Anda di halaman 1dari 29

RESIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN

Rangkuman ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, S.E., M.Si., Ak, CA

Disusun Oleh :
Kelompok I

Asyim asy Ari (1708822036)


Aulia Dwi Kumala (1708822042)
Eka irianingsih (1708822057)
Fajri Akbar (1708822019)
Imron Nur Halim (1708822056)

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................i

PENDAHULUAN......................................................................................................................ii

BAB VIII RESIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN........................................................1

8.1 TRADE-OFF ANTARA RESIKO DAN PENGEMBALIAN.............................................1

8.2 RESIKO BERDIRI SENDIRI..............................................................................................2

8.2A PENGUKURAN STATISTIK RESIKO BERDIRI SENDIRI.....................................2

8.2B MENGUKUR RESIKO BERDIRI SENDIRI: STANDAR DEVIASI.........................4

8.2C MENGGUNAKAN DATA HISTORIS UNTUK MENGUKUR RESIKO..................5

8.2D MENGUKUR RISIKO BERDIRI SENDIRI; KOEVISIEN VARIASI.......................6

8.2E PENGHINDARAN RESIKO DAN PENGEMBALIAN YANG DIMINTA...............7

8.3 RESIKO DALAM KONTEKS PORTOFOLIO CAPM.......................................................7

8.3A PENGEMBALIAN PORTOFOLIO YANG DIHARAPKAN......................................7

8.3B RESIKO PORTOFOLIO...............................................................................................8

8.3C RISIKO DALAM KONTEKS PORTOFOLIO: KOEFISIEN BETA...........................12

8.4 HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN...........................17

8.4A DAMPAK INFLASI......................................................................................................20

8.4B PERUBAHAN DALAM PENGHINDARAN RESIKO...............................................21

8.4C PERUBAHAN KOEFISIEN BETA SUATU SAHAM................................................21

8.5 BEBERAPA KEKHAWATIRAN TENTANG BETA DAN MODEL PENERAPAN

HARGA ASET MODAL (CAPM)................................................................................22


8.6 BEBERAPA PEMIKIRAN PENUTUP: DAMPAK BAGI MANAJER PERUSAHAAN
DAN INVESTOR...................................................................................................................23

KESIMPULAN...........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................26

i
PENDAHULUAN

Dalam dunia investasi, semua investor mengharapkan tingkat pengembalian (return) yang
optimal. Namun tingkat pengembalian yang diterima oleh investor (actual return) tidak selalu
sesuai dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return), dengan kata lain investor
tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi. Keadaan ini menunjukkan
bahwa investor menghadapi risiko investasi.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Peran industri pertambangan
semakin penting bagi perekonomian negara-negara di dunia termasuk di Indonesia. Indonesia
dengan nilai produksi mineral $12,22 miliar atau setara dengan Rp 109,98 triliun menyumbang
10,6% dari total ekspor barang pada 2010 (Sanwindayani, 2014). Laporan ini menegaskan
pandangan bahwa produksi dan penciptaan pendapatan merupakan kekuatan utama dalam
pengentasan kemiskinan di mana industri pertambangan memiliki peran penting yang semakin
meningkat. Realitas ini telah dipahami dan dicerminkan dalam agenda beberapa perusahaan
pertambangan dunia yang bertanggung jawab, namun belum dipahami secara konsisten oleh
pemerintah, perusahaan, masyarakat madani dan pemangku kepentingan lain di negara-negara
yang memiliki investasi pertambangan yang besar.
Selain pertambangan, di setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki hotel dan restoran
atau rumah makan. Jadi sebagian besar yang mempengaruhi perekonomian di Indonesia adalah
kegiatan perdagangan, namun tingkat konsumsi di Indonesia juga cukup besar. Pandangan positif
terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu bisa membuka lapangan kerja baru bagi
warga Indonesia, menambah pendapatan nasional negara, menciptakan bibit – bibit unggul dalam
inovasi-inovasi terbaru di bidang hotel dan restoran maupun perdagangan. Perdagangan sering
dikaitkan dengan berlangsungnya transaksi yang terjadi sebagai akibat munculnya problem
kelangkaan barang. Perdagangan juga merupakan kegiatan spesifik, karena di dalamnya
melibatkan rangkaian kegiatan produksi dan distribusi barang.

ii
BAB 8

RESIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN

8.1 TRADE-OFF ANTARA RESIKO DAN PENGEMBALIAN

Dalam sebuah persamaan sederhana mengatakan bahwa investor lebih menyukai


pengembalian yang tinggi dan berisiko rendah. Persamaan tersebut mengatakan bahwa terdapat
tarik ulur antara risiko dan pengembalian sehingga jika membuat investor mengambil risiko yang
besar, maka harus dapat pengembalian yang tinggi juga.

Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan
keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan
keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Dapat dipahami bahwa
pengembalian yang harus dibayar oleh perusahaan kepada investornya mencerminkan biaya
perusahaan dalam memperoleh modal.

1
8.2. RESIKO BERDIRI SENDIRI
Resiko adalah suatu halangan atau bias diartikan peluang akan terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Resiko suatu asset dapat dianalisis dengan dua cara:
1. Dalam basis berdiri sendiri di mana asset dilihat secara terpisah
2. Dalam basis portfolio di mana asset dimiliki sebagai salah satu dari sejumlah asset lainnya
dalam suatu portfolio.
Jadi resiko berdiri sendiri suatu asset merupakan resiko yang akan dihadapi oleh investor jika
hanya memiliki asset tersebut. Sebagian besar asset keuangan, khususnya saham akan dimiliki
dalam bentuk portfolio,tetapi kita perlu memahami resiko berdisi sendiri agar dapat memahami
resiko dalam konteks portfolio.

8.2A PENGUKURAN STATISTIK RESIKO BERDIRI SENDIRI


Berikut ada 5 poin utama yang dicakup dalam pengukuran statistic:
1. Distribusi probabilitas
2. Tingkat pengembalian yang diharapkan
3. Tingkat pengembalian historis, atau telah direalisasikan
4. Deviasi standar
5. Koefisien variasi
Table 8.1

Table 8.1 memberikan distribusi probabilitas penjualan dan profit yang stabil. Tiga
kemungkinan keadaan ekonomi ditunjukkan di kolom 1 dan probabiltas hasilnya ditunjukkan

2
dalam decimal, bukan presentase, ditulis di kolom 2 kemudian diulang di kolom 5. Terdapat 30%
kemungkinan perekonomian kuat sehingga permintaan tinggi, 40% probabilitas permintaan
normal dan 30% probabilitaas permintaan lemah.
Kolom 3 dan 6 menunjukkan pengembalian dari kedua perusahaan berdasarkan setiap kondisi
pereknomian. Pengembalian relati tinggi ketika permintaan kuat dan sebaliknya.
Kolom 4 dan 7 menunjukkan hasil perkalian probabilitas dengan pegembalian berdasarkan tingkat
pengembalian yang berbeda. Ketika menjumlahkan hasil kali, maka akan diperoleh tingkat
pengembalian yang diharapkan untuk masing-masing saham. Kedua saham memiliki tingkat
pengembalian sebesar 10%.
Dari table 8.1, maka dapat dibuat grafik batang sebagai berikut.

Gambar 8.2
Pada gambar 8.2 dapar diasumsikan bahwa hanya tiga kondisi perekonomian yang dapat
terjadi yaitu; kuat, normal dan lemah. Perekonomian dapat berkisar dari resesi dalam hingga
lonjakan yang fantastis dan terdapat kemungkinan tanpa batas di antaranya. Asumsinya jika kita
memiliki waktu dan kesabaran untuk menempatkan suatu probabilitas untuk setiap kemungkinan
tingkat permintaan dengan jumlah probabilitas tetap sama 1,0 dan menempatkan tingkat

3
pengembalian untuk masing-masing saham untuk setiap tingkat permintaan. Dapat dilihat pada
kurva 8.3, terlihat bahwa penngembalian berapapun di batasan-batasan ini dimungkinkan. Makin
rapat atau makin tinggi distribusi probabilitas, makin besar kemungkinan hasil actual mendekati
nilai yang diharapkan dan konsekuensinya, makin sedikit kemungkinan hasil pengembalian actual
akan berakhir jauh dibawah pengembalian yang diharapkan. Jadi makin rapat distribusi
probabilitas, makin rendah resikonya.

Kurva 8.3
Formula Tingkat pengembalian yang diharapkan:
r = P1r1 + P2r2 +…+ PNrN
N
= ∑ P iri
i=1

8.2B MENGUKUR RESIKO BERDIRI SENDIRI : STANDAR DEVIASI


Mengukur resiko bermanfaat untuk tujuan perbandingan, tetapi resiko yang di definisikan dan
diukur dalam beberapa cara. Definisi umum yang dapat memenuhi tujuan kita didasarkan oleh
distribusi probabilitas seperti pada gambar 8.3. Makin rapat distribusi probabilitas tingkat
pengembalian yang diharapkan dimasa depan, makin kecil resiko investasi tersebut.

4
Kita dapat menggunakan standar devasi untuk menguantifikasi kerapatan distribusi
probabilitas. Semakin kecil standar deviasi, makin rapat distribusi probabilitasnya, makin rendah
tingkat resiko sahamnya.
Standar deviasi adalah suatu pengukuran tentang sejauh mana pengembalian actual akan
terdeviasi dari pengembalian yang diharapkan.
Formula standar deviasi:

8.3C MENGGUNAKAN DATA HISTORIS UNTUK MENGUKUR RESIKO


Jika kita memiliki data historis actual, standar deviasi dari pengembalian dapat dihitung
sebagaimana ditunjukkan pada table 8.2. Karena hasil yang lalu sering kali terulang di masa
depan. Histori sering digunakan sebagai perkiraan resiko di masa depan. Menggunakan deret
waktu historis yang panjang akan memberikan informasi lebih banyak tetapi beberapa informasi
mungkin saja menyesatkan jika diyakini bahwa tingkat resiko di masa depan cenderung akan
sangat berbeda dari tingkat resiko historis. Semua kalkulator finansial memiliki fungsi yang
mudah digunakan untuk menemukan sigma berdasarkan data historis. Tetapi tidak memiliki
rumus yang terprogram dalam menemukan nilai sigma yang melibatkan data probabilistic. Dalam
kasus tersebut dapat melakukan proses seperti yang dijabarkan pada tabel 8.2.

Tabel 8.2

5
8.2d MENGUKUR RISIKO BERDIRI SENDIRI; KOEVISIEN VARIASI

Jika kita harus memilih diantara dua investasi yang memiliki ekspektasi pengemvalian yang
sama, tetapi dengan standar deviasi yang berbeda, kebanyakan orang yang memilih investasi yang
setandar deviasinya lebih rendah sehingga beresiko lebih kecil. Begitupula jika menghadapiantara
dua investasi pilihan dengan resiko (standar deviasi) yag sama, tetapi dengan ekspektasi
pengembalian yang lebij tinggi. Bagi kebanyakan orang pilihan ini adalah pilihan yang masuk
akal, pengmebalian adalah hal yang baik dan resiko adalah hal yang buruk sehingga investor ingin
hal pengembalian sebesar mungkin dan resiko yang sekecil mungkin.

Untuk memilih diantara dua investasi salah satu yang memiliki ekspektasi pengembalian
tinggi dan standar deviasi rendah . maka kita harus mengunakan ukuran resiko yang lain yaitu
koefesien variasi (koeficient of variation) merupakan standar deviasi dibagi dengan pengembalian
yang diharapkan

Keofesien variasi= cv = ukuran resiko perunit pengembalian yang terstandarisasi; yang


dihitung dari standar deviasi dibagi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.

Koefisien variasi menunjukan resiko perunit pengembalian , dan nilai memberikan ukuran resiko
yang lebih bermakna ketika dua alternative memiliki ekspektasi pengembalian yang tidak sama.

6
8.2E PENGHINDARAN RESIKO DAN PENGEMBALIAN YANG DIMINTA

Penghindarian resiko ( Risk aversion) Investor yang tidak menyukai resiko akan menghindari
resiko dan meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi sebagai suatu rangsangan untuk
membeli efek yang lebih berisiko. Implikasi penghindaran resikon bagi harga efek dan tingkat
pengembalian yaitu jika hal lain dianggap konstan, makin tinggi tingkat resiko suatu efek maka
makin tinggi tingkat resiko yang diminta, dan jika situasi ini tidak terjadi harga akan berubah
untuk menciptakan kondisi yang diinginkan.

8.3 RESIKO DALAM KONTEKS PORTOFOLIO CAPM

Merupakan resiko saham yang ketika mereka dimiliki dalam portofolio dan bukan dalam
bentuk asset yang berdiri sendiri. Model penetapan harga asset modal ( capital asset pricing-
model) suatu model yang didasarkan atas usulan bahwa setiap saham meminta tingkat
pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian yang sama dengan tingkat
pppengembalian bebas beresiko yang hanya mencerminkan resiko yang tersisa setelah
diverifikasi.

Melihat tingkat resiko asset ketika asset itu dimiliki secara terpisah. Tepat bagi usaha kecil,
beberapa investasi real estate, dan proyek penganggaran modal. Namun resiko suatu saham yang
dimiliki dalam portofolio lebih kecil jika dibandingkan dengan dimiliki secara terpisah. Karena
resiko dapat dikurangi dengan portofolio maka sebagian besar saham dimiliki dalam bentuk
potofolio. Bank, dana pension, perusahaan ansuransi, dan institusi keuangan lainya diharuskan
oleh hokum untuk memiliki portofolio terdiversifikasi. Jadi, fakta bahwa saham akan naik atau
turun, menjadi tidak begitu penting yang terpenting ialah pengembalian portofolio dan resiko
portofolio. Secara logis, resiko dan pengembalian dari efek tertentu sebaiknya dianalisi dari sisi
bagaimana efek terssebut mengaruhi resiko dan pengembalian portofolio dimana efek tersebut
menjafi bagian didalamnya.

8.3A. PENGEMBALIAN PORTOFOLIO YANG DIHARAPKAN

Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan (expected return a portofolio)


sederhananya adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap
asset dalam portofolio dengan pembobotan berdasarkan presentase setiap asset dari total
portofolio.

7
Disini kita mengasumsikan bahwa annalis memperkirakan pengembalian atas empat saham yang
ditu jukan dalam kolom 1 tahun depan, seperti ditunjukan dikolom 2 anggaplah anda memiliki
$100.000 dan anda berencana menginvestasikan $25.000 atau 25%, Dalam setiap saham. Anda
da[pat mengalikan setiap presentase bobot saham sebagaimana ditunjukan dalam kolom 4 dengan
setiap nilai pengembaliannyang diharapkan, hasil perkalian kolom 5 kemudian jumlahkan kolom
5 untukmenghitung tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan, sebesar 8,209%.

Jika anda menambahkan saham kelima dengan tingkat pengembalian yang lebihb tingggi,
tingkat prengembalian portofolio, yang dooharapkan akan anaik. Dan sebalik nya jika
menambahkan saham dengan pengembalian yang rendah. Penting untuk diingat bahwa
pengembalian portofolio yang diharapkan adalah rata-rata bobot pengembalian yang diharapkan
dari saham-saham di dalam portofolio.

8.3B RESIKO PORTOFOLIO

Meskipun tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan hanyalah rata-rata tertimbang


dari tingkat pengembalian yang diharapkan atas setiap asset didalam portofolio , tingkat resiko
portofolio bukan lah rata-rata tertimbang dari standar deviasi setaip asset. Resiko portofolio
umumnya lebih kecil. Dari rata-rata asset karena diverifikasi menurunkan resiko portofolio.

8
Di dalam contoh kita mempertimbangkan portofolio hanya dengan dua saham. Apa yang
akan terjadi jika kita meningkatkan mlah saham dalam portofolio ? aturan sahamnya, secra rata-
rata resiko portofolio akan menurun ketika jumlah saham di suatu portofolio meningkat.

Jika kita menambahkan cukup saham yang memiliki korelasi parsial, dapatkah kita
menghilangkan resiko sepenuhnnya ? jawabanya tidak lihatlah gambar dibawah yang menunjukan
bahwa resiko suaatu portofolio menurun ketika jumlah saham ditambah. Berikut adalah beberaapa
pin yang dapat kita ambil dari gambar teersebut.

1. Resiko portofolio menurun krtika saham ditambahakan, tetapi pada tingkat yang semakin
kecil. Saat terdapat 40 hingga 50 saham didalam portofolio, penambahan saham tidak
terlalu memengaruhi penurunan resiko.
2. Resiko totalportofolio ada dua : pertama, resikon yang dapat diverifikasi ( diversiable risk)
resiko yang terhapyus dengan penambahan saham. Kedua, resiko pasar (market risk)
resiko yang tetap sama bahkan jika portofolio itu memiliki semua saham di pasar tersebut.

3. Resiko yang dapat diverifikasi disebabkan oleh kejadian-kejadian acak dan tidak
sistematis, seperti tuntutan hokum, pemotongan kerja, keberhasilan atas kegagalanprogram
pengembangan dan pemasaran,kemenagan atau kekalahan suaatu kontrak besar, dan
kejadian lain yang khas bagi suatu operusahaan. Karena kejadian itu bersifta acak
dampaknya pada portofoio Dapat dihapus dengan diversifikasi – satu kejadian buruk bagi
perusahaan dapat diimbangi oleh kejadian baik dari perusahaan lain . resiko pasar

9
dipengaruhi oleh tingkat bunga yang tinggi, dan factor makro lainya. Karena sebagian
besar saham terpengaruh oleh makro, resiko pasar tidak dapat dihapus oleh diversifikasi.
4. Apanila kita memilih saham secara hati-hati did alam portofolio dan tidak menambah
saham secara acak. Garafik akan berubah, secara khusus, apabila kita memilih saham
dengan korelasi yang rendah dengan saham lainyas serta resikko berdiri sendiri yang
rendah, resiko portofolio akan menurun lebih cepat dibandungkan jika menambah saham
secara acak, hal yang sebaliknya berlaku ketika menambah saham dengan tingkat
korelasiyang tinggi.
5. Sebagian besar investor bersivat rasional dalam arti mereka tidak menyukai resiko, hal
lainya tetap sama, jika demikian, mengapa seorang investor bersedia.

Gambar 8.6

10
Gambar 8.6 menunjukkan bahwa risiko suatu portofolio menurun ketika jumlah saham ditambah.
Berikut beberapa poin yang harus diingat tentang gambar tersebut:

1. Risiko portofolio menurun ketika saham ditambahkan, tetapi pada tingkat yang semakin
kecil; dan saat terdapat 40 hingga 50 saham di dalam portofolio, penambahan saham tidak
terlalu memengaruhi penurunan risiko.
2. Risiko total portofolio dapat dibagi menjadi dua bagian, risiko yang dapat didiversifikasi
(diversifiable risk) dan risiko pasar (market risk). Risiko yang didiversifikasi adalah risiko
yang terhapus dengan penambahan saham. Risiko pasar adalah risiko yang tetap sama
bahkan jika portofolio itu memiliki semua saham di pasar tersebut. Risiko yang Dapat
Didiversifikasi (Diversiftable Risk), adalah bagian dari risiko efek yang berhubungan
dengan kejadian acak, hal ini dapat dieliminasi dengan diversifikasi yang baik. Risiko ini
juga dikenal sebagai risiko khusus perusahaan atau risiko nonsitematis. Risiko Pasar
(Market Risk) Bagian dari risiko suatu efek yang tidak dapat dihilangkan oleh
diversifikasi.
3. Risiko yang dapat didiversifikasi disebabkan oleh kejadian-kejadian acak dan tidak
sistematis, seperti tuntutan hukum, pemogokan kerja, keberhasilan atan kegagalan
program pengembangan dan pemasaran, kemenangan atau kekalahan suaru kontrak besar,
dan kejadian lain yang khas bagi suatu perusahaan. Karena kejadian-kejadian ini bersifar
acak, dampaknya pada portofolio dapat dihapus dengan diversifikasi— satu kejadian
buruk bagi suatu perusahan dapat diimbangi oleh kejadian baik perusahaan lain. Risiko
pasar, di lain pihak, risiko pasar berawal dari faktor-faktor yang memengaruhi sebagian
besar perusahaan secara sistematis: perang, inflasi, resesi, tingkat bunga yang tinggi, dan
faktor makro lainnya. Karena sebagian besar saham terpengaruh oleh faktor makro, risiko
pasar tidak dapat dihapus oleh diversifikasi.
4. Apabila kita secara hati-hati memilih saham di dalam portofolio dan tidak menambah
saham secara acak, grafik akan berubah. Secara khusus, apabila kita memilih saham
dengan korelasi yang rendah dengan saham lainnya serta risiko berdiri sendiri yang
rendah, risiko portofolio akan menurun lebih cepat dibandingkan jika menambahkan
saham secara acak. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila kita menambah saham dengan
tingkat korelasi dan σ yang tinggi.

11
5. Sebagian besar investor bersifat rasional dalam arti bahwa mereka tidak menyukai risiko,
hal lainnya tetap sama. Jika demikian, mengapa seorang investor bersedia memiliki satu
(atau beberapa) saham? Mengapa tidak memiliki portofolio pasar (market portfolio) yang
terdiri atas semua saham? Terdapat beberapa alasan. Pertama, biaya administrasi dan
komisi yang tinggi akan melebihi keuntungan bagi investor individu. Kedua, reksa dana
indeks dapat digunakan oleh investor untuk diversifikasi, dan banyak individu dapat
melakukan diversifikasi yang luas melalui reksa dana ini. Ketiga, beberapa orang berpikir
dapat memilih saham-saham yang akan memberikan pengembalian di atas rata-rata pasar
sehingga mereka membelinya dan tidak membeli saham-saham lain. Keempat, melalui
analisis yang sangat baik, beberapa orang dapat memeroleh pengembalian lebih tinggi dari
rata-rata pasar, sehingga mereka menemukan dan membeli saham bernilai rendah dan
menjual saham bernilai tinggi, serta dalam prosesnya, menyebabkan sebagaian besar
saham dinilai dengan wajar, di mana pengembalian yang diharapkan sesuai dengan
risikonya.
6. Satu pertanyaan terakhir: Bagaimanakah risiko suatu saham individual diukur? Standar
deviasi pengembalian yang diharapkan, σ, tidak tepat digunakan karena mencakup risiko
yang dapat dihilangkan dengan memiliki saham itu dalam portofolio.
8.3.C Risiko Dalam Konteks Portofolio: Koefisien Beta

Ketika suatu saham dimiliki secara sendiri, risikonya dapat diukur dengan standar deviasi dari
pengembalian yang diharapkan. Namun, σ tidak tepat ketika saham itu dimiliki dalam suatu
portofolio, sebagaimana saham pada umumnya. Jadi, bagaimana kita mengukur risiko relevan
suatu saham dalam konteks suatu portofolio?

Pertama, perhatikan bahwa semua risiko, kecuali yang terkait dengan pergerakan pasar secara
luas, dapat dan akan didiversifikasi oleh para investor—investor yang rasional akan memiliki
saham yang cukup untuk menurunkan kurva risiko di Gambar 8.6 ke titik di mana hanya terdapat
risiko pasar dalam portofolionya. Risiko yang tersisa setelah suatu saham berada di portofolio
yang didiversifikasi adalah kontribusinya terhadap risiko pasar, dan risiko ini dapat diukur dari
sejauh mana saham tersebut bergerak naik atau turun mengikuti pasar.

Kecenderungan saham untuk bergerak naik dan turun mengikuti pasar diukur oleh koefisien
beta (beta coefficient), b.

12
Risiko Relevan (Relevant Risk) adalah risiko yang tetap ada meskipun saham telah ada dalam
portofolio uang terdiversikasi adalah kontribusinya terhadap risiko pasar portofolio. Risiko ini
diukur berdasarkan sejauh mana saham tersebut bergerak naik atau turun dalam pasar. Koefisien
Beta, b (Beta Coefficient) adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana
pengembalian suatu saham tertentu bergerak naik dan turun mengikuti pasar saham. Beta
mengukur risiko pasar.

Sebagai ilustrasi penggunaan data historis, perhatikan Gambar 8.7, yang menunjukkan
pengembalian historis dari tiga saham dan suatu indeks pasar. Di Tahun ke-1, “pasar”,
sebagaimana didefinisikan oleh suatu portofolio yang mengandung semua saham, memiliki
pengembalian total (pengembalian dividen ditambah pengembalian keuntungan modal) sebesar
10%, demikian pula ketiga saham individual. Pada Tahun ke-2, pasar tersebut meningkat tajam,
dan pengembaliannya menjadi 20%. Pengembalian Saham H (tinggi) melonjak menjadi 30%;
saham A (rata-rata) pengembaliannya 20%, sama dengan pasar, dan saham L (rendah)
pengembaliannya 15%. Pada Tahun ke-3, pasar menurun tajam; pengembaliannya adalah -10%.
Pengembalian ketiga saham juga turun—saham H -30%, saham A —10%, dan saham L 0%. Pada
Tahun ke-4 dan ke-5, pengembalian pasar menjadi 0% dan 5%, dan pengembalian ketiga saham
ditunjukkan dalam Gambar 8-7.

Plot data tersebut menunjukkan bahwa ketiga saham bergerak naik atau turun mengikuti pasar
tetapi saham H volatilitasnya dua kali lebih besar dibanding pasar, saham A sama volatilitasnya
dengan pasar, dan saham L volatilitasnya setengah dari volatilitas pasar. Terlihat jelas bahwa
semakin curam garisnya, semakin besar volatilitas pasar sehingga semakin besar kerugiannya di
pasar yang sedang turun. Kemiringan (slope) garis tersebut adalah koefisien beta saham. Kita lihat
di dalam gambar bahwa koefisien kemiringan untuk saham H adalah 2,0; untuk A adalah 1,0; dan
untuk L adalah 0,5. Jadi, beta mengukur volatilitas saham tertentu relatif terhadap pasar, dan beta
rata-rata saham, bA = 1,0.

Saham A didefinisikan sebagai saham berisiko rata-rata karena memiliki beta sebesar b = 1,0
dan bergerak naik dan turun sesuai pasar secara keluruhan. Jadi, rata-rata saham akan, secara
umum, naik sebesar 10% ketika pasar naik 10%, dan turun 10% ketika pasar turun 10%. Suatu
portofolio besar dengan saham-saham b = 1,0 akan (1) menghilangkan seluruh risiko yang dapar

13
didiversfikasi, tetapi (2) akan tetap naik dan turun dengan rata-rata pasar yang luas dan juga
memiliki tingkatan risiko.

Saham H, yang memiliki b = 2,0, dua kali volatilitasnya dibanding saham rata-rata, yang
berarti bahwa dua kali lebih berisiko. Nilai suatu portofolio yang terdiri atas saham dengan b = 2,0
dapat meningkat dua kali— atau berkurang menjadi setengah— dalam waktu singkat; dan jika
Anda memiliki portofolio tersebut, Anda dapat dengan cepat berubah dari seorang miliuner
menjadi seorang pengemis. Saham L, sebaliknya, dengan b = 0,5, hanya setengah volatilitasnya
dibanding saham rata-rata, dan portofolio dari saham tersebut dapat naik dan turun dengan
kecepatan hanya setengah dari saham rata-rata. Jadi, risikonya adalah setengah dari portofolio
saham rata-rata dengan b = 1,0.

Nilai beta untuk ribuan perusahaan dihitung dan dipublikasikan oleh Value Line, Yaho
Google, dan berbagai organisasi lain, dan koefisien beta dari beberapa perusahaan terkenal
ditunjukkan di Tabel 8.5. Sebagian besar saham memiliki beta di kisaran 0,50 hingga 1,50, dan
rata-rata beta untuk semua saham adalah 1,0, yang mengindikasikan bahwa saham rata-rata
bergerak sesuai dengan pasar.

14
Gambar 8.7

Apabila suatu saham memiliki beta lebih tinggi dari 1,0 (misalnya 1,5) ditambahkan ke suatu
portofolio dengan bp = 1,0, beta portofolio dan risikonya akan meningkat. Sebaliknya, jika suatu
saham yang memiliki beta kurang dari 1,0 ditambahkan ke portofolio dengan bp = 1,0, beta
portofolio dan risikonya akan menurun. Jadi, karena beta suatu saham mengukur kontribusi saham
tersebut terhadap risiko portofolio, beta secara teoretis merupakan ukuran risiko saham yang tepat.
Diskusi ini dapat kita rangkum sebagai berikut:

1. Risiko saham terdiri atas dua komponen, risiko pasar dan risiko yang dapat didiversifikasi.
2. Risiko yang dapat didiversifikasi dapat dihilangkan dengan diversifikasi, dan sebagian
besar investor memang melakukan diversifikasi, baik dengan memiliki portofolio dalam
jumlah besar maupun membeli saham dalam reksa dana. Sisanya adalah risiko pasar yang
disebabkan oleh pergerakan pasar saham secara umum dan mencerminkan fakta bahwa
sebagian besar saham dipengaruhi secara sistematis oleh peristiwa-peristiwa, seperti
perang, resesi, dan inflasi. Risiko pasar merupakan satu-satunya risiko yang relevan bagi
investor rasional yang terdiversifikasi.
3. Investor harus menerima kompensasi karena menanggung risiko— semakin besar tingkat
risiko saham, semakin tinggi pengembalian yang diminta. Namun, kompensasi hanya
dibutuhkan untuk risiko yang tidak dapat dihilangkan oleh diversifikasi. Jika terdapat
premi risiko atas saham karena risiko yang dapat didiversifikasi maka harga saham
tersebut murah bagi investor yang terdiversifikasi dengan baik. Mereka akan mulai
membeli dan meningkatkan penawaran atas harga saham tersebut, dan harga final
(ekuilibrium) saham itu akan menghasilkan tingkat pengembalian yang diharapkan yang
hanya mencerminkan risiko pasar.
Sebagai ilustrasi, anggaplah setengah dari risiko Saham B adalah risiko pasar (risiko
ini terjadi karena saham B bergerak naik dan turun mengikuti pasar), sedangkan setengah
risiko yang lain adalah risiko yang dapat didiversifikasi. Anda berpikir untuk membeli
Saham B dan memilikinya sebagai salah satu saham dalam portofolio Anda. Jadi, Anda
akan terpapar pada seluruh risiko saham tersebut. Sebagai kompensasi karena menanggung
risiko yang begitu besar, Anda menginginkan premi risiko sebesar 8% di atas tingkat
obligasi pemerintah 6% sehingga pengembalian yang Anda minta adalah r B = 6% + 8% =

15
14%. Namun, investor-investor lain terdiversifikasi dengan baik. Mereka juga akan
memperhatikan Saham B. Namun, mereka akan memilikinya dalam portofolio yang
terdiversifikasi yang akan menghapuskan risiko Saham B yang dapat didiversifikasi.
Akibatnya, mereka hanya menghadapi setengah dari risiko yang Anda hadapi. Jadi, premi
risiko mereka hanya sebesar setengah dari premi risiko Anda, dan tingkat pengembalian
yang mereka minta akan sebesar rB = 6% + 4% = 10%.
Jika saham diberi harga untuk memberikan pengembalian 14% seperi yang Anda
minta, maka investor yang terdiversifikasi akan segera membelinya. Hal ini akan
mendorong harga untuk naik dan pengembaliannya turun. Jadi, Anda akhirnya tidak dapat
membelinya pada harga yang cukup untuk memberikan Anda pengembalian sebesar 14%.
Pada akhirnya, Anda harus menerima pengembalian sebesar 10% atau tetap menyimpan
uang Anda di bank.
4. Risiko pasar suatu saham diukur oleh koefisien betanya, yang merupakan indeks dari
volatilitas relatif saham tersebut. Beberapa tolak ukur beta diberikan berikut ini.
b = 0,5: Volatilitas atau tingkat risiko saham hanya setengah dari saham rata-rata.
b = 1,0: Saham memiliki risiko rata-rata.
b = 2,0: Risiko saham dua kali lebih besar dari risiko saham rata-rata.
5. Suatu portofolio yang terdiri atas efek dengan nilai beta yang rendah juga akan memiliki
nilai beta yang rendah karena beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari nilai
beta tiap-tiap efek di dalamnya.

bP = w1b1 + w2b2 + ... + w b N N

N
= ∑ w ib i
i=1

Di sini, bp merupakan beta dari portofolio dan nilai ini menunjukkan volatilitas portofolio

relatif terhadap pasar; wi adalah bagian dari portofolio yang diinvestasikan ke dalam

saham ke-i; dan bi, adalah koefisien beta untuk saham ke-i. Misalnya, jika seorang
investor memiliki portofolio senilai $100.000 yang diinvestasikan masing-masing sebesar
$33.333,33 pada tiga saham, dan jika tiap-tiap saham memiliki beta sebesar 0,7, maka beta
portofolio menjadi bp = 0,7.

bp = 0,3333(0,7) + 0,3333(0,7) + 0,3333(0,7) = 0,7

16
Risiko portofolio seperti ini lebih kecil dari pasar sehingga seharusnya mengalami
perubahan harga yang tidak terlalu besar dan memiliki fluktuasi tingkat pengembalian
yang relatif kecil. Dalam Gambar 8.7, kemiringan garis regresinya sebesar 0,7, lebih
rendah dibandingkan garis regresi portofolio saham rata-rata.
Kini, seandainya salah satu saham tersebut dijual dan digantikan oleh saham
dengan bi = 2, tindakan ini akan meningkatkan nilai beta portofolio dari bp1 = 0,7 menjadi

bp2 = 1,13.
bp2 = 0,333(0,7) + 0,333(0,7) + 0,333(2,0) = 1,13
Jika yang ditambahkan adalah saham dengan nilai bi = 0,2, maka beta portofolio akan
turun dari 0,7 menjadi 0,53. Jadi, menambahkan saham dengan nilai beta yang rendah
akan menurunkan tingkat risiko portofolio. Akibatnya, mengubah saham dalam suatu
portofolio akan dapat mengubah tingkat risiko portofolio tersebur.
6. Koefisien beta suatu saham menentukan bagaimana pengaruh saham tersebut terhadap
risiko suatu portofolio yang terdiversifikasi, maka beta menjadi ukuran risiko saham yang
paling relevan.
8.4 HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN 
Bagian sebelumnya menunjukkan bahwa menurut teori CAPM, beta merupakan ukuran risiko
relevan saham yang paling tepat. Permasalahan berikutnya adalah: Untuk tingkat risiko tertentu
yang diukur oleh beta, berapakah tingkat pengembalian yang diminta sebagai kompensasi bagi
investor karena menanggung risiko tersebut? Untuk memulai, mari kita bahas istilah-istilah
berikut ini.
ri = tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham ke-i.
ri = tingkat pengembalian yang diminta dari saham ke-i. Perhatikan bahwa jika i kurang dari
r, investor umumnya tidak akan membeli saham tersebut atau menjualnya jika
memilikinya. Jika i lebih besar dari investor akan membeli saham karena harganya terlihat
murah. Investor akan bersikap indeferen jika = r; Pembelian dan penjualan oleh investor
cenderung mendorong tingkat pengembalian sama dengan tingkat yang diharapkan,
meskipun keduanya dapat berbeda seiring waktu sebelum penyesuaian dilakukan.
r = pengembalian yang direalisasikan, setelah terjadi. Kita sudah pasti tidak mengetahui
nilai F pada saat mempertimbangkan untuk membeli saham.

17
rRF = tingkat pengembalian bebas risiko, dalam konteks ini, rRF umumnya diukur oleh
pengembalian obligasi pemerintah jangka panjang. Beberapa analis merekomendasikan
penggunaan surat urang pemerintah jangka pendek; lainnya merekomendasikan surat utang
jangka panjang. Kita biasanya menggunakan surat utang pemerintah karena jatuh
temponya lebih dekat dengan rata-rata periode investor memegang saham.
b₁ = koefisien beta saham ke-i. Nilai beta saham rata-rata adalah bA = 1.
RM = tingkat pengembalian yang diminta dari suatu portofolio yang terdiri atas seluruh saham
yang juga disebut portofolio pasar (market portfolio). rM juga merupakan tingkat
pengembalian yang diminta dari saham rata-rata (bA= 1).
RPM (rM-rRF) = premi risiko "pasar", dan juga premi saham rata-rata. Ini merupakan tambahan
pengembalian di atas tingkat bebas risiko yang diminta untuk memberikan
kompensasi bagi seorang investor karena menanggung risiko saham rata-rata.
Yang dimaksud risiko rata-rata adalah saham di mana nilai b,-nya = b₁ = 1.
RP= (IM-IRF)b; = (RPM)b; = premi risiko saham ke-i. Premi risiko suatu saham akan lebih
kecil, sama dengan, atau lebih besar dari premi saham rata-rata. RPM,
bergantung pada apakah nilai betanya lebih kecil, sama dengan, atau lebih besar
dari 1. Jika b₁ = b = 1 maka RP₁ = RPM
Premi risiko pasar (market risk premium), RPM, menunjukkan premi yang diminta oleh
investor untuk menanggung risiko saham rata-rata. Besarnya premi ini akan bergantung pada
seberapa besar investor menilai pasar saham dan seberapa tinggi penghindaran risikonya. Saat ini,
kita asumsikan bahwa pengembalian obligasi pemerintah rRF = 6% dan rata-rata selembar saham
memiliki tingkat pengembalian yang diminta rM = 11%. Jadi, premi risiko pasar adalah 5 persen,
yang dihitung sebagai berikut.
RPM = rRF = 11% -6% = 5%
Perlu dicatat bahwa premi risiko dari saham rata-rata, IM - IRP sebenarnya sulit diukur
karena mustahil bagi kita mendapatkan estimasi yang akurat tentang pengembalian masa depan
yang diharapkan dari rM Karena kesulitan dalam mengestimasi pengembalian pasar di masa
depan, para analis sering kali melihat data historis untuk mengestimasikan premi risiko pasar.
Data historis menunjukkan bahwa premi risiko pasar akan mengalami perubahan dari tahun ke
tahun karena berubahnya penghindaran risiko oleh investor, tetapi perubahan ini umumnya hanya
berada pada kisaran 4 hingga 8 persen.

18
Meskipun estimasi historis mungkin dapat menjadi titik awal yang baik untuk
mengestimasikan premi risiko pasar, estimasi tersebut dapat menyesatkan jika sikap investor
terhadap risiko mengalami perubahan yang cukup besar seiring dengan waktu. (Lihat kotak yang
berjudul "Mengestimasikan Premi Risiko Pasar".) Banyak analis berpendapat bahwa premi risiko
pasar telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Jika pendapat ini terbukti benar, premi risiko
pasar akan jauh lebih rendah dari premi yang didasarkan atas data historis.
Premi risiko untuk setiap saham bervariasi dengan cara yang sistematis dari premi risiko
pasar. Misalnya, jika suatu saham risikonya dua kali saham yang lain, maka premi risikonya juga
akan dua kali lebih tinggi. Jika kita mengetahui premi risiko pasar, RPM dan risiko saham yang
diukur berdasarkan koefisien betanya, b, kita dapat mencari premi risiko pasar sebagai hasil dari
(RPM)bi Misalnya, jika beta untuk saham L = 0,5 dan RPM = 5%, maka RP, adalah 2,5 persen.
Premi risiko untuk Saham L = RPL = (RPM)bL

= (5%) (0,5)

= 2,5%
Seperti yang dibahas pada Bab 6, pengembalian yang diminta dari saham secara umum dapat
dinyatakan sebagai berikut.

Pengembalian yang Pengembalian bebas Premi untuk risiko


= =
diminta dari saham risiko saham

Di sini, pengembalian bebas risiko termasuk premi untuk perkiraan inflasi. Jika kita berasumsi
bahwa saham yang diperhitungkan memiliki waktu jatuh tempo dan likuiditas yang sama, maka
pengembalian yang diminta dari Saham L dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Garis
Pasar Efek (Security Market Line-SML).
Persamaan SML:

19
Jika Saham H memiliki by 2 sehingga lebih berisiko daripada Saham L, maka tingkat
pengembalian yang diminta adalah 16 persen:
rH=6% + (5%) 2 = 16%

Saham rata-rata, dengan b = 1, akan memiliki tingkat pengembalian yang diminta sebesar
11 persen, sama dengan pengembalian pasar:

rA=6% +(5%) 1 = 11% = rM

Persamaan SML digambarkan dalam Gambar 8-8 menggunakan data di bawah grafik untuk
Saham L, A, dan H dan dengan asumsi tgp = 6% dan гM = 11%. Perhatikan hal-hal berikut ini.

1. Tingkat pengembalian yang diminta disajikan pada sumbu vertikal, sedangkan risiko
yang diukur oleh beta disajikan pada sumbu horizontal. Grafik ini berbeda dari grafik
yang disajikan dalam Gambar 8-7, di mana kita menghitung beta. Di grafik
sebelumnya, pengembalian saham individual digambarkan pada sumbu vertikal, dan
pengembalian dari indeks pasar disajikan pada sumbu horizontal. Nilai beta ditemukan
di Gambar 8.7 itu digambarkan sebagai titik-titik pada sumbu horizontal yang dalam
Gambar 8-8..
2. 2. Efek tanpa risiko memiliki bi = 0; oleh karena itu, rRF = 6,0% digambarkan dalam
Gambar 8-8 sebagai pertemuan garis dengan sumbu vertikal.
3. Kemiringan SML dalam Gambar 8.8 dapat dihitung menggunakan prosedur rise-over
run. Ketika beta naik dari 0 ke 1, pengembalian yang diinginkan bergerak dari 6% ke
11%, atau 5%; sehingga kemiringannya adalah 5%/1,0 = 5%. Jadi, kenaikan 1 unit beta
menyebabkan peningkatan tingkat pengembalian yang diinginkan sebesar 5%,
4. Kemiringan SML mencerminkan derajat penghindaran risiko dalam perekonomian
makin besar rata-rata penghindaran risiko investor, (a) makin curam kemiringan

20
garisnya dan (b) makin besar premi risiko untuk seluruh saham-jadi, makin tinggi
tingkat pengembalian yang diinginkan atas semua saham.

Garis Pasar Efek dan posisi perusahaan di garis tersebut akan berubah dari waktu ke waktu
akibat perubahan tingkat bunga, penghindaran risiko investor, dan nilai beta setiap perusahaan.
Perubahan tersebut akan kita bahas pada bagian-bagian berikut ini.

8.4A DAMPAK INFLASI

Seperti yang telah dibahas pada Bab 6, bunga mencerminkan "biaya sewa" atas uang yang
dipinjam atau harga dari uang. Jadi, FRF adalah harga uang bagi peminjam yang tidak memiliki
risiko. Kita juga melihat bahwa tingkat bebas risiko seperti yang diukur dari tingkat bunga efek
Pemerintah AS disebut sebagai tingkat nominal atau tingkat yang dinyatakan, dan terdiri atas dua
unsur: (1) tingkat pengembalian riil, bebas inflasi, r, dan (2) suatu premi inflasi, (inflation
premium-IP), yang nilainya sama dengan tingkat inflasi yang diantisipasi akan terjadi.21 Jadi, IRF
= r*+ IP. Tingkat bunga riil obligasi pemerintah jangka panjang selama ini berada di kisaran 2
hingga 4 persen dengan nilai mean sekitar 3 persen. Jadi, jika diperkirakan tidak ada inflasi,
obligasi pemerintah jangka panjang akan memberikan pengembalian sekitar 3 persen. Namun,
seiring dengan naiknya tingkat pengembalian yang diharapkan, harus ada premi yang
ditambahkan ke tingkat pengembalian riil bebas risiko untuk memberikan kompensasi kepada
investor atas hilangnya daya beli yang diakibatkan oleh inflasi. Jadi, IRP 6 persen seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 8-10 dapat dilihat sebagai tingkat bunga riil bebas risiko sebesar 3
persen ditambah premi inflasi sebesar 3 persen: IRF = r*+ IP = 3% +3% = 6%.

Jika tingkat perkiraan inflasi naik sebesar 2 persen, menjadi 3% +2% = 5%, ini akan
menyebabkan nilai naik menjadi 8 persen. Perubahan itu disajikan pada Gambar IRF 8-9.
Perhatikan bahwa kenaikan nilai IRF menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat pengembalian dari
seluruh risiko yang berisiko dalam jumlah yang sama; ini dikarenakan terdapat premi inflasi yang
sama di dalam tingkat pengembalian yang diinginkan pada aset tanpa risiko dan dengan risiko.22
Jadi, tingkat pengembalian dari contoh saham rata rata kita, IM naik dari 11 menjadi 13 persen.
Pengembalian efek-efek lain juga akan naik sebesar dua poin persentase. yang berisiko.

8.4.B. PERUBAHAN DALAM PENGHINDARAN RESIKO

21
Kemiringan Garis Pasar Efek (SML) mencerminkan sampai sejauh apa investor menghindari

risiko-makin curam garis, makin besar investor menginginkan kompensasikarena menanggung

risiko. Anggaplah investor bersikap indiferen terhadap risiko, yaitumereka sama sekali bukan

penghindar risiko. Jika rRF sebesar 6 persen, aset yang berisikojuga akan memiliki tingkat

pengembalian sebesar 6 persen. Karena tidak ada penghindaranrisiko maka tidak akan ada premi

risiko. Dalam hal ini, SML akan digambarkan sebagaisuatu garis mendatar. Namun, investor

adalah penghindar risiko sehingga akan ada premirisiko; makin besar penghindaran risiko, makin

curam SML.

8.4.C. PERUBAHAN KOEFISIEN BETA SUATU SAHAM

Seperti yang akan kita lihat dalam buku ini, suatu perusahaan dapat mempengaruhi risiko

pasarnya, sekaligus nilai beta-nya, melalui perubahan konmposisi aset dan perubahan dalam

jumlah utang yang digunakan. Beta suatu perusahaan juga dapat bcrubah karena faktor-faktor

eksternal seperti meningkatnya persaingan dalam industri, berakhirnya masa hak paten, dan lain-

lain. Ketika perubahan seperti ini terjadi, tingkat pcngembalian yang diminta dari suatu

perusahaan juga akan berubah. Sepenti yang akan kita lihat pada Bab 9, hal ini juga akan

memengaruhi harga saham perusahaan. Misalnya, kita lihat Allied Food Products dengan nilai

beta sebesar 1,48. Kini, anggapah terjadi bebcrapa tindakan yang menyebabkan beta Allied naik

dari 1,48 menjadi 2. Jika berlaku kondisi seperti yang digambarkan dalam Garnbar 8-10, tingkat

pengembalian yang diminta dari Allied akan naik dari 13,4 menjadi 16 persen:

r1 = rRF + (rM – rRF)bi

= 6% + (11%-6%)1,48

= 13,4%

menjadi

22
r2 = 6% + (11%-6%)2

= 16%

8.5 BEBERAPA KEKHAWATIRAN TENTANG BETA DAN MODEL PENERAPAN

HARGA ASET MODAL (CAPM)

Model penecapan aset modal (CAPM) bukan sekadar teori abstrak yang diuraikan dalam

buku I teks-rnodel ini memiliki daya carik intuitif yang sangar besar, dan digunakan secara luas

oleh para analis, investor, dan perusahaan. Namun, beberapa studi yang dilakukan belakangan ini

telah meningkackan kekhawatiran tentang validirasnya. Misalnya, studi oleh Eugene Fama dari

University of Chicago dan Kenneth French dari Dartmouth menemukan tidak ada hubungan

hisroris antara pengembalian saham dengan beta pasarnya, mengonfirmasikan pendapat yang

sejak dahulu dipertahankan oleh beberapa profesor dan analis pasar saham.

Sebagai alternatif dari CAPM tradisional, para peneliti dan praktisi sedang mengembangkan

model dengan variabel-variabel yang lebih relevan daripada beta. Model multivariabel ini

memberikan generalisasi yang menarik atas pandangan CAPM tradisional bahwa risiko pasar-

risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi-akan menjadi dasar dari harga aset.

Dalam model-model multivariabel, risiko dianggap disebabkan oleh beberapa faktor yang

berlainan, sementara CAPM mengukur risiko hanya relatif terhadap pengembalian dari portofolio

pasar. Model multivariabei ini mencerminkan langkah ke depan yang penting dan potensial dalam

teori ilmu keuangan. Narnun, mereka juga memiliki beberapa kelemahan ketika direrapkan dalam

praktik. Akibatnya, CAPM dasar tetap menjadi metode yang paling luas penggunaannya dalam

mengestimasikan tingkat pengembalian yang diinginkan atas saham.

8.6 BEBERAPA PEMIKIRAN PENUTUP: DAMPAK BAGI MANAJER PERUSAHAAN

DAN INVESTOR

23
Hubungan antara risiko dan pengembalian merupakain suaru konsep yang penting dan

memiliki berbagai dampak pada manajer perusahaan dan investor. Pada bab-bab sehinjutnya, kita

akan melihat banyaknya waktu yang dihabiskan oleh manajer untuk menilai risiko dan

pengembalian setiap proyeknya. Tentu saja, melihat perhatian mereka akan risiko setiap proyek

ini, wajar jika kita bertanya nengapa kita menghabiskan begitu banyak waktu untuk membahas

tingkat risiko saham. Mengapa kita tidak mengawali dengan melihat tingkat risiko aset usaha,

seperti pabrik dan peralatan? Alasannya adalah bagi manajemen yang tujuan utamanya

memaksimalkan harga saham, pertimbangan paling utama adalah tingkat risiko saham

perusahaan, dan risiko setiap aset fisik yang relevan harus diukur berdasarkan pengaruhnya

terhadap risiko saham menurut investor.

Meskipun konsep-konsep ini sudah pasti memiliki ani penting bagi investor individual

mereka J·uga penting artinya bagi manajer perusahaan. Di bawah ini kami merangkum beberapa

ide penting yang sebaiknya dipertimbangkan oleh setiap investor.

1. Terdapat pertukaran antara risiko dan pengembalian.

2. Diversifikasi sangat penting artinya.

3. Pengembalian nyata adalah hal yang penting.

4. Resiko suatu investasi sering kali bergantung pada lamanya Anda berencana memiliki

investasi tersebut.

5. Meskipun masa lalu dapat memberikan gambaran tentang resiko dan pengembalian

berbagai investasi, tidak ada jaminan bahwa masa lalu akan berulang di masa depan.

24
KESIMPULAN

Pada bab ini, kita telah menjelaskan hubungan antara risiko dan pengembalian. Kita
membahas cara menghitung risiko dan pengembalian untuk setiap aset dan portofolio. Terutama,
kita membedakan antara risiko yang berdiri sendiri dengan risiko dalam konteks portofolio, dan
menjelaskan manfaat dari diversifikasi. Kita juga menjelaskan CAPM, yang menguraikan
bagaimana risiko sebaiknya diukur dan bagaimana risiko akan memengaruhi tingkat
pengembalian. Pada bab-bab berikut, kami akan memberikan Anda alat untuk mengestimasikan
tingkat pengembalian yang_diminta atas saham biasa suatu perusahaan, dan kita akan
menjelaskan bagaimana untuk mencari biaya modal perusahaan. Seperti yang akan Anda lihat,
biaya modal merupakan unsur penting dalam proses penganggaran modal.

25
DAFTAR PUSTAKA
Brigham & Houston. 2020. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

26

Anda mungkin juga menyukai