Anda di halaman 1dari 35

TINGKAT BUNGA DAN OBLIGASI SERTA VALUASINYA

Rangkuman ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, S.E., M.Si., Ak, CA

Disusun Oleh :

Kelompok I

Asyim asy Ari (1708822036)


Aulia Dwi Kumala (1708822042)
Eka irianingsih (1708822057)
Fajri Akbar (1708822019)
Imron Nur Halim (1708822056)

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

PENDAHULUAN............................................................................................................

BAB 6 TINGKAT BUNGA..............................................................................................

6.1 Biaya Bunga.................................................................................................................

6.2 Tingkat Bunga..............................................................................................................

6.3 Faktor Penentu Tingkat Bunga Pasar...........................................................................

6.3.a Tingkat Bunga Riil Bebas Resiko, r*....................................................................

6.3.b Tingkat Bunga Bebas Resiko Nominal, Atau Tingkat Bunga Bebas Risiko
Kuotasi, rRF = r* + IP......................................................................................................

6.3.c Premi Inflasi.........................................................................................................

6.4 Struktur Jangka Waktu Tingkat Bunga........................................................................

6.5 Apa yang Menentukan Bentuk Kurva Imbal Hasil?....................................................

6.6 Menggunakan Kurva Imbal Hasil Untuk Memperkirakan Tingkat Bunga


Masa Depan........................................................................................................................

6.7 Faktor-Faktor Ekonomi Makro Yang Memengaruhi Tingkat Bunga...........................

6.7.a Kebijakan Federal Reserve................................................................................

6.7.b Defisit Atau Surplus Anggaran Pemerintah.......................................................

6.7.c Faktor-Faktor International.................................................................................

6.7.d Aktivitas Bisnis..................................................................................................

6.8 Tingkat Bunga dan Keputusan Bisnis........................................................................

BAB 7 OBLIGASI DAN VALUASINYA......................................................................

7.4 Imbal Hasil Obligasi..................................................................................................

7.4.a Imbal Hasil Saat Jatuh Tempo............................................................................

7.4.b Imbal Hasil Saat Penebusan...............................................................................

i
7.5 Perubahan Nilai Obligasi Seiring Waktu...................................................................

7.6 Obligasi dengan Kupon Setengah Tahunan...............................................................

7.7 Menilai Tingkat Risiko Obligasi................................................................................

7.7.a Risiko Harga.......................................................................................................

7.7.b Risiko Reinvestasi..............................................................................................

7.7.c Membandingkan Risiko Harga dan Risiko Berinvestasi....................................

7.8 Risiko Gagal Bayar....................................................................................................

7.8.a Berbagai Jenis Obligasi Korporasi.....................................................................

7.8.b Peringkat Obligasi..............................................................................................

7.8.c Kebangkrutan dan Reorganisasi.........................................................................

7.9 Pasar Obligasi............................................................................................................

KESIMPULAN ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

ii
PENDAHULUAN

Investasi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kemampuan


untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Investasi dapat diartikan sebagai
komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Pihak-pihak yang melakukan
investasi disebut sebagai investor (Salim, 2010:223). Salah satu pilihan
berinvestasi dapat dilakukan melalui pasar modal. Pasar modal merupakan tempat
untuk melakukan transaksi jual beli berbagai jenis instrumen keuangan jangka
panjang, baik dalam bentuk hutang maupun ekuitas (saham) instrumen derivatif
serta instrument lainnya. Sistem perekonomian pasar modal memiliki dua fungsi
yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi dalam hal ini yaitu
pasar modal yang menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang
memiliki kelebihan dana (lender) kepada pihak yang memerlukan dana
(borrower) untuk pembiayaan investasi. Ketika menginvestasi dananya, lender
mengharapkan adanya imbalan atau keuntungan dari dana yang telah dikeluarkan.
Sedangkan bagi borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk
pengembangan usaha tanpa menunggu dana dari hasil operasi (Hartono, 2017).
Ekspektasi investor dalam berinvestasi saham selain menjadi pemilik suatu
perusahaan dengan proporsional kepemilikian tertentu, saham yang ditanamkan
tersebut diharapkan mampu memberikan tingkat pengembalian atau return
tertentu (Kristiana dan Sriwidodo, 2012).

Ada berbagai macam bentuk instrumen atau sekuritas di pasar modal yang
dapat dijadikan alternatif sarana berinvestasi bagi perusahaan atau investor salah
satunya adalah melalui obligasi. Bagi investor obligasi bisa menjadi salah satu
jenis aset yang cukup menarik dikarenakan obligasi mampu memberikan
pendapatan tetap bagi investor, pendapatan tetap ini dikarenakan obligasi
memberikan tingkat kupon yang sama hingga jatuh tempo pada saat penerbitan
obligasi.

Obligasi merupakan surat utang jangka panjang atau menengah, yang


dapat dipindahtangankan dan berisi janji dari pihak yang menerbitkan obligasi,
untuk membayar imbalan berupa bunga atau kupon pada periode tertentu, serta

iii
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.

Obligasi dapat diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan. Obligasi


yang diterbitkan pemerintah disebut government bond. Sedangkan obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan disebut obligasi korporasi (corporate bond).
Penerbitan obligasi korporasi diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan akan dana
perusahaan, baik itu untuk melakukan ekspansi ataupun memenuhi kebutuhan
keuangan perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pendapatan
atas return yang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan sebagai yield,
yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk
dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor
harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi. Sehingga diketahui adanya
yield yang diharapkan oleh investor sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian
tahunan yang akan diterima.

Sebagai suatu instrumen investasi, perubahan yield (tingkat hasil) obligasi


yang diperoleh investor akan berubah seiring berjalannya waktu. Dalam
menentukan yield obligasi ada beberapa ukuran yield yang dapat digunakan yaitu
nominal yield, current yield, yield to maturity (YTM), yield to call, dan realized
yield.

iv
BAB 6

TINGKAT BUNGA

6.1 Biaya Uang


Tingkat suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk meminjam modal
utang. Dengan modal ekuitas, para investor berharap akan menerima dividen
dan keuntungan modal, yang jumlah keduanya merupakan biaya dari ekuitas
uang. Faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan modal investasi,
yaitu biaya uang (cost of money).
Empat faktor paling mendasar yang mempengaruhi biaya uang diantaranya
adalah:
1. Peluang Produksi (Production Oportinities)
Peluang investasi pada aset produktif (penghasil kas),
2. Preferensi Waktu Konsumsi (Time Preference for Consumtion)
Preferensi konsumen untuk konsumsi saat ini dibandingkan dengan
penghematan konsumsi masa depan
3. Risiko (Risk)
Dalam konteks pasar keuangan, peluang suatu investasi memberikan imbal
hasil yang rendah atau negatif.
4. Inflasi (Inflation)
Jumlah kenaikan harga dari waktu ke waktu.
6.2 Tingkat Bunga
Tingkat suku bunga pada umumnya sangat ditentu-kan oleh pasar
(demand & supply), bila permintaan akan dana menurun, maka kurva
permintaan akan bergeser ke kiri dan tingkat suku bunga akan menurun, atau
sebaliknya.
Tingkat suku bunga juga dipengaruhi oleh tingkat risiko. Bila sekuritas
berisiko tinggi maka tingkat suku bunganya juga biasanya tinggi atau
sebaliknya bila sekuritas tsb berisiko rendah, biasanya tingkat suku bunganya
juga rendah.
Namun Ada kalanya pemerintah (setiap negara) memberikan tingkat bunga
pinjaman lebih rendah kepada usaha kecil, minoritas tertentu, perusahaan

1
yang bersedia membangun pabrik di area-area yang tingkat pengangguran
tinggi dan lain sebagainya.

Gambar 5.1
Garis Waktu Anuitas

6.3 Faktor Penentu Tingkat Bunga Pasar


Secara umum, tingkat suku bunga tercatat (nominal) dari sekuritas
utang, r, adalah sebagai berikut:
Tingkat bunga kuotasi = r = r* + IP + DRP +LP + MRP
r = Tingkat suku bunga tercatat, atau nominal dari sekuritas tertentu.
Terdapat banyak jenis sekuritas yang berbeda, sehingga akan
banyak terdapat tingkat suku bunga tercatat yang berbeda.
r* = Tingkat suku bunga bebas risiko riil, yaitu tingkat suku bunga
yang akan dihasilkan oleh sekuritas bebas risiko jika
diekspektasikan angka inflasi adalah nihil.
rRF = r* + IP, adalah tingkat suku bunga bebas risiko yang tercatat
sebagai sekuritas, seperti surat utang AS yang sangat likuid dan
juga bebas dari kebanyakan risiko. Perhatikan bahwa kRF telah
memasukkan unsur premi untuk inflasi yang diekspektasikan
akan terjadi, karena rRF = r* + IP.

2
IP = Premi inflasi (inflation premium). IP adalah sama dengan rata-
rata inflasi yang diekspektasikan selama usia sekuritas tersebut.
Tingkat inflasi yang diekspektasikan di masa depan tidaklah
harus selalu sama dgn tingkat inflasi saat ini, sehingga IP juga
tidaklah harus selalu sama dengan IP saat ini.
DRP = Premi risiko gagal bayar (default risk premium) Premi ini
mencerminkan adanya kemungkinan dari pihak penerbit
(emiten) untuk tidak membayar bunga atau pokoknya pada
waktu dan jumlah yang telah ditentukan. DRP biasanya adalah
nol untuk sekuritas pemerintah, tetapi akan meningkat seiring
dengan meningkatnya tingkat risiko emiten yang bersangkutan.
LP = Premi likuiditas (liquidity premium), atau kemampuan untuk
dipasarkan (marketable). Premi ini merupakan premi yang
dibebankan oleh pemberi pinjaman untuk mencerminkan adanya
fakta bahwa beberapa sekuritas tidak dapat dikonversikan
menjadi uang tunai dalam waktu yang singkat & harga yang
wajar. LP biasanya sangat rendah untuk sekuritas pemerintah
dan perusahaan besar yang kuat. Tetapi relatif tinggi pada
sekuritas yang dikeluarkan oleh perusahaan yang sangat kecil.
6.3.A. Tingkat Bunga Riil Bebas Resiko, r*
Tingkat bunga riil bebas risiko (real risk-free rate of interest), r*, merupakan
tingkat bunga yang akan diberikan oleh efek tanpa risiko jika tidak
diperkirakan terjadi inflasi.. Ini juga dapat dilihat sebagai tingkat bunga atas
efek pemerintah jangka pendek dalam suatu dunia bebas inflasi. Tingkat
bunga rill bebas risiko tidak statis. Tingkat ini akan berubah sepanjang waktu
bergantung pada kondisi perekonomian khususnya:
1. Pada tingkat imbal hasil yang diharapkan akan diterima oleh perusahaan
dan peminjam lainnya atas aset produktif.
2. Pada preferesi waktu seseorang untuk melakukan kosumsi saat ini atau
masa depan.
Imbal Hasil yang diharapkan oleh peminjam atas aset riil menjadi batas atas
jumlah yang mampu di bayar oleh peminjam untuk dana itu.

3
6.3.B. Tingkat Bunga Bebas Resiko Nominal, Atau Tingkat Bunga Bebas Risiko
Kuotasi, rRF = r* + IP
Tingkat bunga bebas risiko nominal atau kuotasi (nominal or quoted , risk
free rate of interest) rRF adalah Tingkat bunga riil bebas risiko ditambah premi
untuk inflasi yang diharapkan : rRF = r* + IP . Agar benar – benar tepat suku
bunga bebas risiko berarti tingkat bunga atas efek yang benar – benar bebas
resiko – efek yang tidak memiliki resiko gagal bayar, resiko jatuh tempo,
resiko likuiditas, risiko kerugian jika inflasi meningkat dan jenis – jenis
resiko lainnya.
6.3.C. Premi Inflasi
Premi inflasi adalah premi yang jumlahnya sama dengan inflasi yang
diharapkan infestor dengan menambah tingkat imbal hasil bebas resiko riil.
Tingkat bunga aktual atas efek pemerintah bebas bayar jangka pendek, r T – bill
Akan menjadi tingkat bunga bebas risiko riil, r*, ditambah premi inflasi (IP):
rT – bill = rRF = r* + IP
Tinkat inflasi yang terdapat dalam tingkat bunga, bukan tingkat yang dialami
pada masa lalu. Tingkat inflasi yang tercermin didalam tingkat bunga kuotasi
pada setiap efek merupakan rata -rata tingkat inflasi yang diharapkan selama
umur efek tersebut.
6.4 Struktur Jangka Waktu Tingkat Bunga
Struktur jangka waktu tingkat bunga (term structure of interest rates)
menjelaskan hubungan antara tingkat bunga jangka panjang dan jangka
pendek. Struktur jangka waktu penting bagi perusahaan dalam memutuskan
apakah meminjam dengan menerbitkan utang jangka panjang atau jangka
pendek, dan bagi investor dalam memutuskan apakah membeli obligasi jangka
panjang atau jangka pendek.
Misalnya, bagian tabel pada Gambar 6.4 menyajikan tingkat bunga untuk
jatuh tempo yang berbeda pada tiga tanggal yang berbeda.
Kurva Imbal Hasil (Yield Curve) adalah grafik yang menunjukkan
hubungan antara imbal-hasil obligasi dan jatuh temponya.

4
Seperti yang ditunjukkan pada gambar, kurva imbal hasil dapat berubah
dalam posisi dan kemiringan (slope) dari waktu ke waktu. Pada Maret 1980,
tingkat bunga cukup tinggi karena diperkirakan inflasi akan tinggi. Namun,
tingkat inflasi yang diharapkan akan turun sehingga tingkat bunga jangka
pendek lebih tinggi daripada jangka panjang dan kurva imbal hasil akan
miring ke bawah.

Gambar 6.4

Jangka Waktu Tingkat Bunga


Sampai Maret
Februari 2000 April 2014
Jatuh Tempo 1990
1 tahun 14,0% 6,2% 0,1%
5 tahun 13,5% 6,7% 1,7%
10 tahun 12,8% 6,7% 2,7%
30 tahun 12,3% 6,3% 3,5%
Gambar 6.4

6.5 Apa yang Menentukan Bentuk Kurva Imbal Hasil?

Imbal hasil untuk obligasi pemerintah yang jatuh tempo dalam t tahun
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Imbal Hasil Obligasi Pemerintah = r*t + IPt + MRPt [6.2]
Meskipun tingkat bunga bebas risiko riil, r*, bervariasi dari waktu ke
waktu karena perubahan perekonomian dan demografi, perubahan ini bersifat

5
acak dan dapat diprediksi. Oleh karena itu, prakiraan terbaik untuk nilai masa
depan sebesar r* adalah nilai saat ini.

Gambar 6.5
Bagian a dari Gambar 6.5 menunjukkan kurva imbal hasil obligasi
pemerintah ketika inflasi diperkirakan akan naik. Pada bagian ini, obligasi
jangka panjang memiliki imbal hasil yang lebih tinggi karena dua alasan: (1)
inflasi diperkirakan akan lebih tinggi di masa depan, dan (2) terdapat premi
risiko jatuh tempo yang positif. Bagian b menunjukkan kurva imbal hasil
ketika inflasi diperkirakan akan turun.
Sekarang, pertimbangkan kurva imbal hasil untuk obligasi korporasi.
Obligasi korporasi memasukkan premi risiko gagal bayar (DRP) dan premi
likuiditas (LP). Oleh karena itu, imbal hasil atas obligasi korporasi yang jatuh
tempo dalam t tahun dapar dinyatakan sebagai berikut:
Imbal Hasil Obligasi Korporasi = r*t, + IPt + MRPt + DRPt + LPt [6.3]
Dengan membandingkan imbal hasil obligasi pemerintah pada Persamaan
6.2 dengan imbal hasil obligasi perusahan pada Persamaan 6.3, kita dapat
menghitung spread imbal hasil obligasi korporasi:
Spread Imbal Hasil Obligasi Korporasi = Imbal hasil obligasi korporasi

Imbal hasil obligasi pemerintah

= DRPt + LPt

6
HUBUNGAN ANTARA INFLASI YANG DIPERKIRAKAN DENGAN
TINGKAT BUNGA
Hubungan antara inflasi yang diharapkan dan tingkat bunga bebas risiko
nominal, r*, kita menggunakan persamaan sebagai berikut:
rRF = r* + IP
Ingat kembali bahwa r* merupakan tingkat bunga bebas risiko riil, dan IP
adalah premi inflasi yang terkait. Persamaan ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan sederhana antara inflasi yang diharapkan dan tingkat bunga
nominal. Kita dapat mengetahui bahwa tingkat bunga nominal selama satu
tahun dapat dihitung sebagai berikut:
rRF = (1 + r*) (1 + IP) – 1
= (1,03) (1,05) – 1 = 0,0815 = 8,15%
Perhitungan tersebut dapat ditulis kembali sebagai berikut:
rRF = r* + IP + (r* x IP)
Persamaan ini identik dengan persamaan awal untuk tingkat bunga bebas
risiko nominal, kecuali bahwa itu memasukkan “cross-term” yaitu r* x IP.
Ketika tingkat bunga riil dan inflasi yang diharapkan relatif rendah, nilai
cross-term berubah menjadi sangat kecil sehingga sering diabaikan.

6.6 Menggunakan Kurva Imbal Hasil Untuk Memperkirakan Tingkat Bunga


Masa Depan

Untuk mengilustrasikan teori harapan murni, asumsikan bahwa obligasi


pemerintah-1 tahun saat ini memberikan imbal hasil 5,00%, dan obligasi
pemerintah-2 tahun memberikan imbal hasil 5,50%. Investor yang ingin
berinvestasi selama 2 tahun memiliki dua opsi utama:

Opsi 1: Membeli obligasi bertenor 2 tahun dan memilikinya selama 2


tahun.

Opsi 2: Membeli obligasi bertenor 1 tahun, memilikinya selama 1 tahun


dan

pada akhir tahun menginvestasikan kembali dalam obligasi


bertenor 1 tahun.

7
Apabila investor memilih Opsi 1, untuk setiap dana yang diinvestasikan
hari ini, mereka akan memiliki akumulasi dana sebesar $1,113025 pada akhir
tahun ke-2.

Dana pada Akhir Tahun ke-2 = $1 x (1,055)2 = $1,113025

Apabila investor memilih Opsi 2, dana akhirnya akan sama, tetapi


persamaannya digunakan untuk menemukan jumlah akhir:

Dana pada Akhir Tahun ke-2 = $1 x (1,05) x (1 + X)

Di sini, X adalah tingkat bunga yang diharapkan atas obligasi pemerintah


bertenor 1 tahun, satu tahun dari saat ini.

Apabila teori harapan benar, masing-masing opsi akan memberikan jumlah


dana yang sama pada akhir tahun ke-2, yang menunjukkan sebagai berikut:

(1,05) (1 + X) = (1,055)2

Dapat disusun kembali persamaan ini dan memperoleh nilai X:

1 + X = (1,055)2 / 1,05

= (1,055)2 / 1,05 – 1 = 0,0600238 = 6,00238%

Asumsikan bahwa kurva imbal hasil terlihat sebagai berikut;

Obligasi pemerintah 1-tahun: 5,00%

Obligasi pemerintah 2-tahun: 5,50%

Obligasi pemerintah 4-tahun: 6,25%

Seorang investor ingin membeli obligasi 1-tahun pada hari ini, dan
kemudian akan berinvestasi pada obligasi 3-tahun, satu tahun dari sekarang.
Berapa imbal hasil yang diharapkan investor untuk mendapatkan obligasi 3-
tahun, satu tahun dari sekarang? Berikut penyusunan persamaannya:

(1,0625)4 = (1,05) x (1 + X)3

(1,0625)4 / 1,05 = (1 + X)3

1,213742 = (1 + X)3

8
(1,21374)1/3 = 1 + X

1,0667 = 1 + X, jadi X = 6,67%

Satu tahun dari sekarang, investor akan mengharapkan untuk memperoleh


imbal hasil sebesar 6,67% selama tiga tahun untuk obligasi 3-tahun. Perhatikan
bahwa investor tersebut berharap untuk memperoleh imbal hasil yang sama
jika menginvestasikan obligasi 4-tahun saat ini seperti ia menginvestasikan
obligasi 1-tahun saat ini, dan kemudian menginvesrasikan obligasi 3-tahun,
satu tahun dari sekarang.

Sekarang asumsikan bahwa premi risiko jatuh tempo atas obligasi 2 tahun
adalah 0,20% dan nol untuk obligasi 1 tahun. Premi ini berarti bahwa dalam
ekuilibrium, imbal hasil tahunan yang diharapkan atas obligasi 2 tahun (5,50
persen) menjadi 0,20 persen lebih tinggi daripada imbal hasil yang diharapkan
atas seri dua obligasi 1 tahun (5,00 persen dan X persen). Jadi, imbal hasil yang
diharapkan

Imbah Hasil Yang Diharapkan dari Seri Obligasi 2 Tahun:

= Tingkat Bunga pada Obligasi 2 Tahun – MRP

= 0,055 – 0,002 = 0,053 = 5,30%

Imbal hasil yang diharapkan tahunan dari seri dua obligasi 1 tahun dapat
dinyatakan sebagai berikut, di mana X adalah tingkat bunga obligasi 1 tahun
pada tahun depan:

(1,05) (1 + X) = (1 + imbal hasil yang diharapkan atas seri obligasi 2


tahun)2 = (1,053)2

1,05X = (1,053)2 – 1,05

0,0588090
X = = 0,0560086 = 5,60086%
1,05

Dalam kondisi ini, ekuilibrium mensyaratkan bahwa pelaku pasar


mengharapkan tingkat bunga obligasi 1-tahun pada tahun depan menjadi
5,60086 persen.

9
6.7 Faktor-Faktor Ekonomi Makro Yang Memengaruhi Tingkat Bunga

Beberapa faktor ekonomi makro dapat memengaruhi satu atau lebih


komponen ini, sehingga faktor ekonomi makro berdampak penting terhadap
tingkat bunga umum dan bentuk kurva imbal hasil. Faktor-faktor utama
tersebut adalah (1) kebijakan Federal Reserve, (2) anggaran pemerintah yang
defisit atau surplus, (3) faktor-faktor internasional, termasuk neraca
perdagangan luar negeri dan tingkat bunga di negara lain dan (4) tingkat
aktivitas bisnis.

6-7a Kebijakan Federal Reserve

Jika Federal Reserve ingin merangsang perekonomian, mereka akan


meningkatkan jumlah uang beredar. Federal Reserve akan membeli dan
menjual efek jangka pendek sehingga dampak awal dari pelonggaran moneter
ini adalah menurunnya tingkat bunga jangka pendek. Namun, jumlah uang
beredar yang besar juga dapat menyebabkan kenaikan inflasi di masa depan,
sehingga mendorong naiknya tingkat bunga jangka panjang meskipun bunga
jangka pendek turun. Sebaliknya akan terjadi apabila Federal Reserve
mengetatkan jumlah uang yang beredar. Tugas mereka adalah untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga tingkat inflasi.

6.7b Defisit Atau Surplus Anggaran Pemerintah

Jika belanja pemerintah lebih besar dibandingkan penerimaan pajak maka


anggaran pemerintah akan mengalami defisit dan harus ditutup dengan
pinjaman tambahan (menjual obligasi pemerintah lebih banyak) atau dengan
mencetak uang. Jika pemerintah melakukan peminjaman, hal ini akan
meningkatkan permintaan atas dana sehingga mendorong kenaikan tingkat
bunga. Jika pemerintah mencetak uang, investor yakin bahwa “jumlah barang
yang sama dibeli dengan uang yang lebih besar,” sehingga hasilnya adalah
kenaikan inflasi yang selanjutnya akan menaikkan tingkat bunga. Jadi, jika hal
lain dianggap konstan, makin besar defisit pemerintah, makin tinggi tingkat
bunganya.

6.7c Faktor-Faktor International

10
Jika kita membeli lebih banyak daripada menjual (yaitu, jika kita lebih
banyak mengimpor daripada mengekspor), kita mengalami defisit perdagangan
luar negeri (foreign trade deficit). Ketika defisit perdagangan terjadi, defisit
tersebut harus didanai dan ini umumnya berarti pinjaman dari negara-negara
yang mengalami surplus ekspor.

6.7d. Aktivitas Bisnis

Pada gambar 6-2 kita dapat meliat bagaimana bisnis mempengaruhi tingkat
bunga, sebgai berikut :

1. Kenaikan inflasi dari tahun 1972 hingga 1981 terdapat kecenderungan


tingkat bunga yang lebih tinggi, namun sejak puncaknya 1981
kecenderungan yang terjadi ialah penurunan tingkat bunga.
2. Area yang terarsir dalam grafik menunjukan resesi dimana pada masa itu :
a. Permintaan uang dan tingkat inflasi cendrung akan turun
b. Federal reserve cenderung akan meningkatkan jumlah uang yang
beredar sebagai usaha untuk merangsang perekonimian.
Akibatnya, ada kecendrungan penurunan tingkat bunga selama masa
resesi.

3. Selama masa resesi, penurunan tingkat bunga jangka pendek terjadi lebih
tajam dibandingkan tingkat bunga jangka panjang.

6.8 Tingkat Bunga dan Keputusan Bisnis

Perusahaan sangat memeperhatikan tingkat bunga dan bentuk kurva imbal


hasil ketika membuat keputusan bisnis yang penting.Misalnya ledy edege co.
sedang mempertingkan pabrik baru dengan umur produktif 30 tahun dan
menghabiskan biaya 1 juta dolar, dan perusaahan tersebut berencana
memperoleh satu juta dolar dari pinjaman, daripada menerbitkan saham baru.
Pada saat keputusan itu dibuat, perusahaan menghadapi kurva imbal hasil
miring ke atas. Apabila perusahaan melakukan pinjaman jangka pendek dari
bank, misalnya 1 tahun biaya bunga tahunanya hanya 1,0% atau 10 ribu dolar.
Sebaliknya, apabila perusahaan mengeluarkan obligasi jangka panjang maka

11
biaya tahunanya adalah sebesar 4,0% atau 40 ribu dolar. Oleh karena itu, ledy
edege co mengunkan hutang jangka pendek.

Namun, keputusan tersebut dapat terbukti menjadi keputusan yang salah.


Apabila ledy edege mengunakan utang jangka pendek, perusahaan harus
memperpanjang pinjaman setiap tahunya, dan tariff yang dibebankan untuk
setiap pinjaman baru akan mencerminkan tingkat bunga jangka pendek terkini.

BAB 7

OBLIGASI DAN VALUASINYA

Dalam grafik diatas harga naik, secara umum ketika tingkat bunga berlaku
turun dibawah tingkat kupon, harga obligasi tingkat bunga tetap akan naik
diatas nilai parinya. Ini disebut sebagai obligasi premium (premium bond)
situasinya sebagai berikut :

Rd = tinkat kupon, obligasi dengan suku bunga tetap dijual pada nilai
pari; disebut obligasi nilai pari (par bond)

Rd> tingkat kupon, obligasi dengan suku bunga tetap dijual dibawah nilai
pari; disebut obligasi diskon.

Rd < tingkat kupon, obligasi bunga- tetap dijual diatas nilai pari, disebut
obligasi premium.

7.4 Imbal Hasil Obligasi

12
Jika Anda melihat tabel bursa obligasi di The Wall Street Journal atau
lembar harga yang diberikan oleh dealer obligasi, Anda umumnya akan melihat
informasi berkaitan dengan tanggal jatuh tempo, harga, dan tingkat bunga kupon
setiap obligasi. Anda juga akan melihat imbal hasil obligasi yang dilaporkan.
Berbeda dengan tingkat bunga kupon yang nilainya tetap, imbal hasil obligasi
yang dilaporkan akan bervariasi dari hari ke hari. bergantung pada kondisi pasar
saat itu.

Hal yang lebih penting, imbal hasil obligasi harus memberikan perkiraan
tingkat bunga imbal hasil yang akan diperoleh apabila kita membeli obligasi saat
ini dan memilikinya selama jangka waktu obligasi tersebut. Apabila obligasi tidak
dapat ditarik (not callable), sisa waktunya adalah jangka waktu jatuh tempo.
Apabila obligasi itu dapat ditarik, sisa waktunya adalah jangka waktu hingga jatuh
tempo apabila tidak dapat ditarik, atau jangka waktu hingga penarikan apabila
dapat ditarik. Bagian berikutnya akan menjelaskan cara yang digunakan untuk
menghitung kedua kemungkinan imbal hasil tersebut serta imbal hasil mana yang
akan diperoleh investor.

7-4A Imbal Hasil Saat Jatuh Tempo

Asumsikan Anda ditawari obligasi 14 tahun dengan kupon tahunan 10


persen dan nilai pari $1.000 seharga $1.494,93. Berapa tingkat bunga yang akan
Anda terima atas investasi Anda jika Anda membeli dan memiliki obligasi
tersebut hingga jatuh tempo? Tingkat ini disebut sebagai imbal hasil saat jatuh
tempo (yield to maturity-YTM) obligasi tersebut, dan ini merupakan tingkat
bunga yang biasanya dibahas oleh investor ketika mereka berbicara tentang
tingkat imbal hasil dan tingkat yang dilaporkan oleh The Wall Street Journal.
Untuk menghitung YTM, yang Anda butuhkan adalah mencari Persamaan 7-1
seperti berikut:

13
Anda dapat mengganti nilai t, sampai akhirnya menemukan satu nilai yang
"tepat dan menghasilkan jumlah PV di sisi sebelah kanan persamaan, menjadi
sama dengan $1.494,93. Namun, menghitung rd = YTM dengan cara coba-coba
akan menjadi suatu proses yang lama dan memerlukan banyak waktu. Seperti
yang mungkin sudah Anda duga, akan lebih mudah jika kita menggunakan
kalkulator finansial.

Anda hanya perlu memasukkan N = 14, PV = -1404,93, pmt = 100, dan FV = 100
kemudian menekan tombol I/YR. Jawabannya yaitu 5%

Imbal hasil saat jatuh tempo juga dapat dilihat sebagai tingkat
pengembalian yang dijanjikan, yaitu pengembalian yang akan diterima oleh
investor jika seluruh pembayaran yang dijanjikan terlaksana. Namun, imbal hasil
hingga jatuh tempo akan sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan
hanya jika (1) probabilitas gagal bayar adalah nol dan (2) obligasi tidak dapat
ditebus. Jika terdapat risiko gagal bayar atau jika obligasi dapat ditebus, maka
terdapat kemungkinan bahwa pembayaran yang dijanjikan sampai jatuh tempo
tidak akan diterima. Dalam hal ini, imbal hasil saat jatuh tempo yang dihitung
akan melebihi imbal hasil yang diharapkan.

Perlu dicatat pula bahwa imbal hasil saat jatuh tempo akan berubah ketika
tingkat bunga dalam perekonomian mengalami perubahan, di mana hal ini terjadi
hampir setiap hari.

7-4B Imbal Hasil Saat Penebusan

Jika Anda membeli obligasi yang dapat ditebus, kemudian perusahaan


membelinya kembali, Anda tidak akan memiliki pilihan untuk menahannya
hingga obligasi tersebut jatuh tempo. Oleh karena itu, Anda tidak dapat
memperoleh imbal hasil saat jatuh tempo. Misalnya, jika kupon obligasi 10 persen
milik Allied dapat ditebus, dan jika tingkat bunga turun dari 10 persen menjadi 5

14
persen, maka perusahaan dapat menebus obligasi 10 persen tersebut,
menggantikannya dengan obligasi 5 persen, sehingga menghemat $100-$50 $50
bunga per obligasi per tahun. Hal ini akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan, tetapi tidak bagi para pemegang obligasinya.

Jika tingkat bunga saat ini jauh di bawah tingkat kupon obligasi yang
beredar, obligasi yang dapat ditebus kemungkinan besar akan ditebus dan investor
akan memperkirakan tingkat imbal hasil yang diharapkan sebagai imbal hasil saat
penebusan Imbal Hasil (yield to call/YTC), dan bukan imbal hasil saat jatuh
tempo. Untuk menghitung YTC, Penebusan kita memodifikasi Persamaan 7-1,
menggunakan jumlah tahun penebusan sebagai N dan harga penebusan sebagai
nilai jatuh tempo, bukan harga pada saat jatuh tempo sebagai Tingkat in
pembayaran, Berikut adalah persamaan yang dimodifikasi.

Di sini, N adalah jumlah tahun sampai perusahaan dapat menebus obligasi. Harga
penebusan merupakan harga yang harus dibayarkan oleh perusahaan agar dapat
menebus obligasi (harga ini sering disamakan dengan nilai pari ditambah bunga
selama satu tahun); dan r, adalah YTC.

Sebagai ilustrasi, obligasi Allied memiliki ketentuan yang memungkinkan


perusahaan, jika diinginkan, untuk menebus obligasi 10 tahun setelah tanggal
emisi pada harga sebesar $1.100. Kemudian, diumpamakan tingkat bunga
menurun, dan satu tahun setelah penerbitan, tingkat bunga yang berlaku telah
turun sehingga menyebabkan harga naik menjadi $1.494,93. Berikut adalah alur
waktu dan pengaturan untuk menghitung YTC obligasi dengan menggunakan
kalkulator finansial.

15
Nilai YTC adalah 4,21 persen-imbai hasil yang akan Anda terima jika
Anda membeli obligasi Allied pada harga $1.494,93 dan obligasi tersebut ditebus
sembilan tahun dari sekarang. (Obligasi tidak dapat ditebus sampai 10 tahun
setelah penerbitannya. Satu tahun telah berlalu, sehingga masih tersisa 9 tahun
sampai tanggal penebusan yang pertama.

Suatu perusahaan cenderung akan menebus obligasinya apabila mereka


dapat mengganti surat utang dengan tingkat bunga tinggi dengan yang lebih
murah. Sehingga, obligasi kemungkinan besar akan ditebus apabila harganya di
atas nilai pari-karena harga di atas nilai pari berarti bahwa suku bunga pasar yang
sedang berjalan (imbal hasil saat jatuh tempo) lebih kecil daripada suku bunga
kupon.

7.5 Perubahan Nilai Obligasi Seiring Waktu

Ketika kupon obligasi diterbitkan, kupon itu biasanya ditentukan pada


suatu tingkat bunga yang mengakibatkan harga pasar obligasi sama dengan nilai
parinya. Jika ditentukan tingkat kupon yang lebih rendah, investor tidak akan
bersedia membayar $1.000 untuk obligasi tersebut. Sementara itu, jika ditentukan
tingkat kupon yang lebih tinggi, investor akan memperebutkan dan memberikan
penawaran harga di atas $1.000. Para bankir investasi dapat menilai dengan cukup
akurat tingkat kupon yang dapat mengakibatkan obligasi dijual pada nilai pari
$1.000

Obligasi yang disebut baru diterbitkan dikenal dengan sebutan emisi baru
(new issue). Setelah diterbitkan, obligasi itu disebut obligasi beredar (outstanding
bond), atau juga emisi lama (seasoned issue). Obligasi yang baru diterbitkan

16
umumnya dijual pada harga yang sangat mendekati nilai parinya, sementara harga
obligasi beredar sangat bervariasi dibandingkan dengan nilai parinya. Kecuali
pada obligasi dengan tingkat bunga mengambang, pembayaran kupon adalah
konstan. Jadi, ketika kondisi perekonomian berubah, obligasi dengan kupon $100
yang terjual pada nilai pari $1.000 saat diterbitkan akan dijual lebih tinggi atau
lebih rendah dari $1.000.

Di antara obligasi yang masih beredar, saat ini Allied memiliki tiga emisi
semuanya akan jatuh tempo dalam waktu 15 tahun.

● Allied baru saja menerbitkan obligasi 15-tahun dengan tingkat kupon


tahunan 10 persen. Obligasi ini diterbitkan pada nilai parinya, artinya
tingkat bunga pasar atas obligasi juga akan sebesar 10 persen. Oleh karena
tingkat kupon sama dengan tingkat bunga pasar, maka obligasi ini akan
diperjualbelikan sebesar nilai parinya yaitu $1.000.

● Lima tahun lalu, Allied menerbitkan obligasi 20-tahun dengan tingkat


kupon 7 persen. Saat ini, obligasi tersebut memiliki waktu 15 tahun yang
tersisa hingga jatuh tempo. Obligasi ini awalnya diterbitkan pada nilai
pari, yang artinya 5 tahun lalu obligasi ini pertama kali diterbitkan, tingkat
bunga pasar adalah 7 persen. Saat ini, tingkat kupon obligasi kurang dari
suku bunga pasar, 10 persen, sehingga obligasi ini dijual dengan diskon.
Dengan menggunakan kalkulator finansial atau spreadsheet, kita dapat
menghitung dengan cepat bahwa obligasi tersebut memiliki harga sebesar
$771,82 (lakukan pengaturan ini: N = 15, I/YR = 10, PMT = 70, FV =
1000, dan carilah PV untuk mendapatkan harganya).

● Sepuluh tahun lalu, Allied menerbitkan obligasi 25 tahun dengan tingkat


kupon sebesar 13 persen. Saat ini, obligasi tersebut memiliki sisa waktu 15
tahun sampai jatuh tempo. Awalnya, obligasi ini diterbitkan pada nilai pari.
Artinya, 10 tahun lalu, tingkat bunga pasar seharusnya adalah 13 persen.
Oleh karena tingkat kupon atas obligasi ini lebih besar daripada tingkat
bunga pasar yang berlaku, obligasi dijual dengan premium. Dengan
menggunakan kalkulator finansial atau spreadsheet, kita dapat menghitung
harganya sebesar $1.228,18. (lakukan pengaturan ini: N = 15, I/YR = 10,

17
PMT = 130, dan FV = 1000, serta hitunglah PV untuk mengetahui
harganya).

Masing-masing dari ketiga obligasi ini memiliki waktu jatuh tempo 15


tahun; ketiganya memiliki risiko kredit yang sama sehingga masing-masing
memiliki suku bunga pasar yang sama, yaitu 10 persen; Namun, obligasi-obligasi
tersebut memiliki harga berbeda karena tingkat kupon yang berbeda.

Tabel 7-1 juga menunjukkan imbal hasil saat ini (yaitu, tingkat bunga
kupon dibagi dengan harga obligasi), imbal hasil keuntungan modal, dan total
imbal hasil selama ini. Imbal hasil keuntungan modal setiap tahun dihitung dari
perubahan harga obligasi tahunan dibagi dengan harga awal tahun. Misalnya, jika
obligasi dijual seharga $1.000 pada awal tahun dan $1.035 pada akhir tahun, maka
imbal hasil keuntungan modalnya untuk tahun tersebut adalah $35/$1.000 -3,5
persen. (Jika obligasi dijual dengan premium, maka harganya lama kelamaan akan
turun, dan imbal hasil keuntungan modal akan negatif, tetapi ditutup oleh imbal
hasil saat ini yang tinggi). Total imbal hasil obligasi sama dengan imbal hasil saat
ini ditambah imbal hasil keuntungan modal. Jika tidak terdapat risiko gagal bayar,
tingkat ini akan sama dengan YTM dan tingkat bunga pasar, yang dalam contoh
adalah sebesar 10 persen.

Gambar 7.2 memetakan ramalan perubahan harga obligasi seperti yang


dihitung dalam Tabel 7-1. Perhatikan bahwa obligasi-obligasi tersebut memiliki
jalur harga yang sangat berbeda dari waktu ke waktu. Namun, pada saat jatuh
tempo, ketiganya akan dijual pada nilai parinya sebesar $1.000. Berikut adalah
beberapa catatan tentang harga obligasi dari waktu ke waktu.

● Harga obligasi berkupon 10 persen yang diperdagangkan pada nilai


parinya akan tetap pada nilai $1.000 jika tingkat bunga pasar tetap berada
pada tingkat 10 persen. Jadi, imbal hasil saat ini akan tetap 10 persen dan
imbal hasil keuntungan modalnya setiap tahun akan nol.

● Obligasi 7 persen diperdagangkan dengan diskon, tetapi harganya harus


mendekati nilai pari seiring dengan makin dekatnya jatuh tempo. Pada
saat jatuh tempo, obligasi tersebut harus dijual pada nilai parinya karena

18
jumlah itulah yang harus diberikan perusahaan kepada pemegang
obligasi. Jadi, harganya harus naik seiring waktu.

● Obligasi berkupon 13 persen diperdagangkan dengan premium, tetapi


harganya harus sama dengan nilai pari pada saat jatuh tempo sehingga
harganya lama kelamaan harus turun.

Meskipun harga obligasi dengan kupon 7% dan 13% bergerak dengan arah
yang berlawanan, kedua obligasi akan memberikan total imbal hasil yang sama
kepada investor, 10%, yang juga merupakan total imbal hasil atas obligasi
berkupon 10% yang dijual pada nilai parinya. Obligasi diskon itu memiliki tingkat
kupon yang lebih rendah (sehingga imbal hasil saat ini yang lebih rendah pula),
tetapi obligasi ini setiap tahun akan memberikan keuntungan modal. Sebaliknya,
obligasi premium memberikan imbal hasil saat ini yang lebih tinggi, tetapi setiap
tahun akan memberikan kerugian modal.

7.6 Obligasi dengan Kupon Setengah Tahunan

Meskipun beberapa obligasi membayarkan bunga secara tahunan, sebagian


besar obligasi pada kenyataannya melakukan pembayaran secara setengah
tahunan. Untuk mengevaluasi obligasi setengah tahunan, kita harus mengubah
model valuasi (Persamaan 7.1) sebagai berikut.

1. Membagi dua pembayaran bunga kupon tahunan untuk mendapatkan


jumlah bunga yang dibayarkan setiap enam bulan.

2. Mengalikan dua jumlah tahun sampai jatuh tempo, N, untuk menentukan


jumlah periode setengah tahunan.

3. Membagi dua tingkat bunga nominal (kuotasi), rd untuk menentukan


tingkat bunga berkala (setengah tahunan).

Dalam suatu alur waktu, akan terdapat dua kali pembayaran, tetapi masing
masingnya sebesar setengah dari pembayaran tahunan. Dengan melakukan
perubahan perubahan di atas, maka akan menghasilkan persamaan berikut ini
untuk menghitung nilai obligasi setengah tahunan.

19
Sebagai ilustrasi, kini, kita asumsikan obligasi 15-tahun Allied Food yang
dibahas pada Bagian 7.3 membayarkan bunga $50 setiap enam bulan dan bukan
$100 pada akhir setiap tahun. Jadi, setiap pembayaran bunga besarnya hanya
setengah, tetapi dilakukan dua kali. Tingkat kupon akan dinyatakan menjadi "10
persen dengan pembayaran setengah tahunan". Ketika tingkat bunga berjalan
(nominal) adalah r, = 5% dengan majemuk setengah tahunan, nilai dari obligasi
15-tahun dengan kupon setengah tahunan sebesar 10% yang membayarkan bunga
$50 setiap enam bulan dihitung sebagai berikut.

Masukkan N = 30, r, = I/YR = 2,5, PMT = 50, FV = 1000, dan tekan


tombol PV untuk mendapatkan nilai obligasi, $1.523,26. Nilai obligasi dengan
pembayaran bunga setengah tahunan sedikit lebih tinggi dari $1.518,98, atau nilai
ketika bunga dibayarkan secara tahunan seperti yang telah kita hitung di Bagian 7-
3. Nilai yang lebih tinggi ini terjadi karena pembayaran bunga secara setengah
tahunan yang dimajemukkan diterima lebih cepat.

Alternatifnya, ketika kita mengetahui harga dari obligasi setengah tahunan,


kita dapat secara mudah menghitung nominal imbal hasil saat jatuh tempo
obligasi itu.

7.7 Menilai Tingkat Risiko Obligasi

Pada bagian ini, kita mengidentifikasi dan menjelaskan dua faktor kunci
yang memengaruhi tingkat risiko suatu obligasi. Setelah faktor-faktor itu
diidentifikasi, kita akan membedakannya dan mendiskusikan cara meminimalkan
risiko-risiko tersebut.

7-7A Risiko Harga

20
Seperti yang telah kita lihat pada Bab 6, tingkat bunga akan terus
berfluktuasi dari waktu ke waktu, dan kenaikan tingkat bunga akan menurunkan
nilai obligasi yang masih beredar. Risiko penurunan nilai obligasi yang
diakibatkan oleh naiknya tingkat bunga ini disebut sebagai risiko harga atau risiko
tingkat bunga (price risk atau interest rate risk). Sebagai contoh, lihat kembali
obligasi milik Allied; sekali lagi, asumsikan obligasi itu memiliki kupon tahunan
10 persen; anggaplah Anda telah membeli salah satu obligasi ini pada nilai
nominalnya, $1.000. Tidak lama setelah Anda melakukan pembelian, tingkat
bunga yang berlaku naik dari 10 persen menjadi 15 persen." Seperti yang telah
kita lihat dari Bagian 7.3, kenaikan tingkat bunga ini akan menyebabkan harga
obligasi turun dari $1.000 menjadi $707,63 sehingga Anda akan menanggung
kerugian sebesar $292,37 atas obligasi tersebut.12 Tingkat bunga dapat dan
memang naik, kenaikan tingkat bunga dapat menimbulkan kerugian nilai bagi
pemegang obligasi. Jadi, orang atau perusahaan yang berinvestasi dalam obligasi
akan berhadapan dengan risiko akibat kenaikan tingkat bunga.

Risiko harga akan lebih tinggi pada obligasi dengan jatuh tempo yang
lebih panjang dibandingkan dengan obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu
dekat. 13 Hal ini terjadi karena makin panjang waktu jatuh tempo, makin lama
obligasi tersebut akan dilunasi dan makin lama pula pemegang obligasi dapat
menggantikannya dengan obligasi yang memiliki kupon lebih tinggi. Pendapat ini
dapat ditunjukkan secara numerik dengan menunjukkan bagaimana nilai obligasi
1 tahun dengan kupon tahunan 10 persen berfluktuasi seiring dengan perubahan r,
kemudian membandingkan perubahan tersebut dengan perubahan obligasi 15
tahun. Nilai obligasi satu tahun pada berbagai tingkat bunga disajikan di bawah
ini. Nilai obligasi satu tahun di mana:

Anda akan mendapatkan nilai pertama menggunakan kalkulator finansial dengan


memasukkan N = 1, I/YR = 5, PMT 100, dan FV = 1000, kemudian tekan PV
untuk mendapatkan $1.047,62. Dengan data di atas tetap tersimpan di dalam
kalkulator, masukkan I/YR = 10 untuk menggantikan nilai I/YR = 5 sebelumnya,
dan tekan PV untuk menghitung nilai obligasi pada tingkat pasar 10 persen; nilai
obligasi akan turun menjadi $1.000. Kemudian, masukkan I/YR = 15 dan tekan
tombol PV untuk menghitung nilai obligasi yang terakhir, yaitu $956,52.

21
Dampak peningkatan tingkat bunga pada obligasi 15-tahun seperti yang
diketahui sebelumnya dapat dibandingkan dengan dampak pada obligasi 1 tahun
yang baru kita hitung. Perbandingan ini disajikan pada Tampilan 7.3, di mana kita
menyajikan harga obligasi pada beberapa tingkat bunga dan menempatkan harga-
harga tersebut ke dalam grafik. Perhatikan bahwa harga obligasi 15-tahun jauh
lebih sensitif terhadap perubahan tingkat bunga. Pada tingkat bunga 10 persen,
baik obligasi 15 tahun maupun 1 tahun, akan dinilai pada $1.000. Ketika tingkat
bunga naik menjadi 15 persen, obligasi 15 tahun turun menjadi $707,63, tetapi
obligasi 1 tahun hanya turun menjadi $956,52. Penurunan harga untuk obligasi 1
tahun hanya sebesar 4,35 persen, sedangkan penurunan untuk obligasi 15 tahun
adalah 29,24 persen.

Untuk obligasi dengan kupon yang sama, akan selalu terjadi perbedaan
sensitivitas terhadap tingkat bunga seperti ini-semakin lama waktu jatuh tempo,
semakin besar perubahan harga akibat perubahan pada tingkat bunga. Jadi, bahkan
jika risiko gagal bayar dari dua obligasi tersebut persis sama, hanya obligasi
dengan waktu jatuh tempo yang lebih lama yang umumnya akan menghadapi
risiko akibat kenaikan tingkat bunga yang lebih tinggi.

Penjelasan logis dari perbedaan risiko harga ini cukup sederhana.


Anggaplah Anda membeli obligasi 15-tahun yang memberikan imbal hasil 10
persen, atau $100 per tahun. Sekarang, anggaplah tingkat bunga obligasi lain
dengan risiko yang sama naik menjadi 15 persen. Anda akan terikat dengan hanya
menerima bunga sebesar $100 selama 15 tahun ke depan. Di lain pihak, jika Anda
membeli obligasi 1 tahun, Anda hanya akan menerima pengembalian yang rendah
selama 1 tahun. Pada akhir tahun, Anda akan menerima uang $1.000 Anda
kembali. Anda dapat menginvestasikannya kembali dan menerima pengembalian
15 persen atau $150 per tahun, selama 14 tahun ke depan.

7-7B Risiko Reinvestasi

Seperti yang telah kita lihat pada bagian sebelumnya, suatu kenaikan
tingkat bunga akan merugikan pemegang obligasi karena hal tersebut
menyebabkan turunnya nilai suatu portofolio obligasi. Namun, apakah penurunan
tingkat bunga juga akan merugikan pemegang obligasi? Jawabannya adalah ya

22
karena jika tingkat bunga turun, pemegang obligasi jangka panjang akan
mengalami penurunan pendapatan. Misalnya, seorang pensiunan memiliki suatu
portofolio obligasi dan hidup dari pendapatan yang dihasilkan dari portofolio
tersebut. Obligasi-obligasi di dalam portofolio memiliki tingkat kupon rata-rata
sebesar 10 persen. Kini, anggaplah tingkat bunga turun menjadi 5 persen. Banyak
dari obligasi itu telah jatuh tempo atau dilunasi. Ketika hal ini terjadi, pemegang
obligasi harus mengganti obligasi 10 persen dengan obligasi 5 persen. Sehingga,
pensiunan tersebut mengalami penurunan pendapatan.

Risiko terjadinya penurunan pendapatan akibat turunnya tingkat bunga


disebut risiko reinvestasi (reinvestment risk), dan pentingnya arti risiko ini telah
ditunjukkan kepada seluruh pemegang obligasi dalam beberapa tahun terakhir
sebagai akibat dari merosotnya tingkat bunga secara tajam sejak tahun 1980-an.
Risiko reinvestasi ini tentu saja tinggi pada obligasi yang dapat ditebus. Risiko ini
juga tinggi pada obligasi jangka pendek karena semakin pendek waktu jatuh
tempo obligasi, semakin sedikit jumlah tahun sebelum obligasi lama dengan
kupon yang relatif tinggi digantikan dengan emisi baru dengan kupon rendah.
Jadi, pensiunan yang kepemilikan utamanya adalah obligasi jangka pendek atau
efek utang lainnya akan sangat dirugikan oleh penurunan tingkat bunga. Namun,
pemegang obligasi jangka panjang yang tidak dapat ditebus akan terus menikmati
tingkat bunga lama yang tinggi.

7.7C Membandingkan Risiko Harga dan Risiko Berinvestasi

Perlu diingat bahwa risiko harga terkait dengan nilai pasar saat ini dari
portofolio obligasi, sedangkan risiko reinvestasi terkait dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh portofolio. Jika Anda memiliki obligasi jangka panjang, Anda
akan menghadapi risiko harga yang signifikan karena nilai portofolio anda akan
turun jika tingkat bunga meningkat, tetapi tidak akan banyak menghadapi risiko
reinvestasi karena pendapatan akan tetap stabil. Di Iain pihak, jika Anda memiliki
obligasi jangka pendek, anda tidak akan banyak menghadapi risiko harga, tetapi
anda akan menghadapi risiko reinvestasi yang signifikan. Sebagai contoh, obligasi
tanpa bunga jangka panjang akan memiliki risiko harga yang sangat tinggi dan
risiko reinvestasi yang relatif rendah. Sebaliknya, obligasi jangka-pendek dengan

23
tingkat bunga kupon yang tinggi akan memiliki risiko harga yang rendah namun
risiko reinvestasi yang cukup tinggi.

Jenis risiko yang ”lebih relevan” bagi searang investor akan sangat
bergantung lamanya investor tersebut berencana memiliki obligasi ini sering kali
disebut sebagai horizon investasi (investment horizon). Investor dapat
menghilangkan risiko harga dengan membeli surat utang pemerintah berjangka
waktu I tahun karena ia dijamin akan menerima nilai pari obligasi satu tahun dari
sekarang (horizon investasi). Akan tetapi jika investor ini membeli surat utang
pemerintah jangka panjang, ia akan menanggung risiko tingkat bunga yang cukup
besar karena, seperti yang telah kita lihat bersama, harga obligasi jangka panjang
akan turun jika tingkat bunga naik. Akibatnya, investor dengan horizon investasi
yang lebih pendek seharusnya memandang obligasi jangka panjang sebagai efek
yang lebih berisiko dibanding obligasi jangka pendek.

Untuk memperhitungkan dampak dari jangka waktu dan tingkat kupon


obligasi para analis berfokus pada pengukuran yang disebut durasi (duration).
Durasi Obligasi adalah rata-rata tertimbang dari waktu yang dibutuhkan untuk
menerima masing-masing arus kas obligasi. Artinya, obligasi dengan kupon nol
yang hanya arus kasnya yang dibayarkan pada saat jatuh tempo memiliki durasi
yang sama dengan jatuh tempo. Sebaliknya, obligasi dengan kupon akan memiliki
nilai obligasi yang lebih kecil dari jatuh temponya.

7.8 Risiko Gagal Bayar

Kemungkinan gagal bayar merupakan risiko penting Iain yang dihadapi


oleh pemegang obligasi. Jika emiten gagal bayar, jumlah yang diterima oleh
investor akan lebih kecil daripada imbal hasil yang dijanjikan. Tingkat bunga yang
dinyatakan mencakup premi risiko gagal bayar makin tinggi kemungkinan gagal
bayar, makin tinggi preminya dan juga imbal hasil saat jatuh temponya. Risiko
gagal bayar untuk obligasi pemerintah adalah nol, tapi risiko ini penting untuk
perusahaan dan obligasi pemerintah daerah dengan peringkat yang lebih rendah.

7.8A Berbagai Jenis Obligasi Korporasi

1. Obligasi Hipotek

24
2. Obligasi tanpa jaminan
3. Obligasi tanpa jaminan subordinasi
7.8B Peringkat Obligasi
Sejak awal tahun 1900-an, obligasi telah diberi peringkat yang
mencerminkan kemungkinan obligasi itu akan mengalami gagal bayar. Tiga
lembaga pemeringkat utama adalah Moody's Investor Service (Moody's),
Standard & Poor's Corporation (S&P), dan Fitch Investor Service. Peringkat
Moody's dan S&P disajikan dalamTabel 7.3. Obligasi AAA dan AA adalah
obligasi yang sangat aman. Obligasi A dan BBB juga cukup kuat untuk disebut
obligasi yang layak investasi (investment-grade bonds) dan ini merupakan
obligasi berperingkat paling rendah yang secara hukum diperkenankan untuk
dipegang oleh bank dan investor institusional. Obligasi BB dan yang lebih rendah
adalah obligasi sampah/obligasi berperingkat noninvestasi (funk bonds) atau
spekulatif, dan obligasi ini memiliki kemungkinan akan mengalami gagal bayar
yang signifikan.

Kriteria Peringkat Obligasi

Kerangka kerja yang digunakan oleh lembaga pemerintah didasari oleh


faktor kualitatif dan kuantitatif Faktor-faktor kualitatif yang diperhitungkan
mencakup analis resiko bisnis seperti persaingan di industri tersebut serta kualitas
manajemen perusahaan. Penentu peringkat obligasi termasuk hal-hal berikut.

1. Rasio Finansial
2. Faktor Kualitatif
3. Faktor Kualitatif Lainnya

Arti Penting Peringkat Obligasi


Peringkat obligasi memiliki arti penting bagi perusahaan dan investor.
Pertama, karena peringkat obligasi mcrupakan indikator dari risiko gagal
bayarnya, peringkat memiliki pengaruh langsung dan dapat diukur terhadap
tingkat bunga obligasi dan biaya utang perusahaan. Kedua, sebagian besar
obligasi dibeli oleh investor institusional, bukan individual, kebanyakan institusi
dibatasi hanya boleh membeli efek yang layak investasi.

25
Jadi, jika obligasi suatu perusahaan jatuh di bawah BBB, perusahaan tersebut
akan sulit menjual obligasi baru karena banyak calon pembelinya tidak
diperkenankan untuk membeli obligasi tersebut.

Perubahan Peringkat

Perubahan peringkat obligasi perusahaan mempengaruhi kemampuan


perusahaan untuk meminjam modal biaya modal perusahaan tarsebut. Lembaga
pemeringkat melakukan peninjauan atas obligasi yang beredar secara berkala,
terkadang menaikkan atau menurunkan suatu obligasi sebagai hasil dari
perubahan yang terjadi pada emiten.

Dalam jangka panjang, lembaga pemeringkat berhasil mengukur rata-rata


risiko kredit obligasi serta mengubah peringkat ketika telah terjadi perubahan
signifikan dalam kualitas kredit. Meskipun demikian, penting untuk dipahami
bahwa peringkat tidak dalam sekejap disesuaikan terhadap perubahan dalam
kualitas kredit.

7.8C Kebangkrutan dan Reorganisasi

Ketika solvabilitas suatu perusahaan tidak baik, perusahaan tersebut tidak


memiliki cukup kas untuk memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjamannya.
Selanjuthya, harus ada keputusan yang diambil apakah akan menutup perusahaan
melalui likuidasi atau mengizinkannya melakukan reorganisasi sehingga
perusahaan dapat tetap beroperasi.

Keputusan untuk memaksa suatu perusahaan dilikuidasi atau


mengizinkannya melakukan reorganisasi bergantung pada apakah nilai
perusahaan yang direorganisasi akan lebih besar daripada nilai asetnya jika dijual
secara terpisah. Dalam reorganisasi, kreditur perusahaan akan melakukan
negosiasi dengan manajemen tentang syarat-syarat reorganisasi tersebut. Rencana
reorganisasi mengharuskan dilakukannya restrukturisasi utang, di mana dalam hal
ini tingkat bunga akan diturunkan, jangka waktu jatuh temponya diperpanjang,
atau sebagian utang ditukar dengan ekuitas. Tujuan restrukturisasi adalah
mengurangi beban keuangan sampai ke suatu tingkat yang dapat didukung oleh
perkiraan arus kas perusahaan. Tentu saja, pemegang saham biasa juga harus

26
"dipangkas" posisi mereka biasanya akan terdilusi akibat pemberian tambahan
saham kepada pemegang obligasi sebagai pertukaran atas pengurangan jumlah
bunga dan pokok pinjaman. Pengadilan dapat menunjuk wali amanat (trustee)
untuk mengawasi pelaksanaan reorganisasi, tetapi manajemen yang ada umumnya
tetap diperkenankan memegang kendali.

Likuidasi terjadi jika nilai perusahaan dianggap lebih besar dalam keadaan
"mati dari pada "hidup". Jika pengadilan kebangkrutan memerintahkan
dilakukannya likuidasi.

7.9 Pasar Obligasi


Obligasi perusahaan terutama diperdagangkan di pasar luar bursa (over-
the-counter market). Sebagian beşar obligasi dimiliki dan diperdagangkan di
antara institusi-institusi keuangan beşar misalnya, perusahaan asuransi jiwa, reksa
dana, dan dana pensiun, yang semuanya melakukan transaksi efek dalam jumlah
besar dan relatif mudah bagi diler obligasi luar bursa untuk mengatur
perpindahan blok-blok beşar obligasi di antara para pemegang obligasi yang
jumlahnya relatif sedikit. Akan lebih sulit melakukan operasi yang sama di dalam
bursa saham, di mana terdapat jutaan pemegang saham beşar dan kecil, sehingga
sebagian beşar perdagangan saham terjadi di bursa.

27
28
KESIMPULAN

Tingkat suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk meminjam modal
utang. Dengan modal ekuitas, para investor berharap akan menerima dividen
dan keuntungan modal, yang jumlah keduanya merupakan biaya dari ekuitas
uang. Tingkat suku bunga pada umumnya sangat ditentu-kan oleh pasar
(demand & supply). Beberapa faktor ekonomi makro dapat memengaruhi
tingkat bunga antara lain: (1) kebijakan Federal Reserve, (2) anggaran
pemerintah yang defisit atau surplus, (3) faktor-faktor internasional, termasuk
neraca perdagangan luar negeri dan tingkat bunga di negara lain dan (4) tingkat
aktivitas bisnis.

Obligasi yang disebut baru diterbitkan dikenal dengan sebutan emisi baru
(new issue). Obligasi yang baru diterbitkan umumnya dijual pada harga yang
sangat mendekati nilai parinya, sementara harga obligasi beredar sangat
bervariasi dibandingkan dengan nilai parinya. Kecuali pada obligasi dengan
tingkat bunga mengambang, pembayaran kupon adalah konstan.

Ada beberapa risiko obligasi diantaranya risiko harga, risiko reinvestasi,


dan risiko gagal bayar. Beberapa jenis obligasi korporasi antara lain: Obligasi
Hipotek, Obligasi tanpa jaminan, Obligasi tanpa jaminan subordinasi. Obligasi
AAA dan AA adalah obligasi yang sangat aman. Obligasi A dan BBB juga
cukup kuat untuk disebut obligasi yang layak investasi (investment-grade
bonds) dan ini merupakan obligasi berperingkat paling rendah yang secara
hukum diperkenankan untuk dipegang oleh bank dan investor institusional.
Obligasi BB dan yang lebih rendah adalah obligasi sampah/obligasi
berperingkat noninvestasi (funk bonds) atau spekulatif, dan obligasi ini
memiliki kemungkinan akan mengalami gagal bayar yang signifikan.

Peringkat obligasi memiliki arti penting bagi perusahaan dan investor.


Peringkat obligasi merupakan indikator dari risiko gagal bayarnya, peringkat
memiliki pengaruh langsung dan dapat diukur terhadap tingkat bunga obligasi
dan biaya utang perusahaan. Jadi, jika obligasi suatu perusahaan jatuh di bawah
BBB, perusahaan tersebut akan sulit menjual obligasi baru karena banyak
calon pembelinya tidak diperkenankan untuk membeli obligasi tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA

Brigham & Houston. 2020. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

30

Anda mungkin juga menyukai