Anda di halaman 1dari 5

PENILAIAN EFEK BERSIFAT EKUITAS

I. VALUASI SAHAM

Saham adalah efek bersifat ekuitas yang dibedakan menjadi 2 macam, sesuai dengan hak
yang melekat padanya, yaitu Saham Preferen (Preferred Stock) dan Saham Biasa (Common
Stock). Keduanya pun memiliki metode penilaian (valuasi) masing-masing seperti akan
dibahas dibawah ini.

II. SAHAM PREFEREN


Selain tidak memiliki hak voting di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), ada
beberapa hal lain yang perlu diketahui mengenai saham preferen, yaitu:

Memiliki klaim tertinggi diatas saham biasa atas aset dan laba perusahaan, serta memiliki hak
pembayaran dividen yang tetap. Apabila perusahaan belum sanggup membayarkan dividen,
bukan berarti perusahaan tsb mangkir dari kewajibannya, melainkan dividen pemegang
saham preferen tsb akan diakumulasikan. Oleh karena hal tsb, saham preferen disebut juga
hybrid security, karena meskipun bersifat ekuitas, namun juga memiliki hak seperti efek
bersifat hutang.

Valuasi untuk menghitung present value dari preferred stock dapat dilakukan dengan metode
perpetuity seperti di bawah ini:

Annual Dividend
Vps = Required Rate of Return
Vps: Present Value of Prefered Stock

Contoh:
PT. Sejahtera
dividen per saham /kuartal Rp 15
dividen per saham /tahun Rp 60
required rate of return 6%
PV = Rp60 / 6% = Rp 1,000

Kesimpulan dari contoh soal diatas adalah; apabila seorang investor ingin memiliki saham
preferen PT. Sejahtera, yang membagikan dividen tetap per saham sebesar Rp15,- tiap kuartal
nya, dan mengharapkan imbal hasil 6% dalam setahun, maka ia harus membelinya seharga
Rp1000,- per saham.
III. SAHAM BIASA

III.1. DDM (Dividend Discount Model)

Seperti menilai obligasi dan saham preferen, nilai saham biasa sama dengan nilai sekarang
dari semua arus kas masa depan yang diharapkan akan diterima oleh pemegang saham. Akan
tetapi berbeda dengan obligasi, saham biasa tidak menjanjikan kepada pemegangnya
penghasilan bunga atau pembayaran pokok pada saat jatuh tempo. Saham biasa juga tidak
memberi dividen tetap seperti yang diberikan saham preferen.

Untuk saham biasa, dividen didasarkan pada:


i. Keuntungan perusahaan,

ii. Keputusan manajemen untuk membayar dividen atau menginvestasikan kembali


keuntungan untuk pengembangan perusahaan.

Dalam analisis saham, nilai intrinsik yang kita taksir dibandingkan dengan nilai pasar saham
tersebut saat ini (current market price). Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut:
i. Apabila nilai intrinsik (V0) > harga pasar (P0), maka saham tersebut undervalued,
sehingga layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut dimiliki.

ii. Apabila nilai intrinsik (V0) < harga pasar (P0), maka saham tersebut overvalued, sehingga
layak dijual.

iii. Apabila nilai intrinsik (V0) = harga pasar (P0), maka saham tersebut dianggap
menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan.

Bagi investor yang memegang saham biasa hanya untuk satu periode (misal satu tahun),
maka nilai dari saham biasa adalah sebesar nilai sekarang dari dividen yang akan diterima
selama satu tahun, dan nilai sekarang dari harga pasar tahun depan. Rumusnya adalah sebagai
berikut:

D1 P1
Vcs
(1 kcs) (1 kcs)
Vcs = nilai intrinsik atau nilai sekarang dari saham biasa

D1 = dividen yang akan diterima tahun depan (tahun ke-1)

P1 = harga saham biasa tahun depan (tahun ke-1)

kcs = tingkat pengembalian yang diinginkan pemilik saham biasa

III.2. Cash Flow Model:

III.2.1 Present Value of Operating Free Cash Flow

Biasa disingkat FCFF (free cash flow for the firm), yang didapat dari Operating Cash
Flow dikurang Capital Expenditures. Free Cash Flow (FCF) menunjukkan besarnya
kas yang mampu dihasilkan perusahaan untuk mempertahankan, atau melakukan
ekspansi bisnis dan mengembangkan asetnya.

Secara umum juga dapat dijelaskan sebagai cash flow setelah direct cost dan sebelum
pembayaran kepada capital supplier. Artinya operating free cash flow merupakan free
cash flow setelah memenuhi interest, principal payment, dan capital expenditure.
Untuk mengelola aset guna mendanai aset baru yang berpengaruh pada pertumbuhan
dari perusahaan tersebut.

=∑ =
( + )

Dimana
Vj = nilai perusahaan j

n = banyaknya periode diasumsikan infinite (tak hingga) OFCFt =


operating free cash flow perusahaan pada periode t WACCj =
weighted average cost of capital perusahaan

Di mana,
WACC = WE.KE + WD.KD dan WD+WE = 1
WE = Porsi pembiayaan modal sendiri/ekuitas

KE = Biaya modal sendiri (Cost of equity)


WD = Porsi Pembiayaan Hutang
KD = Biaya Modal pihak ketiga (Cost of Debt)

Jika dengan infinite period maka:


1
=

Dimana
OFCF1 = operating free cash flow pada periode 1 = OFCF0(1+gOFCF)
gOFCF = tingkat pertumbuhan konstan jangka panjang dari operating free cash flow

FCFF = FCFE + Interest expense (1-Tax Rate) + Principal Repayment – New Debt Issue +
Preferred Dividend
atau
FCFF = EBIT ( 1- Tax Rate) + Depresiasi – Capital Expenditure - ∆Working Capital

III.2.2 Present Value of Free Cash Flow of Equity (FCFE)

Merupakan penghitungan cash flow yang tersedia untuk pemegang equity setelah
perusahaan membayar utang dan memberikan kesempatan expenditure untuk
mengelola aset perusahaan. Dengan kata lain, free cash flow of equity merupakan
cash flow yang tersedia untuk semua pihak yang memiliki klaim pada perusahaan.
=∑

=1 (1+ )

Dimana
Vj = nilai perusahaan j
n = banyaknya periode diasumsikan infinite (tak hingga) FCFEt =
free cash flow to equity perusahaan pada periode t

FCFE= Net Income + Depresiasi - Capital Expenditure - ∆working capital - Principal Debt +
New Debt Issue

Atau

FCFE = Net Income – (1 – g)(Capital Expenditure- Depresiasi) – (1 - g) ∆Working Capital

Anda mungkin juga menyukai