Anda di halaman 1dari 30

Manajemen Keuangan II

Disusun Oleh:

Adillah pratiwi

C1B018065

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Universitas Bengkulu Tahun 2020
Bab 13.

Keputusan Struktural Modal

Konsep Leverage

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah
pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang
saham.
Menurut Frank J Fabozzi and Pamela Peterson (2000), capital structure is the combination of debt and
equity used to finance a firm’s projects. The capital structure of a firm is some mix of debt, internally
generated equity, and new equity.

Leverage secara Literal adalah pengungkit, ini biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban
yang berat. Dalam keuangan sendiri, Leverage mempunyai maksud yang sama seperti Literal namun lebih
spesifik lagi. Yang digunakan dalam meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Operating Leverage

Dimana perusahaan menggunakan beban tetap Oprasional yang berasal dari Biaya Depresiasi, Biaya
Produksi dan Pemasaran yang bersifat tetap, berpengaruh positif terhadap structural modal.

Leverage Financial

Leverage financial berkaitan dengan structural modal perusahaan. Perusahaan yang menggunakan konsep
beban tetap (bunga) yang tinggi berarti menggunakan hutang yang tinggi. Perusahaan tersebut dikatakan
mempunyai Laverage Financial yang tinggi, yang mana Degree Of Financial Leverage (DFL) untuk
perusahaan juga tinggi.

Ukuran financial leverage adalah Degree of Financial Leverage (DFL). DFL mengukur laba operasi yang
dihasilkan perusahaan jika dibandingkan dengan beban tetap (biaya bunga) yang harus dibayar
perusahaan karena penggunaan hutang (financial leverage). Lukas (2008 : 236)

Salah satu studi yang berjudul “Struktur dan Kinerja Modal dalam Perusahaan Amerika Latin (Juan
Collegos Mardones dan Gonzalo Ruiz Cuneo) menjelaskan mengenai kinerja keuangan perusahaan di
Amerika latin melalui lensa struktur modal dan struktur kepemilikan, adanya hubungan positif antara
keduanya dan pertumbuhan tindakan sebagai yang diusulkan.

Dewi (2004) dalam Rosalina (2010) menyatakan bahwa Leverage keuangan perusahaan akan
mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat risiko dan harga saham. Begitu pula yang diungkapkan
oleh Sutrisno (2009 : 04) bahwa harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan.

Kinerja perusahaan merupakan masalah utama bagi para investor, pemegang saham, dan ekonomi.
Dimana kinerja adalah mekanisme control, alokasi sumber daya dan penilaian kesehatan keuangan
perusahaan selama periode waktu (Rumelt, 1991.)

Kombinasi Leverage Operasi dengan Leverage Financial


Dimana Leverage operasi berkaitan dengan efek perubahan penjualan terhadap EBIT (laba sebelum
bunga dan pajak). Sementara leverage keuangan berkaitan dengan efek perubahan EBIT terhadap EAT
(laba setelah pajak). Perusahaan bisa mengkombinasikan keduanya untuk memperoleh leverage gabungan

Rasio Coverage

Rasio Coverage ingin melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat
tetap. Rasio keuangan yang paling merefleksikan optimalisasi struktur modal adalah rasio utang terhadap
ekuitas (Debt-to-Equity Ratio) dan WACC (Weighted Average Cost of Capital). Rasio utang terhadap
ekuitas membandingkan total liabilitas atau utang perusahaan dengan total pembiayaan dari ekuitasnya.
Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi menunjukkan bahwa bisnis menerima proporsi pendanaan utang
yang lebih besar daripada pendanaan ekuitasnya.

Dengan kata lain, dana dari investor tidak memiliki porsi sebanyak dari para kreditor. Implikasinya,
investor tidak ingin mendanai operasi bisnis karena perusahaan tidak memiliki kinerja yang baik.
Kurangnya kinerja mungkin juga menjadi alasan mengapa perusahaan mencari pembiayaan atau
pendanaan lebih dari instrumen utang. Perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi dan
mengalami penurunan performa keuangan harus terus melakukan pembayaran utangnya. Bahkan jika
bisnis gagal menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupinya juga tetap wajib untuk melunasi
utangnya. Tentu hal tersebut dengan cepat dapat menyebabkan pinjaman macet dan berakhir
kebangkrutan.[adrotate banner=”17″]

Pendekatan Biaya Modal

Manajer keuangan bisa menggunakan pendekatan biaya modal untuk menghitung struktur modal yang
optimal, yaitu yang bisa memaksimumkan nilai perusahaan. Biaya modal (cost of capital) adalah biaya
riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham
preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan.

Didalam ini, biaya untuk masing-masing Sumber Dana Jangka Panjang: Biaya modal hutang jangka
panjang; Metode singkat dan Metode nilai sekarang. Biaya saham preferen, Biaya saham biasa;
Pendekatan model Didiskonto Deviden dan Pendekatan Capital Asset Pricing Model.

Perbandingan dengan struktur modal Industri atau perusahaan lain.

Metode lain untuk menentukan struktur modal adalah dengan mengikuti struktur modal industri
(perusahaan yang sejenis, yang kemudian dirata-rata) atau perusahaan lain (satu atau dua) yang
mempunyai risiko bisnis yang sama.

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko
dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Untuk itu, dalam penetapan struktur modal
suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang memengaruhinya. Struktur modal
merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai
efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan, terutama dengan adanya utang yang sangat besar akan
memberikan beban kepada perusahaan.
beberapa faktor yang dapat memengaruhi Struktur Modal antara lain struktur aktiva atau tangibility,
growth opportunity, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan resiko bisnis. Dalam sebuah usaha, modal
adalah hal penting yang perlu diperhatikan untuk membangun dan mengembangkan usaha. Selain itu,
perencanaan keuangan yang matang juga perlu diperhatikan. Anda bisa melakukan perencanaan keuangan
dengan membuat laporan keuangan yang sangat berguna untuk memonitor masuk dan keluarnya
keuangan perusahaan.

Standar Dari Pihak Luar

Pihak luar (biasanya pemberi pinjaman) akan menetapkan standar tertentu dalam struktur modal. Jika
perusahaan ingin meminjam, maka perusahaan tersebut harus mengikuti standar yang telah ditetapkan
oleh pemberi pinjaman. Pada situasi lain, jika perusahaan ingin menerbitkan obligasi (surat hutang),
biasanya perusahaan tersebut akan dirating oleh perusahaan perating (contoh: Pefindo (Indonesia),
Moody’s, Standard and Poor’s (Amerika Serikat).

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan
menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran
kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman
obligasi tersebut dan dari keuntungan. Jenis-jenis obligasi antara lain adalah (Riyanto:2008)

Modal asing/hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus
dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. semakin besar proporsi modal asing/hutang jangka panjang
dalam struktur modal perusahaan, akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya
ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunganya pada tanggal jatuh
temponya. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan di
dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar.

Analisis Aliran Kas

Skousen,dkk (2009:284) menyatakan bahwa “laporan Arus kas (statement of cash flow) adalah laporan
keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu.”

Menurut PSAK No.2 paragraf 4 (IAI:2009), laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam asset bersih
perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi
jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi
arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang
dari laporan arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.

Pertimbangan lainnya dalam Struktur Modal

Stabilitas Penjualan. Perusahaan yang mempunyai penjualan yang stabil, bisa menggunakan hutang yang
semakin tinggi. Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, semakin mampu perusahaan tersebut
menutup kewajiaban-kewajibannya.
Tingkat pertumbuhan penjualan. Perusahaan yang mempunyai tingkat penjualan yang tinggi akan lebih
menguntungkan jika memakai hutang.

Struktur Aset. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang lebih besar (yang berusia panjang), apalagi
jika digabung dengan tingkat permintaan produk yang stabil, akan menggunakan hutang yang lebih besar.

Sikap Manajemen. Manajemen yang konservatif akan menggunakan hutang yang lebih sedikit, dan
sebaliknya. Pemegang saham yang ingin menjaga kendali atas perusahaanya akan menggunakan hutang
yang lebih banyak. Sebaliknya, jika perusahaan tidak berkepentingan terhadap kendali perusahaan, akan
cenderung menerbitkan saham baru.
BAB 15
 KEBIJAKAN DIVIDEN

Deviden

Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang
akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan. Tujuan
pembagian dividen adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Selain itu tujuan
pembagian dividen juga untuk menunjukkan likuiditas perusahaan, untuk memenuhi kebutuhan para
pemegang saham akan pendapatan riil, serta sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang
saham.

Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula
dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan
perusahaan yang membayar dividen tidak stabil (Sartono, 2001).

Hardiatmo & Daljono (2013) dalam penelitiannya menemukan pengaruh positif antara profitabilitas
terhadap kebijakan dividen. Hasil yang kontradiktif diperoleh Dewi (2008) dan Wira (2013) menemukan
bukti bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas
perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
(Sartono, 2001).

Nuringsih (2005) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah
tingkat hutang atau leverage. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat ukuran perusahaan
adalah total asset yang dimiliki.

Dewi (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Namun Hardiatmo & Daljono (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen. Sedangkan penelitian oleh Wira (2013) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Miller dan Modigliani (MM) berargumen bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan,
sementara argumen lain mengatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, dan
argumen terakhir mengatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan.

Kebijakan Deviden dan Kebijakan Investasi

Menurut Wirjolukito, et al dalam Suharli (2007) menyatakan bahwa pihak manajemen akan
membayarkan dividen untuk memberikan “sinyal” mengenai keberhasilan perusahaan dalam
membukukan profit.

Menurut Brigham dan Houston (2001), teori “bird in the hand” dapat dijelaskan dengan menggunakan
pemahaman bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari
dividen dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil
dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal (capital gain).
Kebijakan investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, karena keputusan
investasi menyangkut keputusan tentang pengalokasian dana, baik dilihat dari sumber dana maupun
penggunaan dana untuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Investasi modal sebagai aspek utama
kebijakan manajemen keuangan karena investasi adalah bentuk alokasi modal yang realisasinya harus
menghasilkan manfaat atau keuntungan di masa yang akan datang (Harmono, 2011:9).

Menurut Tandelilin (2010:2) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Istilah
investasi bisa berhubungan dengan berbagai macam aktivitas. Contohnya menginvestasikan sejumlah
dana pada asset real seperti tanah, emas, mesin dan bangunan maupun asset finansial seperti deposito,
saham ataupun obligasi merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan.

Kebijakan investasi adalah kebijakan terpenting dari kedua kebijakan lain dalam manajemen keuangan.
Investasi modal sebagai aspek utama kebijakan manajemen keuangan karena investasi adalah bentuk
alokasi modal yang realisasinya harus menghasilkan manfaat atau keuntungan di masa yang akan datang
(Harmono, 2011:9).

Argumen ketidakrelevanan kebijakan dividen mengasumsikan pasar yang sempurna dan efisien. Jika
pasar tidak sempurna, maka kebijakan dividen akan relevan. Argumen yang menyatakan bahwa kebijakan
dividen relevan berangkat dari asumsi ketidaksempurnaan pasar. Di satu sisi, argumen tersebut
mengatakan bahwa perusahaan perlu membayar dividen yang tinggi, di sisi lain, argumen tersebut
mengatakan sebaliknya, yaitu perusahaan perlu membayar dividen yang rendah.

MM menyatakan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan
diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam
situasi given, apabila perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, maka perusahaan harus
mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian
kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai
akibat penjualan saham baru. Oleh sebab itu, jika dividen dibagi atau ditahan tidak mempengaruhi
kemakmuran pemegang saham.

Menurut Walter dalam Kamaludin (2011:330) pembayaran dividen akan optimal ditentukan dengan
mengubah dividen hingga harga saham per lembar pasar menjadi maksimum. Walter, memberikan
rumusan, dividen akan optimal jika rasio pembayaran dividen sebesar nol (0) jika r (ROI) lebih besar dari
tingkat kapitalisasi pasar (p).

Menurut Myrton Gordon dan John Linter dalam Kamaludin (2011:332) bahwa biaya ekuitas akan turun
apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap capital gain
dibandingkan seandainya menerima dividen yang lebih pasti.

Menurut Kamaludin (2011:332) dasar berpijak teori ini bahwa bagi investor pendapat yang relevan
baginya adalah pendapatan bersih setelah pajak. Sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan juga
adalah pendapatan setelah pajak.

Kebijakan dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2017.
Keputusan investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2017.

Isi Informasi Dividen dan Efek Clientele

Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham
akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal.
Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang
ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan
harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen.
Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa
mendatang.

dividen adalah salah satu cara mengurangi asimetri informasi atau ketidak-seimbangan informasi antara
manajemen dan pemegang saham. Manajemen tentu lebih mengetahui detail kondisi perusahaan dan
prospeknya dibandingkan pemegang saham. Maka dividen kemudian menjadi alat ukur bagi investor
untuk menilai kinerja keuangan dan prospeknya dimasa mendatang. Secara tidak langsung. Teori ini
menunjukkan bahwa investor lebih menyukai dividen daripada mendapatkan capital gain. Maka pada
teori ini, pembayaran dividen akan meningkatkan nilai perusahaan. Menaikkan harga saham perusahaan.
Semakin tinggi pembayaran dividen, semakin tinggi nilai saham, respon pasar akan semakin bagus.

Modigliani and Miller [MM] meragukan teori ini bahwa perubahan harga saham setelah adanya
pembayaran dividen adalah reaksi investor yang lebih menyukai dividen dibanding laba ditahan.
Menurutnya investor hanya melihat adanya kandungan infomasi bahwa manajemen perusahaan mampu
mengelola aset-aset perusahaan yang ada hingga berhasil memperoleh laba. Investor tidak melihat besar
kecil dividen yang dibayarkan. Melainkan melihat informasi yang bisa menyebabkan harga saham naik.

Teori efek pelanggan atau clientele effect theory menjelaskan bahwa terdapat clientele atau kelompok
pemegang saham yang memiliki preferensi pandangan, kepentingan, dan tujuan yang berbeda dalam
menyikapi kebijakan dividen perusahaan. Sebuah perusahaan dimiliki oleh bermacam-macam tipe
investor; Ada investor yang menginginkan dividend an Ada pula yang tidak menginginkan dividen.

Ada kelompok pemegang saham yang menginginkan capital gain karena pertimbangan perpajakan. Ada
pula kelompok yang mengabaikan aspek pajak dan menginginkan pembagian dividen. Dengan adanya
kelompok-kelompok ini, kebijakan dividen yang diambil akan menguntungkan pemegang saham
kelompok tertentu, dan tidak menggembirakan bagi pemegang saham lainnya. Adanya kondisi seperti ini
bisa jadi mendorong perusahaan untuk menarik investor-investor yang sejalan dengan kebijakan dividen
perusahaan.

Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang
menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual)
setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai.

Beberapa Faktor dalam Kebijakan Dividen


Posisi Likuiditas Perusahaan. Kebutuhan Dana untuk Membayar Utang. Tingkat Ekspansi Aktiva.
Stabilitas Laba. Peraturan Hukum Perundang-undangan. Pengendalian Perusahaan.
Pembatasan dalam Perjanjian Utang. Kemampuan untuk Meminjam. Semakin besar kesempatan investasi
maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada
investasi yang menghasilkan NPV yang positif.

Menurut Fahmi (2012:4), investasi nyata (real investment) adalah bentuk investasi yang melibatkan aset
berwujud seperti tanah, gedung, mesin – mesin dan pabrik, sedangkan investasi keuangan (financial
investment) adalah bentuk investasi yang melibatkan kontrak tertulis seperti saham (common stock) dan
obligasi (bond). Investor yang ingin menanamkan modalnya di pasar modal akan membantu industri-
industri yang mengalami kesulitan dalam melakukan pendanaan.

Risiko yang ditanggung investor pada saat berinvestasi saham adalah risiko tidak mendapatkan dividen,
ketika perusahaan tidak bisa mengahasilkan keuntungan akan memperoleh capital loss yaitu selisih
negatif antara harga jual dengan harga beli (Hermanungsih, 2012 : 81)
Aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Sebaliknya
jika aliran kas tidak baik. Alasan lain adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan
yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari
akuisisi, perusahaan bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.

Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih
tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Jika pendapatan
perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan
semacam itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan
yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasai
kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba (Sartono, 2014:122).
Menurut Kasmir (2016:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Salah satu yang menjadi faktor penentuan pembayaran dividen yang menjadi acuann dalah
laba yang diperoleh perusahaan.

Menurut Issa (2015), Musiega et al. (2013), Juhandi et al. (2013), Silaban dan Purnawati(2016),
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan hasil penelitian yang berbeda dikemukakan oleh Sari dan Sudjarni (2015) yang menyatakan
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan diividen.

Likuiditas berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi
kewajiban atau utang pada saat ditagih atau jatuh tempo (Kasmir,2016:145). Likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendeknya tepat pada waktunya,
likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah
menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan (Sartono, 2014:116).
Pertumbuhan dari perusahaan dapat dilihat melalui pertumbuhan aset yang dimiliki perusahaan setiap
tahunnya. Tingkat pertumbuhan pada penelitian ini diproksikan dalam growth dengan melihat jumlah aset
pada saat ini dengan aset sebelumnya. Menurut Brigham dan Houston (2013:211) pertumbuhan
perusahaan akan mempengaruhi kebijakan dividen dimana tingkat pertumbuhan yang baik perusahaan
tentunya akan mengalokasikan dana yang di dapat perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan
mengurangi pembagian dividen kepada para pemegang saham.

Menurut Wirjolukito et al. dalam Suharli (2007) menyatakan bahwa pihak manajemen akan
membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan
profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
merupakan fungsi dari keuntungan. Likuiditas digunakan oleh investor untuk mengamati laporan
keuangan perusahaan dari sisi likuiditasnya dengan cepat dan mudah. Rasio likuiditas memperlihatkan
hubungan antara kas dengan aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Seringkali kontrak hutang,
obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Tetapi dalam
situasi buruk, dimana aliran kas lebih kecil, pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran
dividen oleh perusahaan.

Kebijakan Pembelian Saham Kembali (Stock Repurchases), Dividen Saham, dan Stock Split

Alternatif dari pembayaran dividen kas, perusahaan bisa melakukan pembelian saham kembali.
Pembelian saham perusahaan yang beredar tersebut bisa dilakukan melalui pasar sekunder Bursa Efek.
Saham yang dibeli tersebut masuk dalam rekening treasury stock. Secara teoritis, nilai perusahaan
sebelum dan sesudah pembelian saham kembali akan sama.

Stock Repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan adalah suatu kegiatan dimana perusahaan
melakukan pembelian kembali atas saham mereka yang telah beredar di pasar bursa, yang telah dimiliki
oleh para pemegang saham. Merupakan salah satu yang dilakukan perusahaan untuk mendistribusikan
Cashflow yang dimiliki perusahaan kepada pemegang saham selain dalam bentuk Deviden.

Wansley, Lane, dan Sarkar (1989) menjelaskan mengenai alasan yang digunakan oleh suatu perusahaan
ketika melakukan Stock Repurchase sebagai berikut; Deviden Substituation Hypothesis, karena pajak
yang dikenakan ketika melakukan stock repurchase lebih rendah dari pada pajak yang dikenakan untuk
deviden maka stock repurchase menjadi alternative yang lebih baik disbanding deciden mendestribusikan
cashflow kepada pemagang saham. Leverage Hypothesis, meningkatkan financial leverage, perusahaan
membagi kelebihan jumlah kapitalnya. Reissue Hypothesis, dilakukan perusahaan untuk menyediakan
sejumlah saham sebagai keperluan program pension, bonus, stock option, atau bentuk stock reissue
lainnya.

Investmen Hypothesis, perusahaan kurang memiliki kesempatan berinvestasi akan menggunakan


kelebihan kas yang dimilikinya untuk membeli kembali saham perusahaannya. Informastion Signalling
Hypothesis, perusahaan melakukan stock repuschase adalah untuk memberikan informasi atau sinyal
positif kepada para pemegang saham.
Smith (1990) menyebutkan bahwa stock repurchase adalah suatu cara bagi perusahaan untuk memberikan
sinyal kepada para pemegang saham bahwa perusahaan memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendapatan yang lebih besar pada masa mendatang.

Wealth Transfer Hypothesis, dlakukan ketika perusahaan mengalami Undervalue akan menyebabkan
Wealth transfer dari participasing stockholder, pemegang sahamyang bersedia menjual sahamnya kepada
nonparticipacing stockholder.

Jolls (1998) dan Weisbenner (1998) menyebutkan bahwa sebagian besar pertumbuhan stock repuschase
yang terjadi adalah sebagai akibat dari meningkatnya penggunaan stock option sebagai insentif yang
diberikan kepada manajer perusahaan.

Konsekuensi dari dividen saham dan stock split adalah bertambahnya jumlah saham yang beredar. Tetapi,
karena tidak ada nilai tambah (secara ekonomis), maka harga saham per-lembar menjadi lebih kecil. Total
efek dari dividen saham dan stock split tidak ada, dengan kata lain, nilai total perusahaan (saham) akan
sama. Reverse split merupakan kebalikan dari stock spit (pemecahan saham). Dalam reverse split,
beberapa lembar saham disatukan menjadi satu saham.

Dalam dunia nyata, reverse split dilakukan karena beberapa alasan. Pertama, saham yang nilainya terlalu
kecil sering dianggap sebagai saham yang tidak baik atau tidak ‘terhormat’. Investor menganggap
perusahaan tersebut mempunyai prospek yang kurang baik, dan cenderung menilai rendah
(underestimate). Untuk itu harga saham dinaikkan agar mendekati range yang ideal.
Kedua, jika harga saham meningkat, biaya transaksi diharapkan menjadi semakin kecil (kebalikan dari
penemuan empiris efek stock split). Biaya transaksi yang lebih kecil diharapkan mendorong likuiditas
saham.

BAB 16
 EFISIENSI PASAR KEUANGAN
Pasar dikatakan efisien jika harga mencerminkan semua informasi yang relevan. Implikasi teori tersebut
adalah investor tidak bisa memperoleh keuntungan abnormal yang konsisten. Secara umum, pasar
keuangan lebih kompetitif dan efisien dibandingkan dengan pasar riil. Karena itu secara umum NPV yang
positif lebih sulit diperoleh di pasar keuangan dibandingkan di pasar riil.

Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan
semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219) Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal
merupakan sesuatu yang dicari oleh pelaku pasar modal dalam upaya pengambilan keputusan. Jika suatu
informasi baru yang relevan masuk ke pasar dan berhubungan dengan suatu aktiva, informasi tersebut
digunakan untuk menganalisis serta menginterpretasikan nilai dari aktiva yang bersangkutan.

Pasar efesien akan mencerminkan infromasi yang relevan, karena ada Analisis dan kompetensi antar para
analis. Kedua hal tersebut akan menjamin informasi selalu mengalir ke pasar keuangan, dan dengan
demikian pasar menjadi selalu efisien. Menurut Fama (1970) dalam Hartono (2003), terdapat tiga
efficient market hypothesis (EMH) berdasarkan jenis informasi yang digunakan, yaitu: Efisiensi pasar
bentuk lemah (weak form) pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas
tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu.

Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-
harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all
publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporanlaporan keuangan perusahaan
emiten. Yang didalamnya seperti; pengumuman laba, pembagian dividen, dan pengembangan produk
baru. Informasi berupa peraturan pemerintah; regulasi BBM, peraturan akuntansi untuk mencantumkan
laporan arus kas yang harus dilakukan oleh semua perusahaan.

Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.

Fama (1991) dalam Tandelilin (2010) mengemukakan pengujian efisiensi pasar dibagi menjadi tiga
bagian yang dihubungkan dengan bentuk-bentuk efisiensi pasarnya, yaitu: Pengujian efisiensi bentuk
lemah dengan menyempurnakan efisiensi bentuk lemah menjadi klasifikasi yang lebih bersifat umum
untuk menguji prediktabilitas return (return predictability). Pengujian efisiensi bentuk setengah kuat
dilakukan dengan studi peristiwa (event study). Pengujian efisiensi pasar dalam bentuk kuat dilakukan
dengan pengujian informasi privat (private information).

Seorang investor dalam melakukan investasi saham selalu mengharapkan adanya return atau keuntungan.
Return dapat berupa return sesungguhnya (actual return) dan return ekspektasi (expected return). Return
sesungguhnya (actual return) merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih
harga sekarang terhadap harga sebelumnya. Return sesungguhnya dihitung berdasar data historis.
Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Perbedaan
antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi, yaitu return sesungguhnya sifatnya sudah terjadi
sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Pergerakan harga yang random mencerminkan pasar yang efisien. Harga berubah menyesuaikan diri
terhadap informasi baru yang datangnya bersifat random. Strategi teknikal adalah strategi yang berusaha
mengidentifikasi pola-pola tertentu pergerakan harga sekuritas dengan menggunakan data masa lampau.
Pengujian efisiensi bentuk lemah yang bisa dilakukan adalah dengan melihat profitabilitas strategi
teknikal. Strategi teknikal tersebut berangkat dari asumsi bahwa pasar tidak efisien dalam bentuk lemah.
Dengan demikian bisa diambil hipotesis, jika strategi teknikal bisa menghasilkan tingkat keuntungan,
maka hipotesis efisiensi bentuk lemah bisa ditolak.

Ada beberapa strategi teknikal moving average yang populer, salah satu diantaranya adalah dengan
mengamati perpotongan antara moving average pendek dengan moving average pajang.
(1)Strategi Fixed Moving Average (FMA): yaitu menahan posisi (beli atau jual) sampai hari tertentu
yang telah ditetapkan, misal 10 hari,
(2)Strategi Variable Moving Average (VMA): yaitu menahan posisi (beli atau jual) sampai signal yang
berkebalikan keluar (beli atau jual).

Prediksi return sekuritas bisa dilakukan dengan menggunakan variabel fundamental perusahaan
(karakteristik perusahaan). Disamping itu, beberapa paper mendokumentasikan pengaruh hari tertentu
atau bulan tertentu terhadap return. . Sebagai contoh, French (1980) mendokumentasikan bahwa return
pada hari Senin lebih rendah dibandingkan return pada hari lainnya. Fenomena tersebut dinamakan
sebagai Monday effect (efek hari Senin). Karakteristik (variabel) pasar nampaknya bisa dipakai untuk
memprediksi return saham dan obligasi jangka panjang. Karakteristik pasar tersebut antara lain, rasio
dividen terhadap harga untuk saham-saham S&P500, rasio earning terhadap harga untuk saham-saham
S&P500, spread tingkat bunga obligasi jangka panjang terhadap tingkat bunga obligasi jangka pendek
(premi jangka waktu), spread tingkat bunga obligasi rating tinggi (risiko rendah) terhadap tingkat bunga
obligasi rating rendah (risiko tinggi) – premi risiko.

Pengujian Efisiensi Bentuk Setengah Kuat

bentuk efisiensi setengah kuat (semi strong efficiency) yaitu keadaan dimana harga tidak hanya
mencerminkan harga-harga di waktu lalu, tetapi juga semua informasi yang dipublikasikan. Dengan kata
lain pemodal tidak dapat memperoleh keuntungan di atas normal dengan memanfaatkan informasi publik.
Para peneliti telah menguji keadaan ini dengan melihat peristiwa-peristiwa tertentu seperti penerbitan
saham baru, pengumuman laba dan dividen, perkiraan tentang laba perusahaan, perubahan praktek-
praktek akuntansi, merger, divestasi, dan sebagainya. Kebanyakan informasi ini dengan cepat dan tepat
dicermnkan dalam harga saham (Jogiyanto, 2003).

Dapat diketahui bahwa abnormal return selama hari pengamatan untuk semua model pengukuran
expected return adalah tidak signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasar modal Indonesia
dapat dikatakan tidak efisien dalam bentuk setengah kuat pada pengumuman dividend. Menurut teori
yang ada (Jogiyanto : 2003), pasar modal Indonesia dikatakan dalam bentuk setengah kuat jika investor
bereaksi dengan cepat (quickly) untuk menyerap abnormal return akibat adanya informasi yang
dipublikasikan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa selama lima hari setelah pengumuman, pasar tidak
secara cepat merespon adanya informasi yang dipublikasikan kecuali pada pengumuman laba.

Pengujian Efisiensi Bentuk Kuat

Pengujian efisiensi bentuk kuat bisa dilakukan untuk menguji apakah seseorang yang mempunyai
informasi pribadi bisa memperoleh keuntungan abnormal yang konsisten dengan memanfaatkan
informasi tersebut. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah melihat insider trading secara tidak
langsung. Pihak yang dianggap mempunyai inside information adalah manajer reksa dana (seperti mutual
fund). Manajer tersebut biasanya aktif mencari informasi, menganalisis informasi yang dipublikasikan,
bertemu dan berdiskusi dengan manajer perusahaan, meninjau perusahaan.
Pengujian awal terhadap prestasi manajer reksa dana di Amerika Serikat menunjukkan bahwa manajer
reksa dana tidak memperoleh keuntungan abnormal.

adalah efisiensi kuat (strong forms). Dalam keadaan ini, harga tidak hanya mencerminkan semua
informasi yang dipublikasikan, tetapi juga semua informasi yang bisa diperoleh dari analisis fundamental
tentang perusahaan dan perekonomian dan informasi-informasi lain yang tidak dipublikasikan. Dalam
keadaan semacam ini pasar modal akan menjadi seperti tempat pelelangan yang ideal, harga akan menjadi
sangat wajar, dan tidak ada investor yang mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik mengenai harga
saham (Jogiyanto, 2003).

Secara umum nampaknya pasar sudah efisien dalam bentuk setengah kuat dan lemah. Tetapi, efisiensi
pasar bentuk kuat nampaknya belum didukung. Untuk pasar modal Indonesia, nampaknya efisiensi
bentuk lemah didukung, sementara untuk bentuk setangah kuat, masih belum ada kesimpulan yang pasti.

Perhitungan risiko terlibat dalam pengujian efisiensi keuangan, karena dalam menghitung keuntungan
abnormal, kita harus menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan, yang merupakan fungsi dari risiko
(risiko berhubungan positif dengan tingkat keuntungan yang diharapkan). Joint test hypothesis yaitu tes
model risiko-return dan tes efisiensi keuangan.

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan perilaku tidak seperti yang digambarkan oleh pasar yang
efisien. Contoh, DeBondt dan Thaler (1985) menunjukkan adanya overreaction di pasar modal. Dengan
menggunakan cumulative abnormal return tiga tahun sebelumnya, mereka membuat dua portofolio:
saham-saham dengan CAR paling tinggi (35 saham, disebut sebagai portofolio the winners) dan saham-
saham dengan CAR paling rendah (35 saham, disebut sebagai portofolio the losers). Mereka mengikuti
perkembangan harga kedua portofolio tersebut tiga tahun mendatang. Mereka menemukan bahwa the
winners (losers) mempunyai abnormal return yang negatif (positif) dalam tiga tahun mendatang.
Implikasi tersebut bertentangan dengan pasar yang efisien dalam bentuk lemah. Tetapi ketika diuji secara
empiris, ternyata teori behavioral finance tersebut tidak didukung oleh bukti empiris. Dengan demikian,
menurut Fama (1998), teori efisiensi keuangan lebih ‘kuat’ dibandingkan dengan teori behavioral finance.

BAB 18
 SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG:
HUTANG DAN SAHAM PREFEREM
Hutang dan Saham
Instrumen hutang jangka panjang pada dasarnya janji yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar
sejumlah bunga tertentu dan pokok pinjaman selama jangka waktu tertentu. Instrumen hutang bisa dijual
langsung ke investor melalui surat berharga (sekuritas) yang bernama obligasi. Obligasi bisa dijual ke
publik, bisa juga dijual langsung ke investor tertentu (biasanya investor besar atau disebut juga investor
institusi). Cara yang terakhir sering disebut juga sebagai penjualan ke investor non-publik (privately
placed debt). Disamping melalui penerbitan obligasi, perusahaan juga bisa langsung meminjam ke
perbankan atau lembaga keuangan non-perbankan.

Secara eksternal, perusahaan bisa memperoleh melalui publik dalam bentuk kepemilikan (saham) dan
hutang (pinjaman). Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham
memperoleh pendapatan dari dividen dan capital gain (selisih antara harga jual dengan harga beli).

Intermediasi dan Disintermediasi

Intermediasi, pelaksanaan fungsi lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi dengan cara penarikan
dana dari penabung kemudian meneruskan pienjamannya kepada peminjam. Sedangkan Disintermediasi,
penarikan dana dari lembaga intermediasi oleh penabung kemudian meminjamkannya langsung kepada
peminjam.

Pada pinjaman dari bank, bank bertindak sebagai intermediator (penengah) antara investor (pihak surplus
dana) dengan perusahaan (pihak defisit dana). Obligasi mencoba melewati (mem-by-pass) pihak
intermediator. Pihak perusahaan menerbitkan obligasi dan menjual secara langsung ke pihak surplus
dana. Cara semacam itu diharapkan bisa menurunkan biaya transaksi.

Intermediasa dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang di terbitkan
oleh unit defensit dalam waktu yang sama mengeluarkan sekuritas sekunder kepada penabung. Sekuritas
primer dapat berupa saham, obligasi commercial paper, perjanjian kredit. Sedangkan sekuritas sekunder
berupa simpanan dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi dan
reksa dana. Ada berberapa pertimbangan dalam intermediasi, yaitu: Keamanan dan resiko kredit,
Likuiditas, Aksesibilitas dan Kemudahan.

Disintermediasi, merupakan kembalikan dari proses intermediasi. Dimana proses penarikan dana dari
lembaga keuangan oleh penabung dan meminjamkan dana tersebut kepada peminjam. Dengan kata lain,
disintermediasi merupakan pengalihan dana dari metode pembiayaan tidak langsung menjadi metode
pembiayaan menjadi langsung atau semi langsung. Penabung menarik dana simpanannya di bank
kemudian membelikannya saham, obligasi, atau surat berharga melalui broker.

Obligasi
Obligasi merupakan instrumen hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual ke investor. Penjualan
bisa dilakukan melalui Bursa keuangan dan dicatatkan (Public Placement) atau bisa langsung dijual ke
investor potensial (Private Placement).

Secara umum kontrak obligasi bisa mencakup beberapa hal: Kontrak dasar obligasi, Penjelasan jaminan
yang dipakai, Detail pembatasan, Sinking fund, dan Ketentuan call. Kontrak dasar biasanya mencakup
beberapa hal seperti nilai nominal; Nilai nominal (nilai par, atau principal value, atau denominasi)
obligasi adalah jumlah uang yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang menerbitkan obligasi pada saat
obligasi jatuh tempo. Jangka waktu; Kebanyakan obligasi mempunyai jangka waktu tertentu. Jangka
waktu tersebut lebih besar dibandingkan satu tahun. Jangka waktu tersebut bervariasi, dari lima sampai
sepuluh tahun, bahkan ada yang lebih lama lagi. Pembayaran bunga; Obligasi bisa membayar bunga
dengan jumlah yang sama untuk setiap periodenya (bunga tetap). Untuk menghilangkan risiko perubahan
tingkat bunga tersebut, perusahaan bisa menawarkan bunga mengambang (floating rate atau variable
rate). Bunga mengambang biasanya menggunakan referensi (benchmark) tertentu. Aatas unjuk atau
tercatat; Obligasi bisa dalam bentuk tercatat dan atas unjuk. Untuk tercatat, pemegang obligasi akan
dicatat dalam buku perusahaan. Obligasi atas unjuk tidak mecatat pemilik obligasi tersebut. Siapa yang
memegang obligasi tersebut dianggap menjadi pemilik obligasi tersebut.

Variasi Obligasi

Obligasi Tanpa Kupon Bunga (Zero-coupon) Variasi lain adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga
sampai jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo, perusahaan membayarkan nilai nominal obligasi dan bunga
obligasi tersebut. Obligasi tanpa bunga bisa menjadi menarik, jika jumlah nominal kebutuhan masa
mendatang diketahui. Dari segi perusahaan, obligasi tanpa bunga mempunyai keuntungan karena
cenderung mempunyai tingkat bunga (yield) yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi dengan
bunga, untuk kelas risiko yang sama (perbedaannya sekitar 1%, di Amerika Serikat).

Junk Bond (Obligasi Sampah) Obligasi dengan rating BBB (S&P) atau Baa (Moody’s) atau lebih tinggi,
disebut juga sebagai obligasi dengan investment grade. Jika obligasi mempunyai rating di bawah BBB
atau Baa, maka obligasi tersebut dinamakan sebagai obligasi sampah (junk bond) atau low-grade bond
atau high yield bond.

Obligasi Pendapatan
Obligasi pendapatan mirip dengan obligasi biasa. Perbedaannya adalah pembayaran bunga obligasi
pendapatan dikaitkan dengan pendapatan perusahaan. Bunga dibayarkan kepada pemegang obligasi
(kreditor) jika pendapatan perusahaan mencukupi. Obligasi pendapatan dengan demikian akan sangat
menguntungkan perusahaan, karena kemungkinan bangkrut karena tidak bisa membayar bunga bisa
dihilangkan. Di lain pihak, pembayaran bunga memberi manfaat penghematan pajak sama seperti obligasi
biasa.
Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman langsung bisa diperoleh melalui bank (lembaga bank) atau lembaga non-bank seperti
perusahaan asuransi atau dana pensiun. Istilah term loan atau private placement sering digunakan untuk
pinjaman langsung. Term loan adalah pinjaman dengan jangka waktu lebih pendek dibandingkan private
placement. Pinjaman langsung dari lembaga keuangan biasanya mempunyai beberapa karakteristik, yaitu
adanya amortisasi dan adanya jaminan. Dalam dunia perbankan dikenal pedoman ‘3R’ dan ‘5C’ untuk
pemberian kredit, disamping syarat-syarat lainnya. 3R adalah kepanjangan dari Return, Repayment
Capacitiy, dan Risk-bearing Ability. Sedangkan 5C adalah kepanjangan dari Character, Capacity, Capital,
Collateral, dan Condition.

Kelebihan Pinjaman Langsung: Peminjam tidak perlu melalui proses pendaftaran dan evaluasi yang
panjang seperti halnya jika perusahaan akan menerbitkan obligasi. Waktu yang diperlukan bisa lebih
singkat dibandikan dengan penerbitan obligasi. Karena hanya berhadapan dengan satu lembaga keuangan
(atau beberapa jika menggunakan sindikasi, tetapi tetap lebih sedikit dibandingkan dengan pembeli
obligasi), perusahaan (peminjam) mempunyai fleksibilitas yang lebih tinggi. Karena hubungan dengan
lembaga keuangan bisa terjalin lebih baik, perusahaan bisa meminjam dengan cepat

Kelemahan Pinjaman Langsung: Bunga pinjaman langsung biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan
bunga obligasi. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemberi pinjaman (lembaga keuangan)
barangkali akan mengurangi fleksibilitas perusahaan. Karena biaya investigasi yang cukup tinggi,
lembaga keuangan barangkali membatasi pinjaman minimum yang bisa diberikan. Dibandingkan dengan
penerbitan obligasi, pinjaman hutang langsung kurang ‘visible’. Manajer keuangan perlu
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan pinjaman langsung (relatif terhadap pinjaman obligasi)
untuk menentukan jadi tidaknya menggunakan pinjaman tersebut.

Saham Preferen
Saham preferen merupakan bentuk saham tetapi mempunyai karakteristik obligasi. Pemegang saham
preferen memperoleh dividen. Tetapi dividen tersebut seperti bunga yaitu besarnya tetap. Tetapi risiko
saham preferen lebih tinggi dibandingkan dengan risiko pemegang hutang dan lebih rendah dibandingkan
dengan risiko saham biasa (dari sudut pandang investor). Jika perusahaan tidak bisa membayar dividen
saham preferen, perusahaan tidak bisa dinyatakan bangkrut. Pemegang saham preferen mempunyai
prioritas lebih tingi dibandingkan pemegang saham biasa dalam hal pembagian dividen dan distribusi kas
dari penjualan aset apabila perusahan bangkrut, karena itu saham preferen juga disebut surat berharga
senior (dibandingkan saham biasa).

maka saham dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: BlueChip Stocks, yaitu saham biasa dari
perusahaan dengan reputasi tinggi, menjadi market leader di industri sejenis, memiliki penghasilan stabil,
dan konsisten membayar dividen. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten dengan kemampuan
membayar dividen di atas rata-rata pembeyaran dividen tahun sebelumnya. Saham jenis ini umumnya
dapat memberikan pendapatan yang lebih besar dan rutin membayarkan dividen tunai. Growth Stocks,
yaitu saham yang terdiri dari well-known dan lesser-known. Well – Known adalah saham dari emiten
yang pertumbuhan pendapatannya tinggi, market leader di industri sejenis dan memiliki reputasi tinggi.
Speculative Stock, yaitu saham dari perusahaan yang belum dapat memiliki pendapatan rutin setiap
tahunnya, namun berpotensi akan memiliki pendapatan tinggi di masa depan, walaupun belum pasti. Dan
Counter Cyclical Stockss, yaitu saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum. Nilai saham ini bisa tetap tinggi pada saat resesi ekonomi karena
emitennya mampu mendapatkan penghasilan tinggi sehingga mampu memberikan dividen yang tinggi.

BAB 19
 SUMBER PENDANAAN:
LEASING, PEGADAIAN DAN BANK ISLAM

LEASING, PEGADAIAN DAN BANK ISLAM


Leasing adalah perjanjian kontrak antara pihak yang menyewakan (lessor) dengan pihak yang menyewa
aset tertentu (lessee). Perjanjian menetapkan bahwa penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset
tertentu, kemudian sebagai imbalannya, penyewa membayar sejumlah kas tertentu yang tetap setiap
periodenya ke pihak yang menyewakan.

 Leasing adalah suatu perjanjian dimana pihak lessor menyediakan barang modal dengan hak pengguna
oleh pihak lesse dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu tertentu. Martono
(2010:113)

Pendapatan perusahaan leasing diperoleh dari penghematan pajak (melalui depresiasi) dan biaya sewa.
Untuk menganalisis masalah tersebut, kita perlu menyiapkan skedul aliran kas alternatif leasing dan
hutang (pembelian aset). Jenis transaksi leasing dibagi dalam dua kategori yaitu Finance lease dan
Operating lease.

Alasan Perusahaan Melakukan Leasing

Jika pasar modal sempurna, maka leasing maupun pinjaman hutang mempunyai hasil yang sama. Tetapi
jika ada ketidaksempurnaan pasar, maka leasing bisa menjadi alternatif sumber dana yang lebih menarik
dibandingkan dengan hutang, dalam beberapa situasi.

Keuntungan Pajak; Keuntungan pajak leasing ada karena perusahaan berada dalam kurung pajak yang
berbeda. Baik lessor dan lessee dapat memperoleh jika tarif pajak mereka berbeda karena lessor
menggunakan depresiasi dan pajak bunga perisai yang tidak dapat digunakan oleh penyewa. Biaya
Transaksi; Biaya perubahan kepemilikan aset yang umumnya lebih besar daripada biaya penulisan
perjanjian sewa. Sayangnya, sewa menghasilkan biaya agensi juga. Misalnya, penyewa mungkin
menyalahgunakan atau terlalu sering menggunakan aset karena dia tidak memiliki kepentingan dalam
nilai sisa aset. Biaya ini akan secara implisit dibayarkan oleh penyewa melalui pembayaran sewa yang
tinggi.

Jika terjadi kebangkrutan, posisi perusahaan leasing (lessor) lebih baik dibandingkan dengan pihak
pemberi kredit. Lessor mempunyai aset, dan bisa menarik kembali aset tersebut jika terjadi kebangkrutan.
Sebaliknya, pemberi kredit tidak mudah melikuidasi aset jika terjadi kebangkrutan, bahkan jika pinjaman
tersebut dijamin oleh aset. Pihak lessor (perusahaan leasing) bisa menjadi pihak yang bisa menanggung
risiko dengan lebih baik, karena biasanya perusahaan leasing lebih besar dan lebih berpengalaman dalam
hal penilaian aset. Situasi semacam itu akan semakin penting bagi perusahaan kecil, atau perusahaan yang
baru berdiri, dimana aset atau kekayaan pemegang saham relatif belum terdiversifikasi. Dalam situasi
tersebut, transfer risiko menjadi penting karena bisa mengurangi risiko.

Alasan yang Tidak Benar untuk melakukan leasing

Leasing dan Pendapatan Akuntansi, Akuntansi pendapatan, pembilang dari rumus ROA, lebih tinggi
dengan sewa operasi dibandingkan dengan pembelian. Karena biaya akuntansi dengan sewa dikapitalisasi
analog dengan depresiasi dan bunga dengan pembelian, peningkatan laba akuntansi tidak terjadi ketika
sewa dikapitalisasi. 100% Pembiayaan, bahwa sewa menyediakan pembiayaan 100%, sedangkan
pinjaman peralatan dijamin memerlukan pembayaran awal bawah. Analisis sebelumnya menunjukkan
bahwa sewa tidak mengizinkan tingkat yang lebih besar dari jumlah kewajiban daripada pembelian
dengan pinjaman. Dalam satu kasus terkenal, yaitu ; Angkatan Laut AS disewakan tanker armada untuk
alokasi Kongres. Dengan demikian, sewa dapat digunakan untuk menghindari sistem kontrol belanja
modal yang didirikan oleh perusahaan birokrasi.

Meskipun kewajibannya sama dengan hutang (pembayaran sewa secara periodik mempunyai konsekuensi
yang hampir sama dengan pembayaran hutang secara periodik), tetapi leasing tidak memperburuk laporan
keuangan. Disamping laporan keuangan yang baik, leasing digunakan untuk meningkatkan ROA (Return
on Asset) dibandingkan dengan hutang. ROA didefinisikan sebagai laba setelah pajak dibagi total aset.
Biaya leasing biasanya lebih rendah dibandingkan dengan gabungan biaya bunga dan biaya depresiasi.

Pegadaian

Pegadaian merupakan usaha pembayaran dengan jaminan barang bergerak. Sigit Triandaru (2000 : 179)
Pegadaian merupakan satu-satunya badan usaha di negara Indonesia yang secara resmi memiliki izin
dalam melaksanakan aktivitas lembaga keuangan yang berupa pembayaran dalam bentuk penyaluran dana
kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai.
Subagyo (1999 : 88) Pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit
kepada nasabah atau masyarakat dengan menggunakan corak khusus yakni dengan hukum dagai.
Pengertian Gadai menurut Susilo (1999) adalah : Suatu hak yang diperoleh oleh seseorang yang
mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang
berpiutang oleh seorang yang mempunyai hutang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai
hutang.

Dalam pegadaian menurut Susilo (1999) ada berberapa jenis gadai, yaitu: Pegadaian konvensional,
merupakan suatu lembaga pemerintah yang memberikan uang pinjaman terhadap nasabah atas dasar
hukum gadai. Pegadaian konvensional ini sudah tersebar ke semua pedesaan. Namun jenis pegadaian ini
masih menggunakan sebuah sistem pencatatan manual, dengan menggunakan sistem bunga dan tarif jasa
simpannya yang cukup besar. Dan Pegadaian Syariah, Jenis pegadaian ini adalah sebuah lembaga
keuangan/devisi dari bentuk pegadaian dengan memberikan uang pinjaman sesuai dengan sebuah prinsip-
prinsip syariat Islam.
Sebagai lembaga keuangan non bank milik pemerintahan yang berhak memberikan pinjaman kredit
kepada masyarakat atas dasar hukum gadai yang bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga
keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat, maka
pada dasarnya lembaga pegadaian (Perum Pegadaian) tersebut mempunyai tugas, tujuan serta fungsi-
fungsi pokok sebagai berikut (Usman, 1995:359) : Tugas pokok Pegadaian yaitu menyalurkan uang
pinjaman atas dasar hukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan pegadaian atas
dasar materi.
Fungsi Pegadaian; Sebagai pengelola penyaluran dana pinjaman yang berdasarkan atas dasar hukum
gadai dengan cara yang mudah, cepat dan aman. Untuk mengelola semua bentuk keuangan, kepegawaian,
perlengkapan, pendidikan dan, pelatihan. Untuk menciptakan & mengembangkan suatu usaha-usaha yang
menguntungkan bagi pegadaian itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. Untuk mengelola sebuah
organisasi dan tata cara dalam pelaksanaan pegadaian. Untuk pengembangan dan pengawasan dalam
sebuah pengelolaan pegadaian.
Tujuan perum pegadaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990 adalah menyediakan
pelayanan bagi masyarakat umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat dan bertujuan untuk:  Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanan
kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya
melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai. Mencegah praktek pegadaian gelap, riba dan
pinjaman tidak wajar lainnya.

Sumber Pendanaan; Bank Islam

Bank Islam mulai beroperasi di Indonesia berdasarkan Undang-undang Perbankan Tahun 1992
(UU.No.7/1992). Undang-undang tersebut kemudian diterjemahkan lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah No.72 Tahun 1992. Perundangan perbankan syariah disempurnakan lebih lanjut dengan
UU.No.10/1998, dan UU.No.23/1999. UU terakhir tentang Bank Indonesia yang memberikan
kewenangan kepada BI untuk mengakomodasi prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan tugas
pokoknya. Bank Islam beroperasi tidak atas dasar bunga tetapi atas dasar pembagian (sharing)
keuntungan.

Menurut Wibowo (2007), bahwa besar kecilnya penyaluran dana yang diberikan bank syariah sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya DPK. Menurut Wibowo (2007), faktor lain yang mempengaruhi
penyaluran dana adalah NPF. NPF digunakan untuk mengukur besarnya risiko keuangan yang dihadapi
khususnya dari dana yang disalurkan. NPF diukur dengan memperbandingkan antara pembiayaan
bermasalah yang termasuk kategori kurang lancar, diragukan dan macet dengan total dana yang
disalurkan dalam bentuk pembiayaan.

Laporan keuangan tahun 2005 masih menggunakan laporan acuan konversi, sedangkan untuk tahun 2006
dan 2007 telah menggunakan Panduan Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI), sehingga akun-akun yang
digunakan berbeda yaitu pada tahun 2005 masih menggunakan akun pada bank konvensional (laporan
dikonversikan ke laporan dengan akun bank konvensional) sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 laporan
telah disesuaikan dengan menggunakan akun-akun pada bank syariah. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik atau metode dokumentasi.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu pegawai divisi perbankan syariah Kantor Bank Indonesia
Semarang, Bapak Slamet Setiono (2009), telah dikatakan bahwa ”danadana pihak ketiga tersebut absolut
dalam berpengaruh terhadap penyaluran dana karena pada perbankan syariah telah berusaha sepenuhnya
menyalurkan seluruh dana yang berhasil dihimpunnya. Portofolio pembiayaan pada perbankan syariah
atau Financing to Deposit Ratio (FDR) mampu mencapai 80%-90% bahkan dapat melampaui 100%
(dengan tambahan modal inti) jauh meninggalkan portofolio kredit bank konvensional atau Loan to
Deposit Ratio (LDR) nya yang hanya mencapai berkisar 60%-70%.”
Beberapa macam prinsip dasar operasi bank Islam sebagai berikut ini: Al mudharabah: merupakan bentuk
kerja sama (parthership) dimana satu pihak memberi dana sementara pihak lainnya memberi keahlian atau
manajemen. Al Musyarakah (profit sharing): merupakan bentuk kerjasama (partnership) melibatkan
pengumpulan dana diantara dua atau tiga pihak untuk membiayai usaha tertentu. Al Waidah: merupakan
perjanjian antara pemilik barang/uang dengan pihak yang menyimpannya dimana pihak terakhir akan
menyimpan dan menjaga uang atau barang yang didepositokan. Al Murabahah: merupakan tehnik
pendanaan dimana dilakukan kontrak penjualan antara pembeli dengan penjual dengan harga penjualan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga aslinya. Al Bai Bithaman Ajil: merupakan pendanaan
dimana bank membeli mesin dan kemudian menjual ke pihak yang memerlukan mesin tersebut dengan
harga yang lebih tinggi. Al Bai Al Dyn: merupakan penjualan klaim (piutang) dengan diskonto, Piutang
tersebut berasal dari penjualan/pembelian barang atau jasa. Al Sharf: merupakan penjualan/pembelian
mata uang asing tertentu dengan mata uang lainya. Al Ijarah (leasing tanpa hak pembelian): merupakan
perjanjian antara lessor dengan lessee yang mempunyai hak menggunakan mesin/peralatan dengan
pembayaran sewa tertentu yang telah disepakati. Al Wakalah: merupakan perjanjian transfer wewenang
(pemberian kuasa) kepada pihak lain untuk melaksanakan pekarjaan tertentu untuk kepentingan pihak
pertama. Al Kafalah (jaminan): merupakan perjanjian pemberian jaminan. Pihak penjamin bertanggung
jawab terhadap pembayaran hutang atau pelaksanaan pekerjaan tertentu kepada pihak penerima jaminan.
Al Hiwalah; merupakan perjanjian transfer kewajiban dari satu pihak ke pihak lainnya. Al Qord Ul
Hasan: merupakan perjanjian antara pemberi pinjaman dengan peminjam, dimana peminjam
berkewajiban membayar sesuai dengan jumlah hutang. Tetapi jika peminjam tidak bisa membayar hutang
tersebut, sanksi tidak bisa diberikan terhadap peminjam.

Disamping kegiatan pencarian dana dan penanaman dana, bank Islam juga bisa melakukan aktifitas-
aktifitas lainnya seperti pemberian jaminan dengan prinsip Al Kafalah, transfer uang dengan prinsip Al
Hiwalah, penyimpanan barang atau surat berharga dengan prinsip Al Waidah dan Al Wakalah, dan
pembukaan L/C (Letter of Credit) dengan prinsip Al Wakalah, Al Musyarakah, dan Al Murabahah.

Di Indonesia saat ini sudah ada kegiatan perbankan Islam yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
(BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang jumlahnya sudah mencapai puluhan. Bank
Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1992 dan masih merupakan satu-satunya bank umum yang
beroperasi dengan syariat Islam di Indonesia. BMI, disamping mempunyai manajemen sebagaimana
halnya bank biasa juga mempunyai dewan pengawas syariah yang anggotanya terdiri dari para alim
ulama terkemuka. Fungsi pokok dewan tersebut adalah mengawasi agar produk atau jasa yang
dikeluarkan oleh BMI sesuai dengan syariat Islam.
BAB 20 
PERENCANAAN KEUANGAN

Perencanaan Keuangan Perusahaan

Perencanaan keuangan sangat bermanfaat untuk mengarahkan dan mengendalikan keuangan (aliran kas)
suatu organisasi. Perencanaan tersebut mencakup tujuan yang ingin dicapai, analisis perbedaan antara
tujuan tersebut dengan kondisi perusahaan saat ini, dan alternatif tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut dengan mendasarkan pada kondisi saat ini.

Menurut Senduk (2001) perencanaan keuangan adalah proses merencanakan tujuan-tujuan keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang. Yang dimaksud dengan tujuan keuangan itu adalah keinginan
keuangan yang ingin direalisasikan Salah satu perencana keuangan seperti Gozali (2002) mendefinisikan
rencana keuangan sebagai “Sebuah strategi yang apabila dijalankan bisa membantu anda mencapai tujuan
keuangan dimasa datang“. Sedangkan Dorimulu (2003) dalam artikelnya, menyatakan bahwa
perencanaan keuangan atau Financial planning merupakan “Proses mencapai tujuan hidup yakni masa
depan yang sejahtera dan bahagia lewat penataan keuangan.”

Jadi perencanaan keuangan merupakan proses koordinasi, proses yang berkelanjutan dalam bekerja
dengan klien untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan keuangan mereka, di evaluasi dan
disesuaikan dengan tujuan pribadi maupun profesional, keluarga dan lingkungan bisnis, dan perubahan
kondisi ekonomi. Perlu digarisbawahi bahwa walaupun perencanaan keuangan sebaiknya dilihat sebagai
proses manajemen keuangan individu yang berkelanjutan, terkoordinasi, dan terintegrasi.

Didalam ini ada dua teknik perencanaan keuangan, yaitu anggaran kas dan metode persentase penjualan.
Anggaran kas merupakan peramalan detail mengenai aliran kas masuk dan keluar untuk periode tertentu
di masa mendatang. Anggaran kas tersebut bisa bermanfaat untuk melihat kapan perusahaan
membutuhkan kas, kapan mempunyai kelebihan kas, kemudian alternatif tindakan yang diperlukan.
Anggaran kas juga bermanfaat untuk pengendalian kas.

Terdapat langkah-langkah dalam penyusunan anggaran kas kurang lebih sebagai berikut: Menetapkan
asumsi-asumsi yang diperlukan. Memperkirakan penjualan di masa mendatang. Penjualan merupakan
komponen kas masuk paling besar, sehingga harus diperkirakan. Mengidenfikasi kas masuk lainnya,
seperti penjualan aset, penjualan surat berharga, dan lainnya. Mengidentifikasi kas keluar. Biasanya
komponen kas keluar terbesar adalah untuk pembelian bahan baku. Komponen lain meliputi biaya tenaga
kerja, biaya penjualan, administrasi, dan lainnya. Menghitung aliran kas bersih, yaitu kas masuk
dikurangi kas keluar. Setelah kas bersih dihitung, maka akan terlihat apakah ada surplus atau defisit pada
periode tertentu.

Peramalan Penjualan, misalkan perusahaan memutuskan untuk menggunakan analisis regresi untuk
meramal penjualan di masa mendatang. Misal kita mempunyai data penjualan sepuluh tahun yanga lalu.
Misal kita akan meramal data penjualan tahun mendatang dengan menggunakan model regresi.
Perhatikan bahwa variabel bebas adalah waktu (1 sampai 10), sedangkan variabel tidak bebas adalah
penjualan. Regresi tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini.
Setelah selesai meramal penjualan tahunan, langkah berikutnya adalah mengalokasikan penjualan tahunan
tersebut ke dalam penjualan bulanan. Alokasi semacam itu terutama penting dilakukan jika penjualan
menunjukkan pola musiman. Langkah berikutnya adalah memperkirakan seberapa besar penjualan kas
dan kredit yang diterima. Setelah meramal aliran kas masuk, langkah berikutnya adalah memperkirakan
aliran kas keluar. Pertama adalah pembelian bahan baku dan material yang diperlukan untuk
memproduksi barang yang akan dijual. Setelah aliran kas masuk dan keluar selesai dihitung, tahap
berikutnya adalah menghitung aliran kas masuk bersih, dengan mengurangkan aliran kas keluar terhadap
aliran kas masuk, kemudian perhitungan tersebut digabung dengan persediaan kas perusahaan. Hasil akhir
akan menunjukkan defisit atau surplus kas untuk setiap bulannya.

Laporan Keuangan Pro-forma

Laporan keuangan pro-forma menyajikan perkiraan kondisi keuangan pada masa mendatang. Salah satu
metode yang sering digunakan adalah metode persentase penjualan. Metode ini lebih sederhana
dibandingkan dengan metode penganggaran kas. Yang pertama perlu dilakukan adalah memperkirakan
hubungan antara biaya dengan penjualan. Jika penjualan naik/turun, maka item-item tersebut akan
berubah proporsional mengikuti perubahan penjualan. Pendekatan seperti di atas masih menggunakan
asumsi sederhana, yaitu semua item akan berubah secara proporsional terhadap penjualan. Dalam
kenyataannya, item-item mungkin tidak akan berubah secara proporsional terhadap penjualan. Karena itu
metode sederhana tersebut akan cenderung menghasilkan estimasi yang lebih rendah.

Istilah pro forma berasal dari bahasa Latin yang artinya “demi bentuk” atau “sebagai bentuk”. Istilah ini
digunakan dalam berbagai bidang seperti akuntansi, bisnis, investasi, hukum, teknik, bahkan
pemerintahan. Namun bahasan pro forma di sini lebih ditekankan pada definisi yang berhubungan dengan
bidang keuangan.

Dalam dunia investasi, pro forma merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk menghitung hasil
keuangan dengan proyeksi atau asumsi tertentu yang memenuhi persyaratan minimum sebagai formalitas.
Istilah pro forma dalam akuntansi didefinisikan sebagai laporan aktivitas keuangan perusahaan yang
bersifat sementara, kecuali transaksi yang tidak biasa dan tidak berulang. Transaksi atau aktivitas
keuangan yang dikecualikan dari hasil pro forma mencakup biaya restrukturisasi, penurunan nilai
investasi, dan biaya akuntansi lain seperti penyesuaian neraca saat ini guna memperbaiki praktik
akuntansi yang salah di tahun-tahun sebelumnya.

Didalam laporan keuangan pro-forma terdapat berberapa tujuan misalnya; Untuk memperkirakan prospek
bisnis perusahaan di masa mendatang berdasarkan data keuangan yang ditampilkan dalam laporan
keuangan saat ini. Menganalisis kondisi keuangan perusahaan di masa lalu dan sekarang.
Memproyeksikan kondisi keuangan perusahaan saat ini dan posisi keuangan perusahaan di masa yang
akan datang. Meminimalisir risiko yang mungkin muncul atas strategi keuangan yang direncanakan
perusahaan.

Seiring dengan tujuannya, penyusunan laporan keuangan pro forma memberikan manfaat bagi
manajemen perusahaan dan juga investor. Laporan keuangan pro forma digunakan sebagai tolok ukur
atau anggaran penting untuk mengoperasikan bisnis sepanjang tahun. Dari laporan keuangan pro forma,
manajemen bisa memperkirakan besar biaya yang dikeluarkan, penjualan yang diharapkan, termasuk
tingkat laba yang diinginkan di periode-periode mendatang. Secara keseluruhan, laporan keuangan pro
forma mampu memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang tepat bagi
pengembangan bisnis perusahaan.

Pro-forma Neraca dan Kebutuhan Dana

Pro-forma neraca bisa dibuat untuk memperkirakan kebutuhan dana di masa mendatang. Aset dan
pendanaan di masa mendatang bisa diperkirakan dengan metode persentase penjualan atau pertimbangan
manajer, atau kombinasi keduanya. Jika pro-forma aset lebih besar dibandingkan dengan pro-forma
pasiva (pendanaan), maka selisih antara keduanya merupakan kebutuhan dana. Perhitungan yang lebih
teliti sebenarnya akan menunjukkan bahwa kenaikan hutang akan meningkatkan pembayaran bunga, yang
kemudian akan berpengaruh terhadap laba, dan selanjutnya terhadap laba yang ditahan. Pengaruh tersebut
akan merubah lagi jumlah total pasiva, sehingga kebutuhan dana akan berubah. Untuk menyederhanakan
permasalahan, efek berantai seperti itu tidak dimasukkan ke dalam analisis selanjutnya.

Laporan Keuangan Proforma (Proforma Financial Statement) adalah Laporan Keuangan yang di


proyeksikan (Projected Financial Statement)

Laporan Keuangan Proforma  adalah laporan proyeksi keuangan secara formal untuk suatu periode
tertentu dan dalam format yang konsisten. Pada umumnya bisnis menggunakan proforma laporan
keuangan dalam melakukan perencanaan dan kontrol untuk dilaporkan ke pemegang saham, investor dan
kreditur.

Proforma ini digunakan untuk menjadi dasar untuk membandingkan dan menganalisa informasi yang
diperlukan oleh management, investor dan kreditur mengenai asal dari bisnis tersebut. Siapa saja yang
tertarik untuk memulai suatu bisnis, persiapan dari laporan keuangan ini, baik untuk penghasilan dan juga
cashflow adalah penting sebelum anda menginvestasikan uang, waktu dan tenaga untuk bisnis ini.

Proforma laporan keuangan ini haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan akurat dan dapat menolong
agar memperoleh gambaran yang tepat untuk memulai suatu bisnis. Ini harus didasarkan pada informasi
yang dapat memberikan proyeksi yang tepat untuk memperoleh jumlah profit yang diharapkan dari bisnis
dan juga kebutuhan keuangan yang diperlukan dalam tahun pertama operasi dan sesudahnya.

Disini ada berberapa kegunaan dari proforma ini bagi manajemen, seperti misalnya: Mengetahui asumsi
yang menyebabkan karakteristik keuangan dan operasional berpengaruh pada perusahaan yang berbeda.
Membuat proyeksi penjualan dan budget (biaya dan penghasilan) yang berbeda. Mensummarikan
hasilnya dalam proyeksi untung dan rugi. Mengubah data tersebut menjadi proyeksi cash flow.
Mengevaluasi dari neraca. Menghitung analisa rasio dan membandingkan proyeksi yang satu dengan
yang lainnya seperti perusahaan yang kita bandingkan. Memeriksa keputusan yang akan diambil baik
mengenai marketing, produk, research dan pengembangan dan membuat penilaian bagaimana
pengaruhnya terhadap profit dan juga likuiditas perusahaan melalui simulasi dari rencana tersebut yang
akan dievaluasi pengaruhnya terhadap laporan keuangan.

Laporan keuangan dengan tambahan kata proforma menunjukkan ikhtisar kondisi keuangan perusahaan
yang belum dilaksanakan. Informasi yang ada di dalamnya masih berupa proyeksi mengenai kondisi
keuangan yang akan datang. Dengan kata lain laporan ini merupakan rencana keuangan perusahaan yang
akan dicapai untuk satu periode yang akan datang.
Penyusunan laporan keuangan proforma memerlukan banyak asumsi (seperti tingkat pertumbuhan
penjualan, perilaku biaya dari sejumlah pos rekening, tingkat investasi pada modal kerja dan aktiva tetap,
dll). Manajemen ingin melihat sensitivitas laporan keuangan proforma terhadap perubahan-perubahan
asumsi dan pengaruh asumsi-asumsi terhadap laporan keuangan proforma.
Penggunaan software seperti Microsoft Excel dapat membantu penyusunan laporan keuangan proforma,
sekaligus melihat sensitivitas laporan keuangan terhadap perubahan-perubahan asumsi.

untuk memperoleh proyeksi kebutuhan pembiayaan yang tepat di masa mendatang, pembuatan kas (cash
budget) harus dilakukan. Satu asumsi penting dibalik penggunaan metode ini bahwa perusahaan
beroperasi dalam kapasitas penuh. Hal ini berarti bahwa perusahaan tidak dalam kapasitas produktif yang
memadai untuk menyerap proyeksi peningkatan dalam penjualan, sehingga membutuhkan investasi
tambahan dalam aset. Staf bagian keuangan (financial officer) perlu menentukan kebutuhan pembiayaan
untuk tahun depan, secara khusus porsi yang harus diperoleh dari sumber eksternal.
BAB 21
 KEBIJAKAN MODAL KERJA
Modal Kerja
Secara umum Modal Kerja memiliki arti sebagai kelebihan aktiva lancar pada kewajiban (hutang) jangka
pendek. Kelebihan tersebut merupakan modal kerja bersih. Definisi lain menyatakan bahwa modal kerja
adalah modal yang dibutuhkan dalam pembiayaan segala aktivitas agar usaha terlaksana berdasarkan
rencana yang telah dibuat. Jadi, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk kegiatan operasional
saja, tidak termasuk dengan modal yang digunakan untuk investasi.

Modal kerja kotor mengacu pada aktiva lancar, yang meliputi kas, piutang dagang, dan persediaan. Modal
kerja bersih diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Modal kerja bersih operasional
diartikan sebagai aktiva lancar operasional dikurangi hutang lancar operasional. Aktiva lancar operasional
mencakup kas, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar operasional mencakup hutang
dagang dan hutang akrual (misal hutang gaji dan hutang pajak). Kebijakan modal kerja akan tercermin
pada rasio-rasio lancar, khususnya rasio likuiditas. Kebijakan modal kerja akan melihat trade-off antara
risiko dengan return (tingkat keuntungan).

Modal kerja ialah suatu investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas ataupun sekuritas
yang gampang dijual, persedian dan piutang. Sedangkan modal kerja bersih merupakan pengurangan
aktiva lancar dengan hutang lancar. [Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston]

Modal kerja dalah penjumlahan dari aktiva lancar. Aktiva lancar tersebut adalah modal kerja kotor.
Pengertian ini bersifat kuantitatif dikarenakan jumlah dana yang dipakai dalam tujuan operasi jangka
pendek. Kertersedian modal kerja sangat tergantung pada tingkat liquiditas aktiva lancar; kas surat
berharga, persedian, dan piutang. [Jumingan (2006)]

Modal kerja adalah jumlah aktiva lancar pada neraca perusahaan. Konsep modal kera bersih yaitu
pengurangan antara aktiva lancar atau asset saat ini dengan pasiva lancar/hutang lancar. Sehingga
diketahui bahwa terdapat modal kerja bersih dan modal kerja kotor. [William H. Husband dan James C.
Dockerey]

Berikut ini beberapa kondisi ketidaksempurnaan pasar yang membuat keputusan modal kerja menjadi
penting; Biaya transaksi mencakup biaya eksplisit (misal biaya komisi pembelian atau penjualan aset) dan
juga biaya implisit. Contoh biaya implisit adalah harga yang terlalu murah (mahal) jika perusahaan
menjual (membeli) suatu aset dengan terburu-buru (fire sale atau fire purchase). Dalam situasi normal :
ada kemungkinan kelambatan kedatangan bahan mentah, atau produk yang sudah jadi tidak bisa langsung
dikirim langsung ke distributor, atau permintaan produk tidak diketahui dengan pasti. Dalam situasi
tersebut, persediaan bahan mentah dan produk diperlukan untuk mengantisipasi kelambatan kedatangan
bahan mentah atau permintaan yang lebih tinggi dari yang diantisipasi. Dalam situasi ketidaksempuranaan
pasar, modal kerja akan diperlukan.

Biaya kebangkrutan cukup signifikan. Kebangkrutan bisa disebabkan oleh kondisi perusahaan (prospek)
yang memburuk, tetapi juga bisa dikarenakan ketidakmampuan memenuhi kewajibannya. Jika perusahaan
meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat), aktiva lancar dan hutang lancar yang bersifat spontan juga
meningkat. Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil. Sebaliknya, jika penjualan
berfluktuasi, aktiva lancar akan cendrung semakin besar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hutang Lancar

faktor yang mempengaruhi hutang lancar bisa digolongkan menjadi dua; yang pertama faktor
eksternal,industry yang cinderung mempunyai hutang lancar besar. Sebagai contoh, usaha retail
menggunakan aktiva lancar yang lebih besar disbanding dengan industry manufaktur. Yang kedua adalah
faktor internal kewajiban manajemen, mempunyai pilihan apakah menggunakan hutang lancar yang
tinggi atau rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi, manajemen akan menggunakan hutang
lancar yang lebih kecil.
Faktor yang mempengaruhi hutang lancar bisa digolongkan menjadi dua: Faktor Eksternal, industri
tertentu cenderung mempunyai hutang lancar lebih besar. Sebagai contoh, usaha retail menggunakan
aktiva lancar (biasanya dalam bentuk barang dagangan) yang lebih besar dibandingkan dengan industri
manufaktur. Dan yang kedua faktor Internal Kebijakan Manajemen, manajemen mempunyai pilihan
apakah menggunakan hutang lancar yang tinggi atau yang rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup
tinggi, manajemen akan menggunakan hutang lancar yang lebih kecil.

Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan external yang digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai kebutuhan dana (Surya dan Rahayuningsih, 2012). Dalam pengertian sederhana, kewajiban
adalah hutang yang harus dibayar oleh perusahaan. Secara lebih detail, hutang adalah kewajiban suatu
perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang atau
jasa, di waktu yang akan datang. Kewajiban dikelompokkan menjadi kewajiban lancar dan kewajiban
jangka panjang.

Dengan demikian hutang akan mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan para pemegang
saham. Kekhawatiran akan kebangkrutan perusahaan akan mendorong pihak manajer agar lebih bijaksana
dalam penggunaan dana tersebut. Pengukuran kebijakan hutang sering dilakukan dengan menggunakan
Debt Equity Ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Semakin rendah DER (Debt Equity Ratio) maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya.

Modal Kerja Pada Perusahaan

Dalam manajemen modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja yang sering digunakan. Konsep
modal kerja dibagi menjadi 3, yaitu 1) konsep kuantitatif, 2) konsep kualitatif, dan3) konsep fungsional
(Khasmir, 2010). Modal kerja konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva
lancar. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital).

Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang ada di aktiva lancar secara
keseluruhan dan sering hanya disebut modal kerja (Marsh,1995; Brigham dan Ehrhardt, 2005).

Perusahaan mengelola modal kerja mempunyai dua tujuan. Tujuan pertama modal kerja digunakan untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung kepada
manajemen modal kerja. Tujuan kedua dengan modal kerja yang cukup, perusahaan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. Pemenuhan kewajiban yang sudah jatuh tempo
dan segera harus dibayar secara tepat waktu merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja.
Dengan demikian bahwa manajemen modal kerja merupakan pengaturan total dan jumlah masing-masing
komponen modal kerja dan pendanaan yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar.

Strategi Aktiva Lancar, secara umum, aktiva lancar mempunyai tingkat keuntungan lebih kecil
diandingkan aktiva tetap. Jika perusahaan mempunyai aktiva lancar yang lebih tinggi, maka
perusahaan bisa mengurangi risiko (contoh, risiko likuditas), tetapi konsekuensinya perusahaan
akan memperoleh profitabilitas yang lebih rendah juga.

Strategi Pendanaan, Ada tiga pendekatan dalam pendanaan jangka pendek: Matching atau Hedging.
Agresif, dan Konservatif.

Kebijakan pendanaan modal kerja adalah kebijakan yang berkaitan dengan menentukan jenis sumber
dana, jangka waktunya pendek atau panjang, dan masing masing sumber dana berapa yang akan
digunakan untuk mendanai modal ke Pertimbangan-pertimbangan dalam an kebijakan kombinasi
pendanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mendanai 3. Aktiva Lancar Permanen dan Temporer
Dalam penentuan cara modal kerja dibiayai, perusahaan harus trade-off antara profitabilitas dan risiko.
Pendanaan dari sumber utang lancar, ada yang dikategorikan pendanaan spontan. Pendanaan spontan
adalah pendanaan yang berasal dari utang dagang, dan utang-utang yang lain, yang timbul dari kegiatan
operasi hari perusahan. Dengan adanya kegiatan operasi dari hari ke hari, pendanaan tersebut pasti akan
terjadi dengan sendirinya. Manajeman harus lebih banyak memperhatikan pada masalah pendanaan
residual. Pendanaan residual adalah pendanaan untuk investasi dalam aktiva lancar setelah dikurangi
dengan pendanaan Kebijakan Pendanaan Modal Kerja Kebijakan pendanaan modal kerja adalah
kebijakan yang berkaitan dengan menentukan jenis sumber dana, jangka waktunya pendek atau panjang,
dan masingsumber dana berapa yang akan digunakan untuk mendanai modal kerja.

Siklus Kas (Cash Conversion Cycle)

Siklus kas merupakan "perjalanan" kas, mulai dari kas dikeluarkan (untuk membeli bahan-bahan) sampai
kas kembali lagi (piutang dibayarkan). Diagram berikut ini akan memperjelas siklus kas. Kegiatan
semacam itu menggambarkan bagaimana siklus kas terjadi, yaitu dikeluarkan oleh perusahaan dan pada
akhirnya akan kembali lagi ke perusahaan.

Berapa siklus kas perusahaan tersebut? Pertama, kita akan menghitung perputaran untuk setiap komponen
modal kerja (aktiva lancar dan hutang lancar). Untuk aktiva lancar, perputaran piutang dan persediaan
akan dihitung, sedangkan untuk hutang lancar, semuanya akan dihitung. Perputaran asset/hutang
menunjukkan seberapa sering suatu asset/hutang berputar untuk setiap periode tertentu (setahun dalam hal
ini). Jika kita mengetahui perputaran suatu aktiva/hutang, kita bisa menghitung periode siklusnya. Setelah
periode tertanamnya kas untuk setiap asset/hutang bisa dihitung, langkah berikutnya adalah menghitung
siklus kas.

Siklus Konversi Arus Kas merupakan salah satu teknik perhitungan arus kas. Metrik tersebut berfungsi
mengukur waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah investasi dalam persediaan dan input
sumber daya lainnya menjadi kas. Dengan kata lain, Siklus Konversi Kas mengukur berapa lama kas
tertanam dalam inventaris sebelum inventaris dijual kepada pelanggan. Dan secara umum, perhitungan ini
seringkali digunakan oleh pemilik perusahaan retail.
Siklus Konversi Kas memiliki tiga tahap yang berbeda. Tahap pertama mewakili tingkat persediaan
dalam suatu periode dan berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaan
tersebut. Hal tersebut dihitung dengan menggunakan formulasi Days Inventory Outstanding (DIO).

Tahap kedua mewakili penjualan kredit dan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan uang
tunai dari penjualan kredit ini. Hal tersebut dihitung dengan menggunakan formulasi Days Sales
Outstanding (DSO).

Tahap ketiga mewakili utang usaha bisnis atau perusahaan. Dengan kata lain, hal tersebut menunjukkan
berapa banyak perusahaan berutang kepada vendor terkait pembelian inventaris. Dan juga berapa lama
perusahaan harus melunasi utangnya terhadap suatu vendor. Hal tersebut dihitung dengan menggunakan
formulasi Days Payable Outstanding (DPO).

Bagi pemilik perusahaan retail yang go-public, jelas mereka menginginkan agar Siklus Konversi Kas
menghasilkan angka hari yang pendek. Karena dengan jumlah hari yang pendek, investor tentu akan
melirik perusahaan tersebut. Perusahaan tentunya membutuhkan Laporan Keuangan terutama Laporan
Arus Kas dan Laporan Posisi keuangan untuk mengetahui nilai Siklus Konversi Kas mereka.

Menghitung Kebutuhan Modal Kerja

Menghitung Modal Kerja dengan Metode Perputaran Aset, Metode ini mengasumsikan perputaran aset
yang konstan. Pertama kita perlu menghitung tingkat perputaran masing-masing komponen modal kerja.
Modal kerja bersih bisa didefinisikan sebagai aktiva lancar minus hutang lancar. Aktiva lancar terdiri atas
kas, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri atas (pada neraca di atas) hutang
dagang dan hutang wesel.

Metode Keterikatan Dana, Metode keterikatan dana menghitung seberapa lama dan seberapa besar dana
“terikat”. Besarnya dana yang “terikat” tersebut merupakan kebutuhan modal kerja. Pada waktu manajer
membeli bahan mentah, maka manajer tersebut akan mengeluarkan kas. Kemudian bahan mentah tersebut
diproduksi menjadi produk (persediaan), dijual dengan (misal) kredit, kemudian pada akhirnya dilunasi.
Kas akan kembali ke tangan manajer keuangan. Selama siklus kas tersebut, kas yang kita keluarkan akan
“terikat” dan baru “bebas” pada saat kredit dilunasi.

Memonitor Modal Kerja (Posisi Likuiditas) Setelah melakukan perencanaan modal kerja, manajer
keuangan perlu memonitor kondisi modal kerja perusahaan secara terus menerus.

Beberapa indikator yang bisa dipakai untuk memonitor kondisi likuiditas atau modal kerja perusahaan
adalah: Periode pelunasan piutang yang semakin melambat (meningkat). Aliran kas masuk harian
(operasional) yang semakin menurun. Persediaan yang semakin menumpuk. Rasio lancar (Aktiva lancar /
hutang lancar) yang semakin kecil, yang berarti hutang lancar semakin membengkak.

Setelah permasalahan modal kerja terdeteksi, manajer keuangan bisa melakukan beberapa langkah
sebagai berikut: Mengendalikan tingkat persediaan. Lalu mengendalikan investasi pada piutang.
Kemudian mengurangi atau mengendalikan aliran kas keluar yang rendah prioritasnya.
Untuk meningkatkan fleksibilitas perusahaan, dan menangani permasalahan likuiditas yang mungkin
muncul secara mendadak, manajer keuangan bisa melakukan beberapa hal seperti: Membuka perjanjian
khusus dengan bank, agar bisa memperoleh pinjaman jika ada situasi likuditas yang mendadak. Membuka
pinjaman line of credit dengan pihak bank. Manajer keuangan membuka akses ke pasar keuangan.
Manajer keuangan bisa memegang surat berharga jangka pendek yang likuid. Yang terakhir adalah
menjual piutang (factoring), meminjam dengan jaminan persediaan.

Tentu saja alternatif di atas masih bisa ditambah. Yang penting dalam penjelasan di atas adalah manajer
keuangan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap kebutuhan likuiditas yang mendadak,
mempunyai cadangan kas yang cukup jika kebutuhan tersebut muncul. Kemampuan tersebut sering
disebut sebagai protective liquidity (likuditas berjaga-jaga).

Anda mungkin juga menyukai