Anda di halaman 1dari 22

KAPITALISASI DAN STRUKTUR

MODAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah "Manajemen Keuangan II".
Dosen pembimbing : Drs. Muhamad Masruri, MM

Disusun oleh :
Kelompok 5

1. Rizka Yuliana (201411079)


2. Dwi Indah Ratna N. (201411101)
3. Muhammad Saiful Anwar (201411103)
4. Christina Wida Pancawati (201411109)
5. Muhammad Zaki Amirudin (201411125)
6. Susilo (201x11xxx)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya tugas pembuatan makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh Bapak Masruri selaku dosen mata kuliah "Manajemen
Keuangan II".
Harapan kami adalah semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat
dan dapat menambah wawasan pembaca. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunan tugas ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca demi tercapainya perbaikan dalam tugas-tugas
maupun makalah berikutnya.

Kudus, Oktober 2016

Kelompok 5

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
2.1. Hubungan Antara Kapitalisasi dan Struktur Modal ................................. 4
2.2. Teori-teori Kapitalisasi ............................................................................. 5
2.2.1. Teori Kapitalisasi Berdasarkan Pendapatan ...................................... 5
2.2.2. Teori Kapitalisasi Berdasarkan Biaya ............................................... 6
2.3. Over dan Under-Capitalization ........................................................ 7
2.4. Cara-Cara Untuk Mengatasi Over Dan Under-Capitalization ........ 11
2.5. Recapitalization dan Debt Readjustment ........................................ 12
2.5.1. Recapitalization ............................................................................... 12
2.5.2. Debt Readjusment ........................................................................... 14
2.6. Struktur Modal yang Optimum .............................................................. 14
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal .............................. 16
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 20
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 20
3.2. Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

2|Page
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap perusahaan, baik yang dibangun oleh individu ataupun kelompok
pada dasarnya memerlukan modal didalam mengoperasionalkan usahanya.
Mengkaji hal terrsebut maka, struktur modal adalah perimbangan atau
perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Kebijakan mengenai struktur
modal melibatkan pertimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian.
Penambahan utang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi juga berdampak
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin tingginya resiko
yang harus ditanggung oleh perusahaan cenderung menurunkan harga saham,
tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan
harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian sehingga
memaksimalkan harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen
perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin
merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut dapat berubah dari
waktu ke waktu. Oleh sebab itu untuk menentukan struktur modal suatu
perusahaan harus mempertimbangkan berbagai variable yang mempengaruhinya.
Perlu diingat bahwa baik buruknya struktur modal berdampak langsung pada
kondisi keuangan (posisi financial).

1.2. Rumusan Masalah


1) Menjelaskan hubungan antara kapitalisasi dan struktur modal.
2) Menjelaskan teori-teori kapitalisasi.
3) Mengetahui hubungan over dan under-capitalization.

3|Page
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Hubungan Antara Kapitalisasi dan Struktur Modal


Charles W. Gerstenberg menyatakan bahwa kapitalisasi seringkali
digunakan untuk menunjukkan jumlah securities yang beredar (outstanding) di
dalam bentuknya modal saham (capital stock) dan obligasi (long-term bonds).
Untuk maksud-maksud atau tujuan praktis, kapitalisasi sering diartikan juga
sebagai jumlah nilai accounting keseluruhan modal yang selalu atau secara tetap
digunakan dalam perusahaan,dan modal terebut dalam bentuk modal saham,
surplus dan utang jangka panjang.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 01/KM.12/2001 yang
dimaksud dengan Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua
pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan
kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka
menambah nilai-nilai aset tersebut.
Dengan demikian maka kapitalisasi meliputi:
a) Modal sendiri, yang terdiri dari modal saham dan surplus dalam segala
bentuknya.
b) Modal asing, yang terdiri dari obligasi atau utang jangka panjang lain yang
serupa.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan hutang jangka
panjang dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal merupakan
cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang
dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya dengan
masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk
kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan dengan
pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat
mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal
dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal
adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan

4|Page
kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan.
Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan
tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan
tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko
yang makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga
saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan
menaikkan harga saham tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur
modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan pengembalian
sehingga memaksimumkan harga saham ( Brigham dan Houston, 2001).

2.2. Teori-teori Kapitalisasi


2.2.1. Teori Kapitalisasi Berdasarkan Pendapatan
(The Earning Theory of Capitalization)
Nilai suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan pendapatan yang
didapatkan setiap tahunnya dikalikan dengan multiplier tertentu. Sebelum
menentukan multiplier tersebut harus ditentukan dulu rate of return atau tingkat
pendapatan investasi yang dikehendaki bagi modal yang akan ditanamkan dalam
suatu perusahaan tertentu.
Multiplier dapat ditentukan dengan membagi 100% oleh rate of return
tersebut. Dengan demikian maka kapitalisasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1) Berapa pendapatan atau pendapatan rata-rata yang dapat dihasilkan
perusahaan
2) Berapa rate of return yang layak bagi modal yang diinvestasikan.

Contoh Soal 1 :
Suatu perusahaan dapat menghasilkan keuntungan netto rata-rata Rp
100.000,00 per tahun dan 8% adalah merupakan fair rate of return untuk jenis
perusahaan tersebut. Berapakah kapitalisasi berdasarkan earnings perusahaan
tersebut?

5|Page
Jawab :
100.000
100 = 1.250.000
8

Maka kapitalisasi berdasarkan earnings adalah sebesar Rp 1.250.000,00

Contoh Soal 2 :
PT. ABC telah berdiri selama beberapa tahun dan sukses. Pemilik
perusahaan ingin menjual perusahaan kepada perusahaan XYZ dengan harga
1.000.000,00.
Dalam hal ini XYZ mengadakan penyelidikan tentang keadaan financial
perusahaan tersebut dan diketahui bahwa earningsnya rata2-rata selama 5 tahun
adalah Rp 100.000,00 per tahun. Apabila XYZ menyetujui harga Rp 1.000.000,00
berarti bahwa rate of return sebesar 10% dianggap wajar. Tetapi XYZ
menganggap hal itu masih terlalu rendah karena XYZ harus masih
menanggung resiko kemungkinann adanya saingan baru yang akan membuka
perusahaan di dekatnya. Dan hal ini dapat mengurangi earningsnya. Maka XYZ
menawar dan dicapai kesepakatan harga Rp 600.000,00. Berapakah earnings
perusahaan dikapitalisir atas dasar fair rate of return?
Jawab :
100.000
100% = 16.67%
600.000

Ini berarti earnings perusahaan dikapitalisir atas dasar fair rate of return 16,67%,

2.2.2. Teori Kapitalisasi Berdasarkan Biaya


(The Cost Theory of Capitalization)
Menurut cost theory, kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed
capital yang digunakan perusahaan, biaya mendirikan perusahaan, jumlah modal
kerja yang dibutuhkan, dll. Jadi kapitalisasi didasarkan pada cost yang telah
dikeluarkan. Makin besar cost-nya makin besar nilai kapitalisasinya. Tetapi cara
ini tidak dapat memberikan basisyang kuat karena apabila ada fixed assets
menganggur, menjadi usang atau kurang efisien penggunaannya, maka earning

6|Page
akan turun dan perusahaan tidak dapat membayar fair return dari modal yang
diinvestasikan, dan ini akan menimbulkan overcapitalization.

2.3. Over dan Under-Capitalization


Dikatakan bahwa dalam suatu perusahaan terdapat overcapitalization
apabila :
a) Earning-nya tidak cukup untuk mendapatkan fair return dari jumlah modal
yang diinvestasikan, atau average rate of return jauh dibawah fair rate of
return-nya.
b) Jumlah securities yang ada dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
assetsnya.
Sebaliknya dikatakan bahwa dalam suatu perushaan terdapat under
capitalization ialah :
a) Average rate of return dari perusahaanjauh lebih tinggi disbanding rate of
return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan, atau average rate
of return berada jauh di atas fair rate of return.
b) Jumlah nilai securities yang tercantum dalam neraca jauh lebih kecil
daripada nilai riil assets-nya.

1. Over dan Under-Capitalization dalam Hubungannya dengan


Earnings.
Over-capitalization dalam hubungannya dengan earning terjadi karena:
a) Adanya Over-Estimation terhadap Earning
Misalnya suatu perusahaan baru memperkirakan akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp.300.000,00 setahunnya, dan ditetapkan bahwa fair
returnnya adalah 5%. Earning tersebut apabila dikapitalisasikan dengan 5% maka
akan menghasilkan nilai kapitalisasi sebesar Rp.6.000.000,00, yaitu:
100
. 300.000,00
5
Berdasarkan perhitungan tersebut perusahaan akan mengeluarkan saham
sebesar Rp.6.000.000,00. Tetapi kemudian setelah perusahaan berjalan ternyata
hanya dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.200.000,00. Dalam hal ini

7|Page
ternyata bahwa earning dinilai terlalu tinggi, atau adanya overestimation
terhadap earning. Dalam keadaan yang demikian itu perusahaan tidak akan dapat
membayar dividen sebesar 5% kepada para pemegang saham seperti apa yang
diharapkan semula. Berdasarkan earning yang sebenarnya itu, yaitu
Rp.200.000,00 dengan fair rate of return sebesar 5%, maka sewajarnya
perusahaan tersebut mempunyai nilai kapitalisasi sebesar :
100
. 200.000,00 = . 4.000.000,00
5
Dengan demikian ini berarti bahwa untuk menghasilkan earning sebesar
Rp.200.000,00 cukup hanya dibutuhkan modal saham Rp.4.000.000,00. Ini berarti
pula bahwa jumlah saham sebesar Rp.6.000.000,00 adalah terlalu besar atau
dengan kata lain dikatakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan over-
capitalized.

b) Adanya Under-Estimation terhadap Fair Rate of Return


Misalnya sekarang apabila perusahaan tersebut tetap mengharapkan earning
sebesar Rp.300.000,00 dengan fair return setinggi 5%. Tetapi ternyata kemudian
bahwa investor tidak bersedia menanamkan modalnya apabila tidak mendapatkan
rate of return sebesar 10%. Dalam keadaan yang demikian, di mana fair rate of
return yang diharapkan oleh pemberi modal lebih tinggi daripada yang
diperkirakan semula, meskipun perusahaan dapat menghasilkan keuntungan
sebesar Rp.300.000,00 namun nilai kapasitasnya akan lebih kecil dibandingkan
dengan apabila tidak ada under-estimation terhadap fair rate of return sebesar
Rp.300.000,00 dengan fair rate of return setinggi 10% maka dihasilkan nilai
kapitalisasi sebesar :
100
. 300.000,00 = . 3.000.000,00
10
Dengan demikian maka perusahaan tersebut yang bermodal saham
Rp.6.000.000,00 adalah dalam keadaan over-capitalized. Over-capitalized yang
disebabkan baik karena adanya overestimation terhadap fair rate of return
akan mempunyai efek yang sama terhadap kurs sahamnya, yaitu bahwa kurs
sahamnya akan turun. Hal ini pertama-tama disebabkan karena pemegang saham
tidak senang menerima dividen yang lebih rendah daripada yang diharapkan

8|Page
semula dan keduanya karena rate 5% adalah lebih kecil daripada rate of
return yang dianggap wajar bagi perusahaan yang sejenis (10%).
Pada contoh yang pertama (over-estimation terhadap earning), keuntungan
yang diharapkan adalah Rp.300.000,00 yang ini merupakan 5% dari
Rp.6.000.000,00. Padahal keuntungan yang riil adalah Rp.200.000,00 sehingga
dengan demikian dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang saham
hanyalah sebesar :
200.000
100% = 3,3%
600.000
Pada contoh yang kedua (under-estimation terhadap fair rate of return), di
mana rate of return yang sebenarnya adalah 10%, padahal menurut estimation-
nya semula hanyalah setinggi 5%, yang ini berani lebih rendah daripada rate
yang sebenarnya (actual rate of return).
Karena akibat dari kedua keadaan tersebut maka banyak pemegang saham
yang menjual sahamnya sehingga hal ini akan menurunkan kurs-nya.

2. Under-Capitalization dalam Hubungannya dengan Earning


Under-capitalization dalam hubungannya dengan earning dapat terjadi
karena:
a) Adanya Under-Estimation terhadap Earning
Apabila keuntungan yang diperoleh sebenarnya lebih besar daripada apa
yang diperkirakan semula, dengan rate of return tertentu akan dihasilkan nilai
kapitalisasi yang lebih besar daripada yang diperhitungkan sebelumnya. Apabila
perusahaan yang digunakan sebagai contoh di muka, kenyataannya menghasilkan
keuntungan sebesar Rp.400.000,00 dengan fair rate of return setinggi 5% akan
menghasilkan nilai kapitalisasi sebesar :
100
. 400.000,00 = . 8.000.000,00
5
Menurut perkiraan semula keuntungannya Rp.300.000,00 dan dengan
demikian nilai kapitalisasinya sebesar Rp.6.000.000,00. Dalam keadaan yang
demikian maka perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan under-capitalized.
Sebenarnya perusahaan tersebut mempunyai nilai lebih dari Rp.6.000.000,00
tetapi hanya dinilai sebesar itu, sehingga di dalam perusahaan tersebut terdapat

9|Page
under-capitalization yang disebabkan karena adanya under-estimation
terhadap earning.

b) Adanya Over-Estimation terhadap Fair Rate of Return


Penetapan fair rate of return yang terlalu tinggi dapat pula mengakibatka
perusahaan dalam keadaan under-capitalized. Estimasi fair rate of return
semula adalah 5%, dan apabila ternyata kemudian rate of return yang dianggap
wajar bagi industry yang bersangkutan hanya 4%, maka keadaan inipun akan
mengakibatkan adanya nilai kapitalisasi yang lebih besar. Dengan keuntungan
Rp.300.000,00 dan fair rate of return 5% menghasilkan nilai kapitalisasi sebesar
Rp.6.000.000,00. Sekarang dengan fair rate of return 4% akan menghasilkan
nilai kapitalisasi sebesar :
100
. 300.000,00 = . 7.500.000,00
4
Dengan demikian maka perusahaan yang dinilai Rp.6.000.000,00 adalah
under-capitalized.

3. Over dan Under-Capitalization dalam Hubungannya dengan Assets


Selisih antara nilai riil dari assets dengan nilai kapitalisasi dalam over-
capitalized-company dapat timbul karena berbagai-bagai sebab, antara lain :
a) Adanya watering dan stock/saham (stock-watering), di mana nilai riil dari
assets adalah lebih kecil driapda jumlah nilai modal saham yang digunakan
untuk membiayai assets tersebut, atau dengan kata lain apabila besarnya
jumlah nilai modal saham yang tercantum dalam neraca adalah lebih besar
daripada nilai intrinsik dari aktivanya.
Dalam literatur Belanda keadaan tersebut ialah apa yang disebut Kapital-
Watering.
Dengan demikian maka nilai assets yang tercantum dalam neraca adalah
terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai riil atau nilai intrinsiknya, atau
dengan kata lain nilai assets yang terdapat dalam Neraca adalah overstead.
b) Over-valuation dapat pula terjadi karena adanya depreciation policy
yang tidak tepat (misalnya depresiasinya terlalu kecil sehingga nilai
bukunya adalah lebih besar daripada nilai riilnya).

10 | P a g e
c) Over-valuation dapat pula terjadi karena turunnya price-level sehingga
nilai riilnya adalah lebih rendah daripada nilai bukunya.

Perusahaan yang dalam keadaan under-capitalized, tetapi yang dapat


bekerja dengan baik. Di mana stocknya dapat dijual dengan harga yang tinggi,
kemungkinan nilai riil dari assetsnya akan lebih tinggi daripada nilai yang
tercantum dalam Neraca. Dengan demikian maka nilai atau jumlah nilai modal
saham dari perusahaan yang tercantum dalam neraca adalah lebih kecil daripada
nilai riil dari assetsnya.
Keadaan ini dapat terjadi karena :
a) Adanya under-valuation terhadap assetsnya.
b) Adanya depreciation-allowance yang terlebih besar, sehingga nilai buku
yang tercantum dalam Neraca adalah lebih rendah daripada nilai riilnya.
c) Adanya kenaikan general price-level, sehingga nilai riil assetsnya adalah
lebih lebih tinggi daripada nilai bukunya.

Kekurangan modal (under-finanzierung) tidak ada hubungannya dengan


metode atau basis dari valuation of assets yang dimiliki oleh perusahaan,
melainkan ini hanya disebabkan karena perkiraan yang tidak teapat mengenai
besarnya jumlah modal yang dibutuhkan oleh perusahaan.

2.4. Cara-Cara Untuk Mengatasi Over Dan Under-


Capitalization
Apabila over dan under-capitalization ternyata menimbulkan
kesukaran-kesukaran finansiil atau menampakkan adanya ancaman-ancaman
kesukaran finansiil, maka financial manager perlu sehera mengadakan
penyusunan kembali struktur modalnya (capital restructuring) agar supaya
perusahaan tersebut dapat kembali dalam keadaan properly-capitalized. Salah
satu obat untuk memperbaiki over-capitalized yang disebabkan karena adanya
over-valuation terhadapt assetsnya sehingga nilai modalnya yang tercantum
dalam neraca lebih besar daripada nilai riil atau nilai intrinsik dari assetsnya,
adalah dengan memeras atau membuang air yang terdapat dalam saham

11 | P a g e
dengan cara mengurangi jumlah nilai modal saham atau jumlah lembar saham
yang beredar. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi nilai nominal saham atau
dengan meminta para pendiri untuk menyerahkan kembali sebagian dari
sahamnya kepada perusahaan.
Sebaliknya salah satu obat yang sederhana untuk mengurangi harga yang
dianggap terlalu tinggi dari saham dari perushaan yang dalam keadaan under-
capitalized dan perusahan yang success ialah dengan mengadakan stock-splits.
Pembayaran dividen dalam bentuk saham yaitu yang disebut stock-dividend
adalah juga cara lain untuk mengobati keadaan perusahaan yang dalam keadaan
under-capitalized. Pengertian stock-splits dan stock-dividend telah
dibicarakan dalam Bab 15.

2.5. Recapitalization dan Debt Readjustment


2.5.1. Recapitalization
Salah satu bentuk dari capital restructuring adalah recapitalization.
Sebagaimana diuraikan di muka, her-kapitalisasi (recapitalization) adalah
menyangkut penyusunan atau pengaturan kembali struktur modal suatu
perusahaan, yang dilakukan secara sukarela dan tanpa disertai dengan
pengorbanan, baik oleh pemilik modal sendiri maupun oleh kreditur. Misalnya
dengan memperbesar atau memperkecil sebagian dari laba ditahan. Apabila
menyangkut saham, baik saham biasa maupun saham preferen, maka her-
kapitalisasi dapat mengakibatkan bertambah atau berkurangnya jumlah lembar
saham yang beredar, naik atau turunnya nilai sahamnya.
Tujuan utama mengadakan her-kapitalisasi adalah untuk menyesuaikan
struktur modalnya dengan keadaan dan perkembangan perusahaannya. Suatu
perusahaan yang dapat berkembang dengan baik akan dapat memperoleh
keuntungan yang lebih besar, sehingga earning per share-nyapun makin tinggi.
Suatu perusahaan yang memperoleh keuntungan jauh di atas keuntungan rata-rata
dalam industry, akan dapat menempatkan perusahaan tersebut dalam keadaan
under-capitalized.

12 | P a g e
Agar supaya perusahaan tersebut dapat kembali lagi dalam keadaan
properly capitalized maka terhadap perusahaan tersebut perlu diadakan her-
kapitalisasi, misalnya dengan mengadakan kapitalisasi dari surplusnya, sehingga
surplus tersebut sebagian atau seluruhnya menjadi sham. Kemudian saham
tersebut diberikan sebagai stock dividend kepada para pemegang saham. Dalam
hal ini maka jumlah modal saham bertambah dan surplusnya berkurang.
Her-kapitalisasi dapat pula dimaksudkan untuk menyederhanakan struktur
modalnya. Suatu perusahaan yang semula mempunyai bermacam-macam
golongan securities, dapat menyederhanakan struktur modalnya, misalnya dengan
mengeluarkan satu jenis securities untuk mengganti beberapa jenis atau golongan
securities lainnya.
Tujuan lainnya dari her-kapitalisasi ialah untuk menurunkan harga shamnya
yang dianggap terlalu tinggi dengan cara memberikan stock dividen. Dengan
bertambahnya jumlah lembar saham maka harga saham dapat diturunkan dalam
batas range yang diinginkan. Harga saham yang terlalu tinggi melampaui batas
yang diinginkan tidaklah begitu menarik bagi para investor. Untuk menjadikan
sahamnya lebih menarik bagi para investor ialah dengan cara menurunkan
harganya, yang ini dapat dijalankan baik dengan mengadakan stock dividend
maupun stock splits.
Selain daripada tujuan-tujuan tersebut di atas, her-kapitalisasi dapat pula
dimaksudkan untuk melancarkan proses penggabungan dari beberapa perusahaan
yang telah bersepakat untuk menggabungkan diri. Sebagai langkah untuk
mengadakan pneyamaan atau equalisasi terhadap nilai saham dari perusahaan-
perusahaan yang akan bergabung atas basis yang sederhana dan yang adil, maka
masing-masing perusahaan tersebut perlulah mengadakan her-kapitalisasi
terhadap modal sahamnya.
Adapun metode atau cara dalam mengadkaan her-kapitalisasi ialah dengan
mengubah nilai nominal dari saham, atau membeli kembali sebagian dari saham
yang beredar (repurchasing of stock).
Recapitalizations terjadi baik dalam periode prosperity maupun depression.
Dalam prosperity pada umumnya adalah dalam benuk stock-splits dan stock-
dividends. Dalam depression adalah dalam bentuk reverse-splits.

13 | P a g e
2.5.2. Debt Readjusment
Debt readjustment adalah juga salah satu bentuk dari capital restructuring.
Sebagaimana diurakan di muka, debt readjustment adalah menyangkut perubahan-
perubahan yang fundamental dalam struktur modal yang menyangkut struktur
utangnya misalnya mengubah status utang jangka pendek menjadi jangka panjang,
mengganti utang lama dengan utang baru, dan lain sebagainya. Istilah
readjustment atau sering disebut debt-readjustment sering digunakan untuk
menggambarkan suatu proses di mana suatu bentuk utang diganti dengan jenis
utang yang lain. Apabila dalam proses tersebut perusahaan tidak mendapatkan
uang baru, maka prose tersebut disebut refinancing. Refinancing misalnya
dijalankan dengan mengeluarkan securities baru untuk melunasi utang-utangnya.
Bentuk yang banyak terdapat ialah apa yang disebut Refunding of Debt
yaitu pengeluaran obligasi baru untuk mengganti obligasi yang lama. Termasuk
dalam pengertian ini adalah juga perubahan bentuk dari obligasi biasa menjadi
obligasi hipotecair. Tujuan utama mengapa readjustment antara lain adalah untuk
memperbaiki posisi likuiditas, posisi solvabilitas dan kadang-kadang juga untuk
menurunkan tingkat bunga dari utang lamayang disertai dengan tingkat bunga
yang tinggi dengan utang baru yang tingkat bunganya lebih rendah. Tujuan-tujuan
lainnya mengadakan debt readjustment adalah untuk memperpanjang hari
jatuhnya (menunda saat pembayarannya), mengurangi jumlah utang pokoknya.
Baik recapitalization maupun readjustment biasanya dijalankan atas inisiatif
dari management sendiri, dan hal ini dijalankan tanpa ada tekanan sehingga
sifatnya adalah voluntary.

2.6. Struktur Modal yang Optimum


Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya
mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat
mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.
Apabila kebutuhan dana sudah demikian meningkatnya karena pertumbuhan
perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada
pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari

14 | P a g e
utang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity
financing) dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.
Kalau dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber ekstern tersebut kita
lebih mengutamakan pada utang saja maka ketergantungan kita pada pihak luar
kan makin besar dan risikio financiilnyapun makin besar. Sebaliknya kalau kita
hanya mendasarkan pada saham saja, biaya akan sangat mahal. Sebagaimana
diketahui dalam Bab 14 biaya penggunaan dana yang berasal dari saham baru
(cost of new common stock) adalah yang paling mahal dibandingkan dengan
sumber-sumber dana lainnya.
Oleh karena itu perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antar
kedua sumber dana tersebut. Kalau kita mendasarkan pada prinsip hati-hati, maka
kita mendasarkan pada aturan struktur finansiil konservatif dalam mencari struktur
modal yang optimal.
Sebagaiman diuraikan dalam Bab 2, aturan struktur finansiil konservatif
yang vertical menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimananpun juga
jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri,
atau dengan kata lain Debt Ratio jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal
yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya
(modal sendiri).
Apabila kita mendasarkan pada konsep cost of capital maka kita akan
mengusahakan dimilikinya struktur modal yang optimum dalam artian struktur
modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average
cost of capital)
Sebagaimana dikehendaki dalam Bab 14 yaitu pembicaraan tentang cost of
capital, besar kecilnya average cost of capital adalah terganutng pada proporsi
maisng-masing sumber dana beserta biaya dari masing-masing komponen sumber
dana tersebut.

15 | P a g e
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing
(jangka panjang) dengan modal sendiri. Masalah struktur modal merupakan
masalah yang penting bagi setiap perusahaan. Karena baik buruknya struktur
modalnya akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansiil
perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, di
mana mempunyai utang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat
kepada perusahaan yang bersangkutan.
Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam
menentukan jenis securities yang dikeluarkan. Sebagaimana diuraikan di muka
masalah struktur modal adalah erat berhubungan dengan masalah kapitalisasi, di
mana susunan dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah
merupakan struktur modalnya.
Struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana
faktor-faktor utama ialah:

a) Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah
sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat
bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan di tarik, apakah
perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi. Sebagiamana diuraikan di
muka bahwa penarikan obligasi hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih
rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut.

b) Stabilitas dan Earning


Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh oleh suatu perusahaan
akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal
dengan beban tetap atau tidak.
Suatu perusahaan mempunyai earning yang stabil akan selalu dapat
memenuhi kewajiban finasilnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earning tidak stabil dan unpredictable
akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga atau tidak dapat

16 | P a g e
membayar angsuran-angsuran utangnya pada tahun-tahun atau keadaan yang
buruk.
Perusahaan public utilities misalnya di mana mempunyai earning yang
relative stabil dapat mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk mengadakan
pinjaman atau penarikan modal asing dibandingkan dengan perusahaan industry
barang-barang luks.

c) Susunan dari Aktiva


Kebanyakan perusahaan dari industri di mana sebagian besar dari modalnya
tertanam dari aktiva tetap (fiksed Assets), akan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu dari modal sendiri,
sedangkan modal asing sufatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan
dengan adanya aturan struktur finansiil konservatif yang horizontal yang
menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat
menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen.
Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya sendiri dari aktiva
lancer akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka
pendek.

d) Kadar Resiko dari Aktiva


Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah
tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam
perusahaan, makin besar derajat resikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang tak ada henti-hentinya, dalam artian
ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam
artian teknis masih dapat digunakan.
Dalam hubungan ini kita mengenal adanya prinsip aspek risiko di dalam
ajaran pembelanjaan perusahaan, yang menyatakan bahwa apabila ada aktiva yang
peka risiko, maka perusahaan harus lebih banyak membelanjai dengan modal
sendiri, modal yang tahan risiko, dan sedapat mungkin mengurangi pembelanjaan
dengan modal asing atau modal yang takut risiko. Dengan ringkas dapatlah
dikatakan bahwa makin lama modal harus diikatkan, makin tinggi derajat

17 | P a g e
risikonya, makin mendesak keperluan akan pembelanjaan seluruhnya atau
sebagian besar dengan modal sendiri.

e) Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan


Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh
terhadap jenis modal yang akan di tarik. Apabila jumlah modal yang dibutukan
sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu
mencari sumber lain. Sebaliknya apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah
sangat besar, sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja (misalnya
dengan saham biasa), maka perlulah dicari sumber yang ain (misalnya dengan
saham preferen dan obligasi). Dengan ringkas dapatlah dikatakan bahwa, apabila
jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi
perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan securities secara
bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak
begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan securities saja.

f) Keadaan Pasar Modal


Keadaan pasar modal sering mengalami perubahaan disebabkan karena
adanya gelombang konjungtor. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (up-
swing) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.
Berhubung dengan itu maka perusahaan dalam rangka usaha untuk
mengeluarkan atau menjual securities haruslah menyesuaikan dengan keadaan
pasar modal tersebut.

g) Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempenyai pengaruh yang langsung dalam
pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Seorang
manajer yang bersifat optimis yang memandang masa depannya dengan cerah,
yang mempunyai keberanian untuk menanggung risiko yang besar (risk seeker),
akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang
berasal dari utang (debt financing) meskipun metode pembelanjaan dengan utang
ini memberikan bebean finansiil yang tetap. Sebaliknya seorang manajer yang

18 | P a g e
bersifat pesimis, yang serba takut untuk menanggung risiko (risk averter) akan
lebih suka membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari
sumber intern atau dengan modal saham (equity financing) yang tidak mempunyai
beban financial yang tetap.

h) Besarnya Suatu Perusahaan


Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya terbesar sangat luas, setiap
perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
kemungkinan hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil di mana
sahamnya hanya tersebar di linkungan kecil, penambahan jumlah saham akan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap terhadap kemungkinan hilangnya
kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian
maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan
lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk
membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

19 | P a g e
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran
untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan
kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka
menambah nilai-nilai aset tersebut.
Dengan demikian maka kapitalisasi meliputi:
1. Modal sendiri, yang terdiri dari modal saham dan surplus dalam segala
bentuknya.
2. Modal asing, yang terdiri dari obligasi atau utang jangka panjang lain yang
serupa.
Struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana
faktor-faktor utama ialah:
1. Tingkat bunga
2. Stabilitas dari earning
3. Susnan dari aktiva
4. Kadar risiko dari aktiva
5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
6. Keadaan pasar modal
7. Sifat manajemen
8. Besarnya suatu perusahaan

3.2. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan ini. Tak lupa
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu
dan kami perhatikan.

20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Bambang. (1995). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan IV.


Yogyakarta : BPFE

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai