari pembahasan kita mengenai risiko portofolio. kita mengetahui bahwa beberapa
risiko yang terkait dengan suatu aset tunggal dapat didiversifikasi dan beberapa risiko
lainnya tidak dapat didiversifikasi. Kita akan tertahan dengan suatu pertanyaan yang jelas:
Mengapa terjadi demikian? Jawabannya akan bergantung pada perbedaan yang kita buat
sebelumnya di antara risiko sistematis dan risiko non-sistematis.
Berdasarkan pengertiannya, risiko non-sistematis adalah risiko yang secara khusus
memengaruhi suatu aset tunggal atau, paling banyak pada satu kelompok kecil aset.
Sebagai contoh, jika aset yang sedang dipertimbangkan adalah saham dari satu
perusahaan, nilai NPV yang positif yang berasal dari proyek-proyek seperti produk-
produk baru yang berhasil dan penghematan biaya yang inovatif akan cenderung
meningkatkan nilai saham. Tuntutan hukum yang tidak diantisipasi, kecelakaan industri,
pemogokan, dan kejadian-kejadian yang sejenis akan cenderung menurunkan arus kas di
masa depan sehingga dapat mengurangi nilai saham.
Berikut ini adalah pengamatan yang penting: Jika kita hanya memiliki satu saham
saja, nilai dari investasi kita akan berfluktuasi karena terdapatnya peristiwa-peristiwa yang
spesifik terhadap perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika kita memiliki portofolio yang
besar, beberapa saham dalam portofolio akan meningkat nilainya karena peristiwa-
peristiwa positif yang spesifik terhadap perusahaan tertentu dan beberapa saham akan

14
mengalami penurunan nilai yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang negatif.
Pengaruh bersih atas keseluruhan nilai dari portofolio akan relatif kecil karena pengaruh-
pengaruh tersebut akan cenderung saling meniadakan satu sama lain.
Sekarang, kita telah mengetahui mengapa beberapa variabilitas yang terkait dengan
aset tunggal dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Ketika kita menggabungkan aset-aset
ke dalam portofolio, peristiwa-peristiwa yang unik, spesifik perusahaan baik positif
maupun negatif akan cenderung "menghilang" ketika kita memiliki aset yang lebih besar.

Berikut ini merupakan hal penting yang perlu kita ulang:


“Risiko non-sistematis pada intinya dapat dihilangkan dengan diversifikasi,
sehingga suatu portofolio yang terdiri atas banyak aset hampir tidak memiliki risiko
non-sistematis”
Pada kenyataannya, istilah-istilah risiko terdiversifikasi dan risiko spesifik
perusahaan sering tertukar dalam penggunaannya.

2.5.4. Diversifikasi dan Risiko Sistematis


Kita telah mengetahui bahwa risiko non-sistematis dapat dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi. Bagaimana dengan risiko sistematis? Dapatkah risiko sistematis
dihilangkan dengan diversifikasi? Jawabannya tidak karena berdasarkan definisinya,
risiko sistematis memengaruhi hampir seluruh aset pada tingkatan tertentu. Hal tersebut
menyebabkan berapa pun jumlah aset yang kita tempatkan dalam sebuah portofolio tidak
dapat menghilangkan risiko sistematis. Jadi, dengan pertimbangan yang jelas, istilah-
istilah risiko sistematis dan risiko yang tidak dapat terdiversifikasi akan digunakan secara
bergantian.
Karena kami telah memperkenalkan begitu banyak istilah, akan sangat berguna
meringkas pembahasan kami sebelum melanjutkan pada pembahasan berikutnya. Apa
yang telah kita lihat adalah total risiko atas suatu investasi, yang diukur oleh standar
deviasi atas imbal hasilnya, dapat ditulis berikut ini:

𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 = 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 + 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁

15
Risiko sistematis juga dinamakan risiko yang tidak dapat terdiversifikasi atau risiko
pasar. Risiko non-sistematis juga dinamakan risiko yang dapat didiversifikasi, risiko yang
unik, atau risiko yang spesifik terhadap aset tertentu. Bagi suatu portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik, risiko spesifik perusahaan dapat diabaikan. Portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik hanya memiliki risiko sistematis.

2.6. Risiko Sistematis dan Beta

2.6.1. Prinsip Risiko Sistematis

Total risiko yang melekat pada suatu asset dapat diuraikan menjadi dua komponen,
yaitu risiko sistematis dan risiko non-sistematis. Risiko non-sistematis pada dasarnya
dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Sedangkan, risiko sistematis yang melekat pada
suatu asset tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
Prinsip Risiko Sistematis (systematic risk principle) menyatakan bahwa imbalan
untuk menanggung risiko hanya akan bergantung pada risiko sistematis dari suatu
investasi. Alasan mendasar dari prinsip ini adalah karena risiko non-sistematis dapat
dihilangkan hampir tanpa biaya (dengan melakukan diversifikasi), tidak dapat
menanggung risiko non-sistematis.
Prinsip risiko sistemais memiliki implikasi yang sangat luar biasa dan sangat penting.
Imbal hasil yang diharapkan atas aset hanya bergantung pada risiko sistematis aset
tertentu.
Konsekuansi dari prinsip tersebut adalah,tidak peduli berapa banyak risiko yang
dimiliki oleh suatu aset, hanya bagian sistematis yang relevan dalam menentukan imbal
hasil yang diharapkan atas aset tersebut.

2.6.2. Mengukur Risiko Sistematis


Koefisien Beta adalah cara khusus yang digunakan untuk mengukur tingkat risiko
sistematis dari beragam investasi. Dalam rumus ini, kita menggunakan symbol huruf
Yunani β (beta). Berdasarkan pengertiannya, suatu asset rata-rata memiliki beta sebesar
1,0 relatif terhadap asset rata-rata itu sendiri. Oleh karena itu, suatu asset yang beta sebesar
0,50 memiliki setengah dari risiko sistematis dari asset rata-rata; suatu asset dengan beta

16
sebesar 2,0 memiliki resiko sistematis dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan
asset rata-rata.
Tidak semua beta yang dihasilkan sama. Lembaga-lembaga yang menyediakana beta
memiliki metode-metode yang berbeda dalam memperkirakan beta, dan perbedaan
signifikan kadang kala terjadi.

2.6.3. Beta Portofolio


Tingkat risiko dari suatu portofolio tidak memiliki hubungan yang yang sederhana
dengan risiko dari asset-aset yang ada dalam portofolio. Beta portofolio dapat dihitung
seperti penghitungan imbal hasil yang diharapkan atas portofolio.
Contoh: Exxon mobil memiliki beta 1,14 dan coca cola memiliki beta 0,52. Maka
Beta portofolionya adalah

β = 0,50 x 𝛽𝛽 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 + 0,50 𝑥𝑥 𝛽𝛽 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 = 0,50 𝑥𝑥 1,14 + 0,50 𝑥𝑥 0,52

= 0,83

2.7. Garis Pasar Efek (Security Market Line)

Kita sekarang berada pada posisi untuk melihat bagaimana risiko akan diberikan
imbalan di pasar. Untuk memulainya, anggap aset A memiliki imbal hasil yang
diharapkan, yaitu E(R(A)) = 20% dan beta β(A) = 1,6. Kemudian anggap tingkat suku
bunga bebas resiko, R(f) = 8%. Perhatikan bahwa asset yang bebas resiko, berdasarkan
pengertiannya, tidak memiliki risiko sistematis (atau risiko non-sistematis), sehingga asset
yang bebas risiko memiliki beta sebesar nol.

2.7.1. Beta dan Premi Risiko

Pertimbangkan suatu portofolio yang terdiri atas Aset A dan aset yang bebas resiko.
Kita dapat menghitung beberapa kemungkinan imbal hasil yang diharapkan atas
portofolio dan bedanya dengan mengubah persentase yang diinvestasikan dalam 2 aset
tersebut. Sebagai contoh jika 25% dari portofolio diinvestasikan dalam Aset A, imbal hasil
yang diharapkan adalah :

17
Perhatikan, karena total bobot tersebut harus sebesar 1 persentase yang diinvestasikan
dalam aset yang bebas risiko adalah = 1 dikurangi persentasi yang diinvestasikan dalam
Aset A.

Satu hal yang mungkin Anda ingin tahu adalah apakah memungkinkan persentasi
yang diinvestasikan dalam Aset A melebihi 100%. Jawabannya adalah memungkinkan.
Hal ini dapat terjadi jika investor meminjam uang pada tingkat suku bunga bebas risiko.
Sebagai contoh, anggap investor memiliki dana sendiri sebesar $100 dan meminjam dana
tambahan sebesar $50 pada tingkat suku bunga 8%. Total investasi dalam Aset A menjadi
$150 atau 150% dari dana pribadi investor. Imbal hasil yang diharapkan dalam kasus ini
adalah :

Kita dapat menghitung beberapa kemungkinan lainnya, berikut ini:

18
Pada gambar 13.2 A, imbal hasil yang diharapkan atas portofolio tersebut
digambarkan pada diagram persamaan dengan beta portofolio. Perhatikan bahwa seluruh
gabungan akan berada pada sebuah garis lurus.

Rasio Imbalan Terhadap Risiko (Reward To Risk Ratio) Berapakah kemiringan


(slope) dari garis lurus pada Gambar 13.2 A? Seperti biasanya, kemiringan dari suatu garis
lurus adalah sama dengan "kenaikan dalam jangka waktu tertentu." Dalam kasus ini, saat
kita berpindah dari aset yang bebas risiko ke Aset A, beta meningkat dari 0 menjadi 1,6
("jangka waktu" sebesar 1,6). Pada waktu yang sama, imbal hasil yang diharapkan akan
bergerak dari 8% menjadi 20%, "meningkat" sebesar 12%. Kemiringan dari garis tersebut
dengan demikian adalah 12%/1,6 = 7,5%.

Dari hasil perhitungan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Aset A menawarkan
rasio imbalan terhadap risiko sebesar 7,5%. Dengan kata lain, Aset A memiliki premi
resiko sebesar 7,50 per "unit" resiko sistematis.

Argumen mendasar. Sekarang, anggap kita sedang mempertimbangkan aset kedua,


Aset B. Aset B memiliki beta sebesar 1,2 dan imbal hasil yang diharapkan sebesar 16%.
Investasi manakah yang lebih baik, Aset A atau Aset B? Anda mungkin berpendapat
bahwa, sekali lagi, kita benar-benar tidak dapat mengatakan beberapa investor mungkin

19
lebih menyukai Aset A; beberapa investor lainnya mungkin lebih menyukai Aset B.
Namun, sesungguhnya, kita dapat mengatakan: bahwa A lebih baik karena, seperti yang
akan kami tunjukkan, B menawarkan kompensasi yang tidak memadai atas tingkat resiko
sistematisnya, setidaknya, jika dibandingkan dengan A.

Awalnya, kita akan menghitung kombinasi yang berbeda atas imbal hasil yang
diharapkan dan beta untuk portofolio dari Aset B dan aset yang bebas resiko, sama seperti
yang kita lakukan untuk Aset A. Sebagai contoh, jika kita menempatkan 25% dalam Aset
B dan 75% sisanya dalam aset yang bebas resiko, imbal hasil atas portofolio tersebut akan
menjadi sebesar:

Ketika kita menggambar kombinasi dari imbal hasil yang diharapkan atas portofolio
dan beta portofolio tersebut pada Gambar 13.2B, kita akan memperoleh sebuah garis lurus
seperti yang kita lakukan untuk Aset A:

20
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa ketika kita membandingkan hasil
pada Aset A dan hasil pada Aset b, seperti dalam Gambar 13.2 C, garis yang
menggambarkan kombinasi dari imbal hasil yang diharapkan dan beta untuk Aset A lebih
tinggi dari garis untuk Aset B. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa berdasarkan tingkat
resiko sistematis (sebagaimana diukur dengan β) beberapa kombinasi dari Aset A dan aset
yang bebas resiko akan selalu menawarkan imbal hasil yang lebih besar. Hal inilah yang
membuat kita dapat menyatakan bahwa Aset A adalah investasi yang lebih baik
dibandingkan dengan Aset B.

21
Cara lain untuk mengetahui bahwa A menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi
berdasarkan tingkat resikonya adalah dengan memperhatikan kemiringan dari garis kita
pada Aset B:

Dengan demikian, Aset B memiliki rasio imbalan terhadap resiko sebesar 6,67%,
yang kurang dari rasio imbalan terhadap risiko yang dimiliki oleh Aset A sebesar 7,5%.

Hasil utama. Kondisi yang kami jelaskan untuk Aset A dan B tidak akan bertahan
pada pasar yang terorganisir dengan baik dan aktif karena para investor akan lebih tertarik
pada Aset A dan meninggalkan Aset B. Sebagai hasilnya, harga aset akan meningkat dan
harga Aset B akan turun. Karena harga dan imbal hasil bergerak dengan arah yang
berlawanan, imbal hasil yang diharapkan pada A akan mengalami penurunan dan B akan
mengalami peningkatan.

Pembelian dan penjualan tersebut akan terus berlanjut hingga kedua aset tersebut
berada pada garis yang sama, yang artinya kedua aset tersebut akan menawarkan imbalan
yang sama dan menanggung risiko. Dengan kata lain pada suatu pasar yang aktif,
kompetitif, kita akan memiliki kondisi berikut ini:

Rumus tersebut menggambarkan hubungan dasar antara risiko dan imbal hasil.

Penjelasan dasar kita dapat diperluas hingga lebih dari 2 aset. Pada kenyataannya,
tidak peduli berapa banyak aset yang kita miliki kita akan selalu memperoleh kesimpulan
yang sama:
Rasio imbalan terhadap risiko akan sama untuk semua aset di dalam pasar.

22
Kesimpulan tersebut tidak begitu mengejutkan. Apa yang hendak disampaikan
bahwa, sebagian contoh jika suatu aset memiliki risiko sistematis dua kali lipat lebih
banyak dari yang dimiliki aset yang lain, premi risiko aset tersebut juga akan menjadi dua
kali lipat lebih besar.

Karena semua aset di pasar akan memiliki rasio imbalan terhadap resiko yang sama,
semua aset akan digambarkan pada garis yang sama. Penjelasan tersebut diilustrasikan
pada gambar 13.3. Seperti yang ditunjukkan, Aset A dan B di gambar tepat pada satu garis
sehingga keduanya memiliki rasio imbalan terhadap resiko yang sama. Jika suatu aset
digambarkan di atas garis, seperti Aset C pada gambar 13.3, harganya akan mengalami
kenaikan dan imbal hasil yang diharapkan atas Aset C akan turun hingga berada tepat
pada garis yang sama. Demikian pula, jika suatu aset digambarkan berada di bawah garis,
seperti D pada gambar 13.3, imbal hasil yang diharapkan akan mengalami kenaikan
hingga mencapai garis yang sama.

2.7.2. Security Market Line


Garis ini, yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan antara risiko sistematis
dan imbal hasil yang diharapkan Dalam pasar keuangan biasanya dinamakan Security

23
Market Line-SML. Setelah NPV, SML dapat dikatakan sebagai konsep yang paling
penting dalam keuangan modern.

Portofolio Pasar. Anggap kita mempertimbangkan portofolio yang terbentuk dari


seluruh aset di dalam pasar. Portofolio tersebut dinamakan portofolio pasar, dan kita akan
menyatakan imbal hasil yang diharapkan atas portofolio pasar tersebut dengan E(R(M)).

Karena seluruh aset dalam pasar harus ditempatkan pada SML, demikian pula dengan
portofolio pasar. Untuk menentukan letak portofolio pasar pada SML, kita perlu
mengetahui Beta dari portofolio pasar β(M). Karena portofolio pasar adalah perwakilan
dari seluruh aset di dalam pasar, portofolio pasar akan memiliki risiko sistematis rata-rata.
Dengan kata lain, memiliki beda sebesar 1. Oleh karena itu kita akan menyatakan
kemiringan dari SML dengan:

Istilah sering disebut sebagai premi resiko pasar atau market risk
premium karena merupakan premi resiko atas portofolio pasar.

Capital Asset Pricing Model. Untuk menyelesaikannya, jika kita menganggap


masing-masing sebagai imbal hasil yang diharapkan dan Beta atas aset apapun di dalam
pasar, kita mengetahui bahwa aset akan ditempatkan pada SML. Sebagai hasilnya, kita
mengetahui bahwa rasio imbalan terhadap resiko adalah sama dengan keseluruhan pasar:

Hasil ini adalah capital asset pricing model atau CAPM yang sangat terkenal.

CAPM memperlihatkan bahwa imbal hasil yang diharapkan atas suatu aset tertentu
bergantung pada tiga hal:

24
1.Nilai waktu dari uang yang murni: diukur oleh suku bunga bebas resiko, R(f) ini
adalah imbalan untuk menunggu uang anda saja, tanpa mengambil resiko apapun.
2.Imbalan karena menanggung risiko sistematis: diukur dengan premi risiko pasar,

komponen tersebut adalah imbalan yang ditawarkan oleh pasar karena


menanggung risiko sistematis.
3.Jumlah dari risiko sistematis: diukur dengan β, ini adalah jumlah dari risiko
sistematis yang ada dalam aset atau portofolio tertentu relatif terhadap resiko dalam
aset rata-rata.

Secara garis besar, CAPM dapat digunakan untuk portofolio maupun untuk aset
tunggal. Untuk menemukan imbal hasil yang diharapkan atas suatu portofolio kita hanya
akan menggunakan beta tersebut dalam persamaan CAPM.

Gambar 13.4 meringkas pembahasan kita mengenai SML dan CAPM. Seperti
sebelumnya, kita menggambarkan imbal hasil yang diharapkan terhadap beta. Sekarang
kita mengetahui bahwa, berdasarkan pada CAOM kemiringan dari SML = premi risiko

pasar,

Hal ini menyimpulkan pembahasan kami tentang konsep-konsep yang terkait dengan
trade-off antara risiko dan imbal hasil.

25
2.8. SML dan Biaya Modal: Pratinjau

Terdapat dua tujuan dalam mempelajari risiko timbal hasil:

1. Resiko merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan
keputusan bisnis;
2. Untuk mempelajari faktor-faktor yang menentukan tingkat diskonto yang tepat
untuk arus kas di masa depan

2.8.1. Pemikiran Dasar


Security Market Line menjelaskan kepada kita tentang Imbalan yang diperoleh
karena menanggung risiko dalam pasar keuangan. Minimalnya, suatu investasi yang baru
dilaksanakan oleh perusahaan harus menawarkan imbal hasil seperti yang ditawarkan oleh
pasar keuangan untuk tingkat risiko yang sama. Alasannya karena para pemegang saham
selalu dapat menginvestasikan dana yang mereka miliki di pasar uang.
Satu-satunya cara untuk memberikan manfaat kepada para pemegang saham adalah
dengan menemukan investasi yang memiliki imbal hasil yang yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh pasar keuangan atas risiko yang sama.
Investasi tersebut akan memiliki NPV yang positif.

2.8.2. Biaya Modal


Tingkat diskonto yang tepat untuk proyek baru adalah imbal hasil minimum yang
ditawarkan oleh suatu investasi agar terlihat menarik. Imbal hasil minimum yang
dipersyaratkan tersebut sering dinamakan biaya modal (cost of capital) yang terkait
dengan investasi. Dinamakan imbal hasil yang dipersyaratkan karena imbal hasil tersebut
adalah yang harus diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan di proyek agar
mencapai titik impas. Dengan demikian, biaya modal dapat diartikan sebagai biaya
peluang yang terkait dengan investasi modal perusahaan.

26
BAB III

PENUTUPAN

3.1. KESIMPULAN

Pembahasan di atas telah memperkenalkan sejumlah pengertian dan konsep. Konsep


yang paling penting dalam pembahasan ini adalah security market line atau SML. SML
penting karena menjelaskan kepada kita tentang imbalan yang ditawarkan di dalam pasar
keuangan karena menanggung risiko. Setelah mengetahui imbalan yang ditawarkan,
makan akan memiliki sebuah tolok ukur yang dapat digunakan untuk membandingkan
imbal hasil yang diharapkan dari investasi asset riil dan menentukan apakah investasi
tersebut menarik.

Pada materi ini juga, pembahasan mengenai risiko dan imbal hasil. Sekarang, kita
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang menentukan biaya modal
perusahaan atas sebuah investasi.

3.2. SARAN

Manajer keuangan sebaiknya lebih memahami lagi tentang security market line serta
risiko baik sistematis ataupun non-sistematis, agar bisa lebih tepat membuat sebuah
keputusan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ross, S. A., Jordan, B. D., & Westerfield, R. (2010). Fundamentals of Corporate Finance.
McGraw-Hill Irwin.

28

Anda mungkin juga menyukai