Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH KEKUATAN KEUANGAN (FINANCIAL

STRENGTH) TERHADAP BISNIS INTERNASIONAL

Manajemen Bisnis Syariah, Semester 6


UIN R.M Said, Surakarta

Muhammad Luthfi Hamdani, SM.,.,MM


Contact: @luthfiham / luthfihamd21@gmail.com
KEKUATAN KEUANGAN

Kekuatan keuangan bisnis (Business financial strength) merupakan perhatian penting bagi pemilik
bisnis, manajer perusahaan, investor dan pemberi pinjaman. Efisiensi dan pengendalian biaya adalah
kunci sukses di banyak perusahaan di seluruh dunia. Ada banyak cara untuk mengukur kekuatan
finansial suatu perusahaan. Kuncinya adalah mengidentifikasi alat ukur yang tepat untuk perusahaan,
dengan mempertimbangkan: industri, tahapan siklus hidup, cakrawala waktu, tujuan bisnis, dan
kondisi ekonomi.

Penting juga untuk memahami kinerja keuangan perusahaan Anda relatif terhadap industrinya karena
semua perusahaan bersaing di pasar pada tingkat lokal, regional, nasional atau internasional. Secara
umum, kekuatan keuangan suatu perusahaan dapat diukur dalam tiga bidang utama: profitabilitas,
likuiditas, dan solvabilitas.

Sumber: Becker, Paul J. https://pinnacle-business.com/measuring-business-financial-strength/


(1) PROFITABILITAS

Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau laba bersih positif
untuk tingkat penjualan atau investasi tertentu. Jika sebuah perusahaan tidak menguntungkan pada
akhirnya menjadi bangkrut dan mungkin memerlukan reorganisasi atau likuidasi. Semakin besar rasio
laba bersih perusahaan terhadap penjualan atau investasi, semakin kuat rasio tersebut.

Salah satu contoh rasio keuangan yang mengukur profitabilitas perusahaan adalah rasio margin laba
(profit margin ratio) yang mengukur jumlah laba bersih yang dihasilkan perusahaan relatif terhadap
jumlah penjualan yang dihasilkannya. Contoh lain dari rasio keuangan yang mengukur profitabilitas
adalah laba atas investasi (return on investment) atau 'ROI' yang mengukur profitabilitas perusahaan
relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan profitabilitas tersebut.

Sumber: Becker, Paul J. https://pinnacle-business.com/measuring-business-financial-strength/


(2) LIKUIDITAS

Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk
memenuhi komitmen jangka pendeknya. Jika sebuah perusahaan tidak dapat memenuhi komitmen
jangka pendeknya tepat waktu, pada akhirnya menjadi bangkrut dan mungkin memerlukan
reorganisasi atau likuidasi.

Semakin besar rasio sumber daya yang tersedia untuk komitmen jangka pendek, semakin kuat
perusahaan tersebut. Salah satu contoh rasio keuangan yang mengukur likuiditas adalah rasio lancar
(current ratio). Rasio lancar mengukur ukuran aset lancar perusahaan (yaitu aset yang dapat diubah
menjadi kas dalam waktu kurang dari 12 bulan) dengan ukuran kewajiban lancarnya (utang yang harus
dibayar dalam waktu kurang dari 12 bulan).

Rasio likuiditas lainnya mengukur modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk tingkat penjualan
yang dihasilkan. Salah satu contoh rasio keuangan yang mengukur karakteristik ini adalah rasio
perputaran piutang (the accounts receivable turnover ratio), yang mengukur ukuran penjualan relatif
terhadap ukuran rata-rata piutang.

Sumber: Becker, Paul J. https://pinnacle-business.com/measuring-business-financial-strength/


(3) SOLVABILITAS

Solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunga dan pokoknya
atas hutang jangka panjang dan kewajiban serupa saat jatuh tempo. Jika sebuah perusahaan tidak
dapat melakukan pembayaran tepat waktu, itu menjadi bangkrut dan mungkin memerlukan
reorganisasi atau likuidasi.

Salah satu contoh rasio keuangan yang mengukur solvabilitas jangka panjang perusahaan adalah
rasio utang (debt ratio). Rasio ini mengukur jumlah pembiayaan hutang jangka panjang sebagai
proporsi dari struktur permodalannya secara keseluruhan. Dalam hal ini semakin besar rasio hutang
jangka panjang terhadap modal keseluruhan maka semakin besar resiko solvabilitas dan semakin
lemah perusahaan.
RASIO-RASIO KEUANGAN BERDASAR AKUNNYA

PROFITABILITAS LIKUIDITAS SOLVABILITAS

Mengukur tingkat imbalan dan Mengukur kemampuan perusahaan Mengukur kemampuan perusahaan
perolehan keuntungan dibanding dalam memenuhi kewajiban untuk memenuhi seluruh
penjualan atau aktiva, mengukuru keuangan jangka pendek yang kewajibannya baik jangka pendek
seberapa kemampuan perusahaan berupa hutang-hutang jangka maupun jangka panjang
memperoleh laba dalam hubungan pendek.
dengan penjualan, aktiva maupun
modal sendiri
1. Gross Profit Margin (margin 1. Current Ratio (Rasio Lancar) 1. Total Debt to Equity Ratio
laba Kotor) 2. Quick Ratio (Rasio Cepat) (Rasio Hutang thd Ekuitas)
2. Net Profit Margin (Margin laba 3. Cash Ratio (Rasio Lambat) 2. Total Debt to Total Asset Ratio
bersih) 4. Working Capital to Total Asset (Rasio Hutang thd Total Aktiva)
3. Earning power of Total ratio 3. Long Term Debt to Equity ratio
Investment

Sumber: Sujarweni, Wiratna. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta; Pustaka Baru Press
TEORI STRUKTUR MODAL

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah
pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal
pemegang saham. Sedangkan Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal
menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan
modal sendiri. 

1. Teori Pendekatan Tradisional Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur


modal yang optimal. Artinya struktur modal memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan, di mana struktur modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai
perusahaan yang optimal.
2. Teori Pendekatan Modigliani & Miller Dalam teori ini berpendapat bahwa struktur modal
tidak mempengaruhi perusahaan.
3. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh
Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, di mana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan utang sama dengan biaya kesulitan
keuangan (financial distress)”

Sumber: https://www.jurnal.id/id/blog/2018-penjelasan-lengkap-6-teori-struktur-modal/
TEORI STRUKTUR MODAL (2)

4. Teori Pecking Order Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat


keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Secara spesifik,
perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam
teori pecking order adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal
tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. (2) Perusahaan
menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi. (3) Karena
kebijakan dividen yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang
tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang
lain. (4) Jika pandangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang
paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga
campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
5. Teori Asimetri Informasi dan Signaling Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan
dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan.
Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.

Sumber: https://www.jurnal.id/id/blog/2018-penjelasan-lengkap-6-teori-struktur-modal/
EKUITAS

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ekuitas adalah hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Secara umum, ekuitas dapat didefinisikan sebagai
besaran hak dari pemilik perusahaan pada harta perusahaan.

Aset merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan sementara kewajiban adalah tanggungan
dari perusahaan, seperti hutang, yang wajib untuk diselesaikan atau dilunasi. Setelah hutang dibayarkan,
nilai aset yang tersisa inilah yang disebut dengan ekuitas. Ekuitas juga bisa diartikan sebagai harta bersih
yang bersumber dari investasi pemilik perusahaan dan juga hasil dari aktivitas usaha perusahaannya.
Jumlah ekuitas bisa berkurang, apalagi jika ada penarikan kembali penyertaan oleh pemilik perusahaan,
pembagian jatah keuntungan, dan yang terburuk, karena adanya kerugian perusahaan. Nilai dari sebuah
ekuitas juga bisa menjadi negatif jika jumlah kewajibannya lebih besar dibandingkan dengan jumlah
aset. Hal ini bisa dikenal dengan istilah defisit.

Unsur-Unsur Ekuitas: Modal yang disetor, Jenis-Jenis Ekuitas: Ekuitas Pemegang


keuntungan yang tidak dibagi, modal penilaian Saham, Ekuitas Pemilik Perusahaan,
kembali, modal sumbangan dan modal lainnya Pembiayaan Ekuitas.

Sumber: https://www.akseleran.co.id/blog/ekuitas-adalah/
STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Keputusan besar bagi kepala keuangan sebuah perusahaan multinasional (MNC) adalah menilai
campuran terbaik dari hutang dan ekuitas untuk perusahaannya. Campuran hutang dan ekuitas ini
disebut struktur modal. Tujuan utama dari pengelolaan struktur modal adalah untuk mengurangi
biaya modal. Sebagaimana kita tahu, ada biaya untuk mendapatkan uang dari orang lain, dan ada
biaya bagi pemilik (pemegang saham) untuk menggunakan laba ditahan karena ini mengurangi
dividen mereka. Semua faktor ini disebut biaya modal. Pemegang obligasi mengharapkan
pembayaran bunga dan pemegang saham mengharapkan dividen. Karena lebih banyak laba ditahan
mengurangi dividen, biaya laba ditahan berasal dari hilangnya peluang pemilik untuk
menginvestasikan uang mereka di tempat lain.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009)
TEORI MODIGLIANI DAN MILLER

Hampir 50 tahun yang lalu, pemenang Nobel Franco Modigliani dan Merton Miller menerbitkan
penelitian yang menunjukkan bahwa tidak masalah apakah perusahaan membiayai aktivitasnya
dengan ekuitas atau hutang atau kombinasi keduanya. Namun, mereka mencatat bahwa seringkali
ada keuntungan menggunakan hutang karena sebagian besar negara mengizinkan pemotongan
pajak untuk pembayaran bunga.

Artinya, pembayaran bunga dapat dikurangkan dari pendapatan, sehingga menurunkan pajak
perusahaan. Namun, bila perusahaan mengambil hutang yang harus dilakukan untuk pembayaran
bunga, dan pembayaran ini, seperti pembayaran yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa
yang memiliki saldo kartu kredit yang besar setiap bulan, dapat menguras uang tunai yang
tersedia. Selain itu, perusahaan yang memiliki lebih banyak hutang relatif terhadap ekuitas
mereka dianggap lebih berisiko bagi investor luar yang mengakibatkan pembayaran bunga lebih
tinggi dan harga saham yang lebih rendah.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009)
COST OF CAPITAL 

Cost of Capital atau dapat dikenal dengan biaya modal yaitu adalah suatu biaya nyata atau riil yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan demi untuk mendapatkan dan memperoleh dana yang digunakan
untuk mendanai investasi yang dilakukan oleh perusahaan atau juga bisa digunakan untuk mendanai
biaya operasional perusahaan. Di mana dana tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber
bisa diperoleh melalui hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan.

Tujuan dari penentuan besarnya biaya modal yang dilakukan oleh perusahaan adalah supaya
perusahaan dapat mengetahui seberapa banyak biaya riil atau nyata yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk mendanai investasi dan mendanai biaya operasional perusahaan itu sendiri. Selain
itu untuk memaksimalisasikan nilai perusahaan dengan cara meminimumkan biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan termasuk biaya modal. Keputusan penganggaran modal didapatkan
melalui estimasi penentuan besarnya biaya modal yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Keputusan-keputusan penting seperting leasing dan modal kerja lainnya juga memerlukan estimasi
penentuan besarnya biaya modal yang dilakukan oleh suatu perusahaan.

Sumber: https://accounting.binus.ac.id/2015/03/09/cost-of-capital/
COST OF CAPITAL  UNTUK PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Biaya modal untuk sebuah MNC seringkali berbeda dari perusahaan domestik. Ada beberapa
faktor dan risiko yang terkait dengan lingkungan usaha multinasional yang dapat membuat
biaya modal berbeda dari perusahaan domestik. Sebagian besar perbedaan ini terkait dengan
cara MNC menangani arus kas. Arus kas berarti tersedianya uang tunai untuk membayar
tagihan.

Relevansinya dengan biaya modal adalah kemampuan MNC untuk memiliki cukup uang tunai
untuk membayar bunga yang terhutang kepada pemegang obligasi dan dividen kepada
pemegang saham. Berikutnya, Anda akan melihat serangkaian masalah yang dihadapi
perusahaan multinasional ketika mempertimbangkan biaya modal.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009)
Faktor-faktor yang menyebabkan biaya modal
berbeda untuk perusahaan multinasional
dibandingkan perusahaan domestik.
COST OF CAPITAL  UNTUK PERUSAHAAN MULTINASIONAL (2)

Akses ke Pasar Modal Internasional Tidak seperti perusahaan domestik murni, MNC lebih
cenderung memanfaatkan penerbitan obligasi atau menjual saham di pasar modal yang berbeda.
Peraturan di berbagai negara membuat campuran hutang dan pembiayaan ekuitas menjadi
kompleks untuk MNC, tetapi memanfaatkan peraturan ini dapat mengurangi biaya modalnya dan
dengan demikian membuat perusahaan lebih bernilai.

Misalnya, subsidi lokal MNC mungkin memiliki akses ke pasar modal lokal, di mana anak
perusahaan sering diperlakukan seperti perusahaan domestik dan mendapatkan keuntungan yang
mirip dengan perusahaan lokal, seperti suku bunga yang lebih rendah atau peraturan yang lebih
sedikit untuk dicatatkan di bursa efek lokal. Namun, pasar modal di berbagai negara dapat
berbeda secara fundamental, membiarkan MNC mencari kesepakatan terbaik di negara mana
pun.

316 John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009).
Referensi:
Hlm 316
BAGAIMANA MNC MEMUTUSKAN CAMPURAN HUTANG DAN EKUITAS DALAM
STRUKTUR MODAL MEREKA

Struktur modal adalah pilihan perusahaan tentang berapa banyak hutang atau ekuitas
yang akan digunakan untuk membiayai operasinya. Untuk MNC hal ini lebih kompleks
karena struktur permodalan mungkin berbeda untuk anak perusahaan yang berlokasi di
negara lain. Karakteristik perusahaan dan karakteristik negara mempengaruhi pilihan
lebih banyak hutang atau ekuitas.

Karakteristik perusahaan dan karakteristik negara akan dijabarkan rinci pada slide-
slide berikutnya.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009)
FAKTOR PERUSAHAAN (1)

1. Arus kas (Cash flows ) , seperti halnya individu di mana orang yang lebih kaya dapat mengambil lebih banyak hutang,
perusahaan dengan lebih banyak uang tunai dapat menangani lebih banyak hutang. Namun, stabilitas arus kas juga
penting. Pembayaran bunga obligasi dan pinjaman bank harus dilakukan secara berkala sepanjang tahun. Oleh karena
itu, agar perusahaan memiliki cukup uang untuk membayar hutangnya pada saat jatuh tempo, manajer perusahaan
harus yakin bahwa uang tunai akan masuk ke dalam perusahaan saat dibutuhkan. Dari sudut pandang pribadi,
pertimbangkan bahwa perusahaan kartu kredit Anda menginginkan pembayaran setiap bulan dan tidak bersedia
menunggu sampai pembayar mendapatkan pekerjaan musim panas dalam beberapa bulan.
2. Resiko kredit (Credit Risk), Anda mungkin melihat banyak iklan hari ini yang menyuruh orang untuk memeriksa skor
kredit mereka. Nilai kredit didasarkan pada riwayat pembayaran hutang Anda dan jumlah hutang yang Anda miliki. Jika
Anda memiliki banyak hutang atau Anda tidak memiliki catatan pembayaran yang baik tepat waktu, maka Anda
memiliki skor yang lebih rendah dan Anda memiliki risiko kredit yang lebih tinggi. Risiko kredit adalah perkiraan
probabilitas bahwa Anda tidak akan dapat melunasi pinjaman. Demikian pula, perusahaan memiliki tingkat risiko kredit.
Ketika mereka menggunakan obligasi untuk membiayai hutang, skor peringkat kredit mereka adalah peringkat obligasi.
Bagaimanapun, logikanya serupa untuk individu dan perusahaan. Semakin tinggi risiko kredit, semakin tinggi bunga
yang akan dikenakan pemberi pinjaman, atau bahkan mungkin pinjaman tersebut dapat ditolak. Dengan demikian,
perusahaan dengan risiko kredit yang lebih rendah memiliki lebih banyak akses ke pembiayaan hutang dengan tingkat
bunga yang lebih rendah dan oleh karena itu lebih cenderung menggunakan lebih banyak hutang dalam struktur
permodalan mereka.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009)
FAKTOR PERUSAHAAN (2)

3. Ketersediaan laba ditahan (Availability of retained earnings). Jika sebuah perusahaan menguntungkan,
para manajer punya pilihan. Mereka dapat membayar semua keuntungan kepada pemilik dalam bentuk
dividen atau mereka dapat menyimpan sebagian dari keuntungan untuk digunakan mendanai kegiatan
perusahaan sebagai laba ditahan. Jadi, perusahaan yang menguntungkan dapat menggunakan jenis
pembiayaan ekuitas ini — ingat, ini tetap ekuitas karena merupakan uang pemiliknya. Penggunaan laba
ditahan seringkali cukup untuk mendanai proyek-proyek yang lebih kecil, tetapi ketika perusahaan ingin
berkembang pesat atau melakukan investasi besar pada pabrik dan peralatan, mereka biasanya harus
mencari hutang atau menerbitkan saham baru.
4. Penjaminan perusahaan induk Anak perusahaan MNC sering kali bisa mendapatkan suku bunga yang
lebih rendah atas pinjaman ketika perusahaan induk mereka setuju untuk mengembalikan hutang. Artinya,
induk usaha akan membayar hutang jika anak perusahaan gagal bayar. Hal ini mengurangi risiko bagi
pemberi pinjaman dan meningkatkan kesediaan pemberi pinjaman untuk memberikan persyaratan yang
lebih menguntungkan. Hal yang sama terkadang terjadi pada orang-orang ketika mereka tidak memiliki
sumber keuangan untuk mendapatkan pinjaman guna membeli mobil atau rumah. Misalnya, orang tua
dapat mendukung pinjaman untuk pasangan muda agar mereka dapat membeli rumah pertama mereka.
Namun, ini adalah koin dua sisi. Ketika sebuah MNC mendukung anak perusahaan, perusahaan induk
mungkin melihat risiko kreditnya meningkat karena sekarang bertanggung jawab atas lebih banyak hutang.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009). Hlm 319-320
FAKTOR NEGARA

Kecuali kemampuan perusahaan induk untuk melunasi hutang anak perusahaan, faktor perusahaan yang
mempengaruhi struktur modal sebuah MNC serupa dengan faktor perusahaan dalam negeri. Namun,
tidak seperti perusahaan domestik yang hanya harus menanggapi konteks satu negara, MNC harus
mempertimbangkan kondisi negara di mana pun ia beroperasi. Beberapa faktor negarapertimbangkan
termasuk yang berikut:

1. Peraturan pasar saham (Stock market regulations) Jenis pelaporan keuangan yang diwajibkan oleh
pasar saham lokal (lihat bab tentang akuntansi), pembatasan pada perusahaan asing, dan
keengganan investor lokal untuk berinvestasi di perusahaan asing terkadang dapat mempersulit
peningkatan modal melalui ekuitas di beberapa negara. Alternatifnya, jika undang-undang suatu
negara membatasi investasi di negara lain atau menciptakan hambatan seperti aturan pajak yang
tidak menguntungkan untuk berinvestasi di pasar luar negeri, investor lokal mungkin memiliki lebih
sedikit peluang untuk membeli saham.Pasokan terbatas peluang investasi lokal ini membuat harga
saham lebih tinggi dan membuatnya lebih menarik bagi MNC untuk menggunakan ekuitas daripada
pembiayaan hutang di lokasi tersebut.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009). Hlm 319-320
FAKTOR NEGARA (2)

2. Kekuatan atau kelemahan mata uang lokal (Strength or weakness of local currencies): Jika
mata uang di negara tuan rumah relatif lemah terhadap mata uang negara induk, ada insentif
untuk menggunakan pembiayaan hutang lokal daripada meminjam dari laba ditahan perusahaan
induk. Alasan mengapa hal ini masuk akal adalah, dari perspektif perusahaan induk, membayar
bunga dalam mata uang yang lebih lemah berarti MNC mendapatkan pinjaman yang lebih
murah. Artinya, bunga yang dibayarkan dalam mata uang yang lebih lemah memberikan
pinjaman yang lebih murah daripada dengan mata uang yang lebih kuat. Sebagai alternatif, jika
pejabat keuangan MNC percaya bahwa mata uang negara tuan rumah akan terapresiasi relatif
terhadap negara asalnya, ada insentif untuk menginvestasikan lebih banyak dari laba ditahan
perusahaan induk di anak perusahaan karena investasi tersebut akan tumbuh nilainya
berdasarkan mata uang negara tuan rumah. Demikian pula, ada juga insentif agar anak
perusahaan menahan lebih banyak pendapatannya sehingga investasi akan tumbuh nilainya
berdasarkan mata uang negara asalnya.

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009). Hlm 319-320
FAKTOR NEGARA (3)

3. Risiko negara tuan rumah (Host country risk) Risiko tingkat tinggi negara mendorong manajer
multinasional untuk menemukan cara untuk meningkatkan Komitmen investor lokal untuk
keberhasilan perusahaan. Taktik yang umum adalah menggunakan lebih banyak pembiayaan
hutang lokal. Dalam kasus ini, jika pemerintah daerah melakukan sesuatu yang mengganggu kinerja
anak perusahaan MNC, maka hal itu akan membahayakan investor lokal. Karena warga lokal
berisiko lebih besar daripada orang asing, ada lebih banyak tekanan pada pemerintah untuk
memperhatikan kesejahteraan anak perusahaan lokal.
4. Undang-undang perpajakan lokal Negara (Local tax laws Countries) negara seringkali meminta
anak perusahaan MNC untuk membayar pajak atas penghasilan yang mereka kembalikan ke
perusahaan induk mereka. Sebagian besar negara juga memberikan pengurangan pajak untuk
pembayaran bunga pinjaman dari lembaga keuangan lokal. Situasi ini mendorong pembiayaan
utang daerah karena mengurangi pajak atas uang yang dikembalikan ke perusahaan induk. Ini
sangat menarik di negara-negara dengan tarif pajak tinggi karena pemotongan untuk pembayaran
bunga mengurangi pajak lebih banyak lagi.12 Tampilan 11.5 merangkum dampak kondisi negara
terhadap pembiayaan hutang

Referensi: John B. Cullen, K. Praveen Parboteeah - International Business_ Strategy and the Multinational Company-Routledge (2009). Hlm 321
KRITIK ATAS LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL; IMF

Masalah dihadapi lembaga keuangan internasional, yang selama ini lebih menjadi fokus kritik dan upaya
reformasi. Misalnya, meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) (www.imf.org) telah berfungsi dengan baik
selama beberapa dekade dalam mengawasi sistem moneter internasional dan memberikan nasihat
kebijakan ekonomi makro dan keuangan kepada anggotanya, banyak negara berkembang dan kurang
berkembang percaya bahwa kebijakan peminjamannya terlalu keras dan tidak fleksibel dan bahwa IMF tidak
sepenuhnya memahami dan menghargai situasi dan kebutuhan mereka. Beberapa kritikus mengecam
kurangnya otoritas dan sumber daya untuk mengelola ketidakseimbangan arus keuangan dan perdagangan.

Namun, mengingat kesulitan keuangan di banyak negara, seperti Meksiko, Polandia, Kolombia, Islandia,
Hongaria, Sri Lanka, dan lainnya di subSahara Afrika dan Amerika Tengah, tidak ada cukup dana untuk
memenuhi kebutuhan setiap orang. Mengingat tantangan ini, KTT G-20 2009 di London setuju untuk
memperkuat lembaga keuangan internasional melalui tiga kali lipat dari kapasitas pinjaman IMF menjadi $
750 miliar dan menyediakan alokasi $ 250 miliar hak penarikan khusus (SDR), cadangan internasional IMF.
mata uang. Selain itu, para pemimpin berjanji '' untuk mereformasi dan memodernisasi lembaga keuangan
internasional untuk memastikan mereka dapat membantu anggota dan pemegang saham secara efektif
dalam tantangan baru yang mereka hadapi '' dan diikuti pada tahun 2010 dengan secara substansial
meningkatkan hak suara di China.

Sumber: Michael R. Czinkota, Ilkka A. Ronkainen, Michael H. Moffet - International Business -John Wiley & Sons (2010). Hlm 42
KRITIK ATAS LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL; THE WORLD BANK

Demikian pula, Bank Dunia (http://www.worldbank.org) berhasil memenuhi tujuannya untuk


membantu rekonstruksi Eropa tetapi kurang berhasil dalam memajukan tujuan ekonomi negara
berkembang dan ekonomi pasar yang baru berkembang di bekas blok Soviet. Beberapa bahkan
mengklaim bahwa alih-alih mengentaskan kemiskinan, kebijakan bank yang salah arah mungkin
telah menciptakannya. G-20 tampaknya berkomitmen untuk memperkuat lembaga-lembaga
internasional untuk deretan baru tantangan ekonomi yang berasal dari dunia yang lebih global.

Reformasi diperlukan untuk memastikan bahwa lembaga keuangan internasional dapat


menjalankan peran pentingnya dalam memajukan stabilisasi dan pembangunan. Kanselir Jerman
Angela Merkel sangat vokal dalam menyerukan lembaga baru yang akan bertanggung jawab
untuk meningkatkan pengawasan semua pasar keuangan. Peran apa yang akan dimainkan oleh
lembaga keuangan internasional saat ini untuk tujuan itu masih harus dilihat.

Sumber: Michael R. Czinkota, Ilkka A. Ronkainen, Michael H. Moffet - International Business -John Wiley & Sons (2010). Hlm 42
TERIMAKASIH

Muhammad Luthfi Hamdani, SM., MM (2021) 24

Anda mungkin juga menyukai